"Kita hanya perlu membangun sebuah rak yang tinggi dan memasang katrol di atasnya, lalu melemparkan talinya ke bawah. Dengan cara ini, kita bisa mengangkut batu dengan tenaga paling sedikit. Selama prosesnya, kita hanya perlu mengoperasikannya," kata Wira sambil tersenyum. Inilah kegunaan otak. Dengan alat ini, dia bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi Osmaro."Apa benda ini benar-benar sehebat itu?" tanya Osmaro dengan agak ragu.Wira berkata sambil tersenyum, "Tentu saja. Nanti saat kamu mengoperasikan katrol ini, kamu akan tahu manfaatnya. Kamu pasti akan terkejut nanti."Osmaro menganggukkan kepala, lalu pergi sambil membawa gambar itu dengan gembira.....Beberapa hari kemudian, telur bitan menjadi sangat populer dan segera tersebar ke seluruh kota.Osmaro juga berhasil membuat katrol dan semua orang menggunakannya untuk mengangkut batu. Masih ada beberapa masalah, tetapi penggunaan tenaga kerja manusia sudah berkurang dan juga menghemat banyak tenaga. Rencana membangun rumah j
Dalam sekejap, keduanya sudah tiba di restoran terbesar di Provinsi Lowala, Restoran Salju. Begitu Wira masuk, para pelanggan langsung berdiri dan menatapnya dengan hormat."Tuan Wira akhirnya datang, silakan masuk!" kata pemilik restoran yang segera keluar dan menyambut Wira. Bisa dibilang, Wira bisa datang ke Restoran Salju adalah sebuah kehormatan besar baginya."Aku ada janji dengan seseorang di lantai atas. Kalian sibuk dengan urusan kalian saja, nggak perlu sungkan," kata Wira kepada semua orang sambil melambaikan tangannya. Dalam sekejap, keduanya sudah tiba di lantai dua.Di sebuah ruangan pribadi di lantai dua, seorang pria berjubah sutra sedang duduk di samping dengan dua pengikut di belakangnya. Namun, kedua pengikut itu terlihat sangat angkuh dan ekspresi mereka penuh dengan aura membunuh, jelas mereka adalah ahli bela diri. Saat Wira dan Danu masuk, pria berjubah sutra itu segera bangkit dan berkata sambil tersenyum, "Kamu pasti Tuan Wira, 'kan? Aku benar-benar kagum denga
"Oh ya?" Wira mengernyitkan alisnya mendengar hal itu. Ramath adalah orang pertama yang berani berbual di hadapannya. Perlu diketahui, Wira bukan berasal dari zaman sekarang, tentu saja wawasannya lebih luas. Tidak ada satu pun benda yang bisa membuatnya takjub di dunia ini.Karena itu jugalah, Wira bisa mengembangkan wilayahnya dengan lancar hanya dengan mengandalkan Dusun Darmadi dan melangkah sedikit demi sedikit hingga mencapai posisinya sekarang.Sembari berbicara, Ramath mengeluarkan sebuah besi dingin dan meletakkannya di hadapan Wira. "Apakah Tuan Wira tahu benda ini?""Ini ...." Bukan hanya Wira yang merasa terkejut, bahkan Danu juga membelalakkan matanya. Mereka adalah orang yang sering menggunakan senjata, tentu saja mereka tahu besi dingin ini adalah benda bagus. Hanya saja, besi dingin ini sangat langka. Kenapa Ramath bisa memilikinya?"Terus terang saja, aku punya banyak besi seperti ini. Cukup untuk membuat perlengkapan senjata dan zirah," pungkas Ramath dengan tegas. Di
Ramath seolah-olah sangat takut Wira akan menolak usulnya."Kalau kamu sudah bilang begitu, aku akan menemui putrimu kalau ada waktu," ujar Wira dengan tenang. Setelah itu, dia langsung berdiri dan berjalan ke luar pintu. Baru saja keluar dari restoran, Wira langsung melambaikan tangannya pada Danu, "Segera hubungi Biantara, suruh dia temui aku. Bilang padanya ada masalah penting yang mau kudiskusikan."Danu tidak banyak bertanya, dia langsung menjalankan perintah Wira.....Dua jam kemudian, Biantara telah tiba di Dusun Darmadi.Pada saat ini, Wira masih fokus meneliti berbagai resep makanan. "Sudah datang ya," katanya tanpa mendongakkan kepala saat mendengar suara langkah kaki dari luar pintu."Kenapa kamu bisa tahu ini aku?" Biantara duduk di satu sisi dan menuangkan teh untuk dirinya sendiri."Kedengaran dari suara langkah kakimu." Wira meregangkan ototnya, lalu duduk di samping Biantara. "Yang tinggal di halaman ini hanya istri-istriku. Aku sangat memahami mereka. Biasanya, selain
"Semua pedagang bisa melakukan jual beli. Jadi, kamu tenang saja. Kalau dia sendiri yang berinisiatif datang mencarimu untuk kerja sama, kamu berikan saja kesempatan ini padanya. Hal ini juga menguntungkan bagimu. Kenapa nggak gunakan kesempatan ini saja?"Wira mengangguk, lalu tertawa. "Baiklah, aku akan percaya padamu kali ini.""Kamu memang harus percaya padaku. Bagaimanapun, aku ini mata-matamu." Biantara tertawa sejenak, kemudian dilanjutkan dengan obrolan singkat antara keduanya sebelum Biantara pergi.Berkat penemuan katrol, pekerjaan pembangunan juga berjalan semakin cepat dan mengurangi beban kerja semua orang. Tentu saja semua orang merasa sangat senang. Bisa dibilang, semuanya sangat bersemangat dalam menjalankan pekerjaan mereka.Pagi-pagi sekali, Wira telah bergegas ke lokasi pembangunan. Sejauh mata memandang, Wira melihat fondasi batu telah mulai dibentuk dan semua orang sedang sibuk bekerja."Tuan Wira sudah datang ya." Salah seorang pekerja bergegas menghampiri Wira da
"Mereka muntah dan diare, tapi semua ini hanya gejala masuk angin. Kami jauh lebih menderita saat nggak dapat makan. Sekarang mereka tetap bisa makan meskipun sakit, 'kan?" jawab Galang.Ketika Galang hendak mengalihkan topik pembicaraan, seorang pemuda tiba-tiba menghampiri dengan tergesa-gesa. Pemuda itu berkata dengan napas terengah-engah, "Kak Galang, ini gawat, ada yang meninggal ...."Meninggal? Bukankah situasi seperti ini sangat gawat? Ekspresi Wira pun berubah. Sebelum Galang bertanya, Wira sudah memerintahkan dengan dingin, "Cepat bawa aku ke sana."Galang tidak berani bersikap lalai. Dia segera membawa sekelompok orang dan Wira menuju bagian dalam lokasi konstruksi.Di arena istirahat, terlihat beberapa pria sedang berbaring. Mereka batuk tanpa henti, bahkan ada muntahan di lantai sehingga udara di sini sangat bau.Ketika melihat situasi ini, Wira tanpa sadar menutup hidungnya sambil menginstruksi, "Cepat buka semua jendela supaya ada sirkulasi udara."Wira bukan berasal dar
Tabib yang datang dari kota memeriksa di dalam selama 2 jam sebelum akhirnya keluar. Wira dan Galang buru-buru maju untuk bertanya. "Tuan Wira, kondisi orang-orang di dalam kurang baik. Tapi, kamu tenang saja. Mereka bukan terkena wabah, tapi keracunan.""Racun ini sangat aneh. Nggak akan langsung membunuh, tapi sangat menyiksa. Toksisitasnya nggak terlalu tinggi, apalagi tubuh manusia memiliki kemampuan untuk menyembuhkan diri sendiri. Jadi, mungkin dalam seminggu, mereka akan pulih kembali," jelas tabib itu.Ternyata begitu, Wira pun merasa lebih lega sekarang. Syukurlah kalau bukan wabah. Sementara itu, tabib itu meneruskan, "Maaf kalau aku lancang, tapi aku nggak pernah melihat racun seperti ini. Aku nggak bisa menyembuhkan mereka dalam waktu singkat. Kalau Tuan Wira nggak percaya padaku, silakan cari tabib lain."Tabib itu menghela napas. Dia sudah berkecimpung di bidang medis selama bertahun-tahun, tetapi tidak pernah bertemu situasi seperti ini."Karena kamu sudah menjelaskan se
Saat ini, seseorang tiba-tiba berlari menghampiri dengan tergesa-gesa. "Kak Galang, Tuan Wira, gawat! Waktu kami pergi mengambil batu dan kayu tadi, ada yang jatuh pingsan lagi! Gejalanya pun sama dengan yang sebelumnya! Mereka memuntahkan busa dan suhu tubuh terus meningkat!"Wira dan Galang bertatapan. Sepertinya, mereka tidak memerlukan waktu untuk menyelidikinya lagi. Masalahnya sudah ditemukan.Keduanya bergegas menuju ke hutan. Banyak orang yang berkerumun di sana, tetapi tidak ada yang berani mendekati orang-orang yang jatuh pingsan. Kerumunan sibuk bergosip."Apa ada siluman di hutan ini?""Sepertinya begitu.""Kalau nggak ada siluman, kenapa mereka tiba-tiba jatuh pingsan?""Kudengar tempat ini dulunya kuburan massal. Pantas saja, aku meras ngeri setiap kali masuk.""Ehem, ehem." Wira berdeham.Orang-orang pun bergeser saat melihat kedatangan Wira dan Galang.Wira menenangkan orang-orang, "Nggak ada hal seperti itu di dunia ini, jangan menakuti diri sendiri. Segala sesuatu di
Selama tetap mengikuti Wira, Kaffa yakin kehidupannya dan adiknya akan terjamin."Kenapa masih belum pergi? Kamu kira kami sedang bercanda denganmu?" kata penjaga yang tadi berbicara itu dengan kesal. Jika bukan karena Danu sudah memerintahkan untuk harus bersikap rendah hati dan sopan pada orang-orang, mereka sudah memukul Kaffa dengan tongkat. Jelas Kaffa ini hanya seorang pengemis pun berani datang menemui Danu, sungguh tidak tahu diri.Kaffa kembali berkata, "Kalau kalian nggak mengizinkan aku bertemu dengan Jenderal Danu, nggak masalah. Tapi, tolong serahkan benda ini pada Jenderal Danu. Kalau Jenderal Danu ingin bertemu denganku setelah melihat benda ini, kalian baru bawa aku masuk. Bagaimana? Tapi, kalau Jenderal Danu nggak ingin bertemu denganku, aku nggak akan tinggal di sini lagi. Bagaimana menurut kalian?"Meskipun para penjaga itu tidak mengizinkannya masuk, Kaffa merasa dia tetap harus menunjukkan benda ini pada Danu. Dia juga tidak tahu apakah benda ini berguna atau tidak
Setelah mengatakan itu, Wira menatap Kaffa yang berdiri di belakangnya. Dia mengeluarkan sebuah liontin giok dan diam-diam menyerahkannya ke tangan Kaffa, lalu berbisik, "Kamu ambil liontin giok ini dan pergi mencari orang yang bernama Danu di dalam kota. Danu sangat terkenal di sana, jadi kamu hanya perlu bertanya pada orang-orang di sana saja. Kamu pasti akan menemukannya.""Aku akan menjaga adikmu dan nggak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya."Kaffa mengenakan pakaian biasa dan terlihat seperti pengemis. Ditambah lagi, situasi di sekitar sedang kacau dan jaraknya yang lebih jauh dari Wira, sehingga orang-orang sulit untuk mengenalinya. Situasi ini justru menguntungkan, setidaknya dia bisa memanfaatkan situasinya untuk mencari celah dan pergi meminta bantuan dari Danu.Setelah ragu sejenak dan melihat Shafa yang menganggukkan kepala, Kaffa menggertakkan giginya dan berkata, "Kalau begitu, maaf merepotkan Kak Wira."Setelah mengatakan itu, Kaffa diam-diam pergi dari sana.Sementa
Wira bertanya-tanya apakah Lucy sudah memberi tahu orang-orang di Provinsi Lowala tentang situasinya, sehingga para prajurit ini datang untuk menjemputnya."Tuan Ruben, akhirnya kamu datang juga. Aku dengar kamu menghadapi beberapa masalah di sini, jadi aku sengaja datang ke sini untuk melihatnya. Kelihatannya situasimu memang seperti yang mereka katakan, benar-benar ada orang nggak tahu diri yang berani mencari masalah denganmu," kata pria yang menunggang kuda dengan nada dingin sambil menatap Wira."Siapa kamu ini? Kamu tahu siapa pria yang berdiri di depanmu ini? Dia adalah Tuan Ruben yang sangat terkenal. Lihatlah dirimu ini, masih berani melawan Tuan Ruben? Cepat tangkap preman ini," lanjut pria itu.Seiring perintah dari pria yang menunggang kuda itu, para prajurit langsung maju dan segera mengepung Wira dan yang lainnya.Sahim langsung ketakutan sampai kakinya lemas. Sejak zaman dahulu, rakyat takut pada prajurit sudah menjadi situasi yang wajar. Saat teringat dengan semua tinda
"Baiklah. Aku percaya perkataan Tuan ini, jadi aku akan ikut dia ke kota dan melihatnya sendiri," kata pria paruh baya itu lagi dan menjadi orang pertama yang mendukung Wira.Melihat ada yang mulai goyah, yang lainnya juga segera mendukung Wira. Dalam sekejap, banyak orang yang sudah berdiri di belakang Wira.Sementara itu, hanya tersisa sebagian korban bencana yang berdiri di pihak pria gemuk itu, selain beberapa pengawalnya. Namun, hanya dengan orang-orang ini saja, jelas tidak akan cukup untuk mengangkat semua makanan dan hartanya ke dalam kota."Sialan, kamu ini sengaja membuat keributan, 'kan?" kata pria gemuk itu dengan nada dingin dan menatap Wira sambil mengernyitkan alis. Semua rencananya sudah matang, hanya tinggal menyelesaikannya saja. Namun, Wira yang tidak tahu diri ini tiba-tiba muncul dan mengacaukan segalanya. Siapa pun yang menghadapi situasi seperti ini pasti akan marah.Wira malah tersenyum. "Semua yang kukatakan ini benaran, kenapa kamu begitu marah?""Dasar bereng
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan
"Pakaiannya juga cukup bagus, sepertinya dia juga orang kaya. Dia nggak mungkin akan menipu kita, 'kan?"Melihat penampilan Wira, semua orang mulai goyah. Dalam situasi seperti ini, tidak ada makanan sama saja kehilangan harga diri. Mereka harus segera mencari makanan untuk bertahan hidup.Namun, orang-orang berpikir mereka juga harus menghemat tenaga mereka. Sudah kekurangan makanan setiap harinya pun masih harus melakukan banyak pekerjaan, bahkan manusia besi juga tidak akan tahan. Sekarang Wira memberikan mereka makanan gratis, mereka tentu saja tidak akan menolaknya."Aku percaya dengan kata-kata Tuan ini. Tuan ini terlihat sangat serius, jelas bukan orang yang akan menipu kita. Lagi pula, jumlah kita banyak. Kalau nanti kita nggak mendapat makanan, kita bisa langsung menyerangnya. Masa kita yang sebanyak ini nggak bisa mengalahkan dia seorang?" kata seorang pria paruh baya yang keluar dari kerumunan dan langsung mengangkat tangannya.Tak lama kemudian, banyak orang yang mulai mele
"Mereka semua datang ke sini bersama orang kaya di desa," jelas Sahim.Tadi Sahim dan yang lainnya sudah siap untuk membantu orang-orang itu, tetapi mereka menjadi enggan untuk ikut campur setelah mengetahui kenyataannya. Orang-orang itu sendiri yang sukarela membawa barang-barang itu, mereka yang akan mendapat masalah jika bersikeras membantu.Lagi pula, pihak yang satunya bersedia bekerja dan pihak yang satunya lagi bersedia memberi, pada dasarnya ini hanya transaksi bisnis."Kenapa berhenti?" Saat Sahim melaporkan situasinya pada Wira, terdengar suara dengan nada kesal dari dalam kereta itu. Tak lama kemudian, seorang pria keluar dari kereta dan langsung menatap orang-orang di sekitarnya."Apa lagi yang bisa kalian lakukan di sini? Bentar lagi kita akan tiba di kota. Setelah masuk ke sana, aku akan memberikan tujuh kilogram beras pada kalian sesuai kesepakatan. Kalau kalian terus membuang-buang waktu di sini, kalian nggak akan mendapatkan apa-apa," lanjut pria itu.Wira pun menatap
Melihat pemandangan di depan, Wira merasa sakit kepala. Apakah mereka menganggapnya sebagai orang yang sangat baik? "Kalian bahkan nggak tahu apa yang kulakukan, tapi langsung ingin mengikutiku. Kalian nggak takut aku akan membahayakan kalian?"Semua orang langsung menggelengkan kepala.Terutama Sahim, dia adalah orang pertama yang berkata, "Aku percaya dengan kepribadian Tuan. Penampilan Tuan terlihat begitu rapi, sama sekali nggak seperti orang jahat. Lagi pula, nggak ada orang lagi yang lebih jahat dari kami di dunia ini, 'kan? Aku juga percaya kelak aku pasti akan berguna kalau kami mengikuti Tuan. Aku pasti bisa mewujudkan semua ambisiku."Wira pun tersenyum dan bertanya-tanya apa ambisi orang ini. Dengan penampilan yang buruk, Sahim ini memberikan kesan yang buruk dan terlihat seperti orang jahat.Namun, setelah Wira pikirkan lagi, membiarkan orang-orang ini mengikutinya juga bukan pilihan yang buruk. Setidaknya mereka bisa melakukan beberapa hal sesuai kemampuan mereka dan tidak
Dengan kemampuan para menteri hebat ini, mereka pasti bisa meyakinkan para rakyat. Itu sebabnya, tidak ada keributan yang terjadi."Kak, rupanya kamu orang Provinsi Lowala. Dari aksenmu, aku nggak bisa menilai asal-usulmu," ucap Shafa sambil menatap Wira."Aku bukan dari Provinsi Lowala. Aku cuma tinggal lebih lama di sini. Makanya, aku nggak punya aksen seperti mereka," sahut Wira.Sebenarnya tidak ada perbedaan besar pada aksen para penduduk di sembilan provinsi, kecuali yang berasal dari etnis minoritas. Sementara itu, Wira bukan berasal dari dunia ini sehingga aksennya tentu berbeda. Bagaimana mungkin mereka bisa menebak asal usulnya?Shafa bertanya, "Kalau begitu, kamu dari mana?""Rumahku sangat jauh dari sini. Sepertinya aku nggak bakal pernah bisa pulang lagi." Wira menggeleng sambil menghela napas.Wira sendiri sudah lupa dirinya sudah berapa lama dirinya berada di sini. Selain itu, dia tidak pernah menemukan jalan pulang.Namun, harus diakui bahwa kehidupan di sini sangat bai