Berita itu juga tersebar ke Kerajaan Agrel. Mendengar berita itu, ekspresi Senia juga menjadi muram. "Benar-benar nggak terduga, Kerajaan Nuala terbagi menjadi tiga. Kalau begitu, Kerajaan Agrel menjadi kerajaan terbesar di dunia ...."Senia menghela napas, tetapi ini juga hanya dilihat dari permukaan saja. Jika dibandingkan, wilayah mereka juga hanya sebanding dengan salah satu dari ketiga negara itu. Bagaimanapun juga, daratan dari sembilan provinsi itu sangat subur dan mereka tidak bisa menandinginya.Pada saat itu, Raja Tanuwi langsung berkata, "Ibu Suri, sekarang Kerajaan Nuala terbagi menjadi tiga, apa kita bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk menyerang? Kerajaan kita paling dekat dengan Kerajaan Beluana dari Keluarga Barus. Kalau kita bersekutu dan menyerang bersama dengan Kerajaan Ahola dari Keluarga Juwanto, kita mungkin bisa menghancurkan mereka!"Setelah mendengar perkataan itu, Senia melambaikan tangannya dan berkata sambil menggelengkan kepalanya, "Wilayah Keluarga Barus
Setelah Ciputra mengatakan itu, Sigra juga bisa mengerti. Pendirian negara Keluarga Barus memang tidak berhasil mendapat dukungan rakyat, tetapi hal ini juga tidak membawa kerugian yang terlalu besar. Bagaimanapun juga dengan berdirinya negara ini, ada beberapa hal yang juga mudah untuk diatasi.Mengenai dukungan rakyat, Sigra berpikir itu masih bisa diatasi. Rakyat hanya ingin mencari kehidupan yang lebih mudah. Bisa dibilang Kerajaan Nuala memang daerah asal mereka, tetapi kehidupan mereka di sana sangat menderita. Jika kehidupan mereka lebih baik setelah datang ke negara baru sekarang, meskipun rindu dengan kerajaan lama, mereka juga akan menyadarinya sendiri kehidupan di mana yang lebih baik. Hati manusia bisa berubah, mungkin saja hubungan erat dengan kerajaan lama itu pada akhirnya akan menjadi pudar sehingga dia tidak khawatir dengan dukungan rakyat dari ketiga provinsinya."Saat ini, tiga negara yang berdiri sedang berkembang. Situasi ini memang nggak begitu menguntungkan kita,
"Lagi pula, kemampuan Wira ini terlalu kuat. Aku rasa akan lebih baik kalau dia bergabung dengan keluarga kita. Saat ini adalah kesempatannya ...."Mendengar perkataan itu, Sigra tertegun sejenak, lalu tiba-tiba mengerti maksud Ciputra."Maksudmu ... Farrel?" kata Sigra.Setelah mendengar perkataan itu, Ciputra menganggukkan kepalanya. "Benar, Ayah. Sebenarnya ... aku berpikir seperti ini juga ada maksud tersembunyi. Lagi pula, kalau Farrel benar-benar bersama dengan Wira, tentu saja akan membantu keluarga kita. Kedua ... di seluruh dunia, hanya ada beberapa orang yang lebih kuat daripada Wira. Baik Yudha, Prabu, atau Raja Monoma, menurutku, mereka juga tidak sebanding dengan Wira. Lagi pula, Ayah juga nggak tega menikahkan Farrel ke luar wilayah Kerajaan Beluana, 'kan?"Perkataan Ciputra bukan hanya demi Keluarga Barus sepenuhnya, tetapi demi Farrel juga. Wira adalah orang yang luar biasa, Farrel pasti tidak akan berada dalam bahaya apa pun jika bersama dengannya. Bagaimanapun juga, i
Muncul seulas senyuman tipis di wajah Ciputra. Dia menatap Farrel dengan serius dan bertanya, "Dik, kamu juga sudah nggak muda lagi. Sudah saatnya menikah."Mendengar ucapan kakaknya, Farrel langsung ragu-ragu. Namun, Ciputra malah memilih untuk mengabaikan ekspresinya itu. Dia hanya terus memandang Farrel dan bertanya dengan suara lirih, "Dik, kamu nggak banyak berhubungan dengan pria lain belakangan ini. Satu-satunya pria yang bisa bersanding dengan kemampuanmu hanyalah Prabu. Sayangnya, dia adalah anggota Keluarga Juwanto. Jadi, kalian nggak berjodoh."Ekspresi Farrel tampak kecut setelah mendengar hal itu. Dia menggeleng tanpa ragu-ragu. "Kak, Prabu memang hebat dan jago dalam memimpin perang. Tapi kalau kita bertarung, belum tentu aku akan kalah darinya."Farrel tampak sangat membanggakan diri. Jangankan dengan posisi Keluarga Juwanto yang menjadi musuh mereka saat ini, Farrel juga tidak pernah takut pada mereka sebelumnya. Dia tidak pernah menyukai pria seperti Prabu yang suka be
Begitu mendengarnya, jantung Farrel sontak berdetak kencang. Entah mengapa, ketika mendengar perkataan kakaknya ini, wajah Wira seketika muncul di benaknya.Aneh, apa yang sebenarnya terjadi? Jangan-jangan, dirinya menyukai Wira? Farrel yang menyadari hal ini pun merasa panik. Dia tampak tersipu dan ragu, tidak berbicara untuk waktu lama.Begitu melihat situasi ini, Ciputra tak kuasa mengejapkan matanya. Dia bertanya dengan penasaran, "Farrel, apa pendapatmu terhadap Wira?"Dalam sekejap, Farrel menjadi makin berdebar-debar karena pertanyaan yang dilontarkan kakaknya ini. Napasnya pun terasa memburu. Dia berusaha keras untuk menenangkan diri, lalu menyahut dengan lirih, "Kak, Wira sudah punya 3 istri, aku ... nggak mungkin menikah dengannya."Selesai berbicara, Farrel tiba-tiba merasa agak frustrasi. Kakaknya bahkan belum mengatakan apa pun, tetapi Farrel sudah membahas tentang pernikahan, seolah-olah sudah begitu tidak sabar ....Begitu mendengarnya, Ciputra pun memahami pemikiran adi
Ciputra sangat pintar dalam merayu orang. Dia terkekeh-kekeh, lalu berucap dengan lirih, "Farrel, kalau melewatkannya, kamu nggak akan bertemu pria hebat seperti Wira lagi. Kalau kamu memang menyukainya, manfaatkan kesempatan ini baik-baik."Ciputra menepuk punggung tangan Farrel sembari meneruskan dengan tersenyum, "Sudah saatnya kamu menikah. Masa kamu mau menunggu usiamu makin bertambah, lalu menikah dengan pria yang nggak kamu sukai?"Begitu mendengar nasihat ini, ekspresi Farrel tampak dipenuhi keraguan. Yang dikatakan kakaknya ini memang benar. Di dunia ini, hanya Wira yang pantas untuknya, tidak ada pria lain lagi.Prabu, Yudha, bahkan Taufik, semuanya tidak bisa dibandingkan dengan Wira. Farrel saja malas untuk meladeni ketiga pria ini!Namun, hal ini tidak berlaku untuk Wira. Pria ini membuka jalur perdagangan, membantu Kerajaan Nuala, juga sangat banyak akal. Meskipun bisa dikatakan licik, dia tetap memiliki hati yang baik. Inilah karakter paling berharga dalam diri Wira, yan
Beberapa hari ini, Wira memang sangat santai dan tidak perlu mengurus apa pun. Tentu saja, Dewina hanya bercanda saat mengatakan ini.Dewina tahu betapa suaminya bekerja keras sebelumnya. Ketika melihat Wira beristirahat, dia tentu berharap pria ini bisa menikmati waktu santainya. Bagaimanapun, entah berapa lama dunia ini akan damai.Wira membalas dengan jengkel, "Kenapa memangnya kalau aku gendut sedikit? Aku bisa diet kok! Tehku sudah dingin, cepat ambilkan yang baru."Wira sama sekali tidak membuka matanya saat berbicara. Ketiga wanita itu saling bertatapan, lalu sepakat tidak menghiraukannya.Wira yang sudah menunggu terlalu lama pun membuka matanya. Ketika melihat ketiga wanita itu tersenyum nakal, dia pun berkata, "Wah, kalian bersekongkol, ya? Tadi siapa yang bilang aku gendut? Dewina, 'kan? Kalau kamu nggak membawakan teh baru untukku, aku akan tidur di kamarmu malam ini. Omong-omong, siapa yang berteriak terlalu keras sampai ditertawai orang waktu itu, ya?"Begitu mendengarnya
Wira tentu senang mendengar kabar kehamilan Wulan, begitu juga kedua wanita lainnya. Namun, kini keduanya merasa agak iri.Dewina dan Dian mengejapkan mata, lalu saling bertatapan sebelum berkata dengan serempak, "Suamiku, malam ini tidur di kamarku saja."Wira termangu sejenak mendengarnya. Dia bertanya, "Hah? Bukannya kalian bilang nggak mau aku menindas kalian?"Wajah kedua wanita itu sontak memerah. Dewina menyahut, "Memang benar, tapi ... aku juga ingin melahirkan anak untukmu ...."Dian pun tampak malu-malu mendengarnya. Melihat ini, Wira seketika tersenyum. Di dunia ini, orang-orang mengira bahwa melahirkan anak untuk suami adalah ungkapan cinta terbesar untuk mereka.Sebenarnya, pemikiran ini sama sekali tidak benar. Wira memang menyukai anak kecil, tetapi ini bukan satu-satunya cara bagi wanita untuk mengungkapkan cinta mereka.Wira pun tidak ingin mereka berlomba untuk membuktikan cinta masing-masing. Bagaimanapun, wanita akan mempertaruhkan nyawa mereka saat melahirkan.Tent
Kresna telah mendengar tentang tindakan Senia sebelumnya. Senia telah berulang kali mencoba membunuh Wira secara diam-diam, tetapi setiap kali hasilnya selalu nihil. Bahkan, semua usahanya berakhir dengan kegagalan total.Senia bahkan hampir mengorbankan putranya sendiri dalam proses itu. Jika Senia sendiri tidak mampu melakukannya, bagaimana mungkin dia mengharapkan dirinya dan Ararya untuk membunuh Wira?Atau mungkin ... Senia sebenarnya berniat membunuh dirinya dan Ararya? Hanya saja, dia berencana menggunakan tangan Wira untuk melakukannya?Kresna tak kuasa merinding. Di satu sisi ada serigala, di sisi lain ada harimau. Dia merasa seperti orang yang berdiri di jembatan rapuh, tidak tahu harus melangkah ke mana dan tidak berani bergerak sembarangan.Apa pun keputusan yang diambilnya, itu bisa membawa kehancuran pada dirinya sendiri dan tidak ada jalan kembali. Menyesal pun tidak akan ada gunanya!Setelah hal ini disampaikan kepada Ararya, Ararya pasti juga akan secemas dirinya."Dar
"Pergilah," ujar Senia sambil memijat pelipisnya dengan lembut. "Aku tunggu kabar darimu."Pada sore harinya, Dahlan tiba di kediaman Kresna. Saat ini, dia sedang duduk di aula utama kediaman Kresna.Meskipun Dahlan selalu terlihat tunduk dan penuh hormat karena takut pada ibunya, di sini dia justru menunjukkan sikap yang sangat berbeda, penuh wibawa dan angkuh.Dahlan duduk di kursi utama sambil meminum teh dengan tenang, menunggu Kresna yang tak kunjung datang."Raja Kresna, kamu membuatku menunggu begitu lama. Sepertinya kamu nggak menghormatiku," sindir Dahlan.Kresna buru-buru mengangkat tangannya sebagai tanda memohon maaf. "Pangeran, kenapa bicara begitu? Aku baru saja dapat kabar tentang kedatanganmu dan langsung datang secepat mungkin. Kalau kamu tersinggung, mohon maafkan aku."Dahlan mendengus dingin, lalu meletakkan cangkir tehnya. Tatapannya langsung beralih ke orang-orang yang berada di aula.Kresna segera mengerti maksudnya dan memerintahkan semua orang untuk pergi. Tida
Menangkap pemimpin untuk menghancurkan pasukan! Ini adalah cara terbaik!Sebenarnya mereka sudah mencoba membunuh Wira beberapa kali sebelumnya, tetapi hasilnya selalu mengecewakan. Namun, kali ini berbeda.Senia telah memutuskan untuk tidak menyembunyikan niatnya lagi. Dengan demikian, dia bisa bertindak lebih bebas tanpa ragu.Ini adalah kesempatan sempurna untuk menyerang Wira secara langsung dan terbuka. Jika berhasil menyingkirkan Wira, itu akan menjadi hasil terbaik. Namun, jika tidak, paling-paling mereka akan memutuskan hubungan mereka. Hasil ini tidak akan berdampak pada apa pun.Dahlan tiba-tiba berkata, "Tapi, saat ini kita nggak punya orang yang cukup kuat untuk melakukannya. Bahkan, kita hampir kehabisan ahli di pihak kita. Setahuku, Wira membawa beberapa ahli di sisinya.""Kalau kita mengirim orang sekarang, bukankah hanya akan mengorbankan mereka tanpa hasil?"Bahkan, Panji tidak mendapatkan hasil yang memuaskan dan akhirnya kehilangan nyawanya. Dahlan tidak kepikiran si
"Benar!"Di hadapan ibunya, Dahlan tidak perlu menyembunyikan apa pun. Dia langsung mengangguk dengan tegas. Kekhawatirannya memang terletak pada Kresna dan Ararya.Kedua orang ini memegang kekuasaan militer. Meskipun kekuatan mereka telah dibatasi oleh Senia selama bertahun-tahun, mereka tetap tak terkalahkan hingga sekarang.Di wilayah mereka, mereka seperti raja kecil, memerintah wilayah sendiri. Hal ini jelas adalah ancaman bagi kekuasaan Senia.Dulu, Senia tidak terlalu memedulikan mereka karena dia memiliki Panji di sisinya. Panji bahkan mampu menciptakan makhluk beracun yang menakutkan. Sekalipun di medan perang, makhluk beracun tetap bisa membuat posisi mereka unggul.Namun, dengan kematian Panji, Senia kehilangan sosok yang bisa diandalkan. Inilah yang paling dikhawatirkan Dahlan.Jika mereka memutuskan untuk memulai perang dengan Wira saat ini, lalu Raja Kresna serta Raja Ararya menyerang dari belakang, itu akan menjadi krisis besar. Hasil akhirnya bisa dipastikan akan sangat
Meskipun Dahlan sangat membenci Wira dan ingin membunuhnya, dia tetap mempertimbangkan untung rugi dengan baik.Menyatakan perang terhadap Wira memang mudah. Namun setelah itu, akan ada banyak reaksi berantai yang harus dihadapi.Jika semua reaksi berantai itu tidak dipertimbangkan dengan matang, di masa depan hal ini bisa membawa masalah yang tidak perlu bagi mereka. Inilah poin paling sulit.Sudut bibir Senia agak berkedut. Dia melangkah ke depan Dahlan, mencengkeram kerah bajunya dengan erat. Jika tatapan mata bisa membunuh, Dahlan pasti sudah mati berkali-kali.Tatapan yang begitu menakutkan, seperti dua pedang tajam yang siap menusuk. Tidak ada yang berani menatapnya langsung."Ibu, kenapa?" Dalam pandangan Dahlan, Senia selalu tampak bijaksana. Jika tidak, mustahil bagi seorang wanita bisa mencapai posisi seperti ini, bahkan menjadi sosok yang berada di atas semua orang.Pencapaiannya sudah cukup untuk membuat semua wanita di dunia ini merasa bangga. Lagi pula, wanita yang menjad
Keesokan pagi, Wira dan rombongannya berangkat. Osman memimpin para pejabat untuk mengantar kepergian mereka. Terlihat jelas bahwa Osman sangat menghormati Wira.Selain itu, seluruh rakyat turut mengantar saat tahu Wira akan pergi. Harus diakui bahwa Wira sangat dicintai oleh rakyat.Bukan hanya di Provinsi Yonggu dan Provinsi Lowala, bahkan di wilayah lain pun Wira sangat dihormati. Bagaimanapun, pengorbanan Wira memang tidak kecil. Namun, semuanya membuahkan hasil yang sepadan.Saat Wira dalam perjalanan kembali ke Provinsi Yonggu, situasi di Kerajaan Agrel kurang baik.Saat ini, Senia duduk di singgasananya dengan wajah suram. "Apa kabar ini benar?"Senia baru mendapat kabar bahwa semua orang yang diutusnya ke wilayah barat tewas. Bahkan, Panji juga tidak bisa kembali lagi. Padahal, Panji adalah kartu trufnya yang terpenting.Karena ucapan Panji, Senia baru bersedia mengeluarkan 5 miliar gabak untuk berdamai dengan Wira. Jika tidak, dia lebih memilih untuk mengorbankan putranya dari
Di wilayah dua provinsi yang damai tanpa konflik ataupun perang, tentu tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan. Namun anehnya, meskipun bisa tinggal di rumah besar di luar, ada yang memilih rumah sederhana di Dusun Darmadi. Hal ini memang sulit dimengerti. Mungkin, Dusun Darmadi memberikan rasa aman bagi Ramath."Hasil terbesar yang kami capai dalam perjalanan kali ini adalah membunuh Jaran. Selain itu, Caraka yang selalu mengikuti Senia, juga tewas di tangan kami. Dengan kematian mereka berdua, kekuatan Senia jelas berkurang banyak," ucap Wira dengan puas.Ini adalah pencapaian terbesar dari perjalanan kali ini, wajar jika Wira merasa senang.Para hadirin di sekitar mengangguk setuju. Mereka juga tidak menyukai orang-orang dari Kerajaan Agrel. Ketika perang besar empat kelompok terjadi, Kerajaan Agrel adalah pihak yang menekan mereka paling keras.Meskipun sekarang situasi sudah damai, orang-orang dari Kerajaan Nuala tetap menyimpan dendam dan menjaga jarak dengan Kerajaan Agrel. Konfl
"Tuan Wira, kamu sangat senang dengan kesembuhan Lucy sampai melupakan temanmu ini. Aku ini raja lho. Aku sampai datang ke gerbang kota untuk menyambutmu. Setidaknya, kamu harus menjaga harga diriku sedikit.""Kalau terus membuatku berdiri di sini, apa yang akan dikatakan para menteriku nanti? Kelak gimana aku bisa mempertahankan wibawaku di depan mereka?"Osman berkata sambil tertawa. Jelas, itu hanya candaan tanpa maksud serius. Dia tidak mungkin benar-benar menyimpan dendam terhadap Wira.Wira tersenyum sambil menggeleng. Pemuda ini memang nakal. Para menteri yang hadir pun ikut tersenyum."Sudah, sudah, sejak kapan kamu jadi orang yang suka cemburu? Sekarang kamu seorang raja. Kamu seharusnya bicara yang bijak. Kalau nggak, kelak kamu benaran sulit mempertahankan takhtamu!" Wira ikut bercanda.Di tengah tawa dan obrolan santai, Wira dan rombongan memasuki ibu kota. Karena sebelumnya sudah mengetahui kepulangan Wira, Osman telah menyiapkan perjamuan.Ketika Wira tiba bersama rombong
Bisa dikatakan, hampir tidak ada pemimpin seperti Wira di dunia ini."Semuanya sudah beres. Raja kami mengikuti saran darimu dan mengeluarkan banyak dana untuk bantuan bencana. Sekarang keadaan sudah stabil dan rakyat sudah tenang. Kami benar-benar berterima kasih kepadamu."Sambil tersenyum, Trenggi meneruskan, "Kalau bukan karena saranmu, mungkin Kerajaan Nuala sudah jatuh dalam kekacauan sekarang ...."Ketika membahas hal ini, Trenggi tidak bisa menahan diri untuk menggeleng. Seperti yang Wira perkirakan sebelumnya, karena tidak ada bantuan bencana, banyak rakyat menderita dan masalah terus bermunculan.Ketika rakyat tidak bisa makan, mereka tentu bisa melakukan apa saja. Untungnya, bantuan segera diberikan sehingga masalah teratasi dan tidak terjadi kekacauan yang lebih besar.Namun, pada awalnya Osman tidak berniat menggunakan kas kerajaan untuk menghemat uang. Meskipun ingin membantu rakyat, dia tidak berani mengambil risiko itu demi melindungi dirinya sendiri.Bagaimanapun, jika