Share

Bab 188

Penulis: Arif
“Saraf terjepit?” Dian tidak mengerti maksud Wira untuk sesaat. Setelah mengerti, Dian berkata, “Aku tahu sebagai seorang pelajar, Tuan Wira pasti punya harga diri yang tinggi. Bagaimana kalau aku yang menggantikanmu mengunjungi Kediaman Yumandi?”

Wira bertanya dengan terkejut, “Kamu mau menggantikanku pergi mengemis pada orang lain?”

Dian menjawab dengan malu, “Tuan sudah menyelamatkanku. Jadi, nggak masalah apabila aku harus menggantikan Tuan untuk mengemis pada orang lain. Lagian, aku hanya seorang wanita. Harga diriku nggak begitu penting.”

Wira menggeleng dan menjawab, “Harga diriku juga nggak begitu penting. Hanya saja, bisnisnya nggak bakal lancar kalau kita pakai cara mengemis”

Dian bertanya dengan bingung, “Jadi, harus bagaimana?”

Dian memiliki wawasan yang cukup luas, tetapi dia tidak bisa memikirkan cara lain untuk melewati rintangan ini selain mengemis pada Keluarga Yumandi.

Wira menjawab sambil tersenyum, “Kalau nggak mau mengemis pada mereka, ya buat saja mereka mengemis
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Barlian Tango
min sehari paling gak 10 bab lah.....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 189

    Wira pun menyerahkan semuanya kepada Dian. Dengan adanya Dian, dia sudah tidak perlu mengurus masalah sepele seperti menyewa rumah. Alasan utamanya menyewa rumah besar adalah karena ingin membuat sabun dan memproduksi gula putih, lalu mencoba untuk menjualnya kepada orang bangsa Agrel.Di sisi lain, Sony memusatkan perhatiannya untuk mengamati dan belajar bagaimana cara Dian berkomunikasi dengan orang.Orang yang ingin menyewa rumah besar tentu saja tidak akan memberi sedikit komisi. Samir berkata dengan gembira, “Nona, lembaga makelar ini punya tiga rumah besar di kota bagian selatan. Yang pertama adalah vila milik Keluarga Wilianto. Luasnya sekitar 5 hektar, harga sewa per bulannya 50.000 gabak dengan minimal sewa satu tahun.”“Yang kedua adalah rumah milik pedagang luar kota, luasnya sekitar 7 hektar. Biaya sewanya 70.000 gabak dengan minimal sewa satu tahun. Yang terakhir juga merupakan rumah milik pedagang luar kota. Luas rumah ini paling besar, mencapai 10 hektar. Harga sewa per

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 190

    Wira memperhatikan semuanya dalam diam dan membiarkan Dian menangani semuanya. Dia merasa sangat terkejut karena Dian melakukan tawar-menawar.Saat pertama kali bertemu, Dian langsung mengeluarkan satu juta gabak untuk membeli sabun dari Wira. Saat di Yispohan, Dian juga tanpa ragu mengeluarkan satu juta gabak untuk menyuruh para bandit mengantarkan pengawal-pengawalnya pulang. Sekarang, dia seolah-olah sudah berubah menjadi orang yang berbeda.Sekelompok orang itu pun pergi ke vila Keluarga Wilianto. Vila seluas lima hektar ini memiliki tiga pintu masuk dan tiga pintu keluar, juga dijaga oleh seorang pelayan tua. Halamannya dipenuhi oleh daun yang berguguran.Wira melirik sekilas vila ini dan merasa vila ini sangat mirip dengan bangunan antik zaman dulu. Danu, Ganjar, dan Sony juga tercengang setelah melihatnya.Di sisi lain, Dian malah berkata dengan tidak puas, “Ada delapan pilar yang sudah retak dan perlu diganti. Harganya paling nggak mencapai 12.000 gabak. Kurangi lagi harga sewa

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 191

    Setelah percakapan itu, Wira dan Dian tidak tahu harus bagaimana melanjutkan percakapan lagi. Sebenarnya, situasi mereka berdua selama beberapa hari terakhir memang seperti ini. Jika tidak ada yang perlu dibicarakan, mereka hanya akan diam. Bagaimanapun juga, yang satu sudah beristri dan yang satu lagi pernah menikah tiga kali. Apabila bukan karena alasan tertentu, mereka tidak akan menghabiskan waktu berdua.“Aduh!”Tiba-tiba, terdengar suara teriakan seseorang dan suara kuda melengking. Kereta kuda pun tiba-tiba berhenti. Sepertinya, ada orang yang terjatuh.Danu berkata, “Kak Wira, ada orang mabuk yang tiba-tiba muncul, lalu terjatuh di depan kereta kuda.”“Apa mungkin penipu?” Wira membuka tirai kereta, lalu berjalan turun dari kereta kuda. Dian juga mengikutinya.Seorang pria paruh baya kurus yang seluruh tubuhnya bau alkohol berbaring di depan kereta kuda. Dia memegang sebotol arak, lalu menuangkan isinya ke mulut dengan mabuk.Wira memapahnya untuk berdiri, lalu bertanya, “Paman

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 192

    Seorang pria paruh baya yang membawa delapan pengawal sedang menunggu di depan penginapan dengan ekspresi garang. Begitu melihat Wira, tatapannya berubah menjadi sangat ganas.Wira bertanya dengan heran, “Siapa kamu?”Dian menjawab, “Dia itu Johan Silali, putra kedua Keluarga Silali dan juga paman Mahendra.”Begitu mendengar ucapan Dian, Danu dan Ganjar langsung berdiri di kedua sisi Wira untuk melindunginya. Sony diam-diam berjalan mundur ke kereta kuda untuk mengambil Pedang Treksha, lalu memberikannya kepada mereka.Wira pun tersadar dan bertanya tanpa basa-basi, “Apa maumu?”“Kamu sudah menghancurkan semua yang dibangun Keluarga Silali selama tiga generasi, juga menjebloskan kakakku ke penjara dan membunuh Mahendra! Cepat atau lambat, aku pasti akan menghabisimu!” ujar Johan dengan marah. Dia memelototi Wira sambil mengepalkan tinjunya dengan erat. Dia benar-benar tidak mengerti kenapa kakak dan keponakannya bisa dikalahkan oleh pemuda ini.Wira bertanya dengan terkejut, “Mahendra

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 193

    Keluarga bangsawan tidak seperti keluarga kaya kabupaten. Dalam keluarga mereka, pasti ada orang yang menjadi pejabat di istana. Bahkan prefektur juga harus menghormati keluarga bangsawan dan tidak berani menyinggung mereka. Dapat dikatakan bahwa orang yang bisa menguasai kota pusat pemerintahan bukanlah orang biasa.Dian merasa Wira masih muda dan tidak memiliki pengalaman dalam menghadapi keluarga bangsawan sehingga tidak mengetahui seberapa hebatnya mereka.“Dasar bocah tak tahu diri! Kalau nggak percaya, coba saja. Kamu akan segera tahu kehebatan mereka!” ujar Johan dengan kesal. Kemudian, dia pun pergi. Tujuannya mengatakan itu semua karena ingin melihat Wira ketakutan, putus asa, dan memohon kepadanya. Alhasil, Wira sama sekali tidak peduli dan bahkan berani memaki Keluarga Yumandi. Wira benar-benar sangat bernyali.Johan merasa sangat marah. Namun, dia yakin Wira akan segera tahu kehebatan Keluarga Yumandi begitu dipersulit nanti. Pada saat itu, Wira pasti akan berlutut di depan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 194

    Wira memapah Gandi dan Ganjar untuk berdiri, lalu berkata, “Apa kalian pernah berpikir kalau benar-benar terjadi sesuatu pada kalian, bagaimana dengan ibu, istri, dan anak kalian? Aku memang bisa menghidupi mereka, tapi uang hanya bisa memenuhi kebutuhan dasar mereka, nggak bisa menggantikan posisi maupun tanggung jawab kalian sebagai anak, suami, dan ayah.”“Tuan, kami tahu kami salah,” jawab Gandi dan Ganjar sambil menangis terharu. Pada saat-saat seperti ini, Wira masih memperhatikan mereka. Dia benar-benar adalah orang yang sangat baik hati. Meskipun harus dipenggal karena membunuh Mahendra, mereka merasa semuanya sudah sepadan.Wira berkata dengan cemberut, “Apa kesalahan kalian? Bukannya hari itu kalian pergi mencari dokter untuk mengobati ibu kalian? Kalian hanya tersesat dan akhirnya nggak bertemu dengan dokternya.”“Eh ... emm!” Kedua bersaudara itu mengangguk dengan terkejut.Wira memperingati mereka dengan serius, “Ingat, bahkan kalau Tuhan yang bertanya, kalian juga harus m

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 195

    Tanpa dukungan yang kuat, orang yang bisa menjadi pejabat tingkat ketiga dalam kurun waktu 10 tahun pasti bukanlah orang biasa.“Bisa dibilang ada sih!” Dian menjawab sambil tersenyum, “Ketika raja sebelumnya mau melakukan reformasi, Pak Putro sangat berani bertindak. Ke mana pun dia pergi, dia akan membantai keluarga kaya, keluarga bangsawan, dan keluarga terhormat. Dia memiliki banyak musuh di istana dan selalu dikritik. Berkat perlindungan raja sebelumnya, dia baru bisa keluar dari situasi itu dengan selamat.”Wira berdecak kagum, “Dia memang hebat!”Istana adalah tempat yang paling berbahaya. Orang biasa tidak mungkin bisa selamat setelah membantai semua orang dari tingkatan rendah sampai tinggi.Dian berkata lagi, “Setelah mengundurkan diri dari jabatannya, Pak Putro pun mulai mengajar. Setiap ada ujian, setidaknya ada tiga muridnya yang mendapatkan peringkat tertinggi. Semua pelajar yang datang ke Kota Pusat Pemerintahan Jagabu sangat ingin mengunjungi Pak Putro dan mendapatkan k

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 196

    Para pengawal dan pelayan rumah ini tidak banyak. Semuanya juga berpenampilan sederhana. Di sebuah paviliun di rumah tengah, sebuah tikar dibentangkan di atas lantai. Di atasnya, ada sebuah meja kecil.Seorang pria paruh baya beruban yang tampak gagah sedang duduk di atas lantai sambil menguap dan meregangkan badannya. Di hadapannya, ada seorang pemuda yang terlihat konservatif sedang berlutut di atas tikar dan menyuguhkan teh untuk pria paruh baya itu.Pemuda kolot itu berkata dengan cemberut, “Guru, aku sudah bekerja di Kota Pusat Pemerintahan Jagabu selama dua tahun, tapi ini adalah pertama kalinya Guru mengundangku ke rumah. Apa Guru punya perintah?”Putro menjulingkan matanya dan menjawab, “Farhan, kamu itu wakil prefektur di kota pusat pemerintahan ini. Kenapa malah cemberut seperti anak kecil!”Farhan mendengus ringan, “Soalnya Guru membuatku kesal. Aku sudah menjabat di tempat ini selama dua tahun, tapi Guru nggak pernah menemuiku. Aku tahu Guru sangat rendah hati, tapi ini sud

Bab terbaru

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2970

    "Kalau begitu, kita bakar saja semuanya. Kalau nggak bisa dibawa pulang, kita bawa saja abu mereka. Ini satu-satunya cara yang bisa kita lakukan untuk sekarang," sahut Wira.Mereka tewas di hutan ini dengan tubuh yang telah dimakan oleh ular, serangga, tikus, dan semut. Hanya dengan menyentuh mayat-mayat ini, Wira dan lainnya bisa berisiko keracunan. Jadi, mereka harus sangat berhati-hati.Membakar mayat-mayat ini adalah satu-satunya pilihan yang bisa dilakukan saat ini.Beberapa orang itu mengangguk. Saat Agha dan Dwija mencari kayu bakar, Wendi mengeluarkan sebotol bubuk dari dalam sakunya."Kalian nggak perlu cari kayu bakar. Aku bisa langsung membakar mayat-mayat ini. Setelah aku taburkan bubuk putih ini, tubuh mereka akan terbakar dengan sendirinya. Setelah itu, kita cuma perlu kumpulkan abu mereka."Setelah mendapat izin dari Wira, Wendi menaburkan bubuk itu. Tidak lama kemudian, mayat-mayat itu terbakar dengan api yang menyala hebat.Meskipun api begitu besar, tidak ada pohon-po

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2969

    Ketika Wira dan lainnya memasuki hutan, orang-orang dari Lembah Duka juga sudah mendapatkan berita tentang kedatangan mereka.Pada saat itu, beberapa orang dari Lembah Duka telah memasuki hutan dan mendekati kelompok Wira.Selama bertahun-tahun, tidak ada yang berani memasuki daerah ini. Bukan hanya karena kabut beracun yang ada, tetapi lebih karena hutan ini adalah wilayah Lembah Duka.Bagi orang-orang di wilayah barat, mereka tahu bahwa orang-orang dari Lembah Duka tidak bisa diusik. Jika bertindak sembarangan, mereka mungkin akan berakhir dengan sangat buruk, bahkan kehilangan nyawa. Makanya, tidak ada yang berani mengambil risiko.Seiring berjalannya waktu, melalui rumor yang terus beredar, nama Lembah Duka pun semakin menakutkan. Bahkan, desa-desa di sekitar wilayah mereka berangsur menghilang.Makanya, kedatangan Wira dan lainnya kali ini membuat Lembah Duka agak bingung. Mereka pun mengirim orang untuk memeriksa situasi di dalam hutan.Saat ini, Wira dan lainnya terus bergerak.

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2968

    Agha tahu betul apa saja yang terdapat di dalam hutan. Makanya, dia merasa heran. Bagaimana bisa ular, serangga, tikus, dan semut menjadi sesuatu yang menakutkan?Sebelum Wendi sempat berbicara, Wira segera menjelaskan, "Kalau tebakanku nggak salah, ular, serangga, tikus, dan semut di dalam pasti menghirup kabut beracun itu. Makanya, mereka semua menjadi aneh dan beracun.""Kalau digigit oleh makhluk-makhluk itu, akibatnya bisa lebih merepotkan daripada dikejar oleh serigala atau harimau. Sepertinya serigala dan harimau meninggalkan tempat ini karena kabut beracun itu, 'kan? Apa aku benar?"Usai berbicara, Wira menatap Wendi. Wendi mengangguk. "Semua yang Tuan Wira katakan benar, memang seperti itu. Jadi, kalau mau masuk, kita harus sangat berhati-hati.""Aku membawa cukup banyak obat-obatan, jadi bisa melindungi kita semua untuk sementara. Tapi, tetap saja aku nggak bisa menjamin keselamatan kalian 100%."Tidak ada yang tahu apakah akan ada bahaya lain yang muncul di dalam sana. Tidak

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2967

    Saat ini, Wira dan lainnya sedang dalam perjalanan menuju Lembah Duka.Seiring dengan langit yang semakin terang, Wira dan lainnya akhirnya sampai di depan hutan itu.Seperti yang dikatakan oleh Fahri, di depan mereka ada sebuah hutan besar yang tidak terlihat ujungnya. Meskipun sudah pagi, hutan itu tetap memberi nuansa gelap yang agak menakutkan.Meskipun tidak sepenuhnya gelap, jarak pandangnya sangat rendah. Yang paling aneh adalah ... tampaknya ada kabut putih di dalam sana.Hal ini cukup membingungkan. Wira menatap situasi di depan, lalu menatap Wendi di samping. "Sepertinya kami membutuhkan bantuanmu selanjutnya. Kabut di dalam sana sepertinya nggak biasa, 'kan?"Wira sudah berkelana selama bertahun-tahun. Banyak hal yang sudah dilihatnya. Begitu melihat kabut putih itu, dia bisa langsung menebak ada sesuatu yang aneh di dalamnya.Jika mereka masuk dengan ceroboh, mungkin saja mereka akan berakhir dengan nasib yang lebih buruk dari kematian ....Wendi mengangguk perlahan, lalu m

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2966

    "Apa mereka benar-benar akan mencari masalah denganmu cuma karena perkataan sepihak dari Wira?" tanya Caraka dengan bingung."Sebenarnya, aku memang menyembunyikan banyak hal tentang identitasku dari kalian. Aku memang berasal dari wilayah barat dan juga orang Lembah Duka.""Sayangnya, ada aturan di Lembah Duka yang melarang orang-orang di dalam untuk keluar. Mereka hanya bisa tinggal di dalam lembah.""Ini merupakan pembatasan yang ditentukan oleh penguasa wilayah barat dengan Lembah Duka sejak bertahun-tahun yang lalu. Selama bertahun-tahun, nggak ada yang berani mematahkan kesepakatan ini.""Ini bukan karena orang-orang di dalam sana nggak mendambakan dunia luar, tapi karena ketua lembah saat ini sangat kolot. Jadi, nggak ada yang berani mengganggunya.""Kalau sampai seseorang membuatnya marah, hasilnya akan jauh lebih buruk dari kematian. Aku bahkan harus mengerahkan seluruh kekuatan untuk keluar dari Lembah Duka. Untungnya, aku bisa sampai di sini.""Tapi, kalau mereka tahu ke man

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2965

    Wira tersenyum dan menepuk bahu Agha, lalu perlahan-lahan berkata, "Aku rasa nggak begitu. Kamu tadi sudah menakuti Saka. Ditambah lagi, cara Nona Wendi menyerang juga berhasil membuat para prajurit itu takut untuk menyerang. Kalau mereka tetap berada di sini, mereka akan ketakutan sampai nggak punya daya tarung lagi.""Daripada begitu, lebih baik mereka segera pergi dari sini. Kalau aku yang berada di posisi mereka, aku juga akan begitu."Meskipun Wira berbicara dengan santai, dia tahu jelas Saka bukan orang yang sembarangan dan memiliki pemikiran yang sama dengannya. Selain itu, Saka juga terampil dalam memimpin pasukan dan semua bawahannya adalah pasukan elite.Sepertinya, saat kembali ke Provinsi Tengah nanti, Wira merasa dia harus lebih berhati-hati. Jika pergerakan mereka ketahuan Saka, pasti akan ada pertempuran sengit dan situasinya bahkan lebih buruk dari sekarang. Bagaimanapun juga, Provinsi Tengah adalah wilayah kekuasaan Saka."Kita lanjutkan perjalanan kita. Selagi mereka

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2964

    Jika Wendi tidak berada di sana, Saka tentu saja akan langsung turun tangan. Namun, setelah melihat cara Wendi bertarung, dia juga tidak berani mendekat. Dia khawatir jika terkena bubuk putih itu, nasibnya juga akan sama dengan orang-orang yang terjatuh ke tanah itu. Nyawanya lebih berharga daripada mereka, dia jelas tidak bisa mengambil risiko ini."Kenapa kalian masih berdiri di belakangku? Para sampah nggak berguna ini sudah mulai ketakutan. Kalau nggak ada yang membuka jalan untuk mereka, mereka nggak akan berani bergerak. Apa kalian ingin terus menunda waktu di sini? Cepat pimpin mereka untuk menyerang dan segera tangkap orang-orang itu," perintah Saka.Saka memang tidak berniat untuk turun tangan, tetapi dia menyerahkan tugas berat ini pada beberapa wakil di belakangnya. Mereka biasanya sangat berkuasa dam sudah diam-diam melakukan banyak hal di belakangnya. Namun, dia hanya mengawasi dan tidak terlalu memedulikan urusan kecil itu karena dia sendiri juga sering melakukan hal buru

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2963

    Krak!Saka mengepalkan tinjunya dengan sangat erat dan tatapannya juga terlihat sangat dingin. Dia sudah memberikan tawaran yang bagus, orang lain pasti tidak akan bisa menahan godaan seperti itu jika berada di posisi Agha.Selain itu, Saka merasa orang yang berada di pihaknya bukan hanya hidup mewah, mereka juga bisa memperluas wilayah. Ini adalah masa depan yang diinginkan seorang perwira militer, tetapi Agha malah menolak tawarannya.Saat memikirkan hal itu, Saka kembali berteriak dengan marah, "Jadi, kamu bersikeras ingin melawanku?""Kalau begitu, kenapa? Kalian sendiri yang berkali-kali mencari masalah dengan kami. Dilihat dari sikapmu, sepertinya kamu ingin membantaiku ya? Kalau begitu, ayo ke sini," teriak Agha yang juga tidak mau kalah.Selain Wira, Agha sama sekali tidak peduli pada siapa pun di dunia ini dan kata-kata orang lain juga dianggapnya hanya angin lewat saja. Saat masih berada di Provinsi Yonggu, bahkan Danu pun tidak bisa memerintahnya. Apalagi sekarang, apa artin

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2962

    "Terima kasih, Nona Wendi. Kamu ini memang sangat hebat. Kalau obat penyembuh luka ini dijual, pasti akan ada banyak orang dari wilayah barat sampai ke Provinsi Yonggu yang ingin membelinya," kata Dwija dengan segera.Sebelum bergabung dengan Gedung Nomor Satu, Dwija selalu berkelana di dunia persilatan dan sudah melihat banyak obat yang luar biasa. Namun, ini pertama kalinya dia merasakan obat yang memiliki efek yang begitu luar biasa. Sungguh luar biasa!Namun, Wendi tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya mengiakan perkataan Dwija dengan tenang dan terus mengamati Agha yang sedang bertarung.Saat Wira dan yang lainnya sedang berbicara, Agha tetap terus bertarung dengan Saka. Mereka saling menyerang dan bertahan dengan sengit. Untungnya, dia juga bukan orang biasa, kekuatannya tentu saja tidak boleh diremehkan. Meskipun senjatanya tidak begitu cocok, dia tetap melawan musuhnya dengan luar biasa.Sebaliknya, Saka memang masih bisa menahan serangan Agha, tetapi dia tahu jelas kekuatannya m

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status