"Bajingan mana yang melakukan ini? Kenapa bisa sekejam ini?" teriak Trenggi dengan marah setelah tergesa-gesa datang dan melihat mayat Nusa di lantai. Membunuh seseorang saja sudah cukup buruk, malah menyiksa orang itu sampai seperti ini lagi. Orang yang melakukan ini benar-benar tidak berhati nurani.Ekspresi Osman muram dan berkata sambil menggertakkan gigi, "Tentu saja di bajingan Sucipto itu.""Saat itu aku bahkan salah paham terhadap Nusa. Aku berpikir Nusa sudah mengkhianati kita, jadi semua orang di Penginapan Giri mati dengan sia-sia. Melihat keadaan Nusa yang menyedihkan ini, sekarang aku baru tahu betapa besar penderitaannya yang dialaminya. Dia terpaksa mengungkapkan rahasia Penginapan Giri, mungkin juga karena ingin segera mengakhiri hidupnya."Hati Osman merasa sangat sedih karena kesalahannya yang membuat Nusa menjadi seperti ini. Sucipto ini memang kejam dan tak berperasaan sampai menyiksa orang hingga seperti ini. Benar-benar membuat orang merasa sangat sakit hati."Kal
Wira berkata dengan tenang, "Jangan lupa. Sucipto adalah orang yang gegabah dan kejam, dia tentu saja ingin segera membunuh kita semuanya. Tapi, di sampingnya masih ada Izhar.""Tuan Izhar!"Trenggi menepuk kepalanya sendiri, lalu menggelengkan kepala dan berkata, "Kenapa aku bisa melupakan orang licik ini. Tuan Izhar dikenal sebagai penasihat utama dan dulu banyak membantu Ratu Jihan. Kalau nggak ada Tuan Izhar, mungkin kita nggak akan bisa bertahan sampai sembilan provinsi ini damai.""Orang ini sangat licik dan juga tahu bagaimana menyembunyikan kekuatannya. Dia terkenal dengan prinsip tidak akan bergerak kecuali yakin seratus persen akan berhasil. Kalau benar-benar bersiap untuk bertindak, berarti dia pasti akan membunuh musuhnya. Sepertinya semua rumor itu memang benar ...."Sebelumnya, Trenggi hanya memusatkan perhatiannya sepenuhnya pada Sucipto karena Sucipto yang mengendalikan kekuatan militer kerajaan ini. Para pasukan pun jatuh di tangan Sucipto, tentu saja Sucipto adalah mu
"Oh ya. Tengku sedang sibuk apa beberapa hari ini? Kenapa aku sering nggak melihatnya?" Sucipto tidak memedulikan urusan Osman lagi, melainkan menanyakan kabar tentang putranya. Orang bilang buah jatuh tak jauh dari pohonnya, tetapi hal itu tidak berlaku baginya. Dia memiliki kemampuan luar biasa dalam bidang sastra dan militer. Saat Jihan masih memerintah, dia adalah seorang jenderal besar yang terkenal di mana-mana. Namun, putranya adalah seseorang yang tidak berguna.Selama bertahun-tahun ini, sikap Tengku selalu kekanak-kanakan. Sekarang dia sudah berusia tiga puluhan tahun, tetapi setiap harinya hanya berada di dekat wanita dan melakukan hal-hal yang buruk. Jika bukan karena dia adalah putra kandung dan putranya satu-satunya, Sucipto sudah membuangnya sejak awal."Tuan Tengku ...." Setelah ragu sejenak dan batuk-batuk dengan canggung, orang itu tetap tidak melanjutkan kata-katanya seolah-olah takut dengan sesuatu.Sucipto mengernyitkan alis dan berkata, "Di depanku pun masih ragu
Saat ini, pelayan yang tadi melaporkan situasi pada Sucipto sudah tiba di Rumah Bordil Clematis dan sedang berlutut di depan Tengku. Sementara itu, Tengku sendiri sedang memeluk dua wanita cantik dan salah satu wanita itu sedang menyuapi anggur pada Tengku. Sebuah pemandangan yang sangat memikat.Ruangan itu penuh dengan bau alkohol yang menyengat hingga pelayan itu kesulitan membuka matanya dan lantai dipenuhi botol anggur. Sucipto sudah tinggal di sana selama seminggu penuh, mungkin setiap harinya hanya minum dan bersenang-senang saja.Sebelum pelayan itu selesai berbicara, Tengku perlahan-lahan bangkit dan segera berjalan ke depan pelayan itu, lalu berkata dengan tenang, "Jadi, kamu sudah melaporkan urusanku padanya?""Mana mungkin, aku nggak akan mengkhianati Tuan Tengku. Aku hanya bilang aku nggak tahu saja, tapi Jenderal Sucipto tetap curiga. Kalau kamu masih nggak pulang, aku khawatir Jenderal Sucipto akan datang mencarimu.""Semua bawahannya adalah pasukan elite dan ibu kota in
Setelah kembali bersenang-senang dengan kedua wanita itu sebentar, Tengku akhirnya meninggalkan Rumah Bordil Clematis dengan enggan. Dia sudah mengusir para pengawalnya pergi sebelumnya, sehingga dia berjalan sendirian dengan terhuyung-huyung menuju kediaman jenderal besar.Di malam yang gelap dan berangin, jalanan sudah hampir tidak ada pejalan kaki. Namun, orang-orang di sekitar yang melihatnya langsung menjauh. Tidak ada yang berani mendekatinya karena dia sudah terkenal dengan kejahatannya di ibu kota. Mungkin tidak semua orang mengenalinya, tetapi sebagian besar orang sudah tahu reputasinya. Hanya saja, bukan reputasi yang baik.Biasanya, bukan hanya merampas wanita cantik saja, Tengku juga sering menindas rakyat biasa. Ditambah lagi, Sucipto selalu membiarkan tindakannya, sehingga lama-kelamaan mereka hanya bisa menjauhinya. Banyak yang diam-diam mengeluh tentang tindakannya, tetapi tidak ada yang berani mengungkapkannya."Apa aku ini serigala pemakan orang ya? Melihatku saja, ka
Keesokan paginya dan saat langit mulai terang, terdengar suara marah Sucipto dari kediaman jenderal besar.Saat ini, Tengku sedang berdiri di depan pintu kamar Tengku dengan bekas jejak kaki besar di pintu dan berteriak dengan marah, "Si berengsek Tengku ini masih belum pulang juga? Bukankah semalam aku sudah mengirim orang untuk mencarinya? Apa dia menganggap kata-kataku ini hanya angin saja? Anak durhaka ini makin nggak menghormati orang tua. Kenapa aku yang begitu hebat ini bisa punya putra seperti ini?"Semua pelayan berlutut di lantai dan tidak ada yang berani berbicara. Mereka sama sekali tidak tahu apa yang sebenarnya telah terjadi. Biasanya, mereka selalu melakukan pekerjaan dengan hati-hati, takut akan melakukan kesalahan sedikit saja pun bisa membawa masalah besar bagi mereka. Terutama para pelayan yang melayani Tengku harus lebih berhati-hati karena takut akan menyinggung Tengku dan membawa masalah bagi diri mereka sendiri. Mana mungkin mereka berani ikut campur dengan urus
Dalam sekejap, ekspresi Sucipto berubah menjadi muram. Dia segera bangkit dan berjalan ke depan kepala pelayan itu, lalu berkata dengan dingin, "Apa yang sebenarnya telah terjadi? Ini adalah ibu kota, wilayahku. Siapa yang berani menyentuh putraku? Bagaimana keadaan putraku sekarang?"Ternyata, semua yang ada di dalam mimpi Sucipto menjadi kenyataan.Kepala pelayan itu segera menyeka keringat di keningnya dan berkata, "Selama seminggu ini, Tuan Tengku selalu berada di Rumah Bordil Clematis. Tapi, saat kami baru tiba di sana, kami baru tahu Tuan Tengku sudah meninggalkan tempat itu di tengah malam dan dia juga minum banyak arak. Jadi, kami mengikuti jejak Tuan Tengku sepanjang jalan.""Setelah menyelidikinya, kami mendapat kabar Tuan Tengku dimasukkan ke dalam karung oleh beberapa orang misterius saat semalam Tuan Tengku melewati gang. Kemungkinan besar, sekarang dia sudah dibawa ke luar kota ...."Saat mengatakan kalimat terakhir, volume suara kepala pelayan itu menjadi sangat kecil.K
Bagi Biantara dan lainnya, uang hanyalah sebuah nominal. Mereka tidak peduli pada uang. Ketika melihat dirinya diabaikan, Tengku pun ketakutan hingga pipis di celana. Dia berteriak dengan suara nyaring, "Sebenarnya siapa kalian?""Berisik!" maki Biantara dengan tidak sabar. Sementara itu, pria di samping mengambil kain putih untuk menyumpal mulut Tengku."Gimana kalau kita potong lidahnya supaya dia nggak bisa bersuara lagi? Dia memang bising sekali!" usul pria itu.Selain Biantara, orang lainnya pun mengangguk sebagai tanda setuju. Jaringan mata-mata tersebar di seluruh dunia, ditambah lagi mereka telah menyusup ke ibu kota. Mana mungkin mereka tidak tahu perbuatan para anak orang kaya ini?Jaringan mata-mata tahu semua gerak-gerik Tengku. Kalau bukan karena Tengku masih bernilai, jaringan mata-mata pasti sudah mengambil tindakan untuk membunuhnya sejak awal!Tengku ketakutan dan tidak berani bersuara lagi. Dia meringkuk di pojok dengan gemetaran. Sorot matanya dipenuhi kepanikan!Kin