"Itu urusan kalian, aku malas ikut campur. Pokoknya, aku sudah menyatakan sikapku. Aku nggak peduli apa yang akan kalian lakukan di kemudian hari, terserah kalian saja," timpal Wira sembari mengedikkan bahunya dan tidak memedulikan Kepala Keluarga Ghanim lagi.Barusan Wira memang sempat berubah pikiran, tetapi dia tidak sengaja menemukan orang Keluarga Bashra yang bersembunyi di sekitar.Semua orang dari 8 keluarga terbesar memang berengsek. Wira tidak ingin punya hubungan dengan mereka agar tidak terkena masalah.Wira lebih memilih untuk kembali ke dunia fana yang bebas. Lagi pula, Sekte Langit akan berusaha mencegah Sekte Gunung menghancurkan keseimbangan. Mereka semua orang egois sehingga tidak akan membiarkan siapa pun merusak keseimbangan."Sobat, tadi kamu bukan bicara seperti ini. Kita bisa membahasnya lagi ...," ucap Kepala Keluarga Ghanim. Sayangnya, Wira tidak memberinya kesempatan dan langsung menggandeng tangan Julian untuk pergi.Di aula Sekte Langit."Sepertinya, dia ngga
Meskipun keduanya adalah sahabat, Arham selalu jail. Wira mencemberutkan bibirnya, melihat mata Arham berbinar-binar.Keterampilan bela diri Arham termasuk hebat. Jika dia bersedia bergabung dengan Dusun Darmadi, Wira tentu akan diuntungkan!"Kamu sudah yakin mau ikut? Gimana dengan ayahmu?" tanya Wira. Dia jelas sudah diuntungkan, tetapi masih banyak tanya."Aku ikut denganmu juga karena perintah ayahku. Dia sudah lama muak dengan kehidupan di Sekte Langit, tapi nggak bisa pergi seenaknya karena status dan tanggung jawabnya. Aku berbeda, aku bisa pergi ke mana pun dan nggak ada yang bisa mengaturku!""Makanya, dia baru menyuruhku mengejarmu dan pergi bersamamu. Anggap saja ini sebagai latihan di dunia fana," jelas Arham yang sudah tiba di hadapan Wira."Kalau begitu, mari kita berangkat bersama," balas Wira. Segera, ketiga orang itu memulai perjalanan mereka untuk kembali ke Dusun Darmadi.Kini, dunia sedang kacau. Kerajaan Nuala dan Kerajaan Beluana masih berkonflik. Meskipun Kerajaa
Wira hanya ingin mempertahankan Dusun Darmadi dan menghabiskan sisa hidupnya bersama keluarga serta sahabatnya. Akan tetapi, dia tidak ingin melihat dunia berada dalam kekacauan. Faktanya, kekacauan makin merajalela sekarang."Kak Wira, bagaimana kalau kita mengerahkan pasukan juga? Dengan kemampuan kita sekarang, Kerajaan Nuala ataupun Kerajaan Beluana nggak akan berani melawan. Selain itu, kita hanya perlu mencari kesempatan untuk menyatukan dunia. Kamu akan menjadi penguasanya!""Kami akan melindungi dan mendukungmu. Asalkan kamu naik takhta, aku yakin kamu bisa menjadi penguasa baik dan dunia akan damai!" usul Danu langsung. Orang-orang turut mengiakan dengan semangat.Kehidupan mereka sudah sangat terhormat sekarang, bahkan reputasi mereka ada di mana-mana. Namun, hal ini masih belum cukup.Jika Wira bisa menjadi penguasa, mereka tentu akan menjadi pejabat dan menikmati kemuliaan dan kejayaan yang tiada habisnya. Ini adalah impian semua orang!Wira mengetuk meja dengan perlahan. D
Biantara tahu betul informasi di seluruh provinsi, bahkan tahu gunung mana saja yang ditempati oleh para bandit."Tenang saja, aku saja bisa keluar masuk Sekte Langit sesuka hati, para bandit itu nggak akan bisa merepotkanku." Selesai berbicara, Wira langsung berjalan pergi.Wira baru tiba di Dusun Darmadi dan belum sempat menemui istri-istrinya, tetapi sudah dicari oleh Biantara dan lainnya. Bagaimanapun, dia harus melihat ketiga istrinya dulu.Begitu Wira memasuki kediaman, terdengar tawa dari halaman."Kak! Kudengar Wira sudah pulang dan sedang mendiskusikan sesuatu. Mungkin dia akan kembali sebentar lagi. Apa kita perlu merapikan diri dulu? Orang-orang bilang wanita harus mementingkan penampilan. Suami kita akan pulang, masa kita berantakan begini?"Yang berbicara adalah Dewina. Dia biasanya selalu bersikap santai, bahkan tidak mementingkan hal-hal detail. Meskipun demikian, dia sebenarnya orang yang sangat berwaspada.Wulan membalas, "Kita semua tahu Wira merindukan kita. Tapi, ka
Dewina sengaja memanjangkan suaranya, bahkan jari tangannya terus menggambar lingkaran di dada Wira. Dia meneruskan, "Suamiku, beri tahu kami dulu, gimana kamu akan menghukum kami kalau membuat kesalahan? Jangan-jangan, menyiksa kami di ranjang?"Wajah Wulan seketika memerah mendengarnya, sedangkan Dian terbatuk dengan canggung. Wanita ini benar-benar tidak tahu batasan! Jika ada orang luar yang mendengarnya, bukankah mereka akan malu?"Uhuk, uhuk. Apa saja isi otakmu ini? Kalau bukan karena sibuk, aku pasti sudah menghukummu!" sahut Wira. Kemudian, dia menjulurkan tangannya dan menggelitik ketiak Dewina.Dewina yang tidak sempat menghindar pun tertawa geli. Dia paling takut digelitik, sedangkan Wira jelas mengetahui titik lemahnya dan sengaja menindasnya."Sudah, sudah, aku minta maaf!" ujar Dewina segera. Dia buru-buru menghindar dan tidak berani mencari masalah dengan Wira lagi."Begini baru benar. Kalau sembarangan bicara lagi, aku akan memberimu pelajaran," ucap Wira yang menyerin
Wira benar-benar tidak kepikiran, siapa lagi di dunia ini yang begitu hebat?"Untuk sementara belum tahu. Kita harus masuk sendiri ke istana untuk menyelidikinya. Sekarang situasi begitu kacau, apa kita perlu mengutus Pasukan Zirah Hitam mengikuti kita untuk mencegah terjadinya kejadian nggak diinginkan? Setidaknya, mereka bisa melindungi kita," usul Biantara.Dengan adanya Pasukan Zirah Hitam, keselamatan mereka tentu lebih terjamin. Wira mengernyit sambil melambaikan tangannya dan menolak, "Nggak usah dulu. Kalau Pasukan Zirah Hitam datang, Dusun Darmadi akan menjadi kosong melompong. Musuh bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk menyerang!""Ada banyak orang yang harus dilindungi di Dusun Darmadi, apalagi situasi sedang nggak baik. Kita berdua saja yang urus masalah ini. Lagi pula, aku pernah tinggal di istana Kerajaan Nuala, seharusnya nggak akan ada masalah."Meskipun berbicara begitu, Wira sebenarnya merasa tidak yakin. Kedua kerajaan ini memang tidak berani sembarangan mengambil
Dalam sekejap, keduanya telah memasuki Kedai Teh Sindu."Tuan-tuan, silakan masuk. Kalian mau menginap atau makan?" tanya seorang pelayan yang bergegas maju dengan sopan."Suruh bosmu keluar. Berikan barang ini kepadanya, dia pasti akan menemuiku," perintah Biantara sambil menyerahkan sebuah giok kepada pelayan itu. Kemudian, Biantara menuangkan teh dengan santai dan menyodorkannya kepada Wira duluan.Tanpa ragu sedikit pun, pelayan itu segera menuju ke halaman belakang. Meskipun Kedai Teh Sindu tidak termasuk besar, yang mengurusnya adalah para pelayan. Sementara itu, si bos sangat misterius dan hampir setiap hari bersembunyi di halaman belakang. Selain itu, bos juga melarang orang-orang masuk ke kamarnya, seperti ada rahasia besar."Kak Wira, bos di sini anggota kita, pasti bisa dipercaya. Kita hanya perlu menyuruhnya mengorek informasi, mungkin ada informasi yang kita butuhkan," ujar Biantara.Kini, seluruh anggota jaringan mata-mata di ibu kota Kerajaan Nuala telah tewas. Peristiwa
"Kedai teh ini terlihat sangat elegan. Bukan hanya ada pendongeng, di lantai 2 juga ada yang bermain kecapi. Pasti banyak orang terpelajar yang senang datang kemari, 'kan?""Memilih tempat ini sebagai markas memang pilihan cerdas. Bagaimanapun, para cendekiawan itu bukan orang biasa. Meskipun terlihat seperti kutu buku, mereka nggak mungkin berpangku tangan kalau ada yang membuat onar di sini," ucap Wira yang terus mengamati Kedai Teh Sindu.Biantara pun tersenyum tanpa berbicara. Lantaran Wira telah menyerahkan jaringan mata-mata kepadanya, dia tentu harus mengurusnya dengan baik agar tidak mengecewakan Wira. Dia tidak akan pernah melupakan kebaikan Wira.Tidak berselang lama, mereka tiba di depan kamar yang terletak di halaman belakang. Pelayan itu pun mengetuk pintu, lalu pintu perlahan-lahan terbuka.Meskipun di luar terik, isi kamar justru gelap gulita. Apalagi pintu hanya dibuka sedikit, mereka tidak bisa melihat situasi di dalam kamar. Benar-benar misterius."Bos, aku sudah memb
Selama tetap mengikuti Wira, Kaffa yakin kehidupannya dan adiknya akan terjamin."Kenapa masih belum pergi? Kamu kira kami sedang bercanda denganmu?" kata penjaga yang tadi berbicara itu dengan kesal. Jika bukan karena Danu sudah memerintahkan untuk harus bersikap rendah hati dan sopan pada orang-orang, mereka sudah memukul Kaffa dengan tongkat. Jelas Kaffa ini hanya seorang pengemis pun berani datang menemui Danu, sungguh tidak tahu diri.Kaffa kembali berkata, "Kalau kalian nggak mengizinkan aku bertemu dengan Jenderal Danu, nggak masalah. Tapi, tolong serahkan benda ini pada Jenderal Danu. Kalau Jenderal Danu ingin bertemu denganku setelah melihat benda ini, kalian baru bawa aku masuk. Bagaimana? Tapi, kalau Jenderal Danu nggak ingin bertemu denganku, aku nggak akan tinggal di sini lagi. Bagaimana menurut kalian?"Meskipun para penjaga itu tidak mengizinkannya masuk, Kaffa merasa dia tetap harus menunjukkan benda ini pada Danu. Dia juga tidak tahu apakah benda ini berguna atau tidak
Setelah mengatakan itu, Wira menatap Kaffa yang berdiri di belakangnya. Dia mengeluarkan sebuah liontin giok dan diam-diam menyerahkannya ke tangan Kaffa, lalu berbisik, "Kamu ambil liontin giok ini dan pergi mencari orang yang bernama Danu di dalam kota. Danu sangat terkenal di sana, jadi kamu hanya perlu bertanya pada orang-orang di sana saja. Kamu pasti akan menemukannya.""Aku akan menjaga adikmu dan nggak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya."Kaffa mengenakan pakaian biasa dan terlihat seperti pengemis. Ditambah lagi, situasi di sekitar sedang kacau dan jaraknya yang lebih jauh dari Wira, sehingga orang-orang sulit untuk mengenalinya. Situasi ini justru menguntungkan, setidaknya dia bisa memanfaatkan situasinya untuk mencari celah dan pergi meminta bantuan dari Danu.Setelah ragu sejenak dan melihat Shafa yang menganggukkan kepala, Kaffa menggertakkan giginya dan berkata, "Kalau begitu, maaf merepotkan Kak Wira."Setelah mengatakan itu, Kaffa diam-diam pergi dari sana.Sementa
Wira bertanya-tanya apakah Lucy sudah memberi tahu orang-orang di Provinsi Lowala tentang situasinya, sehingga para prajurit ini datang untuk menjemputnya."Tuan Ruben, akhirnya kamu datang juga. Aku dengar kamu menghadapi beberapa masalah di sini, jadi aku sengaja datang ke sini untuk melihatnya. Kelihatannya situasimu memang seperti yang mereka katakan, benar-benar ada orang nggak tahu diri yang berani mencari masalah denganmu," kata pria yang menunggang kuda dengan nada dingin sambil menatap Wira."Siapa kamu ini? Kamu tahu siapa pria yang berdiri di depanmu ini? Dia adalah Tuan Ruben yang sangat terkenal. Lihatlah dirimu ini, masih berani melawan Tuan Ruben? Cepat tangkap preman ini," lanjut pria itu.Seiring perintah dari pria yang menunggang kuda itu, para prajurit langsung maju dan segera mengepung Wira dan yang lainnya.Sahim langsung ketakutan sampai kakinya lemas. Sejak zaman dahulu, rakyat takut pada prajurit sudah menjadi situasi yang wajar. Saat teringat dengan semua tinda
"Baiklah. Aku percaya perkataan Tuan ini, jadi aku akan ikut dia ke kota dan melihatnya sendiri," kata pria paruh baya itu lagi dan menjadi orang pertama yang mendukung Wira.Melihat ada yang mulai goyah, yang lainnya juga segera mendukung Wira. Dalam sekejap, banyak orang yang sudah berdiri di belakang Wira.Sementara itu, hanya tersisa sebagian korban bencana yang berdiri di pihak pria gemuk itu, selain beberapa pengawalnya. Namun, hanya dengan orang-orang ini saja, jelas tidak akan cukup untuk mengangkat semua makanan dan hartanya ke dalam kota."Sialan, kamu ini sengaja membuat keributan, 'kan?" kata pria gemuk itu dengan nada dingin dan menatap Wira sambil mengernyitkan alis. Semua rencananya sudah matang, hanya tinggal menyelesaikannya saja. Namun, Wira yang tidak tahu diri ini tiba-tiba muncul dan mengacaukan segalanya. Siapa pun yang menghadapi situasi seperti ini pasti akan marah.Wira malah tersenyum. "Semua yang kukatakan ini benaran, kenapa kamu begitu marah?""Dasar bereng
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan
"Pakaiannya juga cukup bagus, sepertinya dia juga orang kaya. Dia nggak mungkin akan menipu kita, 'kan?"Melihat penampilan Wira, semua orang mulai goyah. Dalam situasi seperti ini, tidak ada makanan sama saja kehilangan harga diri. Mereka harus segera mencari makanan untuk bertahan hidup.Namun, orang-orang berpikir mereka juga harus menghemat tenaga mereka. Sudah kekurangan makanan setiap harinya pun masih harus melakukan banyak pekerjaan, bahkan manusia besi juga tidak akan tahan. Sekarang Wira memberikan mereka makanan gratis, mereka tentu saja tidak akan menolaknya."Aku percaya dengan kata-kata Tuan ini. Tuan ini terlihat sangat serius, jelas bukan orang yang akan menipu kita. Lagi pula, jumlah kita banyak. Kalau nanti kita nggak mendapat makanan, kita bisa langsung menyerangnya. Masa kita yang sebanyak ini nggak bisa mengalahkan dia seorang?" kata seorang pria paruh baya yang keluar dari kerumunan dan langsung mengangkat tangannya.Tak lama kemudian, banyak orang yang mulai mele
"Mereka semua datang ke sini bersama orang kaya di desa," jelas Sahim.Tadi Sahim dan yang lainnya sudah siap untuk membantu orang-orang itu, tetapi mereka menjadi enggan untuk ikut campur setelah mengetahui kenyataannya. Orang-orang itu sendiri yang sukarela membawa barang-barang itu, mereka yang akan mendapat masalah jika bersikeras membantu.Lagi pula, pihak yang satunya bersedia bekerja dan pihak yang satunya lagi bersedia memberi, pada dasarnya ini hanya transaksi bisnis."Kenapa berhenti?" Saat Sahim melaporkan situasinya pada Wira, terdengar suara dengan nada kesal dari dalam kereta itu. Tak lama kemudian, seorang pria keluar dari kereta dan langsung menatap orang-orang di sekitarnya."Apa lagi yang bisa kalian lakukan di sini? Bentar lagi kita akan tiba di kota. Setelah masuk ke sana, aku akan memberikan tujuh kilogram beras pada kalian sesuai kesepakatan. Kalau kalian terus membuang-buang waktu di sini, kalian nggak akan mendapatkan apa-apa," lanjut pria itu.Wira pun menatap
Melihat pemandangan di depan, Wira merasa sakit kepala. Apakah mereka menganggapnya sebagai orang yang sangat baik? "Kalian bahkan nggak tahu apa yang kulakukan, tapi langsung ingin mengikutiku. Kalian nggak takut aku akan membahayakan kalian?"Semua orang langsung menggelengkan kepala.Terutama Sahim, dia adalah orang pertama yang berkata, "Aku percaya dengan kepribadian Tuan. Penampilan Tuan terlihat begitu rapi, sama sekali nggak seperti orang jahat. Lagi pula, nggak ada orang lagi yang lebih jahat dari kami di dunia ini, 'kan? Aku juga percaya kelak aku pasti akan berguna kalau kami mengikuti Tuan. Aku pasti bisa mewujudkan semua ambisiku."Wira pun tersenyum dan bertanya-tanya apa ambisi orang ini. Dengan penampilan yang buruk, Sahim ini memberikan kesan yang buruk dan terlihat seperti orang jahat.Namun, setelah Wira pikirkan lagi, membiarkan orang-orang ini mengikutinya juga bukan pilihan yang buruk. Setidaknya mereka bisa melakukan beberapa hal sesuai kemampuan mereka dan tidak
Dengan kemampuan para menteri hebat ini, mereka pasti bisa meyakinkan para rakyat. Itu sebabnya, tidak ada keributan yang terjadi."Kak, rupanya kamu orang Provinsi Lowala. Dari aksenmu, aku nggak bisa menilai asal-usulmu," ucap Shafa sambil menatap Wira."Aku bukan dari Provinsi Lowala. Aku cuma tinggal lebih lama di sini. Makanya, aku nggak punya aksen seperti mereka," sahut Wira.Sebenarnya tidak ada perbedaan besar pada aksen para penduduk di sembilan provinsi, kecuali yang berasal dari etnis minoritas. Sementara itu, Wira bukan berasal dari dunia ini sehingga aksennya tentu berbeda. Bagaimana mungkin mereka bisa menebak asal usulnya?Shafa bertanya, "Kalau begitu, kamu dari mana?""Rumahku sangat jauh dari sini. Sepertinya aku nggak bakal pernah bisa pulang lagi." Wira menggeleng sambil menghela napas.Wira sendiri sudah lupa dirinya sudah berapa lama dirinya berada di sini. Selain itu, dia tidak pernah menemukan jalan pulang.Namun, harus diakui bahwa kehidupan di sini sangat bai