Selesai berbicara, tebersit kekhawatiran pada sorot mata Yudha, begitu juga dengan Jihan."Bagaimana ini? Kita nggak punya begitu banyak pasukan lagi. Kalau mereka datang, bagaimana kita bisa bertahan?" tanya Jihan dengan panik.Yudha menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, "Kita masih punya puluhan ribu tentara, jadi seharusnya masih bisa melindungi ibu kota. Yang Mulia, Anda harus menyuruh Keluarga Barus cepat datang untuk membantu. Kalau tidak, Kerajaan Nuala akan dalam krisis besar!"Untuk sekarang, mereka hanya bisa melindungi ibu kota dan menunggu kedatangan Keluarga Barus. Selain itu, tidak ada lagi cara lain yang tepat.Namun, Jihan bukan wanita bodoh. Dia terpikir akan sesuatu sehingga menatap Yudha dan berkata, "Tapi, bagaimana kalau Keluarga Barus nggak datang atau mereka terlambat?"Yudha mengembuskan napasnya. Dia tentu mengerti maksud Jihan. Jika Keluarga Barus tidak datang, mereka bisa saja menjadi pemenang terakhir setelah pihak istana dan Keluarga Juwanto sama-sama
Dengan cara ini, Keluarga Barus yang akan menjadi penguasa! Metode ini pun jauh lebih mudah daripada yang satu lagi! Mereka tinggal mengambil keuntungan dari tengah-tengah kekacauan!"Ayah, dinilai dari sudut pandang Keluarga Barus, aku tentu lebih memilih kita beraksi setelah perang dimulai. Tapi, aku harap bisa membantu Bibi. Dengan begini, Bibi baru bisa selamat," timpal Farrel dengan ragu-ragu. Bagaimanapun, Jihan adalah bibinya.Sigra tentu juga memiliki keraguan ini. Dia berucap, "Farrel, ini bukan masalah sepele. Aku nggak bisa membuat keputusan. Sebaiknya kita pergi ke aula leluhur dan minta mereka yang memutuskan. Apa pun keputusan leluhur, kita harus menurutinya. Setuju?"Sigra juga kebingungan. Seperti yang dikatakan Farrel, Keluarga Barus tentu akan diuntungkan kalau mengambil tindakan setelah kekacauan terjadi. Namun, dia tidak berharap sesuatu terjadi pada Jihan. Begitu Keluarga Juwanto melancarkan serangan, adiknya pasti akan berada dalam bahaya. Tidak ada yang bisa mema
Ekspresi Sigra dan Farrel agak berubah saat melihat batang bambu yang terjatuh. Akan tetapi, ini adalah keputusan para leluhur."Farrel, kalau begitu, sebaiknya kita segera membuat persiapan." Sesudah berbicara, Sigra langsung berbalik dan keluar.....Saat ini, Kumar memimpin 60.000 pasukan ke ibu kota. Kali ini, dia harus berhasil merebut Kerajaan Nuala.Kumar dan Prabu yang berdiri di barisan terdepan tampak dipenuhi tekad. Tiba-tiba, Prabu bertanya, "Ayah, Keluarga Juwanto akan menyerang istana sekarang. Apakah Keluarga Barus akan mengambil kesempatan dari serangan ini?"Kumar terkekeh-kekeh mendengarnya. Keluarga Barus tentu akan menganggap kejadian ini sebagai kesempatan. Bukan hanya Keluarga Barus, semua orang akan berpikir demikian!"Tentu saja, siapa pun pasti akan mengambil kesempatan. Tapi, kita hanya perlu menahan orang-orang itu beberapa hari," jawab Kumar seraya tersenyum.Prabu pun mengangguk. Keduanya membawa pasukan ke pinggiran ibu kota dan mendirikan markas di sana.
Yudha mendengus dingin. Melihat ini, Prabu pun terkekeh-kekeh dan bertanya, "Bertarung sampai tetes darah terakhir? Kamu pikir ada gunanya? Yudha, Kerajaan Nuala telah ditakdirkan untuk hancur. Tapi, Keluarga Juwanto bisa memberimu masa depan cemerlang!"Mana mungkin Yudha berkhianat? Selama beberapa generasi ini, keluarganya selalu setia terhadap istana! Tidak peduli apa yang terjadi, hari ini dia akan berjuang untuk Kerajaan Nuala!"Prabu, kalian memang punya kemampuan untuk menaklukkan Kerajaan Nuala. Tapi, apa kalian nggak takut pada Keluarga Barus? Mereka sudah membuat rencana selama bertahun-tahun, nggak mungkin membiarkan kalian menang begitu saja. Begitu perang dimulai, mereka pasti datang. Masa kalian ingin perjuangan kalian sia-sia?" jelas Yudha.Prabu dan Kumar sama sekali tidak peduli dengan hal ini. Mereka tentu sudah memikirkannya sejak awal!"Yudha, pemikiranmu ini memang benar. Tapi, bagaimana kamu tahu Keluarga Juwanto nggak punya persiapan apa-apa?" Kumar menambahkan,
Wira menatap mereka semua. Dia tentu tahu apa pemikiran orang-orang ini. Begitu mereka turun tangan, mereka pasti akan menjadi pemenang terakhir! Sayangnya, pertempuran ini tidak sesederhana yang orang-orang pikirkan."Sekarang Keluarga Barus, Keluarga Juwanto, dan istana akan segera memulai pertempuran. Hasilnya nggak akan terlihat secepat itu," jelas Wira.Mereka semula tertegun mendengarnya. Namun, setelah dipikir-pikir, kenyataannya memang seperti itu. Tidak semudah itu untuk menentukan pemenangnya."Keluarga Juwanto dan Keluarga Barus telah membuat rencana selama bertahun-tahun ini. Kekuatan yang mereka tunjukkan saja belum tentu sepenuhnya. Begitu perang dimulai, yang terlibat pasti akan makin banyak. Kalau kita ikut campur, takutnya akan muncul masalah.""Selain itu, kalian jangan lupa. Bukan hanya ada Kerajaan Nuala di dunia ini, tapi masih ada Kerajaan Agrel dan Kerajaan Monoma! Mereka pasti mendapatkan kabar tentang pertempuran ini juga! Ketika saatnya tiba, pasti mereka yang
Sebenarnya, pasukan Kerajaan Nuala lebih banyak jika dijumlahkan. Hanya saja, tidak ada gunanya karena sedang terjadi perselisihan internal. Hanya Wira yang terpikir akan poin ini.Kini, Wira mendapatkan banyak informasi. Biantara membacakan surat yang mereka terima, "Keluarga Juwanto sudah mulai menyerang ibu kota. Yudha dan 30.000 tentaranya melawan mati-matian. Banyak pergerakan Keluarga Juwanto yang telah dicegat, tapi masih banyak yang memberontak. Seharusnya mereka nggak akan berhasil karena pertahanan ibu kota sangat kuat."Dalam situasi seperti ini, jaringan mata-mata Biantara sangat berguna. Kemudian, Biantara berucap, "Kak Wira, Mandra membawa 10.000 pasukan untuk mengadang pasukan Kerajaan Monoma. Paman Hasan dan Doddy juga membawa 20.000 pasukan untuk mengadang pasukan Kerajaan Agrel. Mereka semua membawa senjata canggih, seharusnya bisa menahan musuh cukup lama."Wira mengangguk dan membalas, "Ya, meskipun pasukan kita nggak begitu banyak, seharusnya sudah cukup."Wira men
Keluarga Barus dan Keluarga Juwanto sama-sama memiliki kepercayaan diri untuk menaklukkan Kerajaan Nuala. Ini adalah rencana mereka selama beberapa generasi sehingga bisa dibilang sangat menakutkan.Dalam sebuah keluarga besar yang sudah bertahan selama bertahun-tahun dan terus berkembang pesat, orang yang memegang peran penting jelas adalah pemimpin dan keturunan genius mereka.Baik Keluarga Barus ataupun Keluarga Juwanto, setiap pemimpin mereka sangat hebat. Setidaknya, mereka adalah genius berbakat di masa ini.Mereka terus membuat rencana hingga akhirnya tiba kesempatan ini. Setan sekalipun tidak akan percaya jika mengatakan mereka bukan orang cerdas.Itu sebabnya, pertarungan ini akan berlangsung dengan sengit, tetapi akan berakhir dengan cepat. Mereka semua adalah genius yang bisa berpikir dengan jernih sehingga tahu kapan harus menyerah.Menurut spekulasi Wira, akan sulit untuk menentukan pemenangnya kali ini. Namun, bisa dipastikan bahwa dunia akan terbagi menjadi 3 bagian. Yan
"Hahaha! Wira nggak datang, kalian nggak mungkin bisa menghalangi kami!" ejek Tanuwi.Hasan tidak bertele-tele, melainkan langsung berkata, "Raja Tanuwi, biar kuperlihatkan suatu senjata. Setelah melihatnya, kamu akan tahu kalian harus mundur atau nggak."Seusai berbicara, Hasan langsung mengeluarkan sebuah granat dan melemparkannya. Dalam sekejap, terdengar suara ledakan yang kuat dan muncul sebuah lubang besar!Kekuatan ini sungguh dahsyat, sampai membuat ekspresi Tanuwi berubah drastis. "Apa itu?" Tanuwi benar-benar terkejut karena tidak pernah melihat senjata seperti itu."Ini senjata yang dikembangkan oleh Tuan Wira. Raja Tanuwi, apakah kalian masih ingin maju?" tanya Hasan.Begitu mendengarnya, ekspresi Tanuwi menjadi agak masam. Meskipun begitu, dia sama sekali tidak takut. Dia membalas, "Huh! Aku punya 100.000 pasukan, memangnya kalian bisa punya berapa banyak senjata aneh ini? Garda depan, serang mereka!"Begitu perintah ini diturunkan, 20.000 tentara langsung menyerbu ke arah
Kresna telah mendengar tentang tindakan Senia sebelumnya. Senia telah berulang kali mencoba membunuh Wira secara diam-diam, tetapi setiap kali hasilnya selalu nihil. Bahkan, semua usahanya berakhir dengan kegagalan total.Senia bahkan hampir mengorbankan putranya sendiri dalam proses itu. Jika Senia sendiri tidak mampu melakukannya, bagaimana mungkin dia mengharapkan dirinya dan Ararya untuk membunuh Wira?Atau mungkin ... Senia sebenarnya berniat membunuh dirinya dan Ararya? Hanya saja, dia berencana menggunakan tangan Wira untuk melakukannya?Kresna tak kuasa merinding. Di satu sisi ada serigala, di sisi lain ada harimau. Dia merasa seperti orang yang berdiri di jembatan rapuh, tidak tahu harus melangkah ke mana dan tidak berani bergerak sembarangan.Apa pun keputusan yang diambilnya, itu bisa membawa kehancuran pada dirinya sendiri dan tidak ada jalan kembali. Menyesal pun tidak akan ada gunanya!Setelah hal ini disampaikan kepada Ararya, Ararya pasti juga akan secemas dirinya."Dar
"Pergilah," ujar Senia sambil memijat pelipisnya dengan lembut. "Aku tunggu kabar darimu."Pada sore harinya, Dahlan tiba di kediaman Kresna. Saat ini, dia sedang duduk di aula utama kediaman Kresna.Meskipun Dahlan selalu terlihat tunduk dan penuh hormat karena takut pada ibunya, di sini dia justru menunjukkan sikap yang sangat berbeda, penuh wibawa dan angkuh.Dahlan duduk di kursi utama sambil meminum teh dengan tenang, menunggu Kresna yang tak kunjung datang."Raja Kresna, kamu membuatku menunggu begitu lama. Sepertinya kamu nggak menghormatiku," sindir Dahlan.Kresna buru-buru mengangkat tangannya sebagai tanda memohon maaf. "Pangeran, kenapa bicara begitu? Aku baru saja dapat kabar tentang kedatanganmu dan langsung datang secepat mungkin. Kalau kamu tersinggung, mohon maafkan aku."Dahlan mendengus dingin, lalu meletakkan cangkir tehnya. Tatapannya langsung beralih ke orang-orang yang berada di aula.Kresna segera mengerti maksudnya dan memerintahkan semua orang untuk pergi. Tida
Menangkap pemimpin untuk menghancurkan pasukan! Ini adalah cara terbaik!Sebenarnya mereka sudah mencoba membunuh Wira beberapa kali sebelumnya, tetapi hasilnya selalu mengecewakan. Namun, kali ini berbeda.Senia telah memutuskan untuk tidak menyembunyikan niatnya lagi. Dengan demikian, dia bisa bertindak lebih bebas tanpa ragu.Ini adalah kesempatan sempurna untuk menyerang Wira secara langsung dan terbuka. Jika berhasil menyingkirkan Wira, itu akan menjadi hasil terbaik. Namun, jika tidak, paling-paling mereka akan memutuskan hubungan mereka. Hasil ini tidak akan berdampak pada apa pun.Dahlan tiba-tiba berkata, "Tapi, saat ini kita nggak punya orang yang cukup kuat untuk melakukannya. Bahkan, kita hampir kehabisan ahli di pihak kita. Setahuku, Wira membawa beberapa ahli di sisinya.""Kalau kita mengirim orang sekarang, bukankah hanya akan mengorbankan mereka tanpa hasil?"Bahkan, Panji tidak mendapatkan hasil yang memuaskan dan akhirnya kehilangan nyawanya. Dahlan tidak kepikiran si
"Benar!"Di hadapan ibunya, Dahlan tidak perlu menyembunyikan apa pun. Dia langsung mengangguk dengan tegas. Kekhawatirannya memang terletak pada Kresna dan Ararya.Kedua orang ini memegang kekuasaan militer. Meskipun kekuatan mereka telah dibatasi oleh Senia selama bertahun-tahun, mereka tetap tak terkalahkan hingga sekarang.Di wilayah mereka, mereka seperti raja kecil, memerintah wilayah sendiri. Hal ini jelas adalah ancaman bagi kekuasaan Senia.Dulu, Senia tidak terlalu memedulikan mereka karena dia memiliki Panji di sisinya. Panji bahkan mampu menciptakan makhluk beracun yang menakutkan. Sekalipun di medan perang, makhluk beracun tetap bisa membuat posisi mereka unggul.Namun, dengan kematian Panji, Senia kehilangan sosok yang bisa diandalkan. Inilah yang paling dikhawatirkan Dahlan.Jika mereka memutuskan untuk memulai perang dengan Wira saat ini, lalu Raja Kresna serta Raja Ararya menyerang dari belakang, itu akan menjadi krisis besar. Hasil akhirnya bisa dipastikan akan sangat
Meskipun Dahlan sangat membenci Wira dan ingin membunuhnya, dia tetap mempertimbangkan untung rugi dengan baik.Menyatakan perang terhadap Wira memang mudah. Namun setelah itu, akan ada banyak reaksi berantai yang harus dihadapi.Jika semua reaksi berantai itu tidak dipertimbangkan dengan matang, di masa depan hal ini bisa membawa masalah yang tidak perlu bagi mereka. Inilah poin paling sulit.Sudut bibir Senia agak berkedut. Dia melangkah ke depan Dahlan, mencengkeram kerah bajunya dengan erat. Jika tatapan mata bisa membunuh, Dahlan pasti sudah mati berkali-kali.Tatapan yang begitu menakutkan, seperti dua pedang tajam yang siap menusuk. Tidak ada yang berani menatapnya langsung."Ibu, kenapa?" Dalam pandangan Dahlan, Senia selalu tampak bijaksana. Jika tidak, mustahil bagi seorang wanita bisa mencapai posisi seperti ini, bahkan menjadi sosok yang berada di atas semua orang.Pencapaiannya sudah cukup untuk membuat semua wanita di dunia ini merasa bangga. Lagi pula, wanita yang menjad
Keesokan pagi, Wira dan rombongannya berangkat. Osman memimpin para pejabat untuk mengantar kepergian mereka. Terlihat jelas bahwa Osman sangat menghormati Wira.Selain itu, seluruh rakyat turut mengantar saat tahu Wira akan pergi. Harus diakui bahwa Wira sangat dicintai oleh rakyat.Bukan hanya di Provinsi Yonggu dan Provinsi Lowala, bahkan di wilayah lain pun Wira sangat dihormati. Bagaimanapun, pengorbanan Wira memang tidak kecil. Namun, semuanya membuahkan hasil yang sepadan.Saat Wira dalam perjalanan kembali ke Provinsi Yonggu, situasi di Kerajaan Agrel kurang baik.Saat ini, Senia duduk di singgasananya dengan wajah suram. "Apa kabar ini benar?"Senia baru mendapat kabar bahwa semua orang yang diutusnya ke wilayah barat tewas. Bahkan, Panji juga tidak bisa kembali lagi. Padahal, Panji adalah kartu trufnya yang terpenting.Karena ucapan Panji, Senia baru bersedia mengeluarkan 5 miliar gabak untuk berdamai dengan Wira. Jika tidak, dia lebih memilih untuk mengorbankan putranya dari
Di wilayah dua provinsi yang damai tanpa konflik ataupun perang, tentu tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan. Namun anehnya, meskipun bisa tinggal di rumah besar di luar, ada yang memilih rumah sederhana di Dusun Darmadi. Hal ini memang sulit dimengerti. Mungkin, Dusun Darmadi memberikan rasa aman bagi Ramath."Hasil terbesar yang kami capai dalam perjalanan kali ini adalah membunuh Jaran. Selain itu, Caraka yang selalu mengikuti Senia, juga tewas di tangan kami. Dengan kematian mereka berdua, kekuatan Senia jelas berkurang banyak," ucap Wira dengan puas.Ini adalah pencapaian terbesar dari perjalanan kali ini, wajar jika Wira merasa senang.Para hadirin di sekitar mengangguk setuju. Mereka juga tidak menyukai orang-orang dari Kerajaan Agrel. Ketika perang besar empat kelompok terjadi, Kerajaan Agrel adalah pihak yang menekan mereka paling keras.Meskipun sekarang situasi sudah damai, orang-orang dari Kerajaan Nuala tetap menyimpan dendam dan menjaga jarak dengan Kerajaan Agrel. Konfl
"Tuan Wira, kamu sangat senang dengan kesembuhan Lucy sampai melupakan temanmu ini. Aku ini raja lho. Aku sampai datang ke gerbang kota untuk menyambutmu. Setidaknya, kamu harus menjaga harga diriku sedikit.""Kalau terus membuatku berdiri di sini, apa yang akan dikatakan para menteriku nanti? Kelak gimana aku bisa mempertahankan wibawaku di depan mereka?"Osman berkata sambil tertawa. Jelas, itu hanya candaan tanpa maksud serius. Dia tidak mungkin benar-benar menyimpan dendam terhadap Wira.Wira tersenyum sambil menggeleng. Pemuda ini memang nakal. Para menteri yang hadir pun ikut tersenyum."Sudah, sudah, sejak kapan kamu jadi orang yang suka cemburu? Sekarang kamu seorang raja. Kamu seharusnya bicara yang bijak. Kalau nggak, kelak kamu benaran sulit mempertahankan takhtamu!" Wira ikut bercanda.Di tengah tawa dan obrolan santai, Wira dan rombongan memasuki ibu kota. Karena sebelumnya sudah mengetahui kepulangan Wira, Osman telah menyiapkan perjamuan.Ketika Wira tiba bersama rombong
Bisa dikatakan, hampir tidak ada pemimpin seperti Wira di dunia ini."Semuanya sudah beres. Raja kami mengikuti saran darimu dan mengeluarkan banyak dana untuk bantuan bencana. Sekarang keadaan sudah stabil dan rakyat sudah tenang. Kami benar-benar berterima kasih kepadamu."Sambil tersenyum, Trenggi meneruskan, "Kalau bukan karena saranmu, mungkin Kerajaan Nuala sudah jatuh dalam kekacauan sekarang ...."Ketika membahas hal ini, Trenggi tidak bisa menahan diri untuk menggeleng. Seperti yang Wira perkirakan sebelumnya, karena tidak ada bantuan bencana, banyak rakyat menderita dan masalah terus bermunculan.Ketika rakyat tidak bisa makan, mereka tentu bisa melakukan apa saja. Untungnya, bantuan segera diberikan sehingga masalah teratasi dan tidak terjadi kekacauan yang lebih besar.Namun, pada awalnya Osman tidak berniat menggunakan kas kerajaan untuk menghemat uang. Meskipun ingin membantu rakyat, dia tidak berani mengambil risiko itu demi melindungi dirinya sendiri.Bagaimanapun, jika