Share

Bab 1775

Penulis: Arif
Wira mengamati sekeliling, lalu menyahut, "Menurut batas geografis, tempat ini sudah di luar Provinsi Lowala, seharusnya termasuk wilayah Provinsi Yonggu. Bisa dibilang, kota ini adalah wilayah Jihan."

"Tapi, tempat ini dikelilingi gunung dan transportasinya nggak efisien. Ditambah lagi, nggak ada kota lain di belakang Kota Kayuda ataupun dusun di sekitarnya. Mungkin karena beberapa alasan itu, tempat ini menjadi terbengkalai. Jihan sekalipun malas mengurusnya."

Sebelum kemari, anggota jaringan mata-mata telah memberi tahu Wira kondisi Kota Kayuda secara singkat. Tidak ada banyak tenaga kerja di sini, apalagi berbagai fasilitas belum berkembang. Lantas, siapa yang ingin tinggal di kota seperti ini?

Mereka bahkan harus membagi pasukan untuk berjaga di sini. Wira sekalipun tidak ingin melakukan bisnis merugikan seperti ini.

Jika wilayah seperti ini diserang, bala bantuan pun tidak akan sempat datang untuk membantu. Kalaupun bala bantuan tiba, mungkin pertarungan telah berakhir dan mereka
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
David Sitompul
iya nih.... sampai kapan satu bab perhari ? Rugi beli koin....
goodnovel comment avatar
Dedi Mirsa Nst
sampai kapan satu mbab per hari mimin?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1776

    "Nggak pernah," jawab pria tua itu. Dia jelas-jelas sudah mau mengambil uang Wira, tetapi malah mengurungkan niatnya saat mendengar nama Fredy. Jelas sekali, pria tua ini mengetahui sesuatu!Wira seketika memahami maksud pria tua ini. Dia tersenyum, lalu berucap, "Kamu nggak perlu merahasiakan apa pun dariku, aku tahu apa yang dilakukan Fredy. Aku kemari juga bukan untuk mencari masalah dengannya."Wira menunjuk Sekar, lalu meneruskan sambil tersenyum, "Ini putri Fredy. Ibunya baru meninggal. Kebetulan, aku mendapat informasi tentang Fredy dari ibunya. Aku datang untuk membantunya mencari ayahnya."Pria tua itu termangu. Dia menatap Sekar, lalu menatap Wira lagi dan bertanya dengan hati-hati, "Yang kamu katakan benar?"Wira mengangguk dan membalas, "Tentu saja, silakan tanyakan pada Sekar kalau nggak percaya. Dia masih kecil, nggak mungkin berbohong."Wira merasa gembira melihat situasi ini. Sepertinya, mereka akan berhasil mengorek informasi dari pria tua ini.Seiring memasuki pedalam

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1777

    Itu sebabnya, wajar jika Sekar membenci ayahnya. Wira pun tidak berbicara lagi, hanya terus berjalan ke depan.Setelah berjalan sekitar 500 meter, mereka tiba di pedalaman. Ketika melihat ke kejauhan, mereka menemukan sebuah rumah dengan halaman.Setibanya di depan rumah, pria tua itu berucap dengan pelan, "Tuan, aku akan masuk dulu untuk bertanya. Kalau dia setuju, aku baru akan membawa kalian masuk. Gimana?"Wira mengangguk. Dia tentu memahami etiket sehingga tidak akan bersikap lancang. Sementara itu, Sekar mencebik dan mengejek, "Dasar sombong.""Ayah Angkat, gimana kalau kita pulang saja? Tadi aku masih ingin menemuinya, tapi sekarang nggak lagi. Aku jadi makin kesal setelah mendengar omongan kakek itu," ujar Sekar.Sekar awalnya memang ingin menemui Fredy. Bagaimanapun, mereka memiliki hubungan darah dan ibunya sudah meninggal. Meskipun Wira telah menjadi ayah angkatnya, Sekar tetap ingin memiliki keluarga sendiri ....Namun, begitu tiba di Kota Kayuda, Sekar seketika kehilangan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1778

    Sesuai dugaan, pria tua itu menunjuk ke dalam sambil berkata, "Ada yang ingin membunuh Fredy! Aku nggak pernah melihat orang yang menendangku keluar tadi! Cepat bantu Fredy!"Ekspresi Wira berubah lagi. Dia segera menyerahkan senapan kepada Ainur dan berpesan, "Kalau ada yang mendekat dan berniat jahat, langsung tarik pelatuknya. Senjata itu jauh lebih kuat dan berguna daripada senjata rahasia apa pun. Itu sudah cukup untuk melindungi kalian!"Setelah menerima senapan itu, Ainur bertanya, "Gimana denganmu?"Sebelum kemari, Ainur sudah mendengar tentang senjata rahasia milik Wira. Itu sebabnya, ahli bela diri sekalipun tidak berani mendekati Wira. Mereka bukan hanya takut pada metode Wira, tetapi juga senjata rahasianya. Sepertinya, senjata mematikan itu tidak lain adalah senapan ini.Wira tersenyum dan membalas, "Aku pernah belajar keterampilan di Sekte Tongkat Sakti, mudah saja bagiku untuk melawan preman. Kamu nggak perlu cemas."Selesai mengatakan itu, Wira langsung menerobos masuk.

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1779

    "Ada banyak hal yang belum kamu ketahui, seperti ibuku sudah meninggal," ujar Sekar dengan dingin. Kebenciannya terhadap Fredy terlihat sangat jelas. Menurutnya, pria ini yang telah mencelakai ibunya.Jika Fredy tidak pernah meninggalkan mereka, mana mungkin masalah menjadi seperti ini? Tanpa bantuan Wira, mungkin ibunya tidak punya tempat untuk dimakamkan dan dirinya masih hidup menderita."Ibumu meninggal? Kok ... kok bisa?" tanya Fredy yang mundur beberapa langkah dengan terhuyung-huyung. Wajahnya menjadi pucat pasi."Ibuku meninggal karena sakit! Lebih tepatnya, semua ini karena dia kelelahan!" jawab Sekar dengan galak. Penampilannya terlihat seperti iblis kecil yang ganas."Karena kamu nggak ada di sisi kami, ibuku harus bekerja keras untuk menghidupiku. Tapi, bukannya menghasilkan banyak uang, dia malah jatuh sakit. Dia mengidap tuberkulosis. Semua ini salahmu, 'kan?" lanjut Sekar.Begitu mendengarnya, Fredy yang tidak bisa menerima kenyataan ini pun menangis dan berlutut di tana

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1780

    "Kamu juga tahu mereka nggak punya kerabat. Kalau nggak ada yang merawat Sekar, anak ini mungkin nggak akan bisa bertahan hidup. Sekar anak yang imut, makanya aku mengadopsinya," ujar Wira.Fredy pun mengangguk dengan puas. Kemudian, Sekar berbicara, "Tanpa bantuan Ayah Angkat, aku nggak bakal punya uang untuk memakamkan Ibu. Ayah Angkat menyediakan pakaian bagus dan makanan lezat untukku, dia sangat berjasa. Ayah, kelak kamu harus membalas kebaikan Ayah Angkat lho!"Fredy mengangguk mendengarnya. Dia tidak menduga istri dan anaknya akan bertemu orang sebaik Wira."Kalau begitu, sebaiknya kita mengobrol di dalam saja. Aku dan istriku juga sudah lelah setelah menempuh perjalanan panjang," ucap Wira sambil merangkul Ainur.Sekar berujar, "Benar. Bibi Ainur berasal dari keluarga kaya, dia nggak pernah menempuh perjalanan sejauh ini. Kalau bukan demi aku, dia nggak mungkin datang kemari."Fredy bangkit. Setelah memastikan pria tua itu baik-baik saja, dia memberinya sedikit uang dan mengant

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1781

    "Tuan, aku nggak punya apa-apa di sini, mungkin nggak bisa menjamu dengan baik," kata Fredy sambil tersenyum begitu masuk ke dalam ruangan.Wira pun berkata sambil melambaikan tangannya, "Nggak perlu segan, yang penting kalian bisa bertemu saja. Lagi pula, aku ingin bertemu denganmu juga, begini saja sudah cukup."Fredy menatap Wira dengan bingung, jelas tidak mengerti maksud dari perkataan Wira. Sepertinya, Wira mencarinya bukan hanya demi Sekar, kemungkinan besar demi dirinya sendiri juga. Apakah Wira memiliki motif tersembunyi? Namun, hal ini membuatnya merasa senang. Jika bisa membina hubungan baik dengan Wira, ini juga merupakan hal yang bagus.Wira berkata sambil tersenyum, "Kamu nggak perlu setegang itu. Sebenarnya, aku hanya ingin menghubungi beberapa ahli pembuat senjata melalui kamu. Apa kamu bisa menemukannya?""Ahli pembuat senjata?" kata Fredy secara refleks."Ya. Aku juga tahu kamu selama ini bersembunyi di dalam hutan dan merampok uang dari orang kaya untuk diberikan kep

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1782

    "Aku akan tinggal di sini bersama Sekar. Kelak aku akan lebih berhati-hati saat bertindak, nggak akan merepotkan Sekar."Mendengar perkataan itu, Sekar tertegun sejenak. Setelah menemukan ayah kandungnya, dia malah harus kehilangan ayah angkatnya. Ini benar-benar bukan sebuah kesepakatan yang bagus.Wira menggelengkan kepala dan perlahan-lahan berkata, "Bukan hanya tempat ini nggak cocok untuk ditinggali, kamu juga sudah menyinggung seseorang. Lagi pula, orang itu sudah menemukanmu, bagaimana kamu bisa melindungi Sekar? Kalau hari ini aku nggak datang tepat waktu, kamu mungkin sudah mati di sini, 'kan?"Dia tidak sedang bercanda karena situasi Fredy memang darurat.Fredy yang berada di samping menghela napas karena menyesali tindakannya saat masih muda yang mendatangkan banyak musuh. Itulah alasannya mengapa sekarang musuhnya ada di mana-mana dan setiap harinya harus waspada agar tidak terbunuh."Kalau begitu, apa Tuan punya tempat tinggal yang bagus?" tanya Fredy."Ikut aku kembali ke

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1783

    Di luar pintu, Biantara sedang berdiri di tengah halaman dan ada beberapa anggota jaringan mata-mata di belakangnya."Saat mendapat informasi tentang Fredy sebelumnya, kamu pun nggak langsung datang untuk bertemu denganku. Kenapa sekarang malah datang jauh ke sini?" kata Wira sambil tersenyum.Biantara mengernyitkan alisnya dan berkata, "Kak Wira, ada masalah ...."Ekspresi Wira langsung berubah. "Apa yang telah terjadi?"Saat ini, Wira tidak berada di Provinsi Lowala. Dia memang memiliki beberapa orang yang dapat diandalkan, tetapi tetap akan terjadi suatu masalah. Meskipun dia ingin segera kembali, tidak mungkin juga bisa tiba dalam semalam.Biantara segera berkata, "Sudah ada orang yang menghubungi Ramath dan sekarang Ramath sedang menunggu orang itu di rumahnya. Orang itu juga tahu Ramath berniat untuk berkhianat. Aku sudah bertemu dengan Ramath dan memerintahkan orang untuk melindungi kediaman Keluarga Birawa. Kita butuh perintahmu untuk apa yang harus dilakukan selanjutnya."Wira

Bab terbaru

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3104

    Wira sendiri juga tidak menyangka Adjie adalah orang seperti ini, perasaannya terhadap Adjie menjadi lebih rumit.Mendengar perkataan itu, ekspresi Kunaf yang terikat erat langsung menjadi muram dan berteriak, "Tunggu sebentar. Aku akan beri tahu, orang yang dikirim untuk memimpin pasukan utara ini adalah asisten andalan Bimala, Zaki."Mendengar nama Zaki itu, Wira pun mengernyitkan alis karena dia benar-benar belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.Melihat yang lainnya sangat kebingungan, Latif yang berdiri di samping langsung maju dan berkata, "Aku mengenal orang ini, dia ini tangan kanannya Bimala. Dulu dia pernah datang ke sini untuk menginspeksi kami, tapi orang ini penuh dengan gairah seksual. Soal kelemahan lainnya, aku belum pernah mendengarnya."Agha yang berdiri di samping langsung berteriak dengan keras, "Nggak perlu peduli siapa dia. Kalau dia berani datang ke sini, aku pasti akan membuatnya nggak bisa kembali."Mendengar perkataan Agha, semua orang tertawa terbahak-bah

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3103

    Bukan hanya Adjie dan yang lainnya, bahkan Wira yang berdiri di depan Kunaf pun tertegun setelah mendengar perkataan itu. Dia benar-benar tidak menyangka Bimala malah mengerahkan pasukan besar hanya untuk menangkapnya, benar-benar menghargainya.Agha yang mudah emosi pun langsung menendang Kunaf dan memarahi, "Katakan dengan jelas, kali ini ada berapa banyak pasukan utara yang dikirim?"Kunaf meludah ke tanah, lalu tertawa dingin dan berkata, "Hehe. Semuanya ada 100 ribu pasukan untuk menjaga perbatasan. Begitu pasukan besar itu tiba, kalian semua nggak akan bisa kabur lagi. Kalau kalian melepasku sekarang ...."Namun, sebelum Kunaf selesai berbicara, Nafis langsung menendang tubuh Kunaf untuk memaksanya menahan kata-kata berikutnya. "Melepaskanmu? Kamu bermimpi. Sayangnya, kamu nggak akan bisa keluar dari sini hidup-hidup lagi."Tak disangka, ekspresi Kunaf malah tetap datar saat mendengar perkataan Nafis. Sebaliknya, dia malah tertawa dan berkata, "Hehe. Nggak masalah. Lagi pula, kal

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3102

    Adjie menganggukkan kepalanya karena sangat setuju dengan pengaturan Agha. Jika terjadi sesuatu yang tak terduga pada saat seperti ini, semua usaha mereka sebelumnya akan sia-sia.Saat ini, di gerbang kota. Wira yang sedang memimpin sekelompok orang pun memandang ke langit di kejauhan, lalu memanggil Nafis dan bertanya dengan nada pelan, "Ada kabar dari para mata-mata?"Begitu menguasai kota, Wira langsung mengirim banyak mata-mata untuk menyambut 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala.Nafis memberi hormat dan menjawab, "Belum ada kabar. Tapi, berdasarkan informasi sebelumnya dari para mata-mata, mereka harusnya sudah dekat."Wira menganggukkan kepala. Tidak boleh ada kesalahan sedikit pun pada saat seperti ini.Tepat pada saat itu, ada seorang prajurit yang berlari mendekat. Setelah melihat keduanya, dia langsung memberi hormat dan berkata, "Tuan, Kak Nafis, Kak Adjie dan yang lainnya sudah kembali. Mereka bahkan berhasil menangkap Kunaf."Mendengar laporan itu, Nafis merasa sangat sen

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3101

    Mendengar Latif berkata demikian, Adjie merasa agak ragu karena saat ini situasinya sangat mendesak. Jika dia melepaskan mereka begitu saja, dia akan kesulitan.Menyadari Adjie sepertinya merasa agak kesulitan, Latif yang berdiri di depan pintu tersenyum dan berkata sambil memberi hormat, "Kalau Kak Adjie merasa agak kesulitan, kamu bisa menahan kami di halaman ini dulu. Selama nyawa kami nggak terancam, kami bisa menerima cara lainnya."Melihat Latif yang begitu pengertian, Adjie membalas hormat itu dengan tersenyum. Setelah ragu sejenak, dia berkata perlahan-lahan, "Melihat Jenderal Latif begitu sungkan, aku akan terus terang saja. Saat fajar nanti, 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala akan langsung masuk ke kota.""Sekarang kami sudah menguasai gerbang kota dan kediaman wali kota juga. Begitu pasukan tiba mereka bisa langsung menerobos masuk tanpa hambatan."Kata-kata Adjie ini membuat Latif sangat bersemangat karena tidak ada satu pun dari mereka yang ingin menjadi seorang penjaga

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3100

    Tanpa basa-basi, Agha langsung menampar kedua selir Kunaf. Mereka pun langsung diam, tak berani berteriak lagi.Namun, saat itu juga, Agha mencium bau pesing yang menyengat dan sontak mengumpat pelan, "Sialan!"Setelah beberapa saat, Kunaf sudah diikat erat. Adjie lalu menoleh ke arah Agha dan bertanya, "Apa kita perlu mengabari Tuan Wira? Sekarang situasi di dalam kota sudah terkendali, tinggal menunggu pasukan Kerajaan Nuala tiba."Mendengar nama Kerajaan Nuala, Kunaf yang tergeletak di lantai langsung mengeluarkan suara dari mulutnya yang disumpal dengan kain. Tubuhnya meronta-ronta.Adjie tidak berkata apa-apa dan hanya menendang tubuh Kunaf agar tetap diam. Setelah itu, dia duduk perlahan di kursi dan berkata dengan tenang, "Aku sudah mengutus orang untuk memberi tahu Wira. Tapi sebelum itu, ada sesuatu yang perlu kita lakukan.""Apa itu?""Dengan menggunakan perintah Kunaf, kita panggil semua kepala penjaga gerbang ke sini dengan alasan rapat mendadak. Begitu mereka masuk ke hala

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3099

    Selama mereka bisa menguasai tembok kota, saat fajar tiba dan pasukan Kerajaan Nuala memasuki kota, mereka dapat bergerak menuju tiga gerbang lainnya melalui jalur yang menghubungkan tembok kota.Nafis memberi hormat, lalu segera memimpin 100 orang untuk naik. Begitu mereka mencapai tembok kota, mereka mendapati bahwa para prajurit musuh di sana ternyata tertidur dengan bersandar pada dinding.Wira yang baru saja naik ke tembok juga melihat pemandangan itu dan hanya bisa tersenyum getir. Setelah beberapa saat, dia memberi isyarat untuk tetap diam dan memberi isyarat tangan untuk membunuh mereka.Orang-orang di belakangnya langsung mengerti maksudnya. Dengan hati-hati, mereka berjalan berjongkok menuju para prajurit yang sedang tertidur.Para prajurit dari pasukan utara itu bahkan tidak menyadari bahwa tidur mereka kali ini akan membawa mereka ke akhir hayat.....Sementara itu, di kediaman Kunaf.Meskipun kota dalam keadaan siaga penuh, sebagai tempat kediaman penguasa tertinggi di kot

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3098

    Setelah pasukan terbagi, Wira memimpin kelompoknya keluar dari hutan lebat.Karena Kunaf telah mengeluarkan perintah untuk menangkap Wira, gerbang kota berada dalam keadaan siaga penuh.Namun, karena Kunaf yakin bahwa Wira telah melarikan diri ke utara, dia lantas menarik kembali setengah dari pasukannya.Melihat jumlah patroli di gerbang kota berkurang, Nafis berbisik, "Tuan, kenapa jumlah prajurit tampak jauh lebih sedikit dibandingkan siang tadi? Jangan-jangan ini jebakan?"Wira tersenyum dan menyahut, "Nggak. Ini pasti karena Latif memberi tahu Kunaf kita kabur ke utara."Mendengar itu, yang lainnya tersenyum kecil. Jika Kunaf benar-benar mempercayai informasi itu,berarti dia benar-benar bodoh.Bagaimana mungkin mereka yang telah melarikan diri dari utara justru kembali ke arah sana? Itu sama saja mencari mati!"Nafis, kamu yang memimpin di depan. Sebarkan pasukan, jangan berkumpul di satu tempat. Habisi prajurit musuh yang menjaga gerbang, lalu kenakan seragam mereka. Lakukan den

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3097

    Mendengar laporan itu, Kunaf langsung berseri-seri dan segera menyuruh para penari untuk pergi.Setelah aula menjadi kosong, Kunaf menatap Latif dengan penuh antusiasme. Dia bahkan lupa menyuruhnya berdiri.Kunaf sangat memahami perintah dari Bimala. Tidak peduli apa pun caranya, Wira harus ditangkap. Jika berhasil, Kunaf bisa meninggalkan tempat ini.Latif perlahan-lahan berdiri, lalu menangkupkan tangannya sambil berujar dengan tenang, "Lapor, Jenderal. Kami telah mencari di dalam hutan untuk waktu yang lama, tapi nggak menemukan jejak musuh. Aku menduga mereka sudah meninggalkan area ini.""Nggak ada jejak?" Ekspresi Kunaf yang tadinya bersemangat langsung berubah. Dia lantas terdiam beberapa saat sebelum mengerutkan kening dan bertanya, "Kalau begitu, apa ada informasi dari penjaga gerbang?"Latif bertugas di benteng utama, jadi pertanyaan itu masih berada dalam ranah tanggung jawabnya. Dia segera menjawab, "Saat kembali, aku sudah menanyakan kepada penjaga gerbang. Hingga saat ini

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3096

    Mengingat semua hal besar yang telah dilakukan oleh Wira, Latif merasa sangat bersemangat. Ini adalah pertama kalinya dia bertemu langsung dengan Wira.Latif segera menangkupkan tangan dan berkata, "Aku sudah lama mengetahui nama besar Tuan Wira. Hari ini, aku akhirnya bisa bertemu langsung denganmu. Ini benar-benar suatu kehormatan bagiku. Aku Latif, mohon ampuni nyawaku."Wira terkekeh-kekeh dan membalas, "Haha. Dengan cara pencarian seperti ini, kamu nggak takut Kunaf mengetahuinya dan memenggal kepalamu?"Saat berbicara, Wira menunjuk ke arah para prajurit yang masih memegang obor di kejauhan. Kini, dia sudah bisa menebak maksud Latif. Rupanya, dia sedang berusaha membantu Wira sebagai tanda persahabatan.Latif hanya bisa tertawa canggung dan berkata dengan suara rendah, "Jujur saja, aku nggak terlalu menyukai Kunaf. Lagian, dia nggak ada di sini. Dia nggak akan tahu apa yang sebenarnya terjadi.""Hari ini, ketika aku melihat Tuan berada dalam situasi sulit, aku ingin membantu sebi

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status