Setelah mendengar penjelasan Biantara, semua orang langsung mengerti rencana kali ini adalah menggunakan Tengku untuk mengancam Sucipto.Trenggi berkata sambil mengelus dagunya dan mengernyitkan alis, "Risiko dari rencana ini sangat besar. Sekarang adalah masa yang genting, Sucipto yang waspada pasti akan melindungi putranya.""Selain itu, situasi di ibu kota sudah dalam keadaan siaga penuh, gambar wajah kita mungkin sudah disebarkan ke semua penjaga kota. Mungkin akan sulit untuk menyusup ke dalam kota, apalagi menangkap Tengku. Lagi pula, kalau benar-benar meminta Sucipto untuk memilih kekuasaan atau Tengku, aku pikir dia akan memilih kekuasaan."Sucipto memiliki ambisi yang besar dan sangat mementingkan ketenaran. Meskipun dia sebenarnya memiliki kemampuan, dia juga sangat ambisius hingga menyebabkan situasi hari ini. Jangankan menggunakan putranya untuk menukar kekuasaan, dia juga mungkin tidak akan ragu untuk mempertaruhkan nyawanya sendiri."Kami juga sudah memikirkan hal ini seb
Wira pasti akan membalas dendam ini pada Sucipto suatu hari nanti."Kalau begitu, aku pamit dulu. Aku akan segera mengatur rencana kita selanjutnya. Silakan kalian makan pelan-pelan," kata Biantara, lalu mundur dan pergi."Tuan Wira, biarkan Biantara makan di sini bersama kita saja. Lagi pula, kita juga nggak terdesak, kenapa harus terburu-buru bergerak?" kata Trenggi dengan ekspresi tidak rela saat melihat punggung Biantara, tampaknya dia kecewa. Dia masih ingin mengobrol dengan Biantara lebih lama lagi. Jika bisa menjadi saudara dengan Biantara, kelak pasti ada keuntungannya.Wira tersenyum dan berkata, "Kita saja yang makan, aku mengerti dia. Dia selalu bertindak tegas dan cepat. Kalau rencananya sudah ditetapkan, dia pasti khawatir akan terjadi perubahan. Jenderal Trenggi, kamu nggak perlu memedulikannya. Ayo kita lanjut minum saja."Trenggi menghela napas dengan tak berdaya, lalu kembali makan bersama Wira dan yang lainnya.....Kerajaan Beluana, dia kediaman jenderal besar. Bhure
"Ini ...." Bhurek juga mulai merasa ragu dan tatapannya menjadi dingin. Dia juga ingin menghabisi Wira secepat mungkin."Sucipto dan Izhar nggak bodoh. Kalau aku yang inisiatif mencari mereka, mereka mungkin nggak akan memilih bekerja sama denganku. Wira nggak berani mengerahkan pasukannya melawan Kerajaan Nuala karena nggak ingin kita punya kesempatan menyerangnya. Meskipun dia berada di dalam Kerajaan Nuala, dia hanya terlibat dalam keributan internal saja.""Tapi, Sucipto sudah memegang kekuasaan militer dan Wira hanya sendirian, mungkin nggak akan bisa membuat keributan besar. Begini saja ...."Bhurek tiba-tiba menunjuk seseorang dan melanjutkan, "Kamu memimpin bawahanmu diam-diam masuk ke Kerajaan Nuala. Nggak perlu menghubungi orang-orang Sucipto, cukup menonton dari kegelapan saja. Kalau ada kesempatan, usahakan untuk mengadu domba. Konflik antara Wira dan Izhar makin sengit, kita akan makin beruntung."Orang itu segera menganggukkan kepala. "Siap!"....Di sisi lain, di dalam i
Sucipto sudah mengalihkan topik pembicaraan dan bertanya. Menurut pendapatnya, mereka seharusnya langsung mengejar dan membunuh Wira serta kelompoknya. Hanya dengan membunuh Osman dan Wira, mereka baru bisa tenang sepenuhnya dan Kerajaan Nuala juga akan jatuh ke tangannya. Meskipun kelak Baris sudah dewasa dan ingin merebut kembali kekuasaan, Baris juga tidak akan memiliki kesempatan lagi.Izhar berkata dengan ekspresi serius, "Menurutku, sebaiknya kita jangan bergerak dulu. Sesuai laporan mata-mata, Wira sudah pergi ke Kota Hanoe dan sekarang sudah bekerja sama dengan Trenggi. Kita sudah pernah mencoba untuk menghubungi Trenggi sebelumnya, tapi orang ini selalu menghindar dan nggak mau menyerahkan token militernya. Sepertinya, dia ingin membantu Osman untuk merebut kembali kekuasaannya."Sucipto langsung berkata dengan cuek, "Jadi, kenapa? Trenggi itu hanya punya seratus ribu pasukan, nggak berarti apa-apa dan nggak bisa melakukan apa-apa juga di hadapan kita. Kalau dia ingin bermain-
"Bajingan mana yang melakukan ini? Kenapa bisa sekejam ini?" teriak Trenggi dengan marah setelah tergesa-gesa datang dan melihat mayat Nusa di lantai. Membunuh seseorang saja sudah cukup buruk, malah menyiksa orang itu sampai seperti ini lagi. Orang yang melakukan ini benar-benar tidak berhati nurani.Ekspresi Osman muram dan berkata sambil menggertakkan gigi, "Tentu saja di bajingan Sucipto itu.""Saat itu aku bahkan salah paham terhadap Nusa. Aku berpikir Nusa sudah mengkhianati kita, jadi semua orang di Penginapan Giri mati dengan sia-sia. Melihat keadaan Nusa yang menyedihkan ini, sekarang aku baru tahu betapa besar penderitaannya yang dialaminya. Dia terpaksa mengungkapkan rahasia Penginapan Giri, mungkin juga karena ingin segera mengakhiri hidupnya."Hati Osman merasa sangat sedih karena kesalahannya yang membuat Nusa menjadi seperti ini. Sucipto ini memang kejam dan tak berperasaan sampai menyiksa orang hingga seperti ini. Benar-benar membuat orang merasa sangat sakit hati."Kal
Wira berkata dengan tenang, "Jangan lupa. Sucipto adalah orang yang gegabah dan kejam, dia tentu saja ingin segera membunuh kita semuanya. Tapi, di sampingnya masih ada Izhar.""Tuan Izhar!"Trenggi menepuk kepalanya sendiri, lalu menggelengkan kepala dan berkata, "Kenapa aku bisa melupakan orang licik ini. Tuan Izhar dikenal sebagai penasihat utama dan dulu banyak membantu Ratu Jihan. Kalau nggak ada Tuan Izhar, mungkin kita nggak akan bisa bertahan sampai sembilan provinsi ini damai.""Orang ini sangat licik dan juga tahu bagaimana menyembunyikan kekuatannya. Dia terkenal dengan prinsip tidak akan bergerak kecuali yakin seratus persen akan berhasil. Kalau benar-benar bersiap untuk bertindak, berarti dia pasti akan membunuh musuhnya. Sepertinya semua rumor itu memang benar ...."Sebelumnya, Trenggi hanya memusatkan perhatiannya sepenuhnya pada Sucipto karena Sucipto yang mengendalikan kekuatan militer kerajaan ini. Para pasukan pun jatuh di tangan Sucipto, tentu saja Sucipto adalah mu
"Oh ya. Tengku sedang sibuk apa beberapa hari ini? Kenapa aku sering nggak melihatnya?" Sucipto tidak memedulikan urusan Osman lagi, melainkan menanyakan kabar tentang putranya. Orang bilang buah jatuh tak jauh dari pohonnya, tetapi hal itu tidak berlaku baginya. Dia memiliki kemampuan luar biasa dalam bidang sastra dan militer. Saat Jihan masih memerintah, dia adalah seorang jenderal besar yang terkenal di mana-mana. Namun, putranya adalah seseorang yang tidak berguna.Selama bertahun-tahun ini, sikap Tengku selalu kekanak-kanakan. Sekarang dia sudah berusia tiga puluhan tahun, tetapi setiap harinya hanya berada di dekat wanita dan melakukan hal-hal yang buruk. Jika bukan karena dia adalah putra kandung dan putranya satu-satunya, Sucipto sudah membuangnya sejak awal."Tuan Tengku ...." Setelah ragu sejenak dan batuk-batuk dengan canggung, orang itu tetap tidak melanjutkan kata-katanya seolah-olah takut dengan sesuatu.Sucipto mengernyitkan alis dan berkata, "Di depanku pun masih ragu
Saat ini, pelayan yang tadi melaporkan situasi pada Sucipto sudah tiba di Rumah Bordil Clematis dan sedang berlutut di depan Tengku. Sementara itu, Tengku sendiri sedang memeluk dua wanita cantik dan salah satu wanita itu sedang menyuapi anggur pada Tengku. Sebuah pemandangan yang sangat memikat.Ruangan itu penuh dengan bau alkohol yang menyengat hingga pelayan itu kesulitan membuka matanya dan lantai dipenuhi botol anggur. Sucipto sudah tinggal di sana selama seminggu penuh, mungkin setiap harinya hanya minum dan bersenang-senang saja.Sebelum pelayan itu selesai berbicara, Tengku perlahan-lahan bangkit dan segera berjalan ke depan pelayan itu, lalu berkata dengan tenang, "Jadi, kamu sudah melaporkan urusanku padanya?""Mana mungkin, aku nggak akan mengkhianati Tuan Tengku. Aku hanya bilang aku nggak tahu saja, tapi Jenderal Sucipto tetap curiga. Kalau kamu masih nggak pulang, aku khawatir Jenderal Sucipto akan datang mencarimu.""Semua bawahannya adalah pasukan elite dan ibu kota in