Sungguh tak terelakkan! Begitu melihatnya dilemparkan, senjata rahasia itu akan meledak begitu saja! Sudah terlambat untuk menghindar!"Apa?" Kumar terperangah di tempatnya. Jika bukan Prabu yang memberitahunya secara langsung, mungkin dia sudah memaki seluruh dunia. Konyol sekali! Akan tetapi, putranya tidak terlihat seperti sedang berbohong."Senjata rahasia itu setidaknya bisa meledakkan belasan orang, apalagi total pasukan mereka ratusan orang. Semuanya punya senjata rahasia itu! Ayah, Wira terlalu hebat. Aku sudah utus Berma untuk membunuhnya!" jelas Prabu.Setelah mendengar ini, ekspresi Kumar menjadi makin masam, tetapi dia tetap mengangguk sambil menyahut, "Bagus. Kalau Wira nggak segera dibunuh, dia akan menjadi musuh terbesar kita."Ekspresi Kumar tampak agak kejam saat mengatakan itu. Ratusan pasukan Wira berhasil membunuh 30.000 tentara mereka. Situasi macam apa ini? Benar-benar sulit dibayangkan!Jika membiarkan situasi ini terus berlanjut, siapa lagi yang pantas menjadi l
Selesai berbicara, tebersit kekhawatiran pada sorot mata Yudha, begitu juga dengan Jihan."Bagaimana ini? Kita nggak punya begitu banyak pasukan lagi. Kalau mereka datang, bagaimana kita bisa bertahan?" tanya Jihan dengan panik.Yudha menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, "Kita masih punya puluhan ribu tentara, jadi seharusnya masih bisa melindungi ibu kota. Yang Mulia, Anda harus menyuruh Keluarga Barus cepat datang untuk membantu. Kalau tidak, Kerajaan Nuala akan dalam krisis besar!"Untuk sekarang, mereka hanya bisa melindungi ibu kota dan menunggu kedatangan Keluarga Barus. Selain itu, tidak ada lagi cara lain yang tepat.Namun, Jihan bukan wanita bodoh. Dia terpikir akan sesuatu sehingga menatap Yudha dan berkata, "Tapi, bagaimana kalau Keluarga Barus nggak datang atau mereka terlambat?"Yudha mengembuskan napasnya. Dia tentu mengerti maksud Jihan. Jika Keluarga Barus tidak datang, mereka bisa saja menjadi pemenang terakhir setelah pihak istana dan Keluarga Juwanto sama-sama
Dengan cara ini, Keluarga Barus yang akan menjadi penguasa! Metode ini pun jauh lebih mudah daripada yang satu lagi! Mereka tinggal mengambil keuntungan dari tengah-tengah kekacauan!"Ayah, dinilai dari sudut pandang Keluarga Barus, aku tentu lebih memilih kita beraksi setelah perang dimulai. Tapi, aku harap bisa membantu Bibi. Dengan begini, Bibi baru bisa selamat," timpal Farrel dengan ragu-ragu. Bagaimanapun, Jihan adalah bibinya.Sigra tentu juga memiliki keraguan ini. Dia berucap, "Farrel, ini bukan masalah sepele. Aku nggak bisa membuat keputusan. Sebaiknya kita pergi ke aula leluhur dan minta mereka yang memutuskan. Apa pun keputusan leluhur, kita harus menurutinya. Setuju?"Sigra juga kebingungan. Seperti yang dikatakan Farrel, Keluarga Barus tentu akan diuntungkan kalau mengambil tindakan setelah kekacauan terjadi. Namun, dia tidak berharap sesuatu terjadi pada Jihan. Begitu Keluarga Juwanto melancarkan serangan, adiknya pasti akan berada dalam bahaya. Tidak ada yang bisa mema
Ekspresi Sigra dan Farrel agak berubah saat melihat batang bambu yang terjatuh. Akan tetapi, ini adalah keputusan para leluhur."Farrel, kalau begitu, sebaiknya kita segera membuat persiapan." Sesudah berbicara, Sigra langsung berbalik dan keluar.....Saat ini, Kumar memimpin 60.000 pasukan ke ibu kota. Kali ini, dia harus berhasil merebut Kerajaan Nuala.Kumar dan Prabu yang berdiri di barisan terdepan tampak dipenuhi tekad. Tiba-tiba, Prabu bertanya, "Ayah, Keluarga Juwanto akan menyerang istana sekarang. Apakah Keluarga Barus akan mengambil kesempatan dari serangan ini?"Kumar terkekeh-kekeh mendengarnya. Keluarga Barus tentu akan menganggap kejadian ini sebagai kesempatan. Bukan hanya Keluarga Barus, semua orang akan berpikir demikian!"Tentu saja, siapa pun pasti akan mengambil kesempatan. Tapi, kita hanya perlu menahan orang-orang itu beberapa hari," jawab Kumar seraya tersenyum.Prabu pun mengangguk. Keduanya membawa pasukan ke pinggiran ibu kota dan mendirikan markas di sana.
Yudha mendengus dingin. Melihat ini, Prabu pun terkekeh-kekeh dan bertanya, "Bertarung sampai tetes darah terakhir? Kamu pikir ada gunanya? Yudha, Kerajaan Nuala telah ditakdirkan untuk hancur. Tapi, Keluarga Juwanto bisa memberimu masa depan cemerlang!"Mana mungkin Yudha berkhianat? Selama beberapa generasi ini, keluarganya selalu setia terhadap istana! Tidak peduli apa yang terjadi, hari ini dia akan berjuang untuk Kerajaan Nuala!"Prabu, kalian memang punya kemampuan untuk menaklukkan Kerajaan Nuala. Tapi, apa kalian nggak takut pada Keluarga Barus? Mereka sudah membuat rencana selama bertahun-tahun, nggak mungkin membiarkan kalian menang begitu saja. Begitu perang dimulai, mereka pasti datang. Masa kalian ingin perjuangan kalian sia-sia?" jelas Yudha.Prabu dan Kumar sama sekali tidak peduli dengan hal ini. Mereka tentu sudah memikirkannya sejak awal!"Yudha, pemikiranmu ini memang benar. Tapi, bagaimana kamu tahu Keluarga Juwanto nggak punya persiapan apa-apa?" Kumar menambahkan,
Wira menatap mereka semua. Dia tentu tahu apa pemikiran orang-orang ini. Begitu mereka turun tangan, mereka pasti akan menjadi pemenang terakhir! Sayangnya, pertempuran ini tidak sesederhana yang orang-orang pikirkan."Sekarang Keluarga Barus, Keluarga Juwanto, dan istana akan segera memulai pertempuran. Hasilnya nggak akan terlihat secepat itu," jelas Wira.Mereka semula tertegun mendengarnya. Namun, setelah dipikir-pikir, kenyataannya memang seperti itu. Tidak semudah itu untuk menentukan pemenangnya."Keluarga Juwanto dan Keluarga Barus telah membuat rencana selama bertahun-tahun ini. Kekuatan yang mereka tunjukkan saja belum tentu sepenuhnya. Begitu perang dimulai, yang terlibat pasti akan makin banyak. Kalau kita ikut campur, takutnya akan muncul masalah.""Selain itu, kalian jangan lupa. Bukan hanya ada Kerajaan Nuala di dunia ini, tapi masih ada Kerajaan Agrel dan Kerajaan Monoma! Mereka pasti mendapatkan kabar tentang pertempuran ini juga! Ketika saatnya tiba, pasti mereka yang
Sebenarnya, pasukan Kerajaan Nuala lebih banyak jika dijumlahkan. Hanya saja, tidak ada gunanya karena sedang terjadi perselisihan internal. Hanya Wira yang terpikir akan poin ini.Kini, Wira mendapatkan banyak informasi. Biantara membacakan surat yang mereka terima, "Keluarga Juwanto sudah mulai menyerang ibu kota. Yudha dan 30.000 tentaranya melawan mati-matian. Banyak pergerakan Keluarga Juwanto yang telah dicegat, tapi masih banyak yang memberontak. Seharusnya mereka nggak akan berhasil karena pertahanan ibu kota sangat kuat."Dalam situasi seperti ini, jaringan mata-mata Biantara sangat berguna. Kemudian, Biantara berucap, "Kak Wira, Mandra membawa 10.000 pasukan untuk mengadang pasukan Kerajaan Monoma. Paman Hasan dan Doddy juga membawa 20.000 pasukan untuk mengadang pasukan Kerajaan Agrel. Mereka semua membawa senjata canggih, seharusnya bisa menahan musuh cukup lama."Wira mengangguk dan membalas, "Ya, meskipun pasukan kita nggak begitu banyak, seharusnya sudah cukup."Wira men
Keluarga Barus dan Keluarga Juwanto sama-sama memiliki kepercayaan diri untuk menaklukkan Kerajaan Nuala. Ini adalah rencana mereka selama beberapa generasi sehingga bisa dibilang sangat menakutkan.Dalam sebuah keluarga besar yang sudah bertahan selama bertahun-tahun dan terus berkembang pesat, orang yang memegang peran penting jelas adalah pemimpin dan keturunan genius mereka.Baik Keluarga Barus ataupun Keluarga Juwanto, setiap pemimpin mereka sangat hebat. Setidaknya, mereka adalah genius berbakat di masa ini.Mereka terus membuat rencana hingga akhirnya tiba kesempatan ini. Setan sekalipun tidak akan percaya jika mengatakan mereka bukan orang cerdas.Itu sebabnya, pertarungan ini akan berlangsung dengan sengit, tetapi akan berakhir dengan cepat. Mereka semua adalah genius yang bisa berpikir dengan jernih sehingga tahu kapan harus menyerah.Menurut spekulasi Wira, akan sulit untuk menentukan pemenangnya kali ini. Namun, bisa dipastikan bahwa dunia akan terbagi menjadi 3 bagian. Yan
Zaki langsung tertegun sejenak saat mendengar Darsa juga datang karena dia sangat mengenal sosok ini yang sebelumnya.Konon, Darsa pernah bersembunyi di lembah dan memiliki kemampuan meramal yang luar biasa. Namun, setelah ditemukan Bimala, dia langsung direkrut sebagai penasihat militer.Zaki benar-benar tidak menyangka kali ini Bimala bisa mengirim Darsa yang sangat berharga ke sini, sehingga dia pun langsung bangkit dan keluar dari tenda. Namun, begitu keluar, dia melihat sekelompok orang berjalan mendekat.Di antara kerumunan itu, ada seorang pemuda yang membawa pedang panjang di pinggangnya. Namun, tubuh mungilnya terlihat tidak serasi dengan zirahnya yang besar. Begitu melihatnya, ekspresi Zaki menjadi tidak ramah karena dia adalah Joko.Selain itu, ada seorang pria paruh baya yang berdiri di samping Joko. Pria ini mengenakan pakaian sederhana dari kain kasar tanpa membawa pedang, sepatunya bahkan hanya berupa sandal jerami. Siapa pun yang melihatnya akan mengira dia adalah rakya
Melihat masalahnya sudah diselesaikan, semua orang langsung menganggukkan kepala. Beberapa saat kemudian, Adjie yang seolah-olah teringat sesuatu langsung menatap keduanya dan memberikan hormat.Enji dan Guntur tidak mengerti maksud dari tindakan Adjie, tetapi mereka tetap ikut membalas hormat itu.Setelah cukup lama, Adjie baru menatap keduanya dan berkata, "Bos, Guntur, ini adalah momen yang sangat krusial bagi Desa Riwut, jadi kita benar-benar harus mempersiapkan semuanya dengan matang. Jangan sampai hal ini malah menjadi masalah besar bagi kita. Aku harap kalian juga berjuang dengan sekuat tenaga."Enji juga memberi hormat dan berkata, "Tentu saja. Baiklah. Kalau begitu, kita pergi mempersiapkan semuanya sekarang juga dan langsung berangkat."Semua orang langsung memberi hormat dan segera keluar.....Sementara itu, Zaki yang kembali ke Pulau Hulu dengan kondisi yang sangat mengenaskan segera meminta bantuan dari suku-suku di utara. Saat ini, dia sudah kehilangan hampir 30 ribu pas
Beberapa saat kemudian, Enji berkata dengan pelan, "Adjie, apa yang kamu katakan kali ini memang benar, Tuan Wira memang sudah mengerahkan pasukannya. Sepertinya pasukan Tuan Wira memang cukup kuat dan langsung mengarah ke sini. Sekarang kita juga harus segera menyusun rencana."Mendengar perkataan ini, semua orang menganggukkan kepala.Namun, Adjie malah berkata, "Kalau Bos sudah membuat keputusan, yang paling penting sekarang adalah memastikan kita bisa menyelesaikan semua ini. Lebih baik kita segera bersiap-siap."Semua orang menganggukkan kepala.Setelah selesai mengatur semuanya, Guntur tersenyum dan berkata, "Hehe. Kak Adjie, tenang saja, aku sudah mengirim orang untuk mengurusnya. Kali ini kita hanya perlu langsung beraksi saja, sisanya juga nggak sulit untuk diatur. Sekarang kita hanya perlu menentukan kapan akan berangkat."Enji juga menganggukkan kepalanya. Sekarang semuanya sudah diatur, mereka hanya perlu membagi tugas dan menyusun jalur penyerangan. Setelah berpikir sejena
Setelah menunggu hampir sehari semalam, orang yang dikirim Enji dan Guntur untuk menyelidiki situasi di depan akhirnya kembali. Melihat orang itu kembali, mereka segera keluar untuk menemuinya dengan sangat bersemangat. Begitu bertemu, mereka langsung bertanya, "Bagaimana? Apa ada pergerakan?"Pengintai itu memberi hormat dan berkata, "Bos, memang ada pasukan yang bergerak di selatan. Dilihat dari arahnya, mereka memang menuju Pulau Hulu. Kalau begitu, mereka pasti akan melewati bagian luar Desa Riwut."Mendengar perkataan itu, semua orang merasa gembira dan menjadi sangat bersemangat.Guntur melambaikan tangan dan berkata, "Kamu pergi kumpulkan saudara-saudara dulu, mungkin ada suatu hal besar akan terjadi."Ekspresi dari pengintai yang baru kembali itu berubah, lalu menatap Guntur dan berkata, "Bos, kamu berencana untuk menyerang mereka? Mereka semua itu prajurit tangguh, kita nggak mungkin bisa melawan mereka."Guntur langsung tertawa dan marah, "Kamu pikir aku bodoh ya? Mereka semu
Setelah merenung beberapa saat, Guntur tiba-tiba berucap dengan suara rendah, "Bos, kalau kita berhasil merebut Pulau Hulu, menurutmu masih perlu mempertahankan Adjie?"Mendengar itu, Enji tertegun sejenak. Sesaat kemudian, dia mulai merenung. Sebelumnya, kepintaran Adjie benar-benar membuatnya terkejut. Jika mengikuti dugaan awalnya, Adjie seharusnya bukanlah seorang pengungsi.Jelas bahwa seorang pengungsi tidak mungkin memiliki begitu banyak pengetahuan, apalagi memiliki pengalaman militer yang begitu kaya.Setelah berpikir sejenak, Enji akhirnya berkata, "Lebih baik begini, kirim orang untuk menyelidiki latar belakang Adjie. Pergilah ke selatan. Aku khawatir ada sesuatu yang mencurigakan tentang orang ini."Mendengar itu, Guntur berpikir sesaat, lalu mengangguk sambil menyahut, "Baik. Kalau begitu, aku akan segera mengirim orang."Setelah mengatakan itu, Guntur pun keluar untuk menemui orang kepercayaannya dan memberikan instruksi dengan sungguh-sungguh. Setelah semuanya diatur, di
Setelah beberapa saat melihat Adjie tetap diam, Guntur menjadi tidak sabar dan berkata dengan cemas, "Aduh, Kak Adjie, di saat seperti ini jangan jual mahal lagi dong."Mendengar itu, Adjie hanya bisa tersenyum pasrah. Setelah beberapa saat, dia akhirnya berucap dengan pelan, "Saat aku berada di selatan, aku menemukan sebuah pola. Setiap kali pasukan mulai bergerak, pasti akan terjadi peperangan. Awalnya ini hanya dugaanku, tapi setelah mendengar apa yang dikatakan Bos, aku semakin yakin."Guntur tampak terkejut sejenak, lalu mengacungkan jempolnya dan berkata, "Wah, aku benaran nggak nyangka. Kalau begitu, rencana ini bisa dijalankan. Tapi, sekarang kita harus memastikan satu hal. Bagaimana kalau dua hari ke depan Tuan Wira nggak mengerahkan pasukannya?"Enji juga mengangguk pelan. Dalam situasi ini, dia benar-benar penasaran. Lagi pula, jumlah orang di markas mereka sudah tidak banyak lagi. Ditambah dengan informasi yang mereka miliki juga terbatas, hal ini membuat Enji tidak bisa ya
Enji yang sebelumnya begitu bersemangat tiba-tiba terdiam saat mendengar pertanyaan itu. Hal itu belum sempat terpikirkan olehnya.Di sisi lain, Guntur yang sudah siap akan semuanya pun maju dan bertanya, "Kak Adjie, maksudmu apa? Apa kamu sudah punya rencana? Kalau begitu, lebih baik kamu jelaskan dulu."Enji mengangguk sambil berkata, "Benar juga, Adjie. Apa kamu sudah punya rencana? Kalau sudah, katakan saja, biar kami tahu harus gimana."Adjie melihat keduanya menatapnya. Dia mengangguk dan berkata, "Rencanaku cukup sederhana. Kita akan menyerang dalam 2 hari.""Oh?" Enji dan Guntur bertatapan, tampak ragu. Mereka tidak mengerti kenapa harus menunggu 2 hari. Setelah berpikir beberapa saat, akhirnya mereka bertanya, "Kenapa harus 2 hari?"Guntur menatap Adjie dengan heran. Mereka hanya mendapatkan kabar bahwa Wira akan segera bergerak melawan pasukan utara, tetapi kapan tepatnya, mereka sama sekali tidak tahu. Hal ini membuat mereka semakin ingin tahu alasan Adjie.Setelah hening se
Adjie pun mengangguk pelan dan duduk dengan tenang. Tak lama kemudian, Guntur menuangkan secangkir arak dan meletakkannya di hadapannya.Melihat sikap mereka yang begitu sopan, Adjie terkekeh-kekeh dan berkata, "Kalau ada yang perlu dibicarakan, langsung saja ke intinya. Nggak perlu sungkan-sungkan."Enji tertawa ringan sebelum akhirnya bertanya, "Hehe. Saudaraku, ini masih soal yang tadi. Kalau kita benar-benar menyerang Pulau Hulu, seberapa besar peluang keberhasilan kita?""Itu tergantung pada jumlah pasukan yang kita bawa. Pulau Hulu memang cukup mudah untuk direbut. Tempat itu memiliki akses dari tiga sisi. Kalau melakukan serangan mendadak, kita bisa menembusnya dengan mudah."Adjie menjawab dengan tenang. Karena Wira akan menjadi pihak ketiga yang diuntungkan, dia harus memastikan agar seluruh pasukan di Desa Riwut bergerak ke sana.Enji dan Guntur saling bertukar pandangan, tampak sedikit ragu. Setelah berpikir sejenak, Guntur membulatkan tekadnya dan berujar, "Kak, kalau nggak
Mendengar pertanyaan itu, Guntur segera menjawab, "Kami sudah mendapatkan cukup banyak informasi. Bisa dipastikan Tuan Wira memang berada di selatan dan berencana menyerang Pulau Hulu dalam waktu dekat."Enji tampak senang mendengar kabar itu. Tiba-tiba, terdengar suara riuh dari luar. Dia tahu bahwa semua bawahannya telah kembali. Hal ini membuatnya semakin bersemangat, jadi dia kembali bertanya untuk memastikan.Salah satu orang yang terakhir masuk langsung berkata, "Bos, informasinya memang benar. Ketika ke sana, aku melihat mereka sedang berlatih. Sepertinya mereka adalah orang-orang dari Kerajaan Nuala. Aku rasa ini pasti ada hubungannya juga dengan mereka."Enji semakin bersemangat setelah mendengar ini. Dia berujar, "Sebelumnya aku nggak nyangka akan seperti ini, tapi sepertinya kenyataannya memang begitu. Kalau ini benar, berarti bukan hanya Tuan Wira yang ingin menyerang Pulau Hulu, tapi Kerajaan Nuala juga mendukung. Ini pasti bukan kabar burung lagi."Menurut Enji, jika situ