"Ada banyak hal yang belum kamu ketahui, seperti ibuku sudah meninggal," ujar Sekar dengan dingin. Kebenciannya terhadap Fredy terlihat sangat jelas. Menurutnya, pria ini yang telah mencelakai ibunya.Jika Fredy tidak pernah meninggalkan mereka, mana mungkin masalah menjadi seperti ini? Tanpa bantuan Wira, mungkin ibunya tidak punya tempat untuk dimakamkan dan dirinya masih hidup menderita."Ibumu meninggal? Kok ... kok bisa?" tanya Fredy yang mundur beberapa langkah dengan terhuyung-huyung. Wajahnya menjadi pucat pasi."Ibuku meninggal karena sakit! Lebih tepatnya, semua ini karena dia kelelahan!" jawab Sekar dengan galak. Penampilannya terlihat seperti iblis kecil yang ganas."Karena kamu nggak ada di sisi kami, ibuku harus bekerja keras untuk menghidupiku. Tapi, bukannya menghasilkan banyak uang, dia malah jatuh sakit. Dia mengidap tuberkulosis. Semua ini salahmu, 'kan?" lanjut Sekar.Begitu mendengarnya, Fredy yang tidak bisa menerima kenyataan ini pun menangis dan berlutut di tana
"Kamu juga tahu mereka nggak punya kerabat. Kalau nggak ada yang merawat Sekar, anak ini mungkin nggak akan bisa bertahan hidup. Sekar anak yang imut, makanya aku mengadopsinya," ujar Wira.Fredy pun mengangguk dengan puas. Kemudian, Sekar berbicara, "Tanpa bantuan Ayah Angkat, aku nggak bakal punya uang untuk memakamkan Ibu. Ayah Angkat menyediakan pakaian bagus dan makanan lezat untukku, dia sangat berjasa. Ayah, kelak kamu harus membalas kebaikan Ayah Angkat lho!"Fredy mengangguk mendengarnya. Dia tidak menduga istri dan anaknya akan bertemu orang sebaik Wira."Kalau begitu, sebaiknya kita mengobrol di dalam saja. Aku dan istriku juga sudah lelah setelah menempuh perjalanan panjang," ucap Wira sambil merangkul Ainur.Sekar berujar, "Benar. Bibi Ainur berasal dari keluarga kaya, dia nggak pernah menempuh perjalanan sejauh ini. Kalau bukan demi aku, dia nggak mungkin datang kemari."Fredy bangkit. Setelah memastikan pria tua itu baik-baik saja, dia memberinya sedikit uang dan mengant
"Tuan, aku nggak punya apa-apa di sini, mungkin nggak bisa menjamu dengan baik," kata Fredy sambil tersenyum begitu masuk ke dalam ruangan.Wira pun berkata sambil melambaikan tangannya, "Nggak perlu segan, yang penting kalian bisa bertemu saja. Lagi pula, aku ingin bertemu denganmu juga, begini saja sudah cukup."Fredy menatap Wira dengan bingung, jelas tidak mengerti maksud dari perkataan Wira. Sepertinya, Wira mencarinya bukan hanya demi Sekar, kemungkinan besar demi dirinya sendiri juga. Apakah Wira memiliki motif tersembunyi? Namun, hal ini membuatnya merasa senang. Jika bisa membina hubungan baik dengan Wira, ini juga merupakan hal yang bagus.Wira berkata sambil tersenyum, "Kamu nggak perlu setegang itu. Sebenarnya, aku hanya ingin menghubungi beberapa ahli pembuat senjata melalui kamu. Apa kamu bisa menemukannya?""Ahli pembuat senjata?" kata Fredy secara refleks."Ya. Aku juga tahu kamu selama ini bersembunyi di dalam hutan dan merampok uang dari orang kaya untuk diberikan kep
"Aku akan tinggal di sini bersama Sekar. Kelak aku akan lebih berhati-hati saat bertindak, nggak akan merepotkan Sekar."Mendengar perkataan itu, Sekar tertegun sejenak. Setelah menemukan ayah kandungnya, dia malah harus kehilangan ayah angkatnya. Ini benar-benar bukan sebuah kesepakatan yang bagus.Wira menggelengkan kepala dan perlahan-lahan berkata, "Bukan hanya tempat ini nggak cocok untuk ditinggali, kamu juga sudah menyinggung seseorang. Lagi pula, orang itu sudah menemukanmu, bagaimana kamu bisa melindungi Sekar? Kalau hari ini aku nggak datang tepat waktu, kamu mungkin sudah mati di sini, 'kan?"Dia tidak sedang bercanda karena situasi Fredy memang darurat.Fredy yang berada di samping menghela napas karena menyesali tindakannya saat masih muda yang mendatangkan banyak musuh. Itulah alasannya mengapa sekarang musuhnya ada di mana-mana dan setiap harinya harus waspada agar tidak terbunuh."Kalau begitu, apa Tuan punya tempat tinggal yang bagus?" tanya Fredy."Ikut aku kembali ke
Di luar pintu, Biantara sedang berdiri di tengah halaman dan ada beberapa anggota jaringan mata-mata di belakangnya."Saat mendapat informasi tentang Fredy sebelumnya, kamu pun nggak langsung datang untuk bertemu denganku. Kenapa sekarang malah datang jauh ke sini?" kata Wira sambil tersenyum.Biantara mengernyitkan alisnya dan berkata, "Kak Wira, ada masalah ...."Ekspresi Wira langsung berubah. "Apa yang telah terjadi?"Saat ini, Wira tidak berada di Provinsi Lowala. Dia memang memiliki beberapa orang yang dapat diandalkan, tetapi tetap akan terjadi suatu masalah. Meskipun dia ingin segera kembali, tidak mungkin juga bisa tiba dalam semalam.Biantara segera berkata, "Sudah ada orang yang menghubungi Ramath dan sekarang Ramath sedang menunggu orang itu di rumahnya. Orang itu juga tahu Ramath berniat untuk berkhianat. Aku sudah bertemu dengan Ramath dan memerintahkan orang untuk melindungi kediaman Keluarga Birawa. Kita butuh perintahmu untuk apa yang harus dilakukan selanjutnya."Wira
Selama beberapa hari ini, Keluarga Birawa tetap tinggal di Dusun Darmadi karena di sana adalah tempat yang paling aman. Meskipun ada Danu dan Doddy yang melindungi mereka, mereka tetap tidak merasa aman sehingga mereka tidak bisa tetap tinggal di kediaman Keluarga Birawa. Sementara itu, anggota keluarga lainnya tetap tinggal di dalam rumah karena mereka bukan target dari lawan, melainkan anggota Keluarga Birawa."Tuan Wira, aku sudah memberitahukan semua masalah pada Tuan Biantara. Dia juga bilang kamu sudah mengetahui semuanya, berarti aku nggak perlu ulangi lagi. Menurutmu, apa yang harus kita lakukan selanjutnya?" kata Ramath dengan ekspresi gelisah. Selama dua hari ini, dia tidak bisa tidur dan selalu memikirkan cara menghadapi situasi ini, tetapi tetap tidak memiliki petunjuk. Lawannya bukan orang yang baik, dia akan kehilangan nyawanya jika ada kesalahan sedikit saja. Meskipun dia sudah tua, dia juga tidak ingin mati dengan cara seperti ini."Aku sudah memerintahkan Biantara untu
"Aku yang pergi!" kata Doddy sambil menepuk dadanya."Selama ini aku selalu di rumah saja, aku sudah bosan sekali. Kalian semua nggak boleh merebut kesempatan ini dariku!"Danu dan yang lainnya yang berdiri di samping Doddy pun tertawa."Tenang saja, nggak ada yang akan merebutnya darimu!" kata Nafis sambil tersenyum.Wira berkata dengan ekspresi serius, "Aku tahu kepribadianmu. Kamu ini mudah impulsif, tapi kali ini kamu nggak boleh seperti ini. Kamu harus ingat. Perjalanan kali ini memang menuju Kerajaan Beluana, tapi saat ini kita sudah berdamai. Kalau kamu membuat masalah pada saat ini, mungkin akan sangat sulit untuk diselesaikan. Aku pikir kamu juga mengerti betapa rumitnya situasi ini, 'kan? Jangan membuat masalah untukku."Wira bukan takut dengan Kerajaan Beluana, tetapi dia ingin warga di sembilan provinsi ini bisa hidup dengan tenang. Pertempuran selama bertahun-tahun sudah membuat para rakyat hidup dalam kesulitan, sehingga banyak yang tidak bisa mendapatkan makanan dan bebe
Hingga sekarang, pria itu masih tidak berniat untuk tunduk kepada Wira."Hehe." Wira justru tertawa melihatnya. Kemudian, dia berucap dengan nada datar, "Sudahlah, kamu nggak perlu sok misterius atau sok bijak di hadapanku lagi. Kalau tahu aku yang berkuasa di sini, lebih baik kamu menurutiku daripada menderita sendiri.""Aku hanya ingin mengorek beberapa informasi darimu. Kalau kamu menjawab jujur, mana mungkin aku menyulitkanmu?"Selesai berbicara, Wira melambaikan tangannya kepada orang-orang di belakang sehingga Danu maju untuk membawa pria itu. Pria itu pun tidak melawan, melainkan mengikuti dengan patuh.Bagaimanapun, jika melawan di sini, dia tidak akan bisa mengubah hasil apa pun. Sebaliknya, dirinya yang akan menderita kerugian.Sejam kemudian, Wira dan lainnya tiba di Dusun Darmadi. Di sebuah ruangan, Wira duduk di tengah, pria misterius itu duduk di seberangnya, sedangkan Danu, Biantara, dan lainnya berdiri di sekitar pria itu. Suasana di sini sangat menegangkan.Meskipun pr
Selama tetap mengikuti Wira, Kaffa yakin kehidupannya dan adiknya akan terjamin."Kenapa masih belum pergi? Kamu kira kami sedang bercanda denganmu?" kata penjaga yang tadi berbicara itu dengan kesal. Jika bukan karena Danu sudah memerintahkan untuk harus bersikap rendah hati dan sopan pada orang-orang, mereka sudah memukul Kaffa dengan tongkat. Jelas Kaffa ini hanya seorang pengemis pun berani datang menemui Danu, sungguh tidak tahu diri.Kaffa kembali berkata, "Kalau kalian nggak mengizinkan aku bertemu dengan Jenderal Danu, nggak masalah. Tapi, tolong serahkan benda ini pada Jenderal Danu. Kalau Jenderal Danu ingin bertemu denganku setelah melihat benda ini, kalian baru bawa aku masuk. Bagaimana? Tapi, kalau Jenderal Danu nggak ingin bertemu denganku, aku nggak akan tinggal di sini lagi. Bagaimana menurut kalian?"Meskipun para penjaga itu tidak mengizinkannya masuk, Kaffa merasa dia tetap harus menunjukkan benda ini pada Danu. Dia juga tidak tahu apakah benda ini berguna atau tidak
Setelah mengatakan itu, Wira menatap Kaffa yang berdiri di belakangnya. Dia mengeluarkan sebuah liontin giok dan diam-diam menyerahkannya ke tangan Kaffa, lalu berbisik, "Kamu ambil liontin giok ini dan pergi mencari orang yang bernama Danu di dalam kota. Danu sangat terkenal di sana, jadi kamu hanya perlu bertanya pada orang-orang di sana saja. Kamu pasti akan menemukannya.""Aku akan menjaga adikmu dan nggak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya."Kaffa mengenakan pakaian biasa dan terlihat seperti pengemis. Ditambah lagi, situasi di sekitar sedang kacau dan jaraknya yang lebih jauh dari Wira, sehingga orang-orang sulit untuk mengenalinya. Situasi ini justru menguntungkan, setidaknya dia bisa memanfaatkan situasinya untuk mencari celah dan pergi meminta bantuan dari Danu.Setelah ragu sejenak dan melihat Shafa yang menganggukkan kepala, Kaffa menggertakkan giginya dan berkata, "Kalau begitu, maaf merepotkan Kak Wira."Setelah mengatakan itu, Kaffa diam-diam pergi dari sana.Sementa
Wira bertanya-tanya apakah Lucy sudah memberi tahu orang-orang di Provinsi Lowala tentang situasinya, sehingga para prajurit ini datang untuk menjemputnya."Tuan Ruben, akhirnya kamu datang juga. Aku dengar kamu menghadapi beberapa masalah di sini, jadi aku sengaja datang ke sini untuk melihatnya. Kelihatannya situasimu memang seperti yang mereka katakan, benar-benar ada orang nggak tahu diri yang berani mencari masalah denganmu," kata pria yang menunggang kuda dengan nada dingin sambil menatap Wira."Siapa kamu ini? Kamu tahu siapa pria yang berdiri di depanmu ini? Dia adalah Tuan Ruben yang sangat terkenal. Lihatlah dirimu ini, masih berani melawan Tuan Ruben? Cepat tangkap preman ini," lanjut pria itu.Seiring perintah dari pria yang menunggang kuda itu, para prajurit langsung maju dan segera mengepung Wira dan yang lainnya.Sahim langsung ketakutan sampai kakinya lemas. Sejak zaman dahulu, rakyat takut pada prajurit sudah menjadi situasi yang wajar. Saat teringat dengan semua tinda
"Baiklah. Aku percaya perkataan Tuan ini, jadi aku akan ikut dia ke kota dan melihatnya sendiri," kata pria paruh baya itu lagi dan menjadi orang pertama yang mendukung Wira.Melihat ada yang mulai goyah, yang lainnya juga segera mendukung Wira. Dalam sekejap, banyak orang yang sudah berdiri di belakang Wira.Sementara itu, hanya tersisa sebagian korban bencana yang berdiri di pihak pria gemuk itu, selain beberapa pengawalnya. Namun, hanya dengan orang-orang ini saja, jelas tidak akan cukup untuk mengangkat semua makanan dan hartanya ke dalam kota."Sialan, kamu ini sengaja membuat keributan, 'kan?" kata pria gemuk itu dengan nada dingin dan menatap Wira sambil mengernyitkan alis. Semua rencananya sudah matang, hanya tinggal menyelesaikannya saja. Namun, Wira yang tidak tahu diri ini tiba-tiba muncul dan mengacaukan segalanya. Siapa pun yang menghadapi situasi seperti ini pasti akan marah.Wira malah tersenyum. "Semua yang kukatakan ini benaran, kenapa kamu begitu marah?""Dasar bereng
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan
"Pakaiannya juga cukup bagus, sepertinya dia juga orang kaya. Dia nggak mungkin akan menipu kita, 'kan?"Melihat penampilan Wira, semua orang mulai goyah. Dalam situasi seperti ini, tidak ada makanan sama saja kehilangan harga diri. Mereka harus segera mencari makanan untuk bertahan hidup.Namun, orang-orang berpikir mereka juga harus menghemat tenaga mereka. Sudah kekurangan makanan setiap harinya pun masih harus melakukan banyak pekerjaan, bahkan manusia besi juga tidak akan tahan. Sekarang Wira memberikan mereka makanan gratis, mereka tentu saja tidak akan menolaknya."Aku percaya dengan kata-kata Tuan ini. Tuan ini terlihat sangat serius, jelas bukan orang yang akan menipu kita. Lagi pula, jumlah kita banyak. Kalau nanti kita nggak mendapat makanan, kita bisa langsung menyerangnya. Masa kita yang sebanyak ini nggak bisa mengalahkan dia seorang?" kata seorang pria paruh baya yang keluar dari kerumunan dan langsung mengangkat tangannya.Tak lama kemudian, banyak orang yang mulai mele
"Mereka semua datang ke sini bersama orang kaya di desa," jelas Sahim.Tadi Sahim dan yang lainnya sudah siap untuk membantu orang-orang itu, tetapi mereka menjadi enggan untuk ikut campur setelah mengetahui kenyataannya. Orang-orang itu sendiri yang sukarela membawa barang-barang itu, mereka yang akan mendapat masalah jika bersikeras membantu.Lagi pula, pihak yang satunya bersedia bekerja dan pihak yang satunya lagi bersedia memberi, pada dasarnya ini hanya transaksi bisnis."Kenapa berhenti?" Saat Sahim melaporkan situasinya pada Wira, terdengar suara dengan nada kesal dari dalam kereta itu. Tak lama kemudian, seorang pria keluar dari kereta dan langsung menatap orang-orang di sekitarnya."Apa lagi yang bisa kalian lakukan di sini? Bentar lagi kita akan tiba di kota. Setelah masuk ke sana, aku akan memberikan tujuh kilogram beras pada kalian sesuai kesepakatan. Kalau kalian terus membuang-buang waktu di sini, kalian nggak akan mendapatkan apa-apa," lanjut pria itu.Wira pun menatap
Melihat pemandangan di depan, Wira merasa sakit kepala. Apakah mereka menganggapnya sebagai orang yang sangat baik? "Kalian bahkan nggak tahu apa yang kulakukan, tapi langsung ingin mengikutiku. Kalian nggak takut aku akan membahayakan kalian?"Semua orang langsung menggelengkan kepala.Terutama Sahim, dia adalah orang pertama yang berkata, "Aku percaya dengan kepribadian Tuan. Penampilan Tuan terlihat begitu rapi, sama sekali nggak seperti orang jahat. Lagi pula, nggak ada orang lagi yang lebih jahat dari kami di dunia ini, 'kan? Aku juga percaya kelak aku pasti akan berguna kalau kami mengikuti Tuan. Aku pasti bisa mewujudkan semua ambisiku."Wira pun tersenyum dan bertanya-tanya apa ambisi orang ini. Dengan penampilan yang buruk, Sahim ini memberikan kesan yang buruk dan terlihat seperti orang jahat.Namun, setelah Wira pikirkan lagi, membiarkan orang-orang ini mengikutinya juga bukan pilihan yang buruk. Setidaknya mereka bisa melakukan beberapa hal sesuai kemampuan mereka dan tidak
Dengan kemampuan para menteri hebat ini, mereka pasti bisa meyakinkan para rakyat. Itu sebabnya, tidak ada keributan yang terjadi."Kak, rupanya kamu orang Provinsi Lowala. Dari aksenmu, aku nggak bisa menilai asal-usulmu," ucap Shafa sambil menatap Wira."Aku bukan dari Provinsi Lowala. Aku cuma tinggal lebih lama di sini. Makanya, aku nggak punya aksen seperti mereka," sahut Wira.Sebenarnya tidak ada perbedaan besar pada aksen para penduduk di sembilan provinsi, kecuali yang berasal dari etnis minoritas. Sementara itu, Wira bukan berasal dari dunia ini sehingga aksennya tentu berbeda. Bagaimana mungkin mereka bisa menebak asal usulnya?Shafa bertanya, "Kalau begitu, kamu dari mana?""Rumahku sangat jauh dari sini. Sepertinya aku nggak bakal pernah bisa pulang lagi." Wira menggeleng sambil menghela napas.Wira sendiri sudah lupa dirinya sudah berapa lama dirinya berada di sini. Selain itu, dia tidak pernah menemukan jalan pulang.Namun, harus diakui bahwa kehidupan di sini sangat bai