Wira hanya ingin mempertahankan Dusun Darmadi dan menghabiskan sisa hidupnya bersama keluarga serta sahabatnya. Akan tetapi, dia tidak ingin melihat dunia berada dalam kekacauan. Faktanya, kekacauan makin merajalela sekarang."Kak Wira, bagaimana kalau kita mengerahkan pasukan juga? Dengan kemampuan kita sekarang, Kerajaan Nuala ataupun Kerajaan Beluana nggak akan berani melawan. Selain itu, kita hanya perlu mencari kesempatan untuk menyatukan dunia. Kamu akan menjadi penguasanya!""Kami akan melindungi dan mendukungmu. Asalkan kamu naik takhta, aku yakin kamu bisa menjadi penguasa baik dan dunia akan damai!" usul Danu langsung. Orang-orang turut mengiakan dengan semangat.Kehidupan mereka sudah sangat terhormat sekarang, bahkan reputasi mereka ada di mana-mana. Namun, hal ini masih belum cukup.Jika Wira bisa menjadi penguasa, mereka tentu akan menjadi pejabat dan menikmati kemuliaan dan kejayaan yang tiada habisnya. Ini adalah impian semua orang!Wira mengetuk meja dengan perlahan. D
Biantara tahu betul informasi di seluruh provinsi, bahkan tahu gunung mana saja yang ditempati oleh para bandit."Tenang saja, aku saja bisa keluar masuk Sekte Langit sesuka hati, para bandit itu nggak akan bisa merepotkanku." Selesai berbicara, Wira langsung berjalan pergi.Wira baru tiba di Dusun Darmadi dan belum sempat menemui istri-istrinya, tetapi sudah dicari oleh Biantara dan lainnya. Bagaimanapun, dia harus melihat ketiga istrinya dulu.Begitu Wira memasuki kediaman, terdengar tawa dari halaman."Kak! Kudengar Wira sudah pulang dan sedang mendiskusikan sesuatu. Mungkin dia akan kembali sebentar lagi. Apa kita perlu merapikan diri dulu? Orang-orang bilang wanita harus mementingkan penampilan. Suami kita akan pulang, masa kita berantakan begini?"Yang berbicara adalah Dewina. Dia biasanya selalu bersikap santai, bahkan tidak mementingkan hal-hal detail. Meskipun demikian, dia sebenarnya orang yang sangat berwaspada.Wulan membalas, "Kita semua tahu Wira merindukan kita. Tapi, ka
Dewina sengaja memanjangkan suaranya, bahkan jari tangannya terus menggambar lingkaran di dada Wira. Dia meneruskan, "Suamiku, beri tahu kami dulu, gimana kamu akan menghukum kami kalau membuat kesalahan? Jangan-jangan, menyiksa kami di ranjang?"Wajah Wulan seketika memerah mendengarnya, sedangkan Dian terbatuk dengan canggung. Wanita ini benar-benar tidak tahu batasan! Jika ada orang luar yang mendengarnya, bukankah mereka akan malu?"Uhuk, uhuk. Apa saja isi otakmu ini? Kalau bukan karena sibuk, aku pasti sudah menghukummu!" sahut Wira. Kemudian, dia menjulurkan tangannya dan menggelitik ketiak Dewina.Dewina yang tidak sempat menghindar pun tertawa geli. Dia paling takut digelitik, sedangkan Wira jelas mengetahui titik lemahnya dan sengaja menindasnya."Sudah, sudah, aku minta maaf!" ujar Dewina segera. Dia buru-buru menghindar dan tidak berani mencari masalah dengan Wira lagi."Begini baru benar. Kalau sembarangan bicara lagi, aku akan memberimu pelajaran," ucap Wira yang menyerin
Wira benar-benar tidak kepikiran, siapa lagi di dunia ini yang begitu hebat?"Untuk sementara belum tahu. Kita harus masuk sendiri ke istana untuk menyelidikinya. Sekarang situasi begitu kacau, apa kita perlu mengutus Pasukan Zirah Hitam mengikuti kita untuk mencegah terjadinya kejadian nggak diinginkan? Setidaknya, mereka bisa melindungi kita," usul Biantara.Dengan adanya Pasukan Zirah Hitam, keselamatan mereka tentu lebih terjamin. Wira mengernyit sambil melambaikan tangannya dan menolak, "Nggak usah dulu. Kalau Pasukan Zirah Hitam datang, Dusun Darmadi akan menjadi kosong melompong. Musuh bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk menyerang!""Ada banyak orang yang harus dilindungi di Dusun Darmadi, apalagi situasi sedang nggak baik. Kita berdua saja yang urus masalah ini. Lagi pula, aku pernah tinggal di istana Kerajaan Nuala, seharusnya nggak akan ada masalah."Meskipun berbicara begitu, Wira sebenarnya merasa tidak yakin. Kedua kerajaan ini memang tidak berani sembarangan mengambil
Dalam sekejap, keduanya telah memasuki Kedai Teh Sindu."Tuan-tuan, silakan masuk. Kalian mau menginap atau makan?" tanya seorang pelayan yang bergegas maju dengan sopan."Suruh bosmu keluar. Berikan barang ini kepadanya, dia pasti akan menemuiku," perintah Biantara sambil menyerahkan sebuah giok kepada pelayan itu. Kemudian, Biantara menuangkan teh dengan santai dan menyodorkannya kepada Wira duluan.Tanpa ragu sedikit pun, pelayan itu segera menuju ke halaman belakang. Meskipun Kedai Teh Sindu tidak termasuk besar, yang mengurusnya adalah para pelayan. Sementara itu, si bos sangat misterius dan hampir setiap hari bersembunyi di halaman belakang. Selain itu, bos juga melarang orang-orang masuk ke kamarnya, seperti ada rahasia besar."Kak Wira, bos di sini anggota kita, pasti bisa dipercaya. Kita hanya perlu menyuruhnya mengorek informasi, mungkin ada informasi yang kita butuhkan," ujar Biantara.Kini, seluruh anggota jaringan mata-mata di ibu kota Kerajaan Nuala telah tewas. Peristiwa
"Kedai teh ini terlihat sangat elegan. Bukan hanya ada pendongeng, di lantai 2 juga ada yang bermain kecapi. Pasti banyak orang terpelajar yang senang datang kemari, 'kan?""Memilih tempat ini sebagai markas memang pilihan cerdas. Bagaimanapun, para cendekiawan itu bukan orang biasa. Meskipun terlihat seperti kutu buku, mereka nggak mungkin berpangku tangan kalau ada yang membuat onar di sini," ucap Wira yang terus mengamati Kedai Teh Sindu.Biantara pun tersenyum tanpa berbicara. Lantaran Wira telah menyerahkan jaringan mata-mata kepadanya, dia tentu harus mengurusnya dengan baik agar tidak mengecewakan Wira. Dia tidak akan pernah melupakan kebaikan Wira.Tidak berselang lama, mereka tiba di depan kamar yang terletak di halaman belakang. Pelayan itu pun mengetuk pintu, lalu pintu perlahan-lahan terbuka.Meskipun di luar terik, isi kamar justru gelap gulita. Apalagi pintu hanya dibuka sedikit, mereka tidak bisa melihat situasi di dalam kamar. Benar-benar misterius."Bos, aku sudah memb
"Coba kamu jelaskan secara rinci, pasti ada sumber masalahnya, nggak mungkin tiba-tiba terjadi perubahan sebesar ini," perintah Wira.Segala sesuatu terjadi karena suatu alasan. Pasti ada sesuatu yang tidak mereka ketahui, yang menyebabkan begitu banyak perubahan terjadi.Pria paruh baya itu baru memperhatikan Wira. Fokusnya hanya ada pada Biantara sejak tadi, sampai-sampai tidak tahu ada yang mengikuti Biantara. Bisa dilihat, betapa gugupnya dia.Pria paruh baya itu melirik Biantara sekilas, seolah-olah menanyakan identitasnya. Biantara pun memperkenalkan, "Ini Wira, orang di balik jaringan mata-mata. Kamu pasti pernah mendengarnya, 'kan?"Biantara hanya berbicara singkat, tetapi pria paruh baya itu sudah berlutut di depan Wira sembari berucap, "Ternyata Tuan Wira, maafkan aku kalau sudah lancang."Wira melambaikan tangannya dan mengambil cangkir teh, lalu berujar, "Langsung ke intinya saja. Apa ada hal aneh yang terjadi di ibu kota dalam waktu dekat ini? Atau lebih tepatnya, kenapa J
"Serangan lawan sangat bersih dan rapi, para anggota tewas hanya dengan satu serangan. Jelas, orang-orang itu telah membuat persiapan matang. Setelah itu, aku masih menyelidiki secara diam-diam karena takut ketahuan, tapi nggak mendapat petunjuk apa pun. Semua ini salahku!" jelas pria paruh baya itu.Biantara tidak berbicara dan hanya menatap Wira. Kini, hidup dan mati pria paruh baya itu ada di tangan Wira.Wira melambaikan tangan dan berkata, "Sudahlah, kinerjamu cukup bagus. Salah satu markas kita sudah diketahui musuh, jangan sampai markasmu ini juga ketahuan. Kini, Kedai Teh Sindu menjadi satu-satunya jaringan mata-mata kita di ibu kota. Tanggung jawabmu menjadi makin besar karena kamu harus mengumpulkan semua informasi.""Tapi, ingat satu hal baik-baik. Kalau menyadari identitasmu terungkap, segera tinggalkan ibu kota. Informasi memang penting, tapi nyawa lebih penting!"Ucapan Wira ini seketika membuat pria itu berkaca-kaca. Dia merasa sangat terharu. Bisa bekerja untuk Wira ada
"Orang-orang ini cuma segerombolan pecundang. Sepertinya pelatihan yang diberikan Baris selama bertahun-tahun ini sia-sia. Benar-benar sampah.""Pertempuran baru saja dimulai, tapi mereka sudah kalah telak. Sisanya bahkan melarikan diri dengan ketakutan. Sungguh memalukan. Kalau prajuritku seperti ini, aku sudah menebas kepala mereka satu per satu."Trenggi duduk di atas kuda, berbicara dengan suara dingin. Awalnya, dia mengira akan menghadapi pertempuran sengit, mengingat tempat ini adalah pintu masuk wilayah suku utara yang dijaga oleh puluhan ribu pasukan.Siapa sangka, mereka sangat lemah. Jika dibandingkan dengan pasukannya sendiri, mereka benar-benar bukan tandingan!"Karena kita sudah masuk dan berhasil mendapat informasi tentang keberadaan Baris, mari kita berpencar. Aku masih punya tugas yang lebih penting untuk diselesaikan.""Tapi, aku harap Jenderal Trenggi bersedia memberiku 10.000 pasukan. Aku akan memimpin mereka untuk menyelamatkan tuanku."Hayam tidak pernah melupakan
"Baiklah, jangan buang-buang waktu di sini lagi! Sekarang kita sudah tahu posisi Wira, jadi harus segera bertindak! Mulai cari dia di pegunungan sekarang juga! Siapa pun yang berhasil menemukan Wira akan mendapat emas!"Komeng langsung berteriak keras, lalu semua orang bergegas bergerak. Mereka secara gila-gilaan berlari menuju gunung di depan mereka!Di sisi lain, setelah sekelompok orang itu mulai memasuki gunung, Wira dan rekan-rekannya juga menerima kabar. Mereka sedang bergerak cepat, mencari tempat persembunyian yang aman.Karena jumlah musuh sangat banyak, mereka jelas tidak bisa bertarung secara langsung. Satu-satunya pilihan mereka adalah menggunakan taktik. Jika tidak, itu sama saja dengan mencari mati!Bahkan, Agha yang biasanya selalu gegabah, kini menjadi sangat berhati-hati. Dia tetap berada di dekat Wira dan tidak bertindak sembarangan.Sepanjang sore, Wira dan pasukannya sudah berhasil menghabisi ratusan orang. Mereka terus berpindah tempat setiap kali menyerang, jadi t
"Kak, apa yang harus kita lakukan selanjutnya? Bajingan-bajingan itu ternyata sudah tahu lokasi kita. Aku rasa pasukan mereka akan tiba sebentar lagi. Kalau kita nggak segera bersiap, kita akan terjebak di sini dan mati ...," ucap Agha dengan cemas.Wira hanya menyipitkan matanya sedikit sebelum tersenyum santai dan menyahut, "Kalau musuh datang, kita hadapi. Kalau banjir datang, kita bendung.""Waktu mereka sudah semakin sedikit, jadi kita akan bermain perang gerilya di sini. Selama jejak kita nggak terdeteksi, mereka akan kehabisan kesabaran dan mundur.""Lagi pula, kaki gunung ini pasti sudah penuh dengan orang-orang mereka. Kalau kita nekat turun sekarang, kita juga akan kerepotan. Lebih baik bertahan di sini dan menunggu bala bantuan datang."Di akhir ucapannya, Wira perlahan mendongak menatap matahari di langit, lalu berucap dengan suara tenang, "Kita hanya bisa menaruh harapan pada Hayam sekarang. Kuharap dia nggak mengecewakanku."Karena Wira sudah mengambil keputusan, Nafis da
Lagi pula, berada di sisi Wira merupakan anugerah yang luar biasa baginya. Selama beberapa tahun ini, dia bisa dibilang sukses di usia muda, terutama di Kota Limaran. Di sana, dia memiliki status yang sangat tinggi.Semua kejayaan ini sepenuhnya diberikan oleh Wira. Jadi, kalaupun harus menyerahkan nyawanya untuk Wira, Nafis tidak akan ragu!Wira mengangguk sedikit, lalu mengalihkan pandangannya ke pria di depannya. Setelah itu, dia bertanya dengan suara datar, "Kamu bawahan Komeng?""Benar. Tuan Wira, aku tahu kamu adalah tokoh besar, sementara aku hanyalah seorang bawahan yang nggak penting. Tolong lepaskan aku.""Aku sudah mengatakan semua yang bisa dikatakan. Kalau kamu bersedia mengampuni nyawaku, aku nggak akan melupakan jasamu seumur hidup!" Pria itu langsung berlutut dan memohon belas kasihan.Konon, suku-suku di utara dipenuhi dengan para pria yang gagah berani. Namun, sepertinya hanya bawahan Bobby yang benar-benar tangguh. Mereka lebih memilih mati daripada tunduk.Pria di h
"Cepat ikut aku keluar untuk melihat situasinya," kata Wira dengan segera, lalu membawa Agha dan Adjie menuju ke lereng gunung.Namun, Wira baru berjalan beberapa langkah, Adjie segera berkata, "Tuan Wira, aku benar-benar nggak mengkhianati kalian."Wira tertegun sejenak, lalu menggelengkan kepala sambil tersenyum dan berkata dengan tenang, "Kamu nggak perlu panik, aku tentu saja tahu kamu nggak mengkhianatiku. Kalau kamu berkhianat, mungkin kamu sudah mati sejak awal. Mana mungkin kami bisa bertahan dengan damai selama lima hari ini. Dilihat dari pergerakannya, Baris dan pasukannya sudah bergerak.""Mereka akan segera meninggalkan suku utara dan bertempur dengan Baris, jadi waktu sangat berharga bagi mereka. Mereka belum bergerak mungkin karena aku, jadi rencana mereka tertunda. Selama beberapa hari ini, kamu sudah melakukan tugasmu dengan baik. Aku akan mengingat semua yang kamu lakukan, jadi kamu nggak perlu khawatir.""Setelah kita berhasil keluar dari situasi ini, aku akan memberi
"Kalau begitu, kita jangan bengong di sini lagi. Cepat perintahkan anak buah untuk bergerak. Mencari Wira memang sulit, tapi mencari Adjie bukan hal yang sulit. Selama dia pernah berbuat onar di wilayah suku utara, kita bisa mengikuti jejaknya dan segera menemukan posisinya," kata Chaman dengan tegas.Chaman tahu jika mengandalkan dua orang bodoh ini saja, mereka tetap tidak akan bisa menemukan Wira. Semuanya tergantung pada dirinya sendiri.Setelah mencapai keputusan, ketiga orang itu pun segera bergerak dan kembali ke perkemahan masing-masing untuk menjalankan rencana mereka.....Pada saat yang bersamaan, Wira dan yang lainnya sudah bersembunyi di sana selama lima hari di puncak gunung. Untungnya, tempat ini memiliki banyak persediaan, dari air sampai makanan. Ditambah lagi, mereka juga bisa berburu kelinci liar, babi hutan, dan hewan liar lainnya agar bisa memakan daging. Kehidupan mereka di sana termasuk cukup baik.Namun, Wira tetap terlihat muram setiap harinya karena selalu men
Komeng ikut menambahkan, "Apa yang dikatakan Chaman memang benar. Yang harus kita lakukan sekarang adalah bersabar sampai Baris kehilangan kekuasaannya. Pada saat itu, kemenangan kita akan tiba dan aku yakin hari itu nggak akan lama lagi. Sebentar lagi, kita pasti bisa menggantikan posisinya. Untuk sekarang, kita fokus dengan hal di depan kita dulu.""Mencari Wira bukan hanya urusan Baris saja, ini juga sangat penting bagi kita. Situasi Wira bisa seperti sekarang ini, kita semua juga ikut andil. Kalau kelak Wira ingin balas dendam, dia pasti akan memburu Baris dan kita juga. Wira memang murah hati. Tapi, jangan lupa, kita juga sudah membunuh Bobby. Dia adalah orang kepercayaan Wira, mana mungkin Wira akan membiarkannya mati dengan sia-sia."Komeng dan yang lainnya bukan hanya membunuh Bobby saja, mereka bahkan sudah membantai seluruh penduduk di suku Bobby. Pemandangan yang sangat kejam itu membuat Wira sangat membenci mereka. Oleh karena itu, tidak peduli apa pun yang mereka lakukan,
"Kalau nggak, ini sungguh nggak masuk akal. Kita sudah mencarinya cukup lama, tapi tetap belum menemukan jejak Wira," lanjut Komeng."Alasan, semuanya cuma alasan," teriak Baris dengan marah, lalu langsung mengambil cangkir di atas meja dan melemparnya ke arah Komeng.Setelah itu, Baris melanjutkan, "Masih berani membantahku? Pakai otakmu dan pikirkan baik-baik. Kalau Wira benar-benar sudah pergi, kamu pikir kita masih bisa hidup nyaman seperti ini? Jangan lupa, Wira menguasai dua wilayah dan kekuatannya jauh melampaui kita. Bahkan Senia dan orang-orang dari Kerajaan Beluana juga nggak berani meremehkan Wira.""Sekarang Wira malah rugi begitu banyak, mana mungkin dia akan melepaskan kita begitu saja. Kalau Wira benar-benar sudah pergi dari wilayah suku utara, mungkin sekarang dia sudah memimpin pasukannya menyerang kita. Mana mungkin kita bisa bersantai seperti ini lagi."Perkataan Baris memang masuk akal. Meskipun dia mengenal Wira tidak begitu lama, mereka pernah bertemu beberapa kal
Tatapan Osman menjadi dingin, lalu mengepalkan tinjunya dan berkata dengan dingin, "Bagaimanapun juga, kita harus menyelamatkan Kak Wira. Ingat, Kak Wira terjebak dalam bahaya besar ini juga karena urusan kita. Kalau kita nggak menyelamatkannya, ini jelas nggak masuk akal dan aku juga akan merasa malu.""Lagi pula, masalah kali ini juga berhubungan dengan Baris. Ambisinya masih besar. Apa pun caranya, aku harus membuatnya menerima balasan dari tindakannya. Meskipun dia adalah adik kandungku, aku juga nggak akan memberinya kesempatan lagi."Osman awalnya mengira Baris sudah menghilang tanpa jejak, tetapi dia tidak menyangka Baris ternyata diam-diam merencanakan begitu banyak hal. Karena Baris sendiri mencari mati, dia juga tidak akan berbelas kasihan lagi pada adik kandungnya ini."Raja ...."Trenggi masih ingin berbicara, tetapi Osman langsung berkata dengan tegas dan dingin, "Nggak perlu membujukku lagi, masalah ini sudah diputuskan. Segera siapkan pasukan, kamu sendiri yang akan memi