Share

Bab 1076

Penulis: Arif
Di tengah hutan belantara, Prabu membawa sisa pasukannya yang telah kalah, menelusuri jalan setapak untuk melarikan diri. Prabu menunggangi kudanya untuk memimpin jalan, sementara sekelompok bawahannya mengikuti dari belakang dengan cepat.

Wakil jenderal Prabu yang berada di sampingnya, berkata dengan suara berat, "Tuan, bagaimana kita sekarang ini? Kita harus ke mana sekarang?"

Wajah Prabu dipenuhi debu, dia tampak kotor dan sangat mengenaskan. Setelah melihat di sekeliling dan ragu cukup lama, dia baru memilih sebuah jalan. "Ke arah sini!"

Para bawahan yang mengikutinya juga ikut menyusul. Wakil jenderal Prabu malah merasa ragu-ragu, lantas dia bertanya dengan suara pelan, "Tuan, kita sudah nggak ada jalan keluar lagi sekarang. Apa yang harus kita lakukan ...."

Ekspresi Prabu tampak kecut saat mendengar ucapannya. Dengan ragu-ragu, dia baru berkata, "Mungkin sudah saatnya kita tunjukkan senjata pamungkas kita."

Wakil jenderal itu langsung tertegun sejenak, dia berkata dengan gugup, "
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1077

    Prabu melahap daging kelinci itu seakan-akan menganggapnya adalah Wira. Melihat Prabu yang akhirnya mau makan, wakil jenderal itu juga merasa gembira. Kemudian, dia sendiri juga mulai makan dengan lahap. Dalam beberapa hari ini, mereka selalu dalam suasana hati yang tegang. Setelah mulai rileks sejenak, wakil jenderal itu juga langsung memanfaatkan kesempatan ini untuk beristirahat dengan baik.Namun pada saat ini, Prabu tiba-tiba mendengar suara sayup-sayup dari kejauhan. Wajah Prabu tiba-tiba menjadi semakin serius. Dengan tatapan dingin, dia mulai memandang ke kejauhan. Sambil memantau suasana, dia memberi isyarat pada semua orang di belakangnya untuk tetap iam.Semua orang berdiri di samping Prabu dan melihat ke semak-semak di kejauhan dengan waspada. Mereka terus merasa ada sesuatu yang bersembunyi di balik semak-semak itu. Dengan dahi yang bercucuran keringat dan napas terengah-engah, Prabu mengambil busur panahnya dan membidik ke arah semak belukar itu.Tiba-tiba, suara sayup-sa

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1078

    Begitu mendengar perintah Yudha, para pemanah itu pun mengambil posisi. Seketika, anak panah yang tak terhitung jumlahnya ditembakkan ke arah Prabu. Prabu tercengang melihat adegan itu. Dia hanya bisa berusaha untuk menghindari anak panah itu. Seribu orang pasukannya baru saja lolos dari perang besar dan sudah berjalan seharian. Kini malah masih harus menghadapi serangan Yudha, ini benar-benar sulit dihadapi!Prabu sangat sakit hati melihat banyak sekali pasukannya yang gugur saat ini. Dia hendak melarikan diri, tetapi juga kesulitan karena dikepung oleh 10 ribu pasukan. Sama sekali tidak ada celah baginya untuk kabur.Melihat hal ini, Yudha kembali melambaikan tangannya untuk memerintahkan pasukannya menyerang. Pembantaian secara sepihak ini membuat pasukan Yudha berguguran. Hanya dalam waktu 10 menit, pasukan yang tersisa tinggal belasan orang. Yudha menginstruksikan bawahannya untuk mengepung mereka."Prabu, menyerahlah. Kalian nggak akan bisa kabur lagi."Prabu sama sekali tidak bi

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1079

    Yudha menggelengkan kepalanya. "Entah kenapa, rasanya Prabu agak mencurigakan.""Mencurigakan?" tanya wakil jenderal itu karena tidak mengerti ucapan Yudha."Benar, sepertinya ... dia terlalu tenang," balas Yudha.Wakil jenderal itu tersenyum saat mendengar ucapan Yudha. "Jenderal, sepertinya Anda terlalu banyak khawatir. Dia sudah terperangkap sekarang, tentu saja jadi lebih tenang. Mungkin saja juga dia sudah putus asa. Provinsi Sebra juga sudah di tangan kita. Selain putus asa, dia juga sepertinya tidak bisa merasakan perasaan lain lagi."Wakil jenderal itu merasa tidak perlu khawatir berlebihan karena situasi saat ini sudah buntu bagi Prabu. Mana mungkin lagi pria itu bisa melakukan apa pun? Baginya, Prabu saat ini sudah kehilangan arah tanpa kekuasaan, dia hanya sekadar bertahan hidup saja.Namun, pemikirannya ini malah disangkal Yudha, "Meski tidak sering bertemu dengan Prabu, aku sangat paham dengan kepribadian orang ini. Dia tidak akan menyerah begitu saja! Sekarang dia kelihat

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1080

    Sigra menaruh kepercayaan sepenuhnya pada Yudha. Lagi pula, dengan 10 ribu pasukan melawan seribu pasukan, bahkan Sigra sekalipun bisa menangkap Prabu. Jadi, Sigra beranggapan bahwa Prabu ditangkap adalah hal yang sudah pasti.Farrel mengedipkan matanya sekilas, dia juga tampak setuju dengan pendapat ayahnya. Sejak kecil, Yudha selalu mengikuti Dirga. Tentu saja dia sudah banyak melihat sendiri dan merasakan sekian banyaknya pertempuran. Yudha adalah bakat jenderal genius yang langka. Menangkap Prabu tentu bukan hal yang sulit baginya. Dengan pemikiran seperti itu, Farrel juga merasa lebih tenang.Pada saat ini, Kumar telah kembali ke rumahnya. Gibran dan Fahlefa bertanya dengan gugup, "Ayah, apakah Kakak benar-benar sudah kalah?"Kumar menghela napas dengan tatapan dingin. "Meski aku nggak tahu bagaimana Prabu bisa kalah, sepertinya memang seperti itu kenyataannya."Kedua bersaudara itu langsung tampak muram saat mendengar perkataan ayahnya. "Ini ... bagaimana kita sekarang, Ayah? Di

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1081

    Yudha mendengus dingin, hatinya terasa sangat gelisah mendengar perkataan Prabu."Yudha, kamu nggak pernah kalah seumur hidup ini, 'kan? Sekarang kamu bukan hanya akan kalah, kamu bahkan akan mati di tanganku! Sekarang kuberi satu kesempatan, bunuhlah aku. Kalau nggak, pasti akan ada yang balas dendam padamu," ujar Prabu dengan nada bangga.Hal ini membuat raut wajah Yudha semakin memburuk. "Prabu, apa kamu tahu apa yang kamu bicarakan? Kamu mau mengalahkanku? Sekarang ini kamu tahananku, mau bagaimana kamu mengalahkanku?" Meski merasa tidak tenang, Yudha tetap tidak mengerti mengapa Prabu bisa begitu percaya diri.Mendengar perkataan itu, Prabu tertawa terbahak-bahak. "Kamu akan tahu sebentar lagi. Oh bukan ... kamu akan tahu sekarang juga!"Usai berkata demikian, Yudha tiba-tiba merasakan niat membunuh yang kuat. Niat membunuh itu sangat dingin dan sadis. Detik berikutnya, bahkan sebelum Yudha sempat bereaksi, sejumlah anak panah yang tak terhitung jumlahnya ditembakkan ke arah merek

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1082

    Prabu memandang Yudha dengan tatapan mengejek. Sementara itu, kesebelas orang itu juga berlutut di hadapan Prabu. "Tuan, maaf telah membuat Anda menderita," ucap wanita berpakaian merah setelah melepas cadarnya dan menunjukkan wajahnya yang cantik."Nggak apa-apa, hanya saja ... kekalahanku jadi harus membuat kalian turun tangan. Haeh ...." Prabu sebenarnya tidak ingin menggunakan senjata pamungkas Keluarga Juwanto ini. Sebab, ini benar-benar adalah senjata rahasia mereka."Berma, berapa orang yang datang kali ini?" tanya Prabu. Mendengarnya, wanita berpakaian merah menjawab, "Ada 30 ribu orang."Prabu mengangguk sekilas. "Lagi-lagi 30 ribu ya .... Tapi kali ini, aku nggak akan menyia-nyiakan 30 ribu pasukan ini! Oh ya, bagaimana situasi di Provinsi Sebra?"Berma menjawab dengan hormat, "Masih sedang dalam pertahanan. Tapi untuk saat ini, Keluarga Barus dan Kerajaan Nuala juga tidak akan bisa menginvasinya."Prabu baru mengangguk setelah mendengar laporan tersebut. "Baiklah kalau begit

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1083

    Merpati surat itu hinggap di atas meja kerja Kumar. Kaki merpati itu dipasang sebuah cincin hitam dan merah yang membawa surat. Melihat merpati ini, Kumar menarik napas dalam-dalam, lalu mengambil merpati surat tersebut. Setelah membacanya sekilas, ekspresi Kumar tampak datar."Wira ... hebat sekali. Bisa-bisanya dia mengalahkan 30 ribu pasukanku dan Prabu bahkan hampir tewas di tangannya." Kumar mengernyitkan alisnya. Kekuatan Keluarga Juwanto yang sebenarnya selalu disembunyikannya selama ini. Tujuannya adalah untuk digunakan di saat-saat kritis.Mengenai Prabu, dia hanyalah tipu daya yang dikerahkan oleh Kumar. Semua orang mengira bahwa pasukan Prabu adalah senjata rahasia Keluarga Juwano, tetapi mereka semua salah besar. Ini adalah rencana Kumar yang sesungguhnya. Tiga puluh ribu orang itu memang elite yang dibinanya dengan susah payah. Kehilangan semua pasukan itu juga membuatnya sakit hati.Namun, untungnya mereka tidak kewalahan. Bisa dibilang, semua ini masih dalam kendalinya.

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 1084

    Saat mengetahui kabar ini, Sigra langsung terperanjat, begitu juga dengan Farrel. Jika Yudha bisa sampai kalah, berarti ini bukanlah kekuatan dari seribu orang pasukan Prabu. Dengan kata lain, pasukan rahasia Keluarga Juwanto setidaknya di atas 10 ribu orang. Selain itu ... semuanya juga pasti adalah elite.Jika jumlahnya mencapai 30 ribu, ditambah lagi dengan pasukan penjaga di Provinsi Sebra, berarti mereka punya 60 ribu pasukan. Dengan pengepungan ini, bahkan kalau Keluarga Barus punya 70 ribu pasukan juga pasti bukan lawan mereka. Sambil berpikir demikian, Sigra mematung di tempat dengan binar takjub di matanya."Kenapa Keluarga Juwanto punya cara sehebat ini. Ini ... nggak mungkin!" teriak Sigra dengan kaget. Pada saat bersamaan, datang lagi seorang prajurit yang melapor."Tuan, gawat .... Gerbang kota sudah terbuka, pasukan Keluarga Juwanto sudah menyerbu keluar!"Sigra langsung tersentak mendengar laporan ini. "Gawat! Pasti Prabu yang memimpin pasukan rahasia mereka untuk menyer

Bab terbaru

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3152

    Mendengar itu, Enji mengangguk pelan. Setelah beberapa saat, dia menatap mereka dan tertawa. "Sebelumnya aku memang nggak terpikirkan. Kalau berita ini benar, ini adalah kabar baik."Desa Riwut terletak cukup dekat dengan Pulau Hulu. Jadi, bagi Enji, jika Wira benar-benar membawa orang untuk merebut Pulau Hulu, segalanya akan jauh lebih mudah.Memikirkan hal ini, dia mengernyit dan bertanya, "Baiklah. Kalau begitu, jangan terburu-buru. Ini adalah urusan besar. Setidaknya biarkan kami menyelidikinya terlebih dahulu, 'kan?"Mendengar itu, Adjie tersenyum tipis. Setelah beberapa saat, dia mengangguk dan berujar, "Tentu saja bisa, tapi kita harus bergerak cepat. Kalau sampai melewatkan kesempatan ini, semua akan sia-sia.""Paham! Paham!" Adjie memberi hormat dengan mengepalkan tangan, lalu berbalik dan pergi.Setelah Adjie pergi, Enji dan Guntur berpandangan. Enji berkata, "Sebelumnya aku nggak terlalu memikirkan ini, tapi sekarang aku merasa ini memang peluang yang nyata. Yang paling pent

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3151

    Mendengar ucapan itu, keduanya sontak termangu. Adjie ini benar-benar berani, sampai berniat merebut Pulau Hulu pada saat seperti ini!Setelah beberapa saat, Enji dan Guntur berpandangan. Meskipun mereka ingin bergabung dengan Wira, kesetiaan mereka masih dipertanyakan.Alasan utama mereka ingin bergabung adalah karena melihat kemungkinan besar pasukan utara akan dihancurkan oleh Wira. Makanya, mereka ingin mengambil kesempatan untuk membelot.Namun, jika harus benar-benar berperang dan merebut Pulau Hulu sebagai hadiah untuk Wira, mereka masih ragu.Setelah berpikir beberapa saat, Enji mengernyit dan berkata, "Adjie, kami harus mempertimbangkan ini dengan matang. Ini bukan perkara kecil. Memang kami merasa ini kesempatan bagus, tapi kita nggak boleh gegabah."Mendengar itu, Adjie terdiam sejenak. Sesaat kemudian, dia tersenyum sambil mengejek, "Jangan-jangan kamu takut?"Mendengar dirinya diragukan, ekspresi Enji langsung berubah. Memang ada sedikit ketakutan dalam hatinya, tetapi dia

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3150

    Setelah berpikir sejenak, mereka yakin Adjie memang berasal dari selatan. Sebagian besar pengungsi saat ini juga berasal dari selatan, jadi masuk akal jika dia mengetahui banyak hal.Menyadari hal ini, Enji melambaikan tangan dan bertanya, "Adjie, apa yang sebenarnya terjadi di selatan? Apa kamu tahu?"Adjie maju, memberi hormat dengan tangan terkatup, lalu menyahut, "Sebenarnya aku nggak tahu terlalu banyak. Aku cuma dengar Tuan Wira tampaknya muncul di selatan dan berencana untuk melakukan serangan balasan. Tapi, itu cuma desas-desus.""Apa? Tuan Wira benar-benar sudah datang?" Guntur terkejut, menoleh ke arah Enji. Jelas, mereka mengetahui sesuatu.Melihat reaksi mereka, Adjie sedikit terkejut. Perkembangan situasi ini tampaknya di luar dugaannya. Jangan-jangan ada sesuatu yang bahkan dia sendiri enggan untuk membicarakannya?Sesaat kemudian, Enji berkata dengan penuh semangat, "Bagus kalau itu benar! Semua orang tahu Tuan Wira adalah orang yang sangat setia dan berprinsip. Kalau ki

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3149

    Mendengar ini, Adjie berpura-pura bodoh dan bertanya dengan ekspresi terkejut, "Apa maksudmu? Sekarat gimana? Jangan bilang dia sudah mati?"Guntur menghela napas. Sepertinya menjelaskan semuanya sekarang akan terlalu panjang, jadi dia hanya menyahut dengan suara rendah, "Sepertinya kamu belum tahu, Zaki mengalami kekalahan besar beberapa waktu lalu dan sekarang mundur ke Pulau Hulu dalam kondisi sekarat. Kalau kita menyerangnya sekarang, bukankah ini akan menjadi kemenangan yang mudah?"Adjie berpura-pura terkejut, menatap Guntur dengan ekspresi penuh kebingungan. Setelah beberapa saat, seolah-olah menyadari sesuatu, dia berujar, "Kalau memang begitu, bisa jadi ini kesempatan bagus. Tapi, aku pernah dengar kalau Zaki sangat kuat."Tak disangka, Guntur malah tertawa dan menimpali, "Kenapa kalau kuat? Kak, kamu mungkin belum tahu, wilayah utara ini dulunya adalah daerah kekuasaan Bobby."Mendengar nama Bobby disebut, Adjie sebenarnya ingin mencari tahu lebih banyak tentang keadaannya sa

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3148

    Melihat situasi ini, Adjie langsung berseru. Guntur pun termangu, tetapi dia langsung memahami maksud Adjie. Jelas, ini adalah cara untuk menunjukkan statusnya.Mau tak mau, Guntur memaksakan senyuman dan menyapa, "Hehe, Kak Adjie? Mau ke mana?"Adjie melambaikan tangan dan menoleh menatap Tora dan Bajra. Dengan nada tenang, dia berkata, "Kalian berdua pergi dulu, ini bukan urusan kalian. Guntur, temani aku jalan-jalan."Guntur tertegun sesaat. Sebenarnya, dia tidak terlalu ingin mengikuti Adjie. Kemarin, cara Adjie bersikap benar-benar membuatnya merasa tertekan. Namun, melihat wajah Adjie yang tegas, Guntur hanya bisa menghela napas dan mengikutinya keluar.Begitu mereka tiba di tempat yang lebih sepi, Adjie bertanya dengan pelan, "Jadi, aku dengar kamu punya hubungan yang cukup baik dengan Kunaf? Apa itu benar?"Guntur tertegun lagi. Reaksi pertamanya adalah mengira Adjie mendengar percakapan mereka kemarin.Namun, setelah beberapa saat, Adjie melanjutkan dengan suara ringan, "Saat

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3147

    Mendengar kata-kata Enji, Guntur tersenyum tipis. Setelah beberapa saat, dia berkata, "Boleh dicoba. Tapi, saat ini yang paling penting adalah memastikan agar dia nggak tahu rencana ini. Selebihnya, kita bisa merencanakan dengan matang."Enji mengangguk serius. Setelah memastikan semuanya, dia berujar, "Baiklah. Kalau begitu, besok aku akan mengurus hal ini. Kamu rahasiakan dulu, besok kita buat keputusan akhir.""Baik!" Guntur tersenyum mendengarnya. Menurutnya, jika semua berjalan sesuai rencana, ini adalah kesempatan bagus. Yang harus dipastikan pertama adalah kekuatan mereka saat ini. Begitu waktunya tiba besok, dia bisa langsung menyingkirkan Adjie.Di luar, Adjie yang mendengar percakapan itu ikut tersenyum. Setelah beberapa saat, melihat Guntur hendak keluar, dia segera berdiri dan pergi lebih dulu.....Keesokan harinya, Adjie sudah lebih dulu tiba di aula utama Desa Riwut. Dalam perjalanannya, banyak orang menyapanya dengan ramah. Jelas, mereka benar-benar menganggap Adjie seb

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3146

    Mendengar hal itu, Guntur tertegun sejenak, agak bingung dengan perkataan Enji. Beberapa saat kemudian, Enji berkata, "Hehe, tak disangka kita mendapatkan harta kali ini. Bukankah saudara yang kamu sebut sebelumnya juga bekerja di pasukan utara?"Guntur tersenyum tipis mendengar itu. Setelah beberapa saat, dia perlahan menyahut, "Jangan dibahas lagi. Aku sudah lama nggak bisa menghubunginya. Entah apa yang terjadi. Terakhir kali pasukan utara berencana menuju perbatasan kota, tapi mereka dijebak. Sekarang mereka semua mundur ke daerah Pulau Hulu."Enji mengangguk. Dalam hatinya, dia mulai menebak identitas Adjie. Setelah beberapa saat, seolah-olah terpikirkan sesuatu, dia berkata pelan, "Apa kamu memperhatikannya? Kemampuan Adjie cukup luar biasa. Aku sampai merasa dia mungkin pernah menjadi tentara."Enji mengangguk lagi, merasa semakin yakin. Tidak berselang lama, Guntur yang berdiri di samping tiba-tiba juga mengangguk seperti teringat sesuatu.Dia mendongak menatap Enji dan berkata

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3145

    Melihat pemandangan itu, Enji tersenyum dan berkata, "Sebelumnya aku masih nggak yakin. Tapi, dilihat dari situasi sekarang, kamu memang bisa diandalkan. Semuanya, cepat beri hormat pada Kak Adjie kalian ini"Adjie juga terkejut saat mendengar perkataan itu. Dia benar-benar tidak menyangka orang-orang ini begitu sopan sampai memberi hormat padanya.Melihat ekspresi Adjie yang terlihat canggung, Enji tertawa dan berkata, "Hehe. Kamu nggak perlu gugup, ini memang tradisi di tempat kita. Lagi pula, ini juga penting untukmu."Mendengar perkataan itu, semua orang menganggukkan kepala. Bagi mereka, ini memang hal yang wajar dan harus dilakukan.Guntur juga segera bangkit dan berkata, "Semuanya, jangan basa-basi lagi. Cepat maju dan bersujud pada Kak Adjie."Mengingat adegan sebelumnya di mana Adjie membunuh orang dengan begitu tegas, Guntur benar-benar merasa trauma. Dia merasa dirinya sudah cukup kejam, ternyata Adjie malah lebih kejam lagi.Beberapa saat kemudian, Adjie akhirnya berkata, "

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3144

    Mendengar perkataan itu, semua orang tertegun sejenak. Mereka benar-benar tidak tahu masalah apa yang dimaksud Enji.Pada saat itu, Guntur yang duduk di bawah berkata, "Bos, langsung katakan saja."Melihat Guntur berkata seperti itu, Enji tersenyum. Dia menunjuk ke arah Adjie dan berkata sambil tersenyum, "Semuanya, mulai sekarang Adjie ini akan menjadi wakil pertama kita. Jadi, kalau kelak kalian bertemu dengannya, jangan lupa memberi hormat."Begitu mendengar perkataan itu, semua orang yang duduk di bawah langsung mulai berdiskusi. Mereka benar-benar tidak menyangka Adjie akan menjadi wakil pertama.Namun, dua anak buah yang sebelumnya membawa Adjie ke sini, saling memandang dengan ekspresi gembira. Menurut mereka, kesempatan mereka akhirnya datang juga. Saat ini, mereka berada di posisi terbawah di Desa Riwut ini. Oleh karena itu, mereka merasa sangat senang karena merasa mulai sekarang kehidupan mereka akan menjadi lebih baik.Pada saat itu, salah seorang di antara kerumunan tiba-t

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status