Share

Bab 1771

Penulis: Arif
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
"Tentu saja punya! Ayo, silakan masuk. Kita mengobrol di dalam!" Ramath merasa agak bingung, tetapi dia tidak berani bersikap lalai terhadap Wira.

Segera, ketiga orang itu tiba di ruang tamu. Wira pun mencari alasan untuk menyuruh Ainur pergi. Ramath tidak bodoh, dia juga menyuruh para pelayannya untuk keluar. Dengan begitu, hanya tersisa mereka berdua di ruang tamu yang luas.

"Tuan Wira, nggak ada siapa pun di sini lagi. Katakan, apa kamu nggak menyukai Ainur? Kalian sudah termasuk suami istri sekarang. Tapi, karena statusmu begitu mulia, aku bersedia membawanya pulang kalau kamu memang nggak menyukainya. Jangan khawatir, aku nggak akan memberi tahu siapa pun tentang ini," ujar Ramath dengan ekspresi serius.

Ketika melihat ekspresi Ramath, Wira pun sudah bisa menebak bahwa pria ini memang punya motif lain. Hanya saja, entah apa yang disembunyikannya.

"Nggak ada yang ingin kamu jelaskan kepadaku?" tanya Wira tiba-tiba.

Ramath tampak panik untuk sesaat, bahkan keringat dingin bercucuran
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (5)
goodnovel comment avatar
🌹isqia🌹
kalau ku tau wira bakal banyak bini gak kan pernah ku baca cerita ini.
goodnovel comment avatar
Dedi Mirsa Nst
kasi bintang satu aja
goodnovel comment avatar
deky setiawan
kalo habis koin ta hapus dah ini cerita... melebar melulu alur cerita nya... ga relevan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1772

    "Jujur saja, ada banyak keluarga besar di belakangku. Kemampuan dan kekuasaan mereka jauh di atasku. Keluarga Birawa bisa memiliki pencapaian sekarang juga berkat bantuan mereka. Tapi, aku terus dikendalikan mereka. Bisa dibilang, aku hanya boneka mereka ...." Ekspresi Ramath tampak tak berdaya.Tanpa diduga, Ramath yang merupakan orang terkaya ternyata hanya boneka yang dikendalikan oleh orang lain? Kalau bukan Ramath sendiri yang mengatakannya, Wira tidak mungkin percaya. Siapa pun yang mendengar ini pasti akan merasa tidak masuk akal.Ketika melihat Wira hanya diam, Ramath meneruskan, "Aku tinggal di Provinsi Sutim karena berharap bisa bekerja sama dengan Jihan. Tapi, dia nggak sanggup membantuku terlepas dari mereka. Aku pun kemari dengan harapan kamu bisa membantuku."Semua ini terdengar masuk akal. Wira sudah memahaminya sekarang. Pantas saja, Ramath bersedia mengorbankan putrinya, bahkan menyuplai begitu banyak besi untuk Wira. Ternyata, pria ini punya motif lain dan telah menyu

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1773

    "Sampai sekarang belum." Ramath tidak berani berbohong sehingga memberitahukan segalanya kepada Wira."Sepertinya, orang itu nggak tahu kamu datang ke Provinsi Lowala," gumam Wira yang mengetukkan jarinya ke permukaan meja sambil merenungkan sesuatu."Kalau begitu, kita coba pancing mereka keluar dan lihat siapa orang di balik semua ini. Aku juga ingin tahu, sekaya apa keluarga yang sudah terbentuk sejak bertahun-tahun lamanya," lanjut Wira.Ramath seketika membelalakkan mata, bahkan tidak percaya dengan pendengarannya sendiri. Dia menelan ludah, lalu bertanya, "Tuan Wira, kamu nggak bercanda?""Memangnya aku terlihat seperti sedang bercanda?" Wira mengedikkan bahunya, lalu menunjuk ke sekeliling sambil meneruskan, "Meskipun Provinsi Lowala adalah yang paling lemah untuk sekarang, kami tetap memiliki kelebihan sendiri.""Jadi, nggak peduli siapa orang itu, mereka tetap harus menghargaiku kalau menginjakkan kaki di wilayahku. Selain itu, mereka nggak akan berani memusuhiku secara terang

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1774

    Karena Fredy terluka, Wira tidak mungkin menyuruh orang-orangnya membawanya pulang secara paksa. Apalagi, Biantara adalah orang yang tegas. Fredy mungkin akan menolak mentah-mentah dan masalah ini akan menjadi makin rumit. Demi memastikan semuanya berjalan lancar, Wira memilih untuk pergi sendiri."Fredy ada di Kota Kayuda." Setelah mendapatkan informasi ini, Wira segera mencari Sekar. Dia juga berpamitan dengan Wulan dan lainnya, lalu membawa Ainur dan Sekar ke Kota Kayuda.Kota Kayuda adalah kota kuno berusia ratusan tahun. Tempat ini dikelilingi oleh banyak bunga persik. Hanya saja, lokasinya terlalu terpencil sehingga yang tinggal di sini hanya orang tua. Hal ini yang menyebabkan Kota Kayuda menjadi terbengkalai dan dilupakan seiring berjalannya waktu.Kalau Biantara tidak menemukan jejak Fredy di kota kuno ini, Wira mungkin tidak akan pernah tahu tempat ini untuk selamanya."Maksudmu, ayahku di Kota Kayuda?" Setelah menelan ludah, Sekar yang berada di kereta kuda pun bertanya. Dia

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1775

    Wira mengamati sekeliling, lalu menyahut, "Menurut batas geografis, tempat ini sudah di luar Provinsi Lowala, seharusnya termasuk wilayah Provinsi Yonggu. Bisa dibilang, kota ini adalah wilayah Jihan.""Tapi, tempat ini dikelilingi gunung dan transportasinya nggak efisien. Ditambah lagi, nggak ada kota lain di belakang Kota Kayuda ataupun dusun di sekitarnya. Mungkin karena beberapa alasan itu, tempat ini menjadi terbengkalai. Jihan sekalipun malas mengurusnya."Sebelum kemari, anggota jaringan mata-mata telah memberi tahu Wira kondisi Kota Kayuda secara singkat. Tidak ada banyak tenaga kerja di sini, apalagi berbagai fasilitas belum berkembang. Lantas, siapa yang ingin tinggal di kota seperti ini?Mereka bahkan harus membagi pasukan untuk berjaga di sini. Wira sekalipun tidak ingin melakukan bisnis merugikan seperti ini.Jika wilayah seperti ini diserang, bala bantuan pun tidak akan sempat datang untuk membantu. Kalaupun bala bantuan tiba, mungkin pertarungan telah berakhir dan mereka

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1776

    "Nggak pernah," jawab pria tua itu. Dia jelas-jelas sudah mau mengambil uang Wira, tetapi malah mengurungkan niatnya saat mendengar nama Fredy. Jelas sekali, pria tua ini mengetahui sesuatu!Wira seketika memahami maksud pria tua ini. Dia tersenyum, lalu berucap, "Kamu nggak perlu merahasiakan apa pun dariku, aku tahu apa yang dilakukan Fredy. Aku kemari juga bukan untuk mencari masalah dengannya."Wira menunjuk Sekar, lalu meneruskan sambil tersenyum, "Ini putri Fredy. Ibunya baru meninggal. Kebetulan, aku mendapat informasi tentang Fredy dari ibunya. Aku datang untuk membantunya mencari ayahnya."Pria tua itu termangu. Dia menatap Sekar, lalu menatap Wira lagi dan bertanya dengan hati-hati, "Yang kamu katakan benar?"Wira mengangguk dan membalas, "Tentu saja, silakan tanyakan pada Sekar kalau nggak percaya. Dia masih kecil, nggak mungkin berbohong."Wira merasa gembira melihat situasi ini. Sepertinya, mereka akan berhasil mengorek informasi dari pria tua ini.Seiring memasuki pedalam

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1777

    Itu sebabnya, wajar jika Sekar membenci ayahnya. Wira pun tidak berbicara lagi, hanya terus berjalan ke depan.Setelah berjalan sekitar 500 meter, mereka tiba di pedalaman. Ketika melihat ke kejauhan, mereka menemukan sebuah rumah dengan halaman.Setibanya di depan rumah, pria tua itu berucap dengan pelan, "Tuan, aku akan masuk dulu untuk bertanya. Kalau dia setuju, aku baru akan membawa kalian masuk. Gimana?"Wira mengangguk. Dia tentu memahami etiket sehingga tidak akan bersikap lancang. Sementara itu, Sekar mencebik dan mengejek, "Dasar sombong.""Ayah Angkat, gimana kalau kita pulang saja? Tadi aku masih ingin menemuinya, tapi sekarang nggak lagi. Aku jadi makin kesal setelah mendengar omongan kakek itu," ujar Sekar.Sekar awalnya memang ingin menemui Fredy. Bagaimanapun, mereka memiliki hubungan darah dan ibunya sudah meninggal. Meskipun Wira telah menjadi ayah angkatnya, Sekar tetap ingin memiliki keluarga sendiri ....Namun, begitu tiba di Kota Kayuda, Sekar seketika kehilangan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1778

    Sesuai dugaan, pria tua itu menunjuk ke dalam sambil berkata, "Ada yang ingin membunuh Fredy! Aku nggak pernah melihat orang yang menendangku keluar tadi! Cepat bantu Fredy!"Ekspresi Wira berubah lagi. Dia segera menyerahkan senapan kepada Ainur dan berpesan, "Kalau ada yang mendekat dan berniat jahat, langsung tarik pelatuknya. Senjata itu jauh lebih kuat dan berguna daripada senjata rahasia apa pun. Itu sudah cukup untuk melindungi kalian!"Setelah menerima senapan itu, Ainur bertanya, "Gimana denganmu?"Sebelum kemari, Ainur sudah mendengar tentang senjata rahasia milik Wira. Itu sebabnya, ahli bela diri sekalipun tidak berani mendekati Wira. Mereka bukan hanya takut pada metode Wira, tetapi juga senjata rahasianya. Sepertinya, senjata mematikan itu tidak lain adalah senapan ini.Wira tersenyum dan membalas, "Aku pernah belajar keterampilan di Sekte Tongkat Sakti, mudah saja bagiku untuk melawan preman. Kamu nggak perlu cemas."Selesai mengatakan itu, Wira langsung menerobos masuk.

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1779

    "Ada banyak hal yang belum kamu ketahui, seperti ibuku sudah meninggal," ujar Sekar dengan dingin. Kebenciannya terhadap Fredy terlihat sangat jelas. Menurutnya, pria ini yang telah mencelakai ibunya.Jika Fredy tidak pernah meninggalkan mereka, mana mungkin masalah menjadi seperti ini? Tanpa bantuan Wira, mungkin ibunya tidak punya tempat untuk dimakamkan dan dirinya masih hidup menderita."Ibumu meninggal? Kok ... kok bisa?" tanya Fredy yang mundur beberapa langkah dengan terhuyung-huyung. Wajahnya menjadi pucat pasi."Ibuku meninggal karena sakit! Lebih tepatnya, semua ini karena dia kelelahan!" jawab Sekar dengan galak. Penampilannya terlihat seperti iblis kecil yang ganas."Karena kamu nggak ada di sisi kami, ibuku harus bekerja keras untuk menghidupiku. Tapi, bukannya menghasilkan banyak uang, dia malah jatuh sakit. Dia mengidap tuberkulosis. Semua ini salahmu, 'kan?" lanjut Sekar.Begitu mendengarnya, Fredy yang tidak bisa menerima kenyataan ini pun menangis dan berlutut di tana

Bab terbaru

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2718

    Selama tetap mengikuti Wira, Kaffa yakin kehidupannya dan adiknya akan terjamin."Kenapa masih belum pergi? Kamu kira kami sedang bercanda denganmu?" kata penjaga yang tadi berbicara itu dengan kesal. Jika bukan karena Danu sudah memerintahkan untuk harus bersikap rendah hati dan sopan pada orang-orang, mereka sudah memukul Kaffa dengan tongkat. Jelas Kaffa ini hanya seorang pengemis pun berani datang menemui Danu, sungguh tidak tahu diri.Kaffa kembali berkata, "Kalau kalian nggak mengizinkan aku bertemu dengan Jenderal Danu, nggak masalah. Tapi, tolong serahkan benda ini pada Jenderal Danu. Kalau Jenderal Danu ingin bertemu denganku setelah melihat benda ini, kalian baru bawa aku masuk. Bagaimana? Tapi, kalau Jenderal Danu nggak ingin bertemu denganku, aku nggak akan tinggal di sini lagi. Bagaimana menurut kalian?"Meskipun para penjaga itu tidak mengizinkannya masuk, Kaffa merasa dia tetap harus menunjukkan benda ini pada Danu. Dia juga tidak tahu apakah benda ini berguna atau tidak

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2717

    Setelah mengatakan itu, Wira menatap Kaffa yang berdiri di belakangnya. Dia mengeluarkan sebuah liontin giok dan diam-diam menyerahkannya ke tangan Kaffa, lalu berbisik, "Kamu ambil liontin giok ini dan pergi mencari orang yang bernama Danu di dalam kota. Danu sangat terkenal di sana, jadi kamu hanya perlu bertanya pada orang-orang di sana saja. Kamu pasti akan menemukannya.""Aku akan menjaga adikmu dan nggak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya."Kaffa mengenakan pakaian biasa dan terlihat seperti pengemis. Ditambah lagi, situasi di sekitar sedang kacau dan jaraknya yang lebih jauh dari Wira, sehingga orang-orang sulit untuk mengenalinya. Situasi ini justru menguntungkan, setidaknya dia bisa memanfaatkan situasinya untuk mencari celah dan pergi meminta bantuan dari Danu.Setelah ragu sejenak dan melihat Shafa yang menganggukkan kepala, Kaffa menggertakkan giginya dan berkata, "Kalau begitu, maaf merepotkan Kak Wira."Setelah mengatakan itu, Kaffa diam-diam pergi dari sana.Sementa

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2716

    Wira bertanya-tanya apakah Lucy sudah memberi tahu orang-orang di Provinsi Lowala tentang situasinya, sehingga para prajurit ini datang untuk menjemputnya."Tuan Ruben, akhirnya kamu datang juga. Aku dengar kamu menghadapi beberapa masalah di sini, jadi aku sengaja datang ke sini untuk melihatnya. Kelihatannya situasimu memang seperti yang mereka katakan, benar-benar ada orang nggak tahu diri yang berani mencari masalah denganmu," kata pria yang menunggang kuda dengan nada dingin sambil menatap Wira."Siapa kamu ini? Kamu tahu siapa pria yang berdiri di depanmu ini? Dia adalah Tuan Ruben yang sangat terkenal. Lihatlah dirimu ini, masih berani melawan Tuan Ruben? Cepat tangkap preman ini," lanjut pria itu.Seiring perintah dari pria yang menunggang kuda itu, para prajurit langsung maju dan segera mengepung Wira dan yang lainnya.Sahim langsung ketakutan sampai kakinya lemas. Sejak zaman dahulu, rakyat takut pada prajurit sudah menjadi situasi yang wajar. Saat teringat dengan semua tinda

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2715

    "Baiklah. Aku percaya perkataan Tuan ini, jadi aku akan ikut dia ke kota dan melihatnya sendiri," kata pria paruh baya itu lagi dan menjadi orang pertama yang mendukung Wira.Melihat ada yang mulai goyah, yang lainnya juga segera mendukung Wira. Dalam sekejap, banyak orang yang sudah berdiri di belakang Wira.Sementara itu, hanya tersisa sebagian korban bencana yang berdiri di pihak pria gemuk itu, selain beberapa pengawalnya. Namun, hanya dengan orang-orang ini saja, jelas tidak akan cukup untuk mengangkat semua makanan dan hartanya ke dalam kota."Sialan, kamu ini sengaja membuat keributan, 'kan?" kata pria gemuk itu dengan nada dingin dan menatap Wira sambil mengernyitkan alis. Semua rencananya sudah matang, hanya tinggal menyelesaikannya saja. Namun, Wira yang tidak tahu diri ini tiba-tiba muncul dan mengacaukan segalanya. Siapa pun yang menghadapi situasi seperti ini pasti akan marah.Wira malah tersenyum. "Semua yang kukatakan ini benaran, kenapa kamu begitu marah?""Dasar bereng

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2714

    Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2713

    "Pakaiannya juga cukup bagus, sepertinya dia juga orang kaya. Dia nggak mungkin akan menipu kita, 'kan?"Melihat penampilan Wira, semua orang mulai goyah. Dalam situasi seperti ini, tidak ada makanan sama saja kehilangan harga diri. Mereka harus segera mencari makanan untuk bertahan hidup.Namun, orang-orang berpikir mereka juga harus menghemat tenaga mereka. Sudah kekurangan makanan setiap harinya pun masih harus melakukan banyak pekerjaan, bahkan manusia besi juga tidak akan tahan. Sekarang Wira memberikan mereka makanan gratis, mereka tentu saja tidak akan menolaknya."Aku percaya dengan kata-kata Tuan ini. Tuan ini terlihat sangat serius, jelas bukan orang yang akan menipu kita. Lagi pula, jumlah kita banyak. Kalau nanti kita nggak mendapat makanan, kita bisa langsung menyerangnya. Masa kita yang sebanyak ini nggak bisa mengalahkan dia seorang?" kata seorang pria paruh baya yang keluar dari kerumunan dan langsung mengangkat tangannya.Tak lama kemudian, banyak orang yang mulai mele

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2712

    "Mereka semua datang ke sini bersama orang kaya di desa," jelas Sahim.Tadi Sahim dan yang lainnya sudah siap untuk membantu orang-orang itu, tetapi mereka menjadi enggan untuk ikut campur setelah mengetahui kenyataannya. Orang-orang itu sendiri yang sukarela membawa barang-barang itu, mereka yang akan mendapat masalah jika bersikeras membantu.Lagi pula, pihak yang satunya bersedia bekerja dan pihak yang satunya lagi bersedia memberi, pada dasarnya ini hanya transaksi bisnis."Kenapa berhenti?" Saat Sahim melaporkan situasinya pada Wira, terdengar suara dengan nada kesal dari dalam kereta itu. Tak lama kemudian, seorang pria keluar dari kereta dan langsung menatap orang-orang di sekitarnya."Apa lagi yang bisa kalian lakukan di sini? Bentar lagi kita akan tiba di kota. Setelah masuk ke sana, aku akan memberikan tujuh kilogram beras pada kalian sesuai kesepakatan. Kalau kalian terus membuang-buang waktu di sini, kalian nggak akan mendapatkan apa-apa," lanjut pria itu.Wira pun menatap

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2711

    Melihat pemandangan di depan, Wira merasa sakit kepala. Apakah mereka menganggapnya sebagai orang yang sangat baik? "Kalian bahkan nggak tahu apa yang kulakukan, tapi langsung ingin mengikutiku. Kalian nggak takut aku akan membahayakan kalian?"Semua orang langsung menggelengkan kepala.Terutama Sahim, dia adalah orang pertama yang berkata, "Aku percaya dengan kepribadian Tuan. Penampilan Tuan terlihat begitu rapi, sama sekali nggak seperti orang jahat. Lagi pula, nggak ada orang lagi yang lebih jahat dari kami di dunia ini, 'kan? Aku juga percaya kelak aku pasti akan berguna kalau kami mengikuti Tuan. Aku pasti bisa mewujudkan semua ambisiku."Wira pun tersenyum dan bertanya-tanya apa ambisi orang ini. Dengan penampilan yang buruk, Sahim ini memberikan kesan yang buruk dan terlihat seperti orang jahat.Namun, setelah Wira pikirkan lagi, membiarkan orang-orang ini mengikutinya juga bukan pilihan yang buruk. Setidaknya mereka bisa melakukan beberapa hal sesuai kemampuan mereka dan tidak

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2710

    Dengan kemampuan para menteri hebat ini, mereka pasti bisa meyakinkan para rakyat. Itu sebabnya, tidak ada keributan yang terjadi."Kak, rupanya kamu orang Provinsi Lowala. Dari aksenmu, aku nggak bisa menilai asal-usulmu," ucap Shafa sambil menatap Wira."Aku bukan dari Provinsi Lowala. Aku cuma tinggal lebih lama di sini. Makanya, aku nggak punya aksen seperti mereka," sahut Wira.Sebenarnya tidak ada perbedaan besar pada aksen para penduduk di sembilan provinsi, kecuali yang berasal dari etnis minoritas. Sementara itu, Wira bukan berasal dari dunia ini sehingga aksennya tentu berbeda. Bagaimana mungkin mereka bisa menebak asal usulnya?Shafa bertanya, "Kalau begitu, kamu dari mana?""Rumahku sangat jauh dari sini. Sepertinya aku nggak bakal pernah bisa pulang lagi." Wira menggeleng sambil menghela napas.Wira sendiri sudah lupa dirinya sudah berapa lama dirinya berada di sini. Selain itu, dia tidak pernah menemukan jalan pulang.Namun, harus diakui bahwa kehidupan di sini sangat bai

DMCA.com Protection Status