"Oh ya?" Wira mengernyitkan alisnya mendengar hal itu. Ramath adalah orang pertama yang berani berbual di hadapannya. Perlu diketahui, Wira bukan berasal dari zaman sekarang, tentu saja wawasannya lebih luas. Tidak ada satu pun benda yang bisa membuatnya takjub di dunia ini.Karena itu jugalah, Wira bisa mengembangkan wilayahnya dengan lancar hanya dengan mengandalkan Dusun Darmadi dan melangkah sedikit demi sedikit hingga mencapai posisinya sekarang.Sembari berbicara, Ramath mengeluarkan sebuah besi dingin dan meletakkannya di hadapan Wira. "Apakah Tuan Wira tahu benda ini?""Ini ...." Bukan hanya Wira yang merasa terkejut, bahkan Danu juga membelalakkan matanya. Mereka adalah orang yang sering menggunakan senjata, tentu saja mereka tahu besi dingin ini adalah benda bagus. Hanya saja, besi dingin ini sangat langka. Kenapa Ramath bisa memilikinya?"Terus terang saja, aku punya banyak besi seperti ini. Cukup untuk membuat perlengkapan senjata dan zirah," pungkas Ramath dengan tegas. Di
Ramath seolah-olah sangat takut Wira akan menolak usulnya."Kalau kamu sudah bilang begitu, aku akan menemui putrimu kalau ada waktu," ujar Wira dengan tenang. Setelah itu, dia langsung berdiri dan berjalan ke luar pintu. Baru saja keluar dari restoran, Wira langsung melambaikan tangannya pada Danu, "Segera hubungi Biantara, suruh dia temui aku. Bilang padanya ada masalah penting yang mau kudiskusikan."Danu tidak banyak bertanya, dia langsung menjalankan perintah Wira.....Dua jam kemudian, Biantara telah tiba di Dusun Darmadi.Pada saat ini, Wira masih fokus meneliti berbagai resep makanan. "Sudah datang ya," katanya tanpa mendongakkan kepala saat mendengar suara langkah kaki dari luar pintu."Kenapa kamu bisa tahu ini aku?" Biantara duduk di satu sisi dan menuangkan teh untuk dirinya sendiri."Kedengaran dari suara langkah kakimu." Wira meregangkan ototnya, lalu duduk di samping Biantara. "Yang tinggal di halaman ini hanya istri-istriku. Aku sangat memahami mereka. Biasanya, selain
"Semua pedagang bisa melakukan jual beli. Jadi, kamu tenang saja. Kalau dia sendiri yang berinisiatif datang mencarimu untuk kerja sama, kamu berikan saja kesempatan ini padanya. Hal ini juga menguntungkan bagimu. Kenapa nggak gunakan kesempatan ini saja?"Wira mengangguk, lalu tertawa. "Baiklah, aku akan percaya padamu kali ini.""Kamu memang harus percaya padaku. Bagaimanapun, aku ini mata-matamu." Biantara tertawa sejenak, kemudian dilanjutkan dengan obrolan singkat antara keduanya sebelum Biantara pergi.Berkat penemuan katrol, pekerjaan pembangunan juga berjalan semakin cepat dan mengurangi beban kerja semua orang. Tentu saja semua orang merasa sangat senang. Bisa dibilang, semuanya sangat bersemangat dalam menjalankan pekerjaan mereka.Pagi-pagi sekali, Wira telah bergegas ke lokasi pembangunan. Sejauh mata memandang, Wira melihat fondasi batu telah mulai dibentuk dan semua orang sedang sibuk bekerja."Tuan Wira sudah datang ya." Salah seorang pekerja bergegas menghampiri Wira da
"Mereka muntah dan diare, tapi semua ini hanya gejala masuk angin. Kami jauh lebih menderita saat nggak dapat makan. Sekarang mereka tetap bisa makan meskipun sakit, 'kan?" jawab Galang.Ketika Galang hendak mengalihkan topik pembicaraan, seorang pemuda tiba-tiba menghampiri dengan tergesa-gesa. Pemuda itu berkata dengan napas terengah-engah, "Kak Galang, ini gawat, ada yang meninggal ...."Meninggal? Bukankah situasi seperti ini sangat gawat? Ekspresi Wira pun berubah. Sebelum Galang bertanya, Wira sudah memerintahkan dengan dingin, "Cepat bawa aku ke sana."Galang tidak berani bersikap lalai. Dia segera membawa sekelompok orang dan Wira menuju bagian dalam lokasi konstruksi.Di arena istirahat, terlihat beberapa pria sedang berbaring. Mereka batuk tanpa henti, bahkan ada muntahan di lantai sehingga udara di sini sangat bau.Ketika melihat situasi ini, Wira tanpa sadar menutup hidungnya sambil menginstruksi, "Cepat buka semua jendela supaya ada sirkulasi udara."Wira bukan berasal dar
Tabib yang datang dari kota memeriksa di dalam selama 2 jam sebelum akhirnya keluar. Wira dan Galang buru-buru maju untuk bertanya. "Tuan Wira, kondisi orang-orang di dalam kurang baik. Tapi, kamu tenang saja. Mereka bukan terkena wabah, tapi keracunan.""Racun ini sangat aneh. Nggak akan langsung membunuh, tapi sangat menyiksa. Toksisitasnya nggak terlalu tinggi, apalagi tubuh manusia memiliki kemampuan untuk menyembuhkan diri sendiri. Jadi, mungkin dalam seminggu, mereka akan pulih kembali," jelas tabib itu.Ternyata begitu, Wira pun merasa lebih lega sekarang. Syukurlah kalau bukan wabah. Sementara itu, tabib itu meneruskan, "Maaf kalau aku lancang, tapi aku nggak pernah melihat racun seperti ini. Aku nggak bisa menyembuhkan mereka dalam waktu singkat. Kalau Tuan Wira nggak percaya padaku, silakan cari tabib lain."Tabib itu menghela napas. Dia sudah berkecimpung di bidang medis selama bertahun-tahun, tetapi tidak pernah bertemu situasi seperti ini."Karena kamu sudah menjelaskan se
Saat ini, seseorang tiba-tiba berlari menghampiri dengan tergesa-gesa. "Kak Galang, Tuan Wira, gawat! Waktu kami pergi mengambil batu dan kayu tadi, ada yang jatuh pingsan lagi! Gejalanya pun sama dengan yang sebelumnya! Mereka memuntahkan busa dan suhu tubuh terus meningkat!"Wira dan Galang bertatapan. Sepertinya, mereka tidak memerlukan waktu untuk menyelidikinya lagi. Masalahnya sudah ditemukan.Keduanya bergegas menuju ke hutan. Banyak orang yang berkerumun di sana, tetapi tidak ada yang berani mendekati orang-orang yang jatuh pingsan. Kerumunan sibuk bergosip."Apa ada siluman di hutan ini?""Sepertinya begitu.""Kalau nggak ada siluman, kenapa mereka tiba-tiba jatuh pingsan?""Kudengar tempat ini dulunya kuburan massal. Pantas saja, aku meras ngeri setiap kali masuk.""Ehem, ehem." Wira berdeham.Orang-orang pun bergeser saat melihat kedatangan Wira dan Galang.Wira menenangkan orang-orang, "Nggak ada hal seperti itu di dunia ini, jangan menakuti diri sendiri. Segala sesuatu di
Dalam sekejap, mata Wira tampak berbinar-binar. Dia bahkan menyunggingkan senyum misterius."Mengerti apa?" tanya Galang yang masih tidak memahami situasi di depan matanya.Wira bertanya balik, "Kamu nggak menyadari ada miasma di sini?"Galang seperti telah memahaminya, tetapi tidak juga. Wira meneruskan, "Orang-orang ini pingsan karena menghirup terlalu banyak miasma di sini. Makanya, mereka muntah busa dan pingsan, bahkan ada yang demam tinggi."Miasma adalah racun yang berasal dari alam. Ada yang fatal untuk nyawa dan ada yang hanya membuat orang jatuh pingsan. Untungnya, miasma di hutan ini tidak terlalu mengerikan. Jika tidak, semua orang ini pasti sudah meninggal sejak tadi."Pasti sulit kalau ingin membersihkan miasma di sini. Selain itu, dengan kemampuan yang sekarang, kita juga nggak bisa melakukannya," ujar Wira yang tampak merenung.Kemudian, Wira seketika membuka matanya dan berkata, "Kalau begitu, jangan bekerja di hutan ini lagi. Ambil kayu dari hutan lain saja supaya ngg
Dewina hanya bisa bersabar. Hingga malam hari, Wira akhirnya keluar dari ruang kerja dengan memegang secarik kertas."Cepat serahkan kertas ini kepada Tuan Osmaro. Suruh dia memproduksi yang banyak dalam waktu singkat ini," pesan Wira. Seorang pelayan buru-buru menghampiri, lalu mengambil kertas itu dan berlari ke luar.Di kejauhan, Dewina sedang duduk di depan meja baru. Dia menatap Wira dengan tidak puas. Wira meregangkan pinggang sebelum menghampiri dengan tersenyum. Kemudian, dia bertanya, "Siapa yang sudah membuat Dewina-ku marah?""Siapa lagi kalau bukan kamu? Hanya kamu yang bisa membuatku marah," sahut Dewina sembari memalingkan wajahnya."Kenapa? Memangnya apa yang kulakukan sampai kamu marah?" Raut wajah Wira tampak nakal seperti biasa."Kamu diam-diam meneliti makanan lezat di ruang kerja, tapi berusaha menghindari kami. Jangan-jangan, kamu nggak ingin melihat kita senang?" tanya Dewina dengan jengkel.Wira seketika memahaminya. Sepertinya, Dewina sudah salah paham. Kemudian
Sambil berbicara, Agha tiba-tiba mengeluarkan seekor merpati dari pelukannya. Di kakinya, terikat sepotong bambu kecil berisi pesan tertulis.Wira merasa lebih tenang dan memerintahkan dengan suara rendah, "Bacakan!"Sama seperti mereka, Wira juga diliputi kekhawatiran. Namun, sebagai pemimpin tertinggi, semua orang boleh panik, kecuali dirinya. Jika dia kehilangan ketenangannya, seluruh pasukan akan jatuh dalam kekacauan.Agha mengangguk, segera menarik kertas dari bambu itu dan mulai membacanya."Salam kepada Tuan Wira, Hayam akan melapor. Aku telah berhasil meminta bala bantuan dari Kerajaan Nuala sebanyak 200.000 pasukan. Saat ini, mereka sedang dalam perjalanan bersama Jenderal Trenggi menuju perbatasan. Diperkirakan akan tiba dalam 2 hari!"Dua ratus ribu pasukan, dua hari perjalanan. Kecepatan ini tidak bisa dianggap lambat.Wira tersenyum dan segera berdiri. "Bawa peta ke sini!"Mendengar ini, Nafis terlihat bersemangat dan segera mengambil peta, lalu membentangkannya di tanah.
Melihat Hayam berbicara dengan nada serius, Trenggi segera mengambil keputusan dan menoleh ke arah Osman. "Kalau memang seperti yang dikatakan Jenderal Hayam, sebaiknya aku langsung membawa 200.000 pasukan menuju suku utara!"Osman tampak ragu. Sementara itu, Hayam yang berdiri di sampingnya merasa sangat cemas. Situasinya sudah sangat mendesak, tetapi Osman masih terlihat bimbang. Namun, karena mereka meminta bantuan, Hayam tidak bisa terlalu memaksa.Melihat situasi itu, Trenggi ikut berbicara, "Yang Mulia, saat ini nama Tuan Wira telah mengguncang seluruh sembilan provinsi. Kita dan mereka punya hubungan yang saling bergantung. Kalau mereka jatuh, kita yang akan menjadi target berikutnya."Perkataan itu tampaknya berhasil meyakinkan Osman. Dia segera berkata, "Baiklah! Trenggi, dengarkan perintahku!"Trenggi langsung menangkupkan tangannya sebagai tanda hormat. Di sisi lain, Hayam tampak sangat bersemangat. Dari nada bicara Osman, tampaknya dia telah setuju untuk mengirim pasukan!"
"Dua ratus ribu pasukan? Kalau aku membawa pasukan sebanyak itu untuk berperang, di dalam sini hanya akan tersisa 200.000 pasukan lainnya.""Pasukan tersebar di berbagai kota. Kalau Senia menyerang di saat itu, bagaimana cara Yang Mulia menghadapinya?”Trenggi mengerutkan kening saat berbicara. Mengalahkan Baris dan menyelamatkan Wira memang penting, tetapi ada hal yang lebih mendesak, yaitu bersiap menghadapi kemungkinan serangan dari Senia."Perkataan Jenderal Trenggi memang masuk akal. Hanya saja, kalau hanya membawa beberapa puluh ribu pasukan ke wilayah suku utara, itu jelas nggak cukup."Hayam menambahkan, "Menurut informasi yang dapat dipercaya, Baris memiliki 30.000 pasukan di tangannya. Dia juga telah merekrut Komeng, Bimala, serta Chaman.""Pasukan gabungan dari ketiga orang itu berjumlah lebih dari seratus ribu! Dengan demikian, total pasukan yang bisa digerakkan oleh Baris sudah mencapai sekitar 150.000!""Kita harus menempuh perjalanan jauh untuk bertempur. Kalau kita ngga
"Dari sini bisa kita lihat, sejak awal Pangeran Baris memang sudah punya ambisi besar. Semua yang terjadi dulu kemungkinan besar berkaitan erat dengannya. Aku khawatir, situasi ini jauh lebih rumit daripada yang terlihat di permukaan."Trenggi berkata dengan alis berkerut. Dahulu, meskipun dia memilih untuk tetap netral dan tidak campur tangan, dia tetap mengamati situasi dengan saksama. Dia baru bertindak setelah Wira dan Osman bersatu, tetapi tetap merasa ada sesuatu yang aneh.Semua jenderal utama tiba-tiba berpihak kepada Baris, bahkan bersedia mendukung seorang raja boneka. Itu terdengar konyol.Kalaupun Baris berhasil naik takhta, siapa sebenarnya yang akan menjadi penguasa di balik pemerintahan boneka itu?Kemungkinan besar, para jenderal itu pun tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikannya.Namun, kini semuanya menjadi jelas. Jika Baris memang dalang dari semua ini, segala sesuatu yang terjadi bisa dijelaskan. Semua hal yang mencurigakan pasti berkaitan dengannya. Dialah dal
"Kamu ini benar-benar nggak tahu diri! Semuanya, kita hajar dia dan usir dia dari sini!"Prajurit penjaga kota yang tadi langsung berteriak, takut Hayam akan menyinggung Trenggi dan membuat dirinya ikut terkena imbasnya.Saat ini, Trenggi memiliki kekuasaan besar. Dia menjabat sebagai Jenderal Besar Kerajaan Nuala. Pengaruhnya tidak kalah dari Osman.Terutama dengan kendali penuh atas kemiliteran Kerajaan Nuala, ini cukup untuk menunjukkan betapa besar kekuasaannya.Namun, Hayam tidak menghiraukan prajurit itu. Setelah menendang prajurit itu ke samping, dia langsung berlari ke depan Trenggi.Trenggi menatap Hayam cukup lama sebelum akhirnya mengernyit sambil bertanya, "Kamu mengenalku?""Benar!" Hayam segera mengangguk dan menyahut, "Aku tahu siapa kamu. Kamu Jenderal Trenggi yang terkenal itu, 'kan?""Mungkin Jenderal belum pernah melihatku, tapi aku pernah melihatmu dari kejauhan. Apa kamu mengenal Lucy?"Hayam tidak langsung menyebut nama Wira. Bagaimanapun, nama Wira terlalu besar.
"Wilayah suku utara luas, tapi nggak banyak tempat yang bisa dijadikan tempat persembunyian. Selain itu, kalian juga tahu ke arah mana Wira dan yang lainnya pergi. Gimana bisa sampai sekarang masih belum ada kabar tentang Wira?""Jangan-jangan anak buahmu melakukan kesalahan?" Suara Baris sedingin es. Jika mereka masih belum menemukan Wira, saat waktunya tiba, dia mungkin harus mengerahkan pasukan secara langsung."Pangeran, harap tenang. Meskipun kami belum menemukan Wira, ada satu hal yang pasti, yaitu Wira dan orang-orangnya nggak bisa meninggalkan wilayah suku utara. Dengan begitu, kabar juga nggak akan bocor dan kita masih bisa memberi Osman kejutan." Komeng menyeringai licik.Semua ini sudah sesuai dengan rencananya. Membunuh atau tidak membunuh Wira, kini bukan lagi hal yang terpenting.Bagaimanapun, panah sudah berada di busurnya dan tidak bisa ditarik kembali. Selama Wira tidak bisa menggagalkan rencana mereka, itu sudah cukup menjadi keberuntungan mereka."Itu yang terbaik. J
Jadi, dia lebih memilih untuk membunuh orang yang mungkin tak bersalah daripada membiarkan satu musuh lolos. Kalaupun mereka hanyalah pengungsi, dia tetap tidak akan melepaskan mereka!"Jenderal, ada sedikit masalah ...." Seorang wakil jenderal maju dan membisikkan beberapa patah kata kepada jenderal muda itu."Apa yang harus ditangani?" Jenderal muda itu mengernyit, sontak merasakan firasat buruk dalam hatinya."Kita masih memiliki 2.000 orang di dalam hutan dan mereka semua tersebar untuk mengamati sekitar, mencegah Wira dan yang lainnya menyelinap masuk ke dalam hutan.""Tapi baru saja, kami menemukan belasan saudara kita mati di sini. Akibatnya, muncul celah di pertahanan kita. Aku khawatir ...."Sebelum wakil jenderal itu menyelesaikan kata-katanya, wajah jenderal muda itu sontak berubah suram, bahkan tangannya mengepal dengan erat. "Diam!"Wakil jenderal itu segera menutup mulutnya, tidak berani melanjutkan pembicaraan."Berapa banyak orang yang tahu soal ini?" tanya jenderal mud
"Kak Hayam, ini adalah kesempatan yang sangat baik. Orang-orang ini sudah mulai bertarung, kita bisa memanfaatkan kekacauan ini untuk melarikan diri," saran seseorang dengan segera.Hayam menganggukkan kepala dan berkata, "Baiklah. Kerusuhan dari para pengungsi ini harusnya nggak akan menarik perhatian para pasukan di sekitar sini, jadi kita bisa memanfaatkan ini untuk pergi. Mungkin kita bisa mendapat keuntungan dari situasi ini. Semuanya hati-hati dan segera bergerak."Seiring perintah Hayam, semua orang segera masuk ke dalam kerumunan. Dalam sekejap, mereka sudah berada di tengah kerumunan itu.Jenderal yang tadi berbicara dengan para pengungsi itu pun mendengus dan berkata, "Sekelompok sampah sialan. Berani-beraninya kalian sewenang-wenang di depanku, kalian ini benar-benar nggak tahu diri. Bunuh mereka semua, jangan ada yang tersisa. Saat pasukan kita memasuki wilayah sembilan provinsi, kita nggak membutuhkan sampah seperti mereka lagi. Nyawa mereka nggak berguna lagi."Setelah Ha
Terlihat seorang jenderal muda keluar dan menatap para pengungsi itu dengan dingin, lalu berkata dengan dingin, "Kenapa kalian ke sini?""Jenderal, tolong beri kami kesempatan untuk hidup.""Kami hanya ingin pergi ke Kerajaan Nuala dan mencari sesuap nasi.""Terjadi perang di sini setiap harinya, kami hanya akan mati kalau tetap tinggal di sini.""Kita semua ini punya keluarga, jadi tolong berbaik hati dan biarkan kami tetap hidup."Semua pengungsi itu mulai memohon karena mereka tidak ingin terjebak di sini dan mati dengan sia-sia. Bagi mereka, asalkan bisa meninggalkan wilayah suku-suku utara ini masa depan mereka akan lebih baik.Namun, jenderal itu hanya mendengus dan berkata, "Saat ini situasinya sedang kacau. Selama penyebab keadaan suku-suku utara menjadi begini belum ditemukan, nggak ada orang yang boleh meninggalkan tempat ini. Kalau kalian bersikeras ingin pergi, jangan salahkan aku nggak berbelas kasihan."Setelah mengatakan itu, jenderal itu langsung mencabut pedangnya dan