Share

Bab 1735

Penulis: Arif
"Semua pedagang bisa melakukan jual beli. Jadi, kamu tenang saja. Kalau dia sendiri yang berinisiatif datang mencarimu untuk kerja sama, kamu berikan saja kesempatan ini padanya. Hal ini juga menguntungkan bagimu. Kenapa nggak gunakan kesempatan ini saja?"

Wira mengangguk, lalu tertawa. "Baiklah, aku akan percaya padamu kali ini."

"Kamu memang harus percaya padaku. Bagaimanapun, aku ini mata-matamu." Biantara tertawa sejenak, kemudian dilanjutkan dengan obrolan singkat antara keduanya sebelum Biantara pergi.

Berkat penemuan katrol, pekerjaan pembangunan juga berjalan semakin cepat dan mengurangi beban kerja semua orang. Tentu saja semua orang merasa sangat senang. Bisa dibilang, semuanya sangat bersemangat dalam menjalankan pekerjaan mereka.

Pagi-pagi sekali, Wira telah bergegas ke lokasi pembangunan. Sejauh mata memandang, Wira melihat fondasi batu telah mulai dibentuk dan semua orang sedang sibuk bekerja.

"Tuan Wira sudah datang ya." Salah seorang pekerja bergegas menghampiri Wira da
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1736

    "Mereka muntah dan diare, tapi semua ini hanya gejala masuk angin. Kami jauh lebih menderita saat nggak dapat makan. Sekarang mereka tetap bisa makan meskipun sakit, 'kan?" jawab Galang.Ketika Galang hendak mengalihkan topik pembicaraan, seorang pemuda tiba-tiba menghampiri dengan tergesa-gesa. Pemuda itu berkata dengan napas terengah-engah, "Kak Galang, ini gawat, ada yang meninggal ...."Meninggal? Bukankah situasi seperti ini sangat gawat? Ekspresi Wira pun berubah. Sebelum Galang bertanya, Wira sudah memerintahkan dengan dingin, "Cepat bawa aku ke sana."Galang tidak berani bersikap lalai. Dia segera membawa sekelompok orang dan Wira menuju bagian dalam lokasi konstruksi.Di arena istirahat, terlihat beberapa pria sedang berbaring. Mereka batuk tanpa henti, bahkan ada muntahan di lantai sehingga udara di sini sangat bau.Ketika melihat situasi ini, Wira tanpa sadar menutup hidungnya sambil menginstruksi, "Cepat buka semua jendela supaya ada sirkulasi udara."Wira bukan berasal dar

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1737

    Tabib yang datang dari kota memeriksa di dalam selama 2 jam sebelum akhirnya keluar. Wira dan Galang buru-buru maju untuk bertanya. "Tuan Wira, kondisi orang-orang di dalam kurang baik. Tapi, kamu tenang saja. Mereka bukan terkena wabah, tapi keracunan.""Racun ini sangat aneh. Nggak akan langsung membunuh, tapi sangat menyiksa. Toksisitasnya nggak terlalu tinggi, apalagi tubuh manusia memiliki kemampuan untuk menyembuhkan diri sendiri. Jadi, mungkin dalam seminggu, mereka akan pulih kembali," jelas tabib itu.Ternyata begitu, Wira pun merasa lebih lega sekarang. Syukurlah kalau bukan wabah. Sementara itu, tabib itu meneruskan, "Maaf kalau aku lancang, tapi aku nggak pernah melihat racun seperti ini. Aku nggak bisa menyembuhkan mereka dalam waktu singkat. Kalau Tuan Wira nggak percaya padaku, silakan cari tabib lain."Tabib itu menghela napas. Dia sudah berkecimpung di bidang medis selama bertahun-tahun, tetapi tidak pernah bertemu situasi seperti ini."Karena kamu sudah menjelaskan se

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1738

    Saat ini, seseorang tiba-tiba berlari menghampiri dengan tergesa-gesa. "Kak Galang, Tuan Wira, gawat! Waktu kami pergi mengambil batu dan kayu tadi, ada yang jatuh pingsan lagi! Gejalanya pun sama dengan yang sebelumnya! Mereka memuntahkan busa dan suhu tubuh terus meningkat!"Wira dan Galang bertatapan. Sepertinya, mereka tidak memerlukan waktu untuk menyelidikinya lagi. Masalahnya sudah ditemukan.Keduanya bergegas menuju ke hutan. Banyak orang yang berkerumun di sana, tetapi tidak ada yang berani mendekati orang-orang yang jatuh pingsan. Kerumunan sibuk bergosip."Apa ada siluman di hutan ini?""Sepertinya begitu.""Kalau nggak ada siluman, kenapa mereka tiba-tiba jatuh pingsan?""Kudengar tempat ini dulunya kuburan massal. Pantas saja, aku meras ngeri setiap kali masuk.""Ehem, ehem." Wira berdeham.Orang-orang pun bergeser saat melihat kedatangan Wira dan Galang.Wira menenangkan orang-orang, "Nggak ada hal seperti itu di dunia ini, jangan menakuti diri sendiri. Segala sesuatu di

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1739

    Dalam sekejap, mata Wira tampak berbinar-binar. Dia bahkan menyunggingkan senyum misterius."Mengerti apa?" tanya Galang yang masih tidak memahami situasi di depan matanya.Wira bertanya balik, "Kamu nggak menyadari ada miasma di sini?"Galang seperti telah memahaminya, tetapi tidak juga. Wira meneruskan, "Orang-orang ini pingsan karena menghirup terlalu banyak miasma di sini. Makanya, mereka muntah busa dan pingsan, bahkan ada yang demam tinggi."Miasma adalah racun yang berasal dari alam. Ada yang fatal untuk nyawa dan ada yang hanya membuat orang jatuh pingsan. Untungnya, miasma di hutan ini tidak terlalu mengerikan. Jika tidak, semua orang ini pasti sudah meninggal sejak tadi."Pasti sulit kalau ingin membersihkan miasma di sini. Selain itu, dengan kemampuan yang sekarang, kita juga nggak bisa melakukannya," ujar Wira yang tampak merenung.Kemudian, Wira seketika membuka matanya dan berkata, "Kalau begitu, jangan bekerja di hutan ini lagi. Ambil kayu dari hutan lain saja supaya ngg

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1740

    Dewina hanya bisa bersabar. Hingga malam hari, Wira akhirnya keluar dari ruang kerja dengan memegang secarik kertas."Cepat serahkan kertas ini kepada Tuan Osmaro. Suruh dia memproduksi yang banyak dalam waktu singkat ini," pesan Wira. Seorang pelayan buru-buru menghampiri, lalu mengambil kertas itu dan berlari ke luar.Di kejauhan, Dewina sedang duduk di depan meja baru. Dia menatap Wira dengan tidak puas. Wira meregangkan pinggang sebelum menghampiri dengan tersenyum. Kemudian, dia bertanya, "Siapa yang sudah membuat Dewina-ku marah?""Siapa lagi kalau bukan kamu? Hanya kamu yang bisa membuatku marah," sahut Dewina sembari memalingkan wajahnya."Kenapa? Memangnya apa yang kulakukan sampai kamu marah?" Raut wajah Wira tampak nakal seperti biasa."Kamu diam-diam meneliti makanan lezat di ruang kerja, tapi berusaha menghindari kami. Jangan-jangan, kamu nggak ingin melihat kita senang?" tanya Dewina dengan jengkel.Wira seketika memahaminya. Sepertinya, Dewina sudah salah paham. Kemudian

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1741

    Di sebuah restoran. Setelah meninggalkan rumahnya, Wira langsung menuju ke restoran ini dan datang ke ruang privatnya.Ramath duduk di seberang Wira dan sampingnya adalah seorang wanita cantik yang mengenakan terusan panjang. Wanita ini terus menunduk karena tidak berani menatap mata Wira. Dia merasa sangat malu. Justru penampilannya yang seperti ini yang membuat orang makin kasihan padanya.Setelah mengamati wanita itu sesaat, Wira bertanya dengan nada datar, "Jadi, kamu putrinya Tuan Ramath? Cantik."Ramath tertawa, lalu melirik sekilas Ainur yang berada di sampingnya dan berucap, "Putriku jarang sekali keluar rumah, jadi kurang mengerti etiket. Tuan sudah masuk dari tadi, tapi dia nggak tahu cara menyapa. Tolong dimaklumi."Wira tersenyum sambil melambaikan tangannya. Dia sama sekali tidak merasa keberatan. Lagi pula, dia bukan orang yang terlalu memperhatikan etiket."Tapi, kulihat Nona Ainur nggak tertarik padaku. Kalau memang begitu, lupakan saja pernikahan ini," ujar Wira.Ramat

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1742

    Ramath adalah orang yang cerdik sehingga tidak akan melupakan keuntungan untuk diri sendiri. Tidak peduli dengan cara apa, yang penting dia bisa mendekatkan hubungannya dengan Wira. Jadi, sebelum datang ke Provinsi Lowala, dia telah memikirkan banyak cara.Cara pertama adalah menggunakan besi untuk memenangkan hati Wira. Asal tahu saja, jumlah besi yang dimilikinya sudah cukup untuk membuat semua kelompok iri. Ini juga merupakan batu loncatan yang baik baginya."Bukan masalah, tapi kapan aku bisa melihat besi-besi itu? Aku percaya pada Tuan Ramath, tapi aku lebih percaya pada mataku sendiri," ujar Wira sambil tersenyum.Ucapan ini cukup masuk akal. Ramath mengangguk sambil membalas, "Akan kuatur sekarang. Besok pagi, kamu sudah bisa melihat besi-besi itu. Baik itu kualitas ataupun kuantitasnya, aku jamin kamu akan merasa sangat puas!"Wira tersenyum, lalu mengambil gelasnya untuk bersulang. "Senang bekerja sama denganmu."Mereka meneguk habis anggur itu. Kemudian, Ramath melirik Ainur

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1743

    "Dia ...." Ainur tampak ragu-ragu untuk berbicara. Dia teringat pada paras tampan Wira sekaligus kalimat bijaksananya itu. Jujur saja, Wira telah membuatnya terpesona dan jauh berbeda dari yang dibayangkannya.Ainan langsung bertanya, "Sepertinya, nggak sesuai dengan keinginanmu? Kalau begitu, aku akan membujuk Ayah. Pokoknya, aku nggak akan membiarkanmu menikah dengan orang yang nggak kamu cintai."Ainan duduk di samping meja dan menuangkan air untuk diri sendiri. Dilihat dari ekspresinya, dia terlihat sangat gusar.Kemudian, Ainan mulai mengomel, "Aku sangat kesal dengan sikap Ayah selama ini. Dia terlalu egois, kita ini hanya alatnya. Dia menikahkanku dengan pria jelek, sekarang aku seperti nggak punya suami karena si jelek itu terus bersenang-senang di luar. Bukankah Ayah sama dengan menjerumuskan kita ke lubang api?""Kehidupanku sudah sangat gawat, tapi Ayah masih ingin mencelakaimu. Pokoknya, aku nggak akan menyetujui pernikahan ini. Kalau dia bersikeras, aku akan memberimu uang

Bab terbaru

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3100

    Tanpa basa-basi, Agha langsung menampar kedua selir Kunaf. Mereka pun langsung diam, tak berani berteriak lagi.Namun, saat itu juga, Agha mencium bau pesing yang menyengat dan sontak mengumpat pelan, "Sialan!"Setelah beberapa saat, Kunaf sudah diikat erat. Adjie lalu menoleh ke arah Agha dan bertanya, "Apa kita perlu mengabari Tuan Wira? Sekarang situasi di dalam kota sudah terkendali, tinggal menunggu pasukan Kerajaan Nuala tiba."Mendengar nama Kerajaan Nuala, Kunaf yang tergeletak di lantai langsung mengeluarkan suara dari mulutnya yang disumpal dengan kain. Tubuhnya meronta-ronta.Adjie tidak berkata apa-apa dan hanya menendang tubuh Kunaf agar tetap diam. Setelah itu, dia duduk perlahan di kursi dan berkata dengan tenang, "Aku sudah mengutus orang untuk memberi tahu Wira. Tapi sebelum itu, ada sesuatu yang perlu kita lakukan.""Apa itu?""Dengan menggunakan perintah Kunaf, kita panggil semua kepala penjaga gerbang ke sini dengan alasan rapat mendadak. Begitu mereka masuk ke hala

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3099

    Selama mereka bisa menguasai tembok kota, saat fajar tiba dan pasukan Kerajaan Nuala memasuki kota, mereka dapat bergerak menuju tiga gerbang lainnya melalui jalur yang menghubungkan tembok kota.Nafis memberi hormat, lalu segera memimpin 100 orang untuk naik. Begitu mereka mencapai tembok kota, mereka mendapati bahwa para prajurit musuh di sana ternyata tertidur dengan bersandar pada dinding.Wira yang baru saja naik ke tembok juga melihat pemandangan itu dan hanya bisa tersenyum getir. Setelah beberapa saat, dia memberi isyarat untuk tetap diam dan memberi isyarat tangan untuk membunuh mereka.Orang-orang di belakangnya langsung mengerti maksudnya. Dengan hati-hati, mereka berjalan berjongkok menuju para prajurit yang sedang tertidur.Para prajurit dari pasukan utara itu bahkan tidak menyadari bahwa tidur mereka kali ini akan membawa mereka ke akhir hayat.....Sementara itu, di kediaman Kunaf.Meskipun kota dalam keadaan siaga penuh, sebagai tempat kediaman penguasa tertinggi di kot

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3098

    Setelah pasukan terbagi, Wira memimpin kelompoknya keluar dari hutan lebat.Karena Kunaf telah mengeluarkan perintah untuk menangkap Wira, gerbang kota berada dalam keadaan siaga penuh.Namun, karena Kunaf yakin bahwa Wira telah melarikan diri ke utara, dia lantas menarik kembali setengah dari pasukannya.Melihat jumlah patroli di gerbang kota berkurang, Nafis berbisik, "Tuan, kenapa jumlah prajurit tampak jauh lebih sedikit dibandingkan siang tadi? Jangan-jangan ini jebakan?"Wira tersenyum dan menyahut, "Nggak. Ini pasti karena Latif memberi tahu Kunaf kita kabur ke utara."Mendengar itu, yang lainnya tersenyum kecil. Jika Kunaf benar-benar mempercayai informasi itu,berarti dia benar-benar bodoh.Bagaimana mungkin mereka yang telah melarikan diri dari utara justru kembali ke arah sana? Itu sama saja mencari mati!"Nafis, kamu yang memimpin di depan. Sebarkan pasukan, jangan berkumpul di satu tempat. Habisi prajurit musuh yang menjaga gerbang, lalu kenakan seragam mereka. Lakukan den

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3097

    Mendengar laporan itu, Kunaf langsung berseri-seri dan segera menyuruh para penari untuk pergi.Setelah aula menjadi kosong, Kunaf menatap Latif dengan penuh antusiasme. Dia bahkan lupa menyuruhnya berdiri.Kunaf sangat memahami perintah dari Bimala. Tidak peduli apa pun caranya, Wira harus ditangkap. Jika berhasil, Kunaf bisa meninggalkan tempat ini.Latif perlahan-lahan berdiri, lalu menangkupkan tangannya sambil berujar dengan tenang, "Lapor, Jenderal. Kami telah mencari di dalam hutan untuk waktu yang lama, tapi nggak menemukan jejak musuh. Aku menduga mereka sudah meninggalkan area ini.""Nggak ada jejak?" Ekspresi Kunaf yang tadinya bersemangat langsung berubah. Dia lantas terdiam beberapa saat sebelum mengerutkan kening dan bertanya, "Kalau begitu, apa ada informasi dari penjaga gerbang?"Latif bertugas di benteng utama, jadi pertanyaan itu masih berada dalam ranah tanggung jawabnya. Dia segera menjawab, "Saat kembali, aku sudah menanyakan kepada penjaga gerbang. Hingga saat ini

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3096

    Mengingat semua hal besar yang telah dilakukan oleh Wira, Latif merasa sangat bersemangat. Ini adalah pertama kalinya dia bertemu langsung dengan Wira.Latif segera menangkupkan tangan dan berkata, "Aku sudah lama mengetahui nama besar Tuan Wira. Hari ini, aku akhirnya bisa bertemu langsung denganmu. Ini benar-benar suatu kehormatan bagiku. Aku Latif, mohon ampuni nyawaku."Wira terkekeh-kekeh dan membalas, "Haha. Dengan cara pencarian seperti ini, kamu nggak takut Kunaf mengetahuinya dan memenggal kepalamu?"Saat berbicara, Wira menunjuk ke arah para prajurit yang masih memegang obor di kejauhan. Kini, dia sudah bisa menebak maksud Latif. Rupanya, dia sedang berusaha membantu Wira sebagai tanda persahabatan.Latif hanya bisa tertawa canggung dan berkata dengan suara rendah, "Jujur saja, aku nggak terlalu menyukai Kunaf. Lagian, dia nggak ada di sini. Dia nggak akan tahu apa yang sebenarnya terjadi.""Hari ini, ketika aku melihat Tuan berada dalam situasi sulit, aku ingin membantu sebi

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3095

    Tak lama kemudian, obor mulai dinyalakan satu per satu.Di dalam hutan, Wira melihat cahaya obor yang menyala di kejauhan dan langsung tertegun."Apa yang dilakukan jenderal musuh ini? Kenapa dia menyalakan obor pada saat seperti ini?"Meskipun hari sudah gelap, cara terbaik untuk menangkap mereka seharusnya adalah dengan bersembunyi dalam kegelapan. Namun, musuh malah menyalakan obor, seolah-olah sengaja membocorkan posisi mereka sendiri.Adjie juga terkejut melihat tindakan aneh musuh ini. Setelah memastikan orang-orangnya sudah bersembunyi di tempat yang aman, dia mendekati Wira dan bertanya, "Tuan, apa yang dilakukan mereka? Menyalakan obor di saat seperti ini? Apa jenderal mereka nggak waras?"Wira tertawa kecil. Dia sendiri tidak menyangka musuh akan bertindak seperti ini. Setelah berpikir sejenak, dia berkata, "Haha ... jenderal mereka benar-benar menarik. Menyalakan obor di saat seperti ini, apa dia khawatir pasukannya mati terlalu lambat?"Namun, ada pepatah yang mengatakan ba

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3094

    Keduanya langsung mengiakan, lalu membawa perlengkapan mereka dan pergi.Setelah mereka pergi, Adjie berbisik, "Tuan, 500 orang melawan 1.000. Kalau kita bisa menanganinya dengan baik, kita pasti bisa membasmi mereka semua di sini."Wira tersenyum. Sebelumnya, dia masih memikirkan bagaimana cara menyerang gerbang kota saat fajar. Sekarang, setelah mendengar kabar bahwa musuh telah menyusup, dia akhirnya menemukan jawabannya.Beberapa saat kemudian, Wira bertanya, "Adjie, kamu tahu strategi menangkap pemimpin untuk mengalahkan pasukan, 'kan?"Mendengar ini, Adjie tertegun sejenak. Tentu saja dia tahu strategi tersebut. Dia seperti menyadari sesuatu. Matanya berbinar saat membalas, "Tuan ingin menangkap pemimpin mereka? Kalau itu berhasil, pasukan mereka pasti akan kehilangan arah dan hancur dengan sendirinya!"Wira tersenyum dan mengangguk, lalu berucap dengan suara pelan, "Atur 100 orang dan sembunyikan mereka di kegelapan. Aku sendiri akan memancing mereka. Kalau kalian menemukan pemi

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3093

    Setelah mendengar perkataan Adjie, Nafis dan Agha langsung menoleh ke arah Wira. Meskipun rencana Adjie terdengar cukup baik, keputusan akhir tetap harus dibuat oleh Wira.Wira menatap peta, lalu tersenyum dan mengangguk sambil berkata, "Rencana ini cukup bagus, persis dengan yang kupikirkan. Apa sudah ada informasi tentang jenderal besar yang menjaga kota?"Nafis mengangguk dan menjawab, "Sudah kami selidiki. Namanya Kunaf. Kabarnya, dia diangkat langsung oleh Bimala. Sekarang setelah suku utara dikuasai oleh Baris dan kelompoknya, kemungkinan besar semua urusan juga ditangani oleh Bimala."Mendengar ini, Wira tetap mempertahankan ekspresi datarnya. Saat ini, dia belum bisa memastikan apakah Bobby masih hidup atau tidak. Hanya saja, kalaupun Bobby masih hidup, situasinya pasti sangat berbahaya.Namun, ini bukan saatnya untuk memikirkan hal itu. Wira menggeleng, lalu menatap peta dan berkata dengan perlahan, "Kita akan membagi pasukan menjadi 2. Saat menjelang fajar, Nafis akan ikut de

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3092

    Sambil berbicara, Agha tiba-tiba mengeluarkan seekor merpati dari pelukannya. Di kakinya, terikat sepotong bambu kecil berisi pesan tertulis.Wira merasa lebih tenang dan memerintahkan dengan suara rendah, "Bacakan!"Sama seperti mereka, Wira juga diliputi kekhawatiran. Namun, sebagai pemimpin tertinggi, semua orang boleh panik, kecuali dirinya. Jika dia kehilangan ketenangannya, seluruh pasukan akan jatuh dalam kekacauan.Agha mengangguk, segera menarik kertas dari bambu itu dan mulai membacanya."Salam kepada Tuan Wira, Hayam akan melapor. Aku telah berhasil meminta bala bantuan dari Kerajaan Nuala sebanyak 200.000 pasukan. Saat ini, mereka sedang dalam perjalanan bersama Jenderal Trenggi menuju perbatasan. Diperkirakan akan tiba dalam 2 hari!"Dua ratus ribu pasukan, dua hari perjalanan. Kecepatan ini tidak bisa dianggap lambat.Wira tersenyum dan segera berdiri. "Bawa peta ke sini!"Mendengar ini, Nafis terlihat bersemangat dan segera mengambil peta, lalu membentangkannya di tanah.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status