"Hahaha! Wira nggak datang, kalian nggak mungkin bisa menghalangi kami!" ejek Tanuwi.Hasan tidak bertele-tele, melainkan langsung berkata, "Raja Tanuwi, biar kuperlihatkan suatu senjata. Setelah melihatnya, kamu akan tahu kalian harus mundur atau nggak."Seusai berbicara, Hasan langsung mengeluarkan sebuah granat dan melemparkannya. Dalam sekejap, terdengar suara ledakan yang kuat dan muncul sebuah lubang besar!Kekuatan ini sungguh dahsyat, sampai membuat ekspresi Tanuwi berubah drastis. "Apa itu?" Tanuwi benar-benar terkejut karena tidak pernah melihat senjata seperti itu."Ini senjata yang dikembangkan oleh Tuan Wira. Raja Tanuwi, apakah kalian masih ingin maju?" tanya Hasan.Begitu mendengarnya, ekspresi Tanuwi menjadi agak masam. Meskipun begitu, dia sama sekali tidak takut. Dia membalas, "Huh! Aku punya 100.000 pasukan, memangnya kalian bisa punya berapa banyak senjata aneh ini? Garda depan, serang mereka!"Begitu perintah ini diturunkan, 20.000 tentara langsung menyerbu ke arah
Saat ini, Harnold juga membawa 80.000 pasukannya. Sebelum tiba di Provinsi Suntra, dia melihat Mandra dan 10.000 pasukannya telah menunggu di sana.Begitu melihat Mandra, ekspresi Harnold sontak berubah. Dia menatap Mandra dengan dingin sambil menegur dengan tegas, "Mandra, berani sekali kamu menghalangi jalan kami!"Harnold memicingkan matanya mengamati orang-orang di belakang Mandra. Seketika, terlihat ejekan pada ekspresinya. Dia meneruskan, "Mandra, kamu kira dirimu ini dewa perang? Kamu hanya punya 10.000 pasukan, tapi berani mencari masalah dengan kami?"Bagaimanapun, pasukan di belakang Harnold berjumlahkan 80.000 tentara. Pasukan Mandra ini jelas bisa dibunuh dengan mudah. Jika Mandra bersikeras melawan, mereka hanya akan mati.Ketika melihat Harnold yang begitu sombong, Mandra terkekeh-kekeh dan mengejek, "Harnold, kamu kira aku nggak membuat persiapan sebelum datang?""Persiapan apa?" tanya Harnold yang tersenyum sinis dan menatap Mandra. Kemudian, dia bertanya, "Jangan-janga
"Sehebat itu?" Riska juga merasa sangat terkejut hingga membelalakkan matanya dan ekspresinya terlihat tidak percaya."Aku khawatir ada senjata rahasia seperti itu juga di tangan Mandra."Riska berkata dengan ragu, "Tidak mungkin! Apa senjata rahasia ini boleh sembarangan diberikan kepada orang lain? Apa Wira nggak bisa menggunakannya untuk membela dirinya?""Aku nggak berani bilang ...."Pada saat itu, Mandra melihat ke arah Harnold sambil tersenyum dan berkata, "Dengarkan nasihatku, lebih baik segera pulang saja. Kalau nggak, kalian akan dalam masalah."Melihat kejadian itu, ekspresi Harnold langsung menjadi muram. Dia mengernyitkan alisnya dan berusaha menahan ketakutan di hatinya, lalu mendengus dan berkata, "Benarkah? Sepertinya kamu punya senjata lain. Kalau nggak, kamu nggak akan begitu sombong.""Hahaha. Benar! Karena kalian nggak mau mendengarkan nasihatku, akan kutunjukkan pada kalian senjataku."Mandra memandang Harnold di depannya dengan tatapan yang dingin. Kemudian, dia p
"Baik!" Wakil jenderal segera berlari mengejar di belakang Taufik. Ekspresinya terlihat sangat serius dan muram, seolah-olah bersiap mengikuti Taufik untuk segera menghancurkan kelompok Mandra.Taufik menunggangi kuda dan tiba di medan perang sambil berteriak. Setelah melihat Taufik datang, ekspresi Harnold tiba-tiba tertegun, lalu berteriak dengan sangat bersemangat, "Raja sudah datang. Raja mau memimpin perang sendiri!"Mendengar perkataan itu, ekspresi para prajurit di sekitar terlihat sangat gembira. Mereka bersorak dengan antusias, seolah-olah medan perang itu akan menjadi milik mereka selama ada Taufik di sana.Saat Taufik berjalan perlahan-lahan ke depan kerumunan, Harnold yang berada di samping merasa sangat bersemangat. Dia segera membungkuk dan memberi hormat kepada Taufik, lalu berkata dengan serius, "Hormat kepada Raja!"Saat semua orang melihat Taufik muncul di sana, mereka langsung merasa sangat emosi. Ekspresi mereka terlihat sangat antusias dan bersorak dengan sangat se
Begitu menerima perintah, 20 ribu orang segera mengangkat tinggi bendera di tangan mereka. Ekspresi mereka terlihat sangat ganas dan terus berteriak ingin membunuh Mandra.Melihat kejadian itu, Mandra juga hanya tersenyum tipis. "Apa Taufik benar-benar mengira dia punya kesempatan untuk menang? Sepertinya kalau nggak memberi mereka pelajaran yang keras, mereka nggak akan bisa menerima kenyataan mereka akan kalah."Mandra menggenggam erat granat di tangannya. Banyak prajurit di belakangnya merasa gelisah. Namun saat melihat jenderal mereka ini tidak gentar sedikit pun, mereka juga tidak berani mundur. Mereka tetap berdiri dengan teguh di belakangnya untuk menjaga tempat itu.Saat 20 ribu pasukan musuh terus mendekat, Mandra tiba-tiba melambaikan tangannya di saat yang sangat kritis itu, lalu berteriak dengan marah, "Kalau kalian memang mau cari mati, aku akan memenuhi keinginan kalian!"Setelah berteriak dengan marah, Mandra segera melemparkan sebuah granat dan langsung menghantam ke de
Taufik seketika terpaku. Dia sudah tahu benda ini luar biasa sebelumnya, tetapi tidak pernah melihatnya langsung. Kini setelah menyaksikan langsung kehebatannya, Taufik benar-benar tercengang.Ini adalah kesempatan yang langka, sehingga Taufik enggan untuk menyerah. Namun saat melihat senjata rahasia di tangan Mandra, dia langsung menjadi ragu. Delapan puluh ribu prajuritnya memang bisa mengalahkan 10 ribu prajurit Mandra, tetapi dampak besar ledakan itu juga sudah membunuh setengah dari prajuritnya. Pada saat itu, prajuritnya hanya tersisa 40 ribu, rencananya mungkin akan sangat sulit berhasil. Apalagi, dia harus memasuki dan membunuh orang-orang Kerajaan Nuala. Jika rencananya gagal, Taufik mungkin akan sulit untuk kembali dengan selamat.Setelah merenungkannya, ekspresi Taufik menjadi sangat muram dan berkata dengan marah, "Mandra, pulang dan katakan kepada Wira bahwa aku akan ingat hal ini. Suatu hari nanti, aku akan membuatnya menanggung akibatnya!"Setelah mengatakan itu, Taufik
Raja Tanuwi terkejut. Mata-mata musuh hanya beberapa ratus orang, tetapi mereka tidak berani bertindak gegabah. Begitu mereka ketahuan, musuh pasti akan bersiap-siap. Hal paling hebat dari mata-mata ini adalah mereka telah mengawasi seluruh wilayah sejauh 100 mil. Jika ingin mencabut mata-mata itu, sama sekali tidak mungkin dilakukan secara bersamaan. Begitu salah satu dari musuhnya memberikan peringatan, usaha mereka akan sia-sia."Sialan! Wira, orangmu nggak di sini, tapi kamu benar-benar luar biasa!" kata Raja Tanuwi secara langsung dengan ekspresi dipenuhi kemarahan.Pada saat itu, Keluarga Juwanto sudah mulai menyerang ibu kota, tetapi kesulitan untuk langsung menaklukkannya. Ada laporan intelijen juga yang menyatakan telah menemukan prajurit dari Keluarga Barus hingga membuat ekspresi Kumar dan Prabu juga menjadi sangat muram. Pertahanan Yudha tidak perlu dipertanyakan lagi, yang menjadi masalah adalah masih banyak prajurit Keluarga Barus yang siap menyerang. Ini bukan sebuah kab
Wira sangat paham bahwa hasil seperti ini memang tidak bisa dihindari. Terbaginya negara ini menjadi tiga bagian sudah menjadi takdir. Bagaimanapun juga, tidak ada yang berani bertindak sembarangan dengan pertarungan tiga kekuasaan ini. Yang tersisa adalah Kerajaan Nuala yang memang bukan kerajaan besar, tetapi tetap tidak boleh diremehkan karena merupakan kerajaan tua. Saat ini, situasi Kerajaan Nuala juga bisa dianggap stabil. Dia bisa merasakan situasi ini akan stabil setidaknya tiga hingga lima tahun."Kita sekarang bisa dianggap berada di wilayah Keluarga Barus ...."Wira tersenyum sejenak, tetapi dia tidak memedulikannya karena ini adalah hal yang paling diinginkannya juga. Jika Provinsi Lowala diambil Keluarga Juwanto, dia khawatir Keluarga Juwanto akan sering menyerangnya."Benar, sekarang negara ini terbagi menjadi tiga. Kak Wira, bagaimana dengan kita?" tanya Biantara pada saat itu."Tentu saja mempersiapkan diri. Kalau nggak, apa lagi yang bisa kita lakukan? Berperang dengan
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m