"Tuan! Bukan aku orangnya! Pasti ada kesalahpahaman di sini! Tolong diselidiki lagi!" Nusa tahu bahwa dirinya akan mati jika mengaku. Jadi, sebaiknya dia mengulur waktu dan menunggu Osman menolongnya.Nusa berjasa untuk Osman. Sekarang Osman telah pergi bersama Wira, jadi Nusa menaruh harapan padanya. Sebelum diselamatkan, dia harus mengelak sebisa mungkin!Sucipto terkekeh-kekeh. Dia mengambil cambuk dari salah seorang pengawal, lalu mencambuk Nusa dengan sekuat tenaga.Dalam sekejap, Nusa berteriak kesakitan. Meskipun demikian, orang-orang yang melihat hanya tersenyum dingin tanpa merasa iba sedikit pun. Berani sekali bocah ini menantang Sucipto! Memang pantas diberi pelajaran!"Tuan! Aku bukan siapa-siapa. Meskipun kamu membunuhku, masalah itu tetap nggak ada kaitannya denganku. Kalau kamu yakin aku terlibat, bunuh saja aku," ucap Nusa.Nusa bisa merasakan tubuhnya sudah tidak tahan lagi sehingga memilih untuk mati. Dengan begitu, dia bisa terbebas dari segala penderitaan."Hehe." S
Wira terdiam untuk sesaat. Dia sudah menganggap semua bawahannya sebagai saudara sendiri. Sayangnya, anggota jaringan mata-mata itu malah .... Mereka tewas karena dirinya."Semua ini salahku. Aku nggak nyangka Nusa akan mengkhianatiku." Osman maju dan menampar diri sendiri 2 kali. Menurutnya, kesalahan ini terletak pada Nusa."Ini bukan salah Nusa. Aku sudah menyelidikinya. Dia ditangkap dan seharusnya disiksa. Makanya, dia membocorkan tentang Penginapan Giri," jelas Biantara.Osman segera tersadar kembali. Apabila Nusa ingin mengkhianatinya, mana mungkin membantunya mengirim surat? Dia tidak seharusnya berbicara seperti itu tadi."Aku nggak seharusnya menyalahkan Nusa. Tapi, aku sudah melibatkannya dalam masalah ini. Kalau nggak, dia nggak mungkin disiksa mereka. Aku rasa dia sudah mati sekarang." Osman mengembuskan napas panjang.Osman merasa semua masalah ini terjadi karena dirinya. Bawahan Wira diserang, sedangkan Nusa mati. Semua ini berkaitan erat dengan dirinya. Jika tidak terja
"Baiklah, kamu juga harus hati-hati!" Setelah selesai memberi instruksi, Wira langsung membawa rombongan pergi ke arah Kota Hanoe.Saat Wira dan yang lainnya memasuki kota, Trenggi menyambut mereka. Dia sudah mendapat kabar kedatangan mereka dan menunggu mereka di sana cukup lama."Kamu pasti Wira yang terkenal itu, kan?" kata seorang pria berbadan besar dan berotot yang segera mendekati Wira diikuti beberapa orang di belakangnya. Dari tonjolan di keningnya yang besar, jelas mereka semua adalah ahli yang hebat."Kamu adalah Jenderal Trenggi?" Setelah mengamati pria itu dari atas ke bawah, Wira merasa Trenggi agak berbeda dari bayangannya. Awalnya, dia mengira Trenggi pasti orang yang kasar dan tidak peduli dengan hal-hal kecil karena nama Trenggi memang terdengar menakutkan. Namun, setelah melihat Trenggi sekarang, dia merasa harus memperbarui pemikirannya sendiri.Meskipun nama Trenggi memberi kesan menyeramkan dan gagah, Trenggi sebenarnya sangat beradab. Tubuhnya memang besar, tetap
Trenggi berbicara sambil tertawa terbahak-bahak.Setelah itu, Trenggi menatap Wira dan berkata, "Pangeran Osman, kamu benar-benar hebat sampai bisa menarik Tuan Wira ke pihakmu dan bahkan memintanya untuk bertarung bersamamu. Dengan bantuan besar seperti ini, mungkin hanya tinggal menunggu waktu saja untuk menggulingkan pemerintahan Sucipto dan Izhar."Osman tidak berbicara karena dia tahu bukan hal yang mudah untuk merebut kembali kekuasaan. Bagaimanapun juga, Sucipto sudah memimpin sebagian besar pasukan Kerajaan Nuala. Kecuali Wira memimpin pasukan besarnya untuk datang membantu, mungkin dia masih ada kesempatan menang. Namun, dengan begitu, baik Provinsi Lowala yang dipimpin Wira ataupun Kerajaan Nuala akan menjadi kacau.Masih ada dua kerajaan besar lainnya di sembilan provinsi ini yang sedang menunggu kesempatan. Ditambah lagi, ada banyak suku kecil di sekitar yang selalu mencari peluang untuk masuk ke wilayah sembilan provinsi. Situasinya sangat buruk."Kita lihat saja nanti. Ak
Wira berkata dengan tenang sambil minum araknya, "Aku sudah punya rencana. Sekarang Sucipto mengendalikan kekuasaan, tapi ini masih kerajaan Keluarga Barus dan yang berkuasa masih Baris. Untuk beberapa saat ini, Sucipto nggak akan berani melakukan apa pun padanya.""Dia hanya ingin memanfaatkan status Baris untuk mengendalikan pemerintahan. Setelah kekuasaannya sudah benar-benar stabil, Baris baru nggak berguna lagi. Tapi, saat itu masih lama, jadi kita masih punya kesempatan."Melihat semua orang menatapnya, Wira kembali melanjutkan, "Sucipto dan Izhar memang bukan orang bodoh, tapi mereka pasti sudah menjadi sombong karena bisa meraih prestasi besar dalam waktu singkat dan bahkan memiliki posisi di bawah raja. Selain itu, dia juga sudah menyingkirkan semua mata-mataku di ibu kota, sekarang dia pasti sudah lebih lengah. Kalau begitu, kita bisa menyerang dan memanfaatkan titik kelemahannya untuk menghancurkannya."Wira berpikir mereka memang bukan tandingan Sucipto jika menghadapinya s
Meskipun semua orang sudah tahu Wira memiliki jaringan mata-mata dan Biantara adalah penanggung jawab jaringan itu, Biantara tetap harus berhati-hati dan tidak boleh sombong. Hanya dengan cara ini, dia baru bisa memastikan tidak terjadi kesalahan sedikit pun.Biantara tidak ingin kejadian di ibu kota Kerajaan Nuala terulang kembali. Orang-orang yang ditempatkan di Penginapan Giri adalah prajurit elite yang dipilihnya dan mereka adalah saudara yang telah bersamanya selama ini juga. Sayangnya, sekarang semua saudaranya itu sudah menjadi korban dan ini membuat hatinya merasa sakit."Tuan Biantara, nggak perlu terlalu merendahkan diri. Sekarang kamu juga sudah datang ke sini, hatiku yang cemas pun jadi tenang."Setelah mengatakan itu sambil tersenyum, Trenggi kembali menatap Wira dan segera menjelaskan, "Tuan Wira, jangan salah paham. Bukannya aku nggak percaya, tapi hatiku jadi lebih tenang setelah melihat Tuan Biantara. Pasukanku nggak banyak, tapi dengan adanya kamu dan Tuan Biantara sa
Setelah mendengar penjelasan Biantara, semua orang langsung mengerti rencana kali ini adalah menggunakan Tengku untuk mengancam Sucipto.Trenggi berkata sambil mengelus dagunya dan mengernyitkan alis, "Risiko dari rencana ini sangat besar. Sekarang adalah masa yang genting, Sucipto yang waspada pasti akan melindungi putranya.""Selain itu, situasi di ibu kota sudah dalam keadaan siaga penuh, gambar wajah kita mungkin sudah disebarkan ke semua penjaga kota. Mungkin akan sulit untuk menyusup ke dalam kota, apalagi menangkap Tengku. Lagi pula, kalau benar-benar meminta Sucipto untuk memilih kekuasaan atau Tengku, aku pikir dia akan memilih kekuasaan."Sucipto memiliki ambisi yang besar dan sangat mementingkan ketenaran. Meskipun dia sebenarnya memiliki kemampuan, dia juga sangat ambisius hingga menyebabkan situasi hari ini. Jangankan menggunakan putranya untuk menukar kekuasaan, dia juga mungkin tidak akan ragu untuk mempertaruhkan nyawanya sendiri."Kami juga sudah memikirkan hal ini seb
Wira pasti akan membalas dendam ini pada Sucipto suatu hari nanti."Kalau begitu, aku pamit dulu. Aku akan segera mengatur rencana kita selanjutnya. Silakan kalian makan pelan-pelan," kata Biantara, lalu mundur dan pergi."Tuan Wira, biarkan Biantara makan di sini bersama kita saja. Lagi pula, kita juga nggak terdesak, kenapa harus terburu-buru bergerak?" kata Trenggi dengan ekspresi tidak rela saat melihat punggung Biantara, tampaknya dia kecewa. Dia masih ingin mengobrol dengan Biantara lebih lama lagi. Jika bisa menjadi saudara dengan Biantara, kelak pasti ada keuntungannya.Wira tersenyum dan berkata, "Kita saja yang makan, aku mengerti dia. Dia selalu bertindak tegas dan cepat. Kalau rencananya sudah ditetapkan, dia pasti khawatir akan terjadi perubahan. Jenderal Trenggi, kamu nggak perlu memedulikannya. Ayo kita lanjut minum saja."Trenggi menghela napas dengan tak berdaya, lalu kembali makan bersama Wira dan yang lainnya.....Kerajaan Beluana, dia kediaman jenderal besar. Bhure