"Kedai teh ini terlihat sangat elegan. Bukan hanya ada pendongeng, di lantai 2 juga ada yang bermain kecapi. Pasti banyak orang terpelajar yang senang datang kemari, 'kan?""Memilih tempat ini sebagai markas memang pilihan cerdas. Bagaimanapun, para cendekiawan itu bukan orang biasa. Meskipun terlihat seperti kutu buku, mereka nggak mungkin berpangku tangan kalau ada yang membuat onar di sini," ucap Wira yang terus mengamati Kedai Teh Sindu.Biantara pun tersenyum tanpa berbicara. Lantaran Wira telah menyerahkan jaringan mata-mata kepadanya, dia tentu harus mengurusnya dengan baik agar tidak mengecewakan Wira. Dia tidak akan pernah melupakan kebaikan Wira.Tidak berselang lama, mereka tiba di depan kamar yang terletak di halaman belakang. Pelayan itu pun mengetuk pintu, lalu pintu perlahan-lahan terbuka.Meskipun di luar terik, isi kamar justru gelap gulita. Apalagi pintu hanya dibuka sedikit, mereka tidak bisa melihat situasi di dalam kamar. Benar-benar misterius."Bos, aku sudah memb
"Coba kamu jelaskan secara rinci, pasti ada sumber masalahnya, nggak mungkin tiba-tiba terjadi perubahan sebesar ini," perintah Wira.Segala sesuatu terjadi karena suatu alasan. Pasti ada sesuatu yang tidak mereka ketahui, yang menyebabkan begitu banyak perubahan terjadi.Pria paruh baya itu baru memperhatikan Wira. Fokusnya hanya ada pada Biantara sejak tadi, sampai-sampai tidak tahu ada yang mengikuti Biantara. Bisa dilihat, betapa gugupnya dia.Pria paruh baya itu melirik Biantara sekilas, seolah-olah menanyakan identitasnya. Biantara pun memperkenalkan, "Ini Wira, orang di balik jaringan mata-mata. Kamu pasti pernah mendengarnya, 'kan?"Biantara hanya berbicara singkat, tetapi pria paruh baya itu sudah berlutut di depan Wira sembari berucap, "Ternyata Tuan Wira, maafkan aku kalau sudah lancang."Wira melambaikan tangannya dan mengambil cangkir teh, lalu berujar, "Langsung ke intinya saja. Apa ada hal aneh yang terjadi di ibu kota dalam waktu dekat ini? Atau lebih tepatnya, kenapa J
"Serangan lawan sangat bersih dan rapi, para anggota tewas hanya dengan satu serangan. Jelas, orang-orang itu telah membuat persiapan matang. Setelah itu, aku masih menyelidiki secara diam-diam karena takut ketahuan, tapi nggak mendapat petunjuk apa pun. Semua ini salahku!" jelas pria paruh baya itu.Biantara tidak berbicara dan hanya menatap Wira. Kini, hidup dan mati pria paruh baya itu ada di tangan Wira.Wira melambaikan tangan dan berkata, "Sudahlah, kinerjamu cukup bagus. Salah satu markas kita sudah diketahui musuh, jangan sampai markasmu ini juga ketahuan. Kini, Kedai Teh Sindu menjadi satu-satunya jaringan mata-mata kita di ibu kota. Tanggung jawabmu menjadi makin besar karena kamu harus mengumpulkan semua informasi.""Tapi, ingat satu hal baik-baik. Kalau menyadari identitasmu terungkap, segera tinggalkan ibu kota. Informasi memang penting, tapi nyawa lebih penting!"Ucapan Wira ini seketika membuat pria itu berkaca-kaca. Dia merasa sangat terharu. Bisa bekerja untuk Wira ada
Dua jam kemudian, di gerbang istana. Wira berdiri di depan beberapa prajurit dengan santai dan berkata, "Cepat beri tahu Ratu Jihan, teman lamanya yang bernama Wira datang berkunjung. Semoga dia bisa menghargaiku dan bertemu denganku."Salah satu prajurit mengangguk, lalu berjalan masuk ke istana. Kalau itu orang lain yang menyebut nama Jihan, mereka tentu tidak akan membiarkannya begitu saja. Akan tetapi, yang berbicara adalah Wira, seseorang yang mendapatkan perlakuan istimewa di istana. Mereka tahu siapa Wira sehingga menyetujui permintaannya ini.Sekitar 30 menit kemudian, prajurit itu membawa Wira masuk. Segera, dia dan Jihan pun bertemu. Berbeda dari biasanya, sekarang Jihan mengenakan jubah kuning yang membuat karismanya tampak berbeda."Sepertinya, kamu sudah bertekad untuk menduduki takhta?" tanya Wira langsung."Kenapa memangnya? Kata siapa wanita nggak bisa berkuasa?" tanya Jihan balik dengan nada bicara penuh wibawa.Jihan yang sekarang jauh berbeda dari dulu. Sebelumnya ad
"Kalau kamu nggak ingin memberitahuku kebenarannya, jangan salahkan aku bertindak sendiri," tambah Wira dengan tegas. Meskipun Jihan sudah berbeda, Wira tetaplah Wira.Jihan ragu-ragu sejenak. Setelah menyuruh pelayan dan kasim keluar, dia menghampiri Wira dan berucap dengan pelan, "Ada beberapa hal yang berada di luar kendalimu ....""Contoh saja orang di balik Kerajaan Beluana. Nggak ada yang tahu Ciputra bisa menguasai Kerajaan Beluana secepat itu karena orang di belakangnya.""Aku juga sama, ada kelompok hebat yang nggak bisa kamu gapai di belakangku. Mereka bukan ingin membunuh bawahanmu atau bermusuhan denganmu, tapi bawahanmu yang kurang pintar menilai situasi. Orang-orangmu mungkin terlalu penasaran, makanya masalah menjadi seperti ini.""Aku hanya bisa memberitahumu itu. Kamu nggak akan mendapat keuntungan apa-apa kalau tahu terlalu banyak. Jadi, kusarankan kamu untuk segera pergi." Jawaban Jihan ini menunjukkan bahwa dirinya masih menghargai Wira.Wira termangu cukup lama. Se
Malam itu, Wira dan yang lainnya sudah kembali lagi ke Dusun Darmadi. Saat ini, semua orang kepercayaannya sudah berkumpul di aula rapat. Semua mata pun tertuju padanya dan menunggu perintahnya.Saat ini, situasinya makin tidak terkendali dan ini bukan hanya konflik di antara kedua kerajaan lagi. Bahkan orang-orang dari Kerajaan Agrel pun sudah mulai terlibat, bisa terlihat keadaannya sudah memburuk."Aku yakin kalian harusnya sudah paham dengan apa yang telah terjadi belakangan ini. Dilihat perkembangan situasinya saat ini, nggak lama lagi pasti akan terjadi peperangan antara kerajaan-kerajaan besar. Mungkin akan ada perubahan kepemimpinan di dunia ini dan kestabilan sembilan provinsi pun akan hancur. Kalau terjadi kerusuhan, kita akan sulit mempertahankan kondisi saat iini. Provinsi Lowala selalu menjadi tempat yang aman dan nggak ada orang yang berani mengganggu kita, tapi kali ini berbeda.""Aku sudah bicara dengan Jihan dan sudah memahami semua kejadian secara garis besar. Seperti
Semua orang yang mendaftar sangat paham dengan kepribadian Wira. Karena itulah, mereka tentu tahu bahwa keputusan untuk mengikuti Wira tidak akan salah. Kabar tentang gerakan di Provinsi Lowala juga mengejutkan banyak orang.Di dalam istana Kerajaan Beluana. Ciputra juga sudah menerima kabar itu dan mengetahui rencana Wira untuk merekrut pasukan."Raja, ternyata Wira ini nggak sesederhana yang kamu katakan. Sekarang dia juga sudah merekrut pasukan dan bersiap untuk merebut sembilan provinsi .... Kalau seperti itu, kita bukan hanya harus menghadapi Kerajaan Nuala dan Kerajaan Agrel, yang paling penting adalah kita harus menghadapi Wira juga. Di antara semua kekuatan itu, Wira yang paling sulit untuk dihadapi. Aku dengar meskipun dia sekarang sedang merekrut pasukan secara besar-besaran, warga setempat juga sangat mendukungnya. Ini benar-benar hal yang langka ...," kata Ishan sambil mengernyitkan alisnya.Biasanya, saat kerajaan mengumumkan akan merekrut pasukan, rakyat dari berbagai dae
"Terima kasih, Raja. Aku pasti akan berusaha sebaik mungkin. Aku akan memberikan segalanya untuk kepentingan Raja dan nggak akan mengecewakan Raja," kata Ishan dengan ekspresi semangat.Setelah memberi hormat kepada Ciputra, Ishan segera keluar. Saat ini, masih ada banyak hal yang harus dia tangani. Dia baru saja kembali ke Kerajaan Beluana, sehingga ada banyak sekali urusan militer yang harus ditangani, tetapi dia juga harus mewaspadai serangan dari kerajaan tetangga. Di masa kritis seperti ini, diperlukan juga penanggulangan yang unik.Di sisi lain, di Dusun Darmadi. Setelah setengah bulan diumumkan perekrutan pasukan, Wira sudah memiliki 200.000 pasukan. Saat ini, Danu dan Doddy sedang melatih pasukan ini dengan dibantu oleh Pasukan Zirah Hitam. Jika waktu cukup memadai, mereka akan segera memiliki pasukan yang tangguh."Jumlah pasukan kita sudah cukup, nggak perlu terus merekrut pasukan lagi. Ingat. Harus berikan mereka semua tunjangan yang lebih banyak agar mereka tahu keuntungan
Selama tetap mengikuti Wira, Kaffa yakin kehidupannya dan adiknya akan terjamin."Kenapa masih belum pergi? Kamu kira kami sedang bercanda denganmu?" kata penjaga yang tadi berbicara itu dengan kesal. Jika bukan karena Danu sudah memerintahkan untuk harus bersikap rendah hati dan sopan pada orang-orang, mereka sudah memukul Kaffa dengan tongkat. Jelas Kaffa ini hanya seorang pengemis pun berani datang menemui Danu, sungguh tidak tahu diri.Kaffa kembali berkata, "Kalau kalian nggak mengizinkan aku bertemu dengan Jenderal Danu, nggak masalah. Tapi, tolong serahkan benda ini pada Jenderal Danu. Kalau Jenderal Danu ingin bertemu denganku setelah melihat benda ini, kalian baru bawa aku masuk. Bagaimana? Tapi, kalau Jenderal Danu nggak ingin bertemu denganku, aku nggak akan tinggal di sini lagi. Bagaimana menurut kalian?"Meskipun para penjaga itu tidak mengizinkannya masuk, Kaffa merasa dia tetap harus menunjukkan benda ini pada Danu. Dia juga tidak tahu apakah benda ini berguna atau tidak
Setelah mengatakan itu, Wira menatap Kaffa yang berdiri di belakangnya. Dia mengeluarkan sebuah liontin giok dan diam-diam menyerahkannya ke tangan Kaffa, lalu berbisik, "Kamu ambil liontin giok ini dan pergi mencari orang yang bernama Danu di dalam kota. Danu sangat terkenal di sana, jadi kamu hanya perlu bertanya pada orang-orang di sana saja. Kamu pasti akan menemukannya.""Aku akan menjaga adikmu dan nggak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya."Kaffa mengenakan pakaian biasa dan terlihat seperti pengemis. Ditambah lagi, situasi di sekitar sedang kacau dan jaraknya yang lebih jauh dari Wira, sehingga orang-orang sulit untuk mengenalinya. Situasi ini justru menguntungkan, setidaknya dia bisa memanfaatkan situasinya untuk mencari celah dan pergi meminta bantuan dari Danu.Setelah ragu sejenak dan melihat Shafa yang menganggukkan kepala, Kaffa menggertakkan giginya dan berkata, "Kalau begitu, maaf merepotkan Kak Wira."Setelah mengatakan itu, Kaffa diam-diam pergi dari sana.Sementa
Wira bertanya-tanya apakah Lucy sudah memberi tahu orang-orang di Provinsi Lowala tentang situasinya, sehingga para prajurit ini datang untuk menjemputnya."Tuan Ruben, akhirnya kamu datang juga. Aku dengar kamu menghadapi beberapa masalah di sini, jadi aku sengaja datang ke sini untuk melihatnya. Kelihatannya situasimu memang seperti yang mereka katakan, benar-benar ada orang nggak tahu diri yang berani mencari masalah denganmu," kata pria yang menunggang kuda dengan nada dingin sambil menatap Wira."Siapa kamu ini? Kamu tahu siapa pria yang berdiri di depanmu ini? Dia adalah Tuan Ruben yang sangat terkenal. Lihatlah dirimu ini, masih berani melawan Tuan Ruben? Cepat tangkap preman ini," lanjut pria itu.Seiring perintah dari pria yang menunggang kuda itu, para prajurit langsung maju dan segera mengepung Wira dan yang lainnya.Sahim langsung ketakutan sampai kakinya lemas. Sejak zaman dahulu, rakyat takut pada prajurit sudah menjadi situasi yang wajar. Saat teringat dengan semua tinda
"Baiklah. Aku percaya perkataan Tuan ini, jadi aku akan ikut dia ke kota dan melihatnya sendiri," kata pria paruh baya itu lagi dan menjadi orang pertama yang mendukung Wira.Melihat ada yang mulai goyah, yang lainnya juga segera mendukung Wira. Dalam sekejap, banyak orang yang sudah berdiri di belakang Wira.Sementara itu, hanya tersisa sebagian korban bencana yang berdiri di pihak pria gemuk itu, selain beberapa pengawalnya. Namun, hanya dengan orang-orang ini saja, jelas tidak akan cukup untuk mengangkat semua makanan dan hartanya ke dalam kota."Sialan, kamu ini sengaja membuat keributan, 'kan?" kata pria gemuk itu dengan nada dingin dan menatap Wira sambil mengernyitkan alis. Semua rencananya sudah matang, hanya tinggal menyelesaikannya saja. Namun, Wira yang tidak tahu diri ini tiba-tiba muncul dan mengacaukan segalanya. Siapa pun yang menghadapi situasi seperti ini pasti akan marah.Wira malah tersenyum. "Semua yang kukatakan ini benaran, kenapa kamu begitu marah?""Dasar bereng
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan
"Pakaiannya juga cukup bagus, sepertinya dia juga orang kaya. Dia nggak mungkin akan menipu kita, 'kan?"Melihat penampilan Wira, semua orang mulai goyah. Dalam situasi seperti ini, tidak ada makanan sama saja kehilangan harga diri. Mereka harus segera mencari makanan untuk bertahan hidup.Namun, orang-orang berpikir mereka juga harus menghemat tenaga mereka. Sudah kekurangan makanan setiap harinya pun masih harus melakukan banyak pekerjaan, bahkan manusia besi juga tidak akan tahan. Sekarang Wira memberikan mereka makanan gratis, mereka tentu saja tidak akan menolaknya."Aku percaya dengan kata-kata Tuan ini. Tuan ini terlihat sangat serius, jelas bukan orang yang akan menipu kita. Lagi pula, jumlah kita banyak. Kalau nanti kita nggak mendapat makanan, kita bisa langsung menyerangnya. Masa kita yang sebanyak ini nggak bisa mengalahkan dia seorang?" kata seorang pria paruh baya yang keluar dari kerumunan dan langsung mengangkat tangannya.Tak lama kemudian, banyak orang yang mulai mele
"Mereka semua datang ke sini bersama orang kaya di desa," jelas Sahim.Tadi Sahim dan yang lainnya sudah siap untuk membantu orang-orang itu, tetapi mereka menjadi enggan untuk ikut campur setelah mengetahui kenyataannya. Orang-orang itu sendiri yang sukarela membawa barang-barang itu, mereka yang akan mendapat masalah jika bersikeras membantu.Lagi pula, pihak yang satunya bersedia bekerja dan pihak yang satunya lagi bersedia memberi, pada dasarnya ini hanya transaksi bisnis."Kenapa berhenti?" Saat Sahim melaporkan situasinya pada Wira, terdengar suara dengan nada kesal dari dalam kereta itu. Tak lama kemudian, seorang pria keluar dari kereta dan langsung menatap orang-orang di sekitarnya."Apa lagi yang bisa kalian lakukan di sini? Bentar lagi kita akan tiba di kota. Setelah masuk ke sana, aku akan memberikan tujuh kilogram beras pada kalian sesuai kesepakatan. Kalau kalian terus membuang-buang waktu di sini, kalian nggak akan mendapatkan apa-apa," lanjut pria itu.Wira pun menatap
Melihat pemandangan di depan, Wira merasa sakit kepala. Apakah mereka menganggapnya sebagai orang yang sangat baik? "Kalian bahkan nggak tahu apa yang kulakukan, tapi langsung ingin mengikutiku. Kalian nggak takut aku akan membahayakan kalian?"Semua orang langsung menggelengkan kepala.Terutama Sahim, dia adalah orang pertama yang berkata, "Aku percaya dengan kepribadian Tuan. Penampilan Tuan terlihat begitu rapi, sama sekali nggak seperti orang jahat. Lagi pula, nggak ada orang lagi yang lebih jahat dari kami di dunia ini, 'kan? Aku juga percaya kelak aku pasti akan berguna kalau kami mengikuti Tuan. Aku pasti bisa mewujudkan semua ambisiku."Wira pun tersenyum dan bertanya-tanya apa ambisi orang ini. Dengan penampilan yang buruk, Sahim ini memberikan kesan yang buruk dan terlihat seperti orang jahat.Namun, setelah Wira pikirkan lagi, membiarkan orang-orang ini mengikutinya juga bukan pilihan yang buruk. Setidaknya mereka bisa melakukan beberapa hal sesuai kemampuan mereka dan tidak
Dengan kemampuan para menteri hebat ini, mereka pasti bisa meyakinkan para rakyat. Itu sebabnya, tidak ada keributan yang terjadi."Kak, rupanya kamu orang Provinsi Lowala. Dari aksenmu, aku nggak bisa menilai asal-usulmu," ucap Shafa sambil menatap Wira."Aku bukan dari Provinsi Lowala. Aku cuma tinggal lebih lama di sini. Makanya, aku nggak punya aksen seperti mereka," sahut Wira.Sebenarnya tidak ada perbedaan besar pada aksen para penduduk di sembilan provinsi, kecuali yang berasal dari etnis minoritas. Sementara itu, Wira bukan berasal dari dunia ini sehingga aksennya tentu berbeda. Bagaimana mungkin mereka bisa menebak asal usulnya?Shafa bertanya, "Kalau begitu, kamu dari mana?""Rumahku sangat jauh dari sini. Sepertinya aku nggak bakal pernah bisa pulang lagi." Wira menggeleng sambil menghela napas.Wira sendiri sudah lupa dirinya sudah berapa lama dirinya berada di sini. Selain itu, dia tidak pernah menemukan jalan pulang.Namun, harus diakui bahwa kehidupan di sini sangat bai