"Baik!" Wakil jenderal segera berlari mengejar di belakang Taufik. Ekspresinya terlihat sangat serius dan muram, seolah-olah bersiap mengikuti Taufik untuk segera menghancurkan kelompok Mandra.Taufik menunggangi kuda dan tiba di medan perang sambil berteriak. Setelah melihat Taufik datang, ekspresi Harnold tiba-tiba tertegun, lalu berteriak dengan sangat bersemangat, "Raja sudah datang. Raja mau memimpin perang sendiri!"Mendengar perkataan itu, ekspresi para prajurit di sekitar terlihat sangat gembira. Mereka bersorak dengan antusias, seolah-olah medan perang itu akan menjadi milik mereka selama ada Taufik di sana.Saat Taufik berjalan perlahan-lahan ke depan kerumunan, Harnold yang berada di samping merasa sangat bersemangat. Dia segera membungkuk dan memberi hormat kepada Taufik, lalu berkata dengan serius, "Hormat kepada Raja!"Saat semua orang melihat Taufik muncul di sana, mereka langsung merasa sangat emosi. Ekspresi mereka terlihat sangat antusias dan bersorak dengan sangat se
Begitu menerima perintah, 20 ribu orang segera mengangkat tinggi bendera di tangan mereka. Ekspresi mereka terlihat sangat ganas dan terus berteriak ingin membunuh Mandra.Melihat kejadian itu, Mandra juga hanya tersenyum tipis. "Apa Taufik benar-benar mengira dia punya kesempatan untuk menang? Sepertinya kalau nggak memberi mereka pelajaran yang keras, mereka nggak akan bisa menerima kenyataan mereka akan kalah."Mandra menggenggam erat granat di tangannya. Banyak prajurit di belakangnya merasa gelisah. Namun saat melihat jenderal mereka ini tidak gentar sedikit pun, mereka juga tidak berani mundur. Mereka tetap berdiri dengan teguh di belakangnya untuk menjaga tempat itu.Saat 20 ribu pasukan musuh terus mendekat, Mandra tiba-tiba melambaikan tangannya di saat yang sangat kritis itu, lalu berteriak dengan marah, "Kalau kalian memang mau cari mati, aku akan memenuhi keinginan kalian!"Setelah berteriak dengan marah, Mandra segera melemparkan sebuah granat dan langsung menghantam ke de
Taufik seketika terpaku. Dia sudah tahu benda ini luar biasa sebelumnya, tetapi tidak pernah melihatnya langsung. Kini setelah menyaksikan langsung kehebatannya, Taufik benar-benar tercengang.Ini adalah kesempatan yang langka, sehingga Taufik enggan untuk menyerah. Namun saat melihat senjata rahasia di tangan Mandra, dia langsung menjadi ragu. Delapan puluh ribu prajuritnya memang bisa mengalahkan 10 ribu prajurit Mandra, tetapi dampak besar ledakan itu juga sudah membunuh setengah dari prajuritnya. Pada saat itu, prajuritnya hanya tersisa 40 ribu, rencananya mungkin akan sangat sulit berhasil. Apalagi, dia harus memasuki dan membunuh orang-orang Kerajaan Nuala. Jika rencananya gagal, Taufik mungkin akan sulit untuk kembali dengan selamat.Setelah merenungkannya, ekspresi Taufik menjadi sangat muram dan berkata dengan marah, "Mandra, pulang dan katakan kepada Wira bahwa aku akan ingat hal ini. Suatu hari nanti, aku akan membuatnya menanggung akibatnya!"Setelah mengatakan itu, Taufik
Raja Tanuwi terkejut. Mata-mata musuh hanya beberapa ratus orang, tetapi mereka tidak berani bertindak gegabah. Begitu mereka ketahuan, musuh pasti akan bersiap-siap. Hal paling hebat dari mata-mata ini adalah mereka telah mengawasi seluruh wilayah sejauh 100 mil. Jika ingin mencabut mata-mata itu, sama sekali tidak mungkin dilakukan secara bersamaan. Begitu salah satu dari musuhnya memberikan peringatan, usaha mereka akan sia-sia."Sialan! Wira, orangmu nggak di sini, tapi kamu benar-benar luar biasa!" kata Raja Tanuwi secara langsung dengan ekspresi dipenuhi kemarahan.Pada saat itu, Keluarga Juwanto sudah mulai menyerang ibu kota, tetapi kesulitan untuk langsung menaklukkannya. Ada laporan intelijen juga yang menyatakan telah menemukan prajurit dari Keluarga Barus hingga membuat ekspresi Kumar dan Prabu juga menjadi sangat muram. Pertahanan Yudha tidak perlu dipertanyakan lagi, yang menjadi masalah adalah masih banyak prajurit Keluarga Barus yang siap menyerang. Ini bukan sebuah kab
Wira sangat paham bahwa hasil seperti ini memang tidak bisa dihindari. Terbaginya negara ini menjadi tiga bagian sudah menjadi takdir. Bagaimanapun juga, tidak ada yang berani bertindak sembarangan dengan pertarungan tiga kekuasaan ini. Yang tersisa adalah Kerajaan Nuala yang memang bukan kerajaan besar, tetapi tetap tidak boleh diremehkan karena merupakan kerajaan tua. Saat ini, situasi Kerajaan Nuala juga bisa dianggap stabil. Dia bisa merasakan situasi ini akan stabil setidaknya tiga hingga lima tahun."Kita sekarang bisa dianggap berada di wilayah Keluarga Barus ...."Wira tersenyum sejenak, tetapi dia tidak memedulikannya karena ini adalah hal yang paling diinginkannya juga. Jika Provinsi Lowala diambil Keluarga Juwanto, dia khawatir Keluarga Juwanto akan sering menyerangnya."Benar, sekarang negara ini terbagi menjadi tiga. Kak Wira, bagaimana dengan kita?" tanya Biantara pada saat itu."Tentu saja mempersiapkan diri. Kalau nggak, apa lagi yang bisa kita lakukan? Berperang dengan
Berita itu juga tersebar ke Kerajaan Agrel. Mendengar berita itu, ekspresi Senia juga menjadi muram. "Benar-benar nggak terduga, Kerajaan Nuala terbagi menjadi tiga. Kalau begitu, Kerajaan Agrel menjadi kerajaan terbesar di dunia ...."Senia menghela napas, tetapi ini juga hanya dilihat dari permukaan saja. Jika dibandingkan, wilayah mereka juga hanya sebanding dengan salah satu dari ketiga negara itu. Bagaimanapun juga, daratan dari sembilan provinsi itu sangat subur dan mereka tidak bisa menandinginya.Pada saat itu, Raja Tanuwi langsung berkata, "Ibu Suri, sekarang Kerajaan Nuala terbagi menjadi tiga, apa kita bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk menyerang? Kerajaan kita paling dekat dengan Kerajaan Beluana dari Keluarga Barus. Kalau kita bersekutu dan menyerang bersama dengan Kerajaan Ahola dari Keluarga Juwanto, kita mungkin bisa menghancurkan mereka!"Setelah mendengar perkataan itu, Senia melambaikan tangannya dan berkata sambil menggelengkan kepalanya, "Wilayah Keluarga Barus
Setelah Ciputra mengatakan itu, Sigra juga bisa mengerti. Pendirian negara Keluarga Barus memang tidak berhasil mendapat dukungan rakyat, tetapi hal ini juga tidak membawa kerugian yang terlalu besar. Bagaimanapun juga dengan berdirinya negara ini, ada beberapa hal yang juga mudah untuk diatasi.Mengenai dukungan rakyat, Sigra berpikir itu masih bisa diatasi. Rakyat hanya ingin mencari kehidupan yang lebih mudah. Bisa dibilang Kerajaan Nuala memang daerah asal mereka, tetapi kehidupan mereka di sana sangat menderita. Jika kehidupan mereka lebih baik setelah datang ke negara baru sekarang, meskipun rindu dengan kerajaan lama, mereka juga akan menyadarinya sendiri kehidupan di mana yang lebih baik. Hati manusia bisa berubah, mungkin saja hubungan erat dengan kerajaan lama itu pada akhirnya akan menjadi pudar sehingga dia tidak khawatir dengan dukungan rakyat dari ketiga provinsinya."Saat ini, tiga negara yang berdiri sedang berkembang. Situasi ini memang nggak begitu menguntungkan kita,
"Lagi pula, kemampuan Wira ini terlalu kuat. Aku rasa akan lebih baik kalau dia bergabung dengan keluarga kita. Saat ini adalah kesempatannya ...."Mendengar perkataan itu, Sigra tertegun sejenak, lalu tiba-tiba mengerti maksud Ciputra."Maksudmu ... Farrel?" kata Sigra.Setelah mendengar perkataan itu, Ciputra menganggukkan kepalanya. "Benar, Ayah. Sebenarnya ... aku berpikir seperti ini juga ada maksud tersembunyi. Lagi pula, kalau Farrel benar-benar bersama dengan Wira, tentu saja akan membantu keluarga kita. Kedua ... di seluruh dunia, hanya ada beberapa orang yang lebih kuat daripada Wira. Baik Yudha, Prabu, atau Raja Monoma, menurutku, mereka juga tidak sebanding dengan Wira. Lagi pula, Ayah juga nggak tega menikahkan Farrel ke luar wilayah Kerajaan Beluana, 'kan?"Perkataan Ciputra bukan hanya demi Keluarga Barus sepenuhnya, tetapi demi Farrel juga. Wira adalah orang yang luar biasa, Farrel pasti tidak akan berada dalam bahaya apa pun jika bersama dengannya. Bagaimanapun juga, i
Melihat Adjie yang masih bisa tersenyum, Hayam tertegun dan bertanya dengan sangat penasaran, "Kenapa kamu tertawa? Apa informasi ini keliru?"Adjie berkata, "Hehe. Aku juga nggak yakin apa informasi ini keliru, tapi yang pastinya semua akan baik-baik saja kalau kita bisa menyelesaikan masalah ini. Tapi, kita harus memastikan hal ini terlebih dahulu baru bisa menyusun rencana selanjutnya. Sekarang yang paling mendesak adalah mencari solusi untuk masalah utama kita."Hayam tertegun sejenak, lalu mengernyitkan alis dan berkata, "Sebelumnya memang sulit untuk memahami situasi ini, tapi sekarang yang paling penting adalah mencari solusi untuk menyelesaikannya."Adjie menganggukkan kepala, setuju dengan pendapat Hayam. Melihat waktunya sudah tidak banyak lagi, dia berkata, "Baiklah, hari ini waktunya sudah hampir habis. Kalau Tuan sudah tiba, pastikan untuk segera laporkan pada Tuan bahwa malam ini mereka akan langsung menyerang dari selatan dan utara. Ingat, kita harus bersiap-siap."Hayam
Ternyata orang yang datang bertemu dengan Adjie adalah Hayam yang datang ke sini bersama Wira.Setelah turun dari kuda dan membalas salam, Hayam tersenyum dan berkata, "Setelah Tuan menyuruhku bertemu denganmu di sini, aku baru tahu ternyata kamu sudah masuk ke Desa Riwut. Kamu bahkan menjadi wakil pertama di sana."Adjie tertawa dan perlahan-lahan berkata, "Hehe. Aku hanya beruntung saja. Tuan sudah tiba di sini?"Hayam menggelengkan kepala dan berkata, "Belum, tapi Tuan mengutusku datang ke sini lebih dulu. Sekarang kami hanya membawa 500 pasukan saja, sedangkan Tuan memimpin 10 ribu pasukan sedang dalam perjalanan ke sini."Mendengar perkataan itu, Adjie menganggukkan kepala. Setelah memastikan tidak ada orang di sekitarnya, dia tersenyum dan berkata, "Baiklah, semuanya tetap seperti rencana sebelumnya. Malam ini kita akan menyerang dari utara dan selatan secara bersamaan, tapi Desa Riwut hanya mengirim seribu orang. Jadi, sisanya tergantung pada kalian."Hayam langsung terkejut saa
Darsa langsung tertegun sejenak, lalu perlahan-lahan bertanya, "Apa yang sebenarnya telah terjadi? Ceritakan dengan jelas. Apa pasukan dari Kerajaan Nuala ini benar-benar begitu hebat?"Setelah menghela napas, Zaki akhirnya mulai menceritakan seluruh kejadiannya dengan detail.....Di sisi lain, Adjie sudah membawa banyak orang keluar dari Desa Riwut. Setelah tiba di sekitar Pulau Hulu, mereka segera berpencar menjadi beberapa tim."Bos, Guntur, kita tetap jalankan rencana kita sebelumnya, tapi kita baru mulai menyerang di malam hari. Kalau kita menyerang sekarang, jumlah kita yang sedikit ini bukan tandingan mereka," kata Adjie.Mendengar perkataan itu, semua orang menganggukkan kepala. Menurut mereka, jika kali ini mereka berhasil merebut Pulau Hulu, tempat ini akan menjadi milik Desa Riwut. Oleh karena itu, mereka sangat berhati-hati dalam menjalankan rencana Adjie, tidak berani bertindak sembarangan.Enji juga memberi hormat dan berkata, "Tenang saja, kali ini kita pasti akan berti
Melihat ekspresi Zaki masih terlihat bingung, Darsa tersenyum. Dia tentu saja tahu Zaki masih belum mengerti maksudnya. Dia tersenyum dan perlahan-lahan berkata, "Lihat bagian ini dulu. Kalau Wira ingin menyerang kita dari selatan, dia pasti harus melewati Desa Riwut karena hanya ada satu jalur yang bisa dilewati."Setelah tertegun sejenak, Zaki baru mengamati peta di depannya. Saat melihat jalur yang ditunjukkan Darsa, dia menganggukkan kepala dan perlahan-lahan berkata, "Sepertinya memang begitu."Pada peta itu, terlihat sebuah jalur yang langsung melewati Desa Riwut dan mengarah ke kota di selatan. Zaki menyadari pasukan dari Kerajaan Nuala juga hanya bisa melewati jalur itu, yang berarti mereka tetap harus melewati Desa Riwut untuk sampai ke sini. Jika begitu, dia bisa langsung memasang jebakan.Namun, mengingat perkataan Darsa sebelumnya, Zaki merasa sangat ragu. Setelah terdiam sejenak, dia mengernyitkan alisnya dan berkata, "Kalau mengikuti rencana Tuan Darsa, tentu nggak akan a
Zaki langsung tertegun sejenak saat mendengar Darsa juga datang karena dia sangat mengenal sosok ini yang sebelumnya.Konon, Darsa pernah bersembunyi di lembah dan memiliki kemampuan meramal yang luar biasa. Namun, setelah ditemukan Bimala, dia langsung direkrut sebagai penasihat militer.Zaki benar-benar tidak menyangka kali ini Bimala bisa mengirim Darsa yang sangat berharga ke sini, sehingga dia pun langsung bangkit dan keluar dari tenda. Namun, begitu keluar, dia melihat sekelompok orang berjalan mendekat.Di antara kerumunan itu, ada seorang pemuda yang membawa pedang panjang di pinggangnya. Namun, tubuh mungilnya terlihat tidak serasi dengan zirahnya yang besar. Begitu melihatnya, ekspresi Zaki menjadi tidak ramah karena dia adalah Joko.Selain itu, ada seorang pria paruh baya yang berdiri di samping Joko. Pria ini mengenakan pakaian sederhana dari kain kasar tanpa membawa pedang, sepatunya bahkan hanya berupa sandal jerami. Siapa pun yang melihatnya akan mengira dia adalah rakya
Melihat masalahnya sudah diselesaikan, semua orang langsung menganggukkan kepala. Beberapa saat kemudian, Adjie yang seolah-olah teringat sesuatu langsung menatap keduanya dan memberikan hormat.Enji dan Guntur tidak mengerti maksud dari tindakan Adjie, tetapi mereka tetap ikut membalas hormat itu.Setelah cukup lama, Adjie baru menatap keduanya dan berkata, "Bos, Guntur, ini adalah momen yang sangat krusial bagi Desa Riwut, jadi kita benar-benar harus mempersiapkan semuanya dengan matang. Jangan sampai hal ini malah menjadi masalah besar bagi kita. Aku harap kalian juga berjuang dengan sekuat tenaga."Enji juga memberi hormat dan berkata, "Tentu saja. Baiklah. Kalau begitu, kita pergi mempersiapkan semuanya sekarang juga dan langsung berangkat."Semua orang langsung memberi hormat dan segera keluar.....Sementara itu, Zaki yang kembali ke Pulau Hulu dengan kondisi yang sangat mengenaskan segera meminta bantuan dari suku-suku di utara. Saat ini, dia sudah kehilangan hampir 30 ribu pas
Beberapa saat kemudian, Enji berkata dengan pelan, "Adjie, apa yang kamu katakan kali ini memang benar, Tuan Wira memang sudah mengerahkan pasukannya. Sepertinya pasukan Tuan Wira memang cukup kuat dan langsung mengarah ke sini. Sekarang kita juga harus segera menyusun rencana."Mendengar perkataan ini, semua orang menganggukkan kepala.Namun, Adjie malah berkata, "Kalau Bos sudah membuat keputusan, yang paling penting sekarang adalah memastikan kita bisa menyelesaikan semua ini. Lebih baik kita segera bersiap-siap."Semua orang menganggukkan kepala.Setelah selesai mengatur semuanya, Guntur tersenyum dan berkata, "Hehe. Kak Adjie, tenang saja, aku sudah mengirim orang untuk mengurusnya. Kali ini kita hanya perlu langsung beraksi saja, sisanya juga nggak sulit untuk diatur. Sekarang kita hanya perlu menentukan kapan akan berangkat."Enji juga menganggukkan kepalanya. Sekarang semuanya sudah diatur, mereka hanya perlu membagi tugas dan menyusun jalur penyerangan. Setelah berpikir sejena
Setelah menunggu hampir sehari semalam, orang yang dikirim Enji dan Guntur untuk menyelidiki situasi di depan akhirnya kembali. Melihat orang itu kembali, mereka segera keluar untuk menemuinya dengan sangat bersemangat. Begitu bertemu, mereka langsung bertanya, "Bagaimana? Apa ada pergerakan?"Pengintai itu memberi hormat dan berkata, "Bos, memang ada pasukan yang bergerak di selatan. Dilihat dari arahnya, mereka memang menuju Pulau Hulu. Kalau begitu, mereka pasti akan melewati bagian luar Desa Riwut."Mendengar perkataan itu, semua orang merasa gembira dan menjadi sangat bersemangat.Guntur melambaikan tangan dan berkata, "Kamu pergi kumpulkan saudara-saudara dulu, mungkin ada suatu hal besar akan terjadi."Ekspresi dari pengintai yang baru kembali itu berubah, lalu menatap Guntur dan berkata, "Bos, kamu berencana untuk menyerang mereka? Mereka semua itu prajurit tangguh, kita nggak mungkin bisa melawan mereka."Guntur langsung tertawa dan marah, "Kamu pikir aku bodoh ya? Mereka semu
Setelah merenung beberapa saat, Guntur tiba-tiba berucap dengan suara rendah, "Bos, kalau kita berhasil merebut Pulau Hulu, menurutmu masih perlu mempertahankan Adjie?"Mendengar itu, Enji tertegun sejenak. Sesaat kemudian, dia mulai merenung. Sebelumnya, kepintaran Adjie benar-benar membuatnya terkejut. Jika mengikuti dugaan awalnya, Adjie seharusnya bukanlah seorang pengungsi.Jelas bahwa seorang pengungsi tidak mungkin memiliki begitu banyak pengetahuan, apalagi memiliki pengalaman militer yang begitu kaya.Setelah berpikir sejenak, Enji akhirnya berkata, "Lebih baik begini, kirim orang untuk menyelidiki latar belakang Adjie. Pergilah ke selatan. Aku khawatir ada sesuatu yang mencurigakan tentang orang ini."Mendengar itu, Guntur berpikir sesaat, lalu mengangguk sambil menyahut, "Baik. Kalau begitu, aku akan segera mengirim orang."Setelah mengatakan itu, Guntur pun keluar untuk menemui orang kepercayaannya dan memberikan instruksi dengan sungguh-sungguh. Setelah semuanya diatur, di