Saat mengetahui kabar ini, Sigra langsung terperanjat, begitu juga dengan Farrel. Jika Yudha bisa sampai kalah, berarti ini bukanlah kekuatan dari seribu orang pasukan Prabu. Dengan kata lain, pasukan rahasia Keluarga Juwanto setidaknya di atas 10 ribu orang. Selain itu ... semuanya juga pasti adalah elite.Jika jumlahnya mencapai 30 ribu, ditambah lagi dengan pasukan penjaga di Provinsi Sebra, berarti mereka punya 60 ribu pasukan. Dengan pengepungan ini, bahkan kalau Keluarga Barus punya 70 ribu pasukan juga pasti bukan lawan mereka. Sambil berpikir demikian, Sigra mematung di tempat dengan binar takjub di matanya."Kenapa Keluarga Juwanto punya cara sehebat ini. Ini ... nggak mungkin!" teriak Sigra dengan kaget. Pada saat bersamaan, datang lagi seorang prajurit yang melapor."Tuan, gawat .... Gerbang kota sudah terbuka, pasukan Keluarga Juwanto sudah menyerbu keluar!"Sigra langsung tersentak mendengar laporan ini. "Gawat! Pasti Prabu yang memimpin pasukan rahasia mereka untuk menyer
Sungguh tak terelakkan! Begitu melihatnya dilemparkan, senjata rahasia itu akan meledak begitu saja! Sudah terlambat untuk menghindar!"Apa?" Kumar terperangah di tempatnya. Jika bukan Prabu yang memberitahunya secara langsung, mungkin dia sudah memaki seluruh dunia. Konyol sekali! Akan tetapi, putranya tidak terlihat seperti sedang berbohong."Senjata rahasia itu setidaknya bisa meledakkan belasan orang, apalagi total pasukan mereka ratusan orang. Semuanya punya senjata rahasia itu! Ayah, Wira terlalu hebat. Aku sudah utus Berma untuk membunuhnya!" jelas Prabu.Setelah mendengar ini, ekspresi Kumar menjadi makin masam, tetapi dia tetap mengangguk sambil menyahut, "Bagus. Kalau Wira nggak segera dibunuh, dia akan menjadi musuh terbesar kita."Ekspresi Kumar tampak agak kejam saat mengatakan itu. Ratusan pasukan Wira berhasil membunuh 30.000 tentara mereka. Situasi macam apa ini? Benar-benar sulit dibayangkan!Jika membiarkan situasi ini terus berlanjut, siapa lagi yang pantas menjadi l
Selesai berbicara, tebersit kekhawatiran pada sorot mata Yudha, begitu juga dengan Jihan."Bagaimana ini? Kita nggak punya begitu banyak pasukan lagi. Kalau mereka datang, bagaimana kita bisa bertahan?" tanya Jihan dengan panik.Yudha menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, "Kita masih punya puluhan ribu tentara, jadi seharusnya masih bisa melindungi ibu kota. Yang Mulia, Anda harus menyuruh Keluarga Barus cepat datang untuk membantu. Kalau tidak, Kerajaan Nuala akan dalam krisis besar!"Untuk sekarang, mereka hanya bisa melindungi ibu kota dan menunggu kedatangan Keluarga Barus. Selain itu, tidak ada lagi cara lain yang tepat.Namun, Jihan bukan wanita bodoh. Dia terpikir akan sesuatu sehingga menatap Yudha dan berkata, "Tapi, bagaimana kalau Keluarga Barus nggak datang atau mereka terlambat?"Yudha mengembuskan napasnya. Dia tentu mengerti maksud Jihan. Jika Keluarga Barus tidak datang, mereka bisa saja menjadi pemenang terakhir setelah pihak istana dan Keluarga Juwanto sama-sama
Dengan cara ini, Keluarga Barus yang akan menjadi penguasa! Metode ini pun jauh lebih mudah daripada yang satu lagi! Mereka tinggal mengambil keuntungan dari tengah-tengah kekacauan!"Ayah, dinilai dari sudut pandang Keluarga Barus, aku tentu lebih memilih kita beraksi setelah perang dimulai. Tapi, aku harap bisa membantu Bibi. Dengan begini, Bibi baru bisa selamat," timpal Farrel dengan ragu-ragu. Bagaimanapun, Jihan adalah bibinya.Sigra tentu juga memiliki keraguan ini. Dia berucap, "Farrel, ini bukan masalah sepele. Aku nggak bisa membuat keputusan. Sebaiknya kita pergi ke aula leluhur dan minta mereka yang memutuskan. Apa pun keputusan leluhur, kita harus menurutinya. Setuju?"Sigra juga kebingungan. Seperti yang dikatakan Farrel, Keluarga Barus tentu akan diuntungkan kalau mengambil tindakan setelah kekacauan terjadi. Namun, dia tidak berharap sesuatu terjadi pada Jihan. Begitu Keluarga Juwanto melancarkan serangan, adiknya pasti akan berada dalam bahaya. Tidak ada yang bisa mema
Ekspresi Sigra dan Farrel agak berubah saat melihat batang bambu yang terjatuh. Akan tetapi, ini adalah keputusan para leluhur."Farrel, kalau begitu, sebaiknya kita segera membuat persiapan." Sesudah berbicara, Sigra langsung berbalik dan keluar.....Saat ini, Kumar memimpin 60.000 pasukan ke ibu kota. Kali ini, dia harus berhasil merebut Kerajaan Nuala.Kumar dan Prabu yang berdiri di barisan terdepan tampak dipenuhi tekad. Tiba-tiba, Prabu bertanya, "Ayah, Keluarga Juwanto akan menyerang istana sekarang. Apakah Keluarga Barus akan mengambil kesempatan dari serangan ini?"Kumar terkekeh-kekeh mendengarnya. Keluarga Barus tentu akan menganggap kejadian ini sebagai kesempatan. Bukan hanya Keluarga Barus, semua orang akan berpikir demikian!"Tentu saja, siapa pun pasti akan mengambil kesempatan. Tapi, kita hanya perlu menahan orang-orang itu beberapa hari," jawab Kumar seraya tersenyum.Prabu pun mengangguk. Keduanya membawa pasukan ke pinggiran ibu kota dan mendirikan markas di sana.
Yudha mendengus dingin. Melihat ini, Prabu pun terkekeh-kekeh dan bertanya, "Bertarung sampai tetes darah terakhir? Kamu pikir ada gunanya? Yudha, Kerajaan Nuala telah ditakdirkan untuk hancur. Tapi, Keluarga Juwanto bisa memberimu masa depan cemerlang!"Mana mungkin Yudha berkhianat? Selama beberapa generasi ini, keluarganya selalu setia terhadap istana! Tidak peduli apa yang terjadi, hari ini dia akan berjuang untuk Kerajaan Nuala!"Prabu, kalian memang punya kemampuan untuk menaklukkan Kerajaan Nuala. Tapi, apa kalian nggak takut pada Keluarga Barus? Mereka sudah membuat rencana selama bertahun-tahun, nggak mungkin membiarkan kalian menang begitu saja. Begitu perang dimulai, mereka pasti datang. Masa kalian ingin perjuangan kalian sia-sia?" jelas Yudha.Prabu dan Kumar sama sekali tidak peduli dengan hal ini. Mereka tentu sudah memikirkannya sejak awal!"Yudha, pemikiranmu ini memang benar. Tapi, bagaimana kamu tahu Keluarga Juwanto nggak punya persiapan apa-apa?" Kumar menambahkan,
Wira menatap mereka semua. Dia tentu tahu apa pemikiran orang-orang ini. Begitu mereka turun tangan, mereka pasti akan menjadi pemenang terakhir! Sayangnya, pertempuran ini tidak sesederhana yang orang-orang pikirkan."Sekarang Keluarga Barus, Keluarga Juwanto, dan istana akan segera memulai pertempuran. Hasilnya nggak akan terlihat secepat itu," jelas Wira.Mereka semula tertegun mendengarnya. Namun, setelah dipikir-pikir, kenyataannya memang seperti itu. Tidak semudah itu untuk menentukan pemenangnya."Keluarga Juwanto dan Keluarga Barus telah membuat rencana selama bertahun-tahun ini. Kekuatan yang mereka tunjukkan saja belum tentu sepenuhnya. Begitu perang dimulai, yang terlibat pasti akan makin banyak. Kalau kita ikut campur, takutnya akan muncul masalah.""Selain itu, kalian jangan lupa. Bukan hanya ada Kerajaan Nuala di dunia ini, tapi masih ada Kerajaan Agrel dan Kerajaan Monoma! Mereka pasti mendapatkan kabar tentang pertempuran ini juga! Ketika saatnya tiba, pasti mereka yang
Sebenarnya, pasukan Kerajaan Nuala lebih banyak jika dijumlahkan. Hanya saja, tidak ada gunanya karena sedang terjadi perselisihan internal. Hanya Wira yang terpikir akan poin ini.Kini, Wira mendapatkan banyak informasi. Biantara membacakan surat yang mereka terima, "Keluarga Juwanto sudah mulai menyerang ibu kota. Yudha dan 30.000 tentaranya melawan mati-matian. Banyak pergerakan Keluarga Juwanto yang telah dicegat, tapi masih banyak yang memberontak. Seharusnya mereka nggak akan berhasil karena pertahanan ibu kota sangat kuat."Dalam situasi seperti ini, jaringan mata-mata Biantara sangat berguna. Kemudian, Biantara berucap, "Kak Wira, Mandra membawa 10.000 pasukan untuk mengadang pasukan Kerajaan Monoma. Paman Hasan dan Doddy juga membawa 20.000 pasukan untuk mengadang pasukan Kerajaan Agrel. Mereka semua membawa senjata canggih, seharusnya bisa menahan musuh cukup lama."Wira mengangguk dan membalas, "Ya, meskipun pasukan kita nggak begitu banyak, seharusnya sudah cukup."Wira men
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m