Usai pertunjukkan kembang api, pelayan datang dengan botol red wine dan bordeaux glass. Bordeaux glass itu ditaruhnya di meja, lalu dikucuri dengan red wine hingga setengah dari gelas itu terisi."Selamat menikmati minumannya~!" kata pelayan yang menyajikan.Endrick menoleh ke arah pelayan tersebut sembari tersenyum tipis. "Terima kasih." Ia mengambil gelas red wine miliknya dan kemudian menjulurkannya ke hadapan Zsalsya. "Kita bersulang dulu!" Zsalsya mengambil gelas miliknya dan kemudian menjulurkan gelas itu hingga beradu dengan gelas yang ada di tangan Endrick."Bersulang!" kata Zsalsya. Lalu, Endrick pun menyesap minuman itu. Begitu juga dengan Zsalsya yang menyesapnya sedikit saja. "Ini adalah anggur merah asli yang disaring, dipisahkan antara air dan ampasnya," tutur Endrick memberitahu.Lalu, gelas itu ditaruh kembali di atas meja. Endrick melihat ke jam tangannya dan tak terasa kini sudah menunjukkan pukul 21.34 malam hari. Segera saja Endrick beranjak dari duduknya dan
"Dari teras tadi. Kenapa, Ma? Mama juga belum tidur?" "Iya, nih, nungguin Papa."Mariana mendekat. Dirinya terdiam sejenak, seperti ada yang mau dibicarakan, hanya saja ia memilih untuk diam sejenak."Pa," ujar Mariana lagi.Ketika itu, Firman sudah bergegas tidur. Tetapi, karena istrinya yang menyeru dan seperti ada sesuatu hal yang mau dibicarakan. Ia pun mengurungkan niatnya tersebut."Kenapa, Ma? Mama mau bicarakan soal apa? Sepertinya penting sekali," tanya Firman dengan santainya.Mariana memegang lengan Firman. Ia menyandarkan kepalanya ke pundak Firman. "Pa, kalau besok kita janjian bertemu dengan besan kita, bagaimana?" tanyanya.Pertanyaan sama dengan yang dilontarkan oleh Nana. Hanya saja cara penyampaiannya yang berbeda."Kenapa bisa sama begitu? Apa mereka janjian atau hanya perasaanku saja? Tapi tadi Nana dari sini," batin Firman, terdiam seraya mengerutkan dahi penuh tanya dalam benaknya tersebut.Mariana menoleh. Ia mendongak melihat ke arah Firman yang hanya diam ta
Esok harinya....Zsalsya membuka matanya perlahan. Ia mengucek mata dengan tubuh dalam keadaan terbaring di tempat tidur. "Jam berapa ini?" gumamnya.Ia menyibak selimut, tetapi ketika menyadari bahwa dirinya hanya mengenakan pakaian dalam saja, itu membuat kedua bola matanya langsung membelalak kaget."Apa yang terjadi dengan semalam?" gumamnya. Ia menarik kembali selimut itu. Matanya melihat ke sana kemari mencari keberadaan pakaian yang ia pakai semalam.Di sisi kanan tidak ada, begitu pula di sisi kiri. Ia melihat ke samping dekat pinggang. Ternyata pakaian yang dipakainya tergeletak di sana terhalang sedikit selimut."Sudah kuduga? Tapi apa yang terjadi semalam, ya?" batinnya. Matanya Terus membelalak sembari membayangkan kejadian semalam.Setelah diingat-ingat dengan baik, ia baru sadar ternyata semalam Endrick terus mencoba mendekatinya. Ia tak kuasa dan tak bisa lagi menahan pesona Endrick, sampai akhirnya kecupan mendarat di bibir Zsalsya. Lalu ....Zsalsya segera memeriksa
"Sudah pagi buta begini, belum juga ada kabar! Memang sangat tidak bisa diandalkan!" umpat Arzov sembari mencoba menghubungi Nana. Nana yang saat itu baru bangun tidur pun menjadi terganggu karenanya. Ia melihat ke arah ponsel sebentar, lalu mengabaikannya. Namun, Arzov tidak menyerah begitu saja ketika Nana masih mengabaikan panggilan teleponnya."Siapa, sih?" gumamnya dengan matanya yang masih tertutup rapat. Nana merasa malas untuk bangun dari tidurnya. Ketika itu ia sudah bisa menebak apa tujuan Arzov menghubunginya saat itu.Nana segera mengucek matanya. Ia membuka ponselnya sebentar dan setelah tahu bahwa ternyata itu memang Arzov. "Hmm .... Pasti dia mau menanyakan soal itu," gumamnya. Ia hendak meletakkan ponselnya kembali untuk mengabaikan telepon tersebut.Akan tetapi, begitu ia hendak menaruh ponselnya, ia langsung mengurungkan niatnya kala teringat sesuatu dalam pikirannya."Tapi, aku juga tidak bisa mengabaikannya begitu. Kupikir, dia ada gunanya juga kalau aku manfaatk
Zsalsya menoleh ke arah Endrick. Kala itu, ia sudah siap dengan pakaian rapi dan wajah yang dipoles semakin cantik. Tetapi, melihat wajah Endrick yang datar dan mengabaikan dirinya pagi ini sehabis mandi, itu membuatnya langsung berpikir. "Apa Mas Endrick marah karena tadi aku tidak mengajaknya mandi?" batinnya.Namun, saat itu, Zsalsya memilih untuk mendiamkannya sejenak. Ia tidak terlalu berpikir keras mengenai hal itu. Pikirnya, nanti juga pasti akan baik lagi ketika kekesalannya sudah mereda.Endrick pun diam-diam melirik ke arah Zsalsya. Tetapi, begitu Zsalsya balik menoleh, Endrick langsung memalingkannya ke arah lain. Bersikap seolah tidak peduli dengan istrinya itu."Kenapa dia tidak menyapa? Setelah tadi dia mandi tanpa mengajak, sekarang malah mengabaikanku begini. Apa dia sama sekali tidak tahu kalau aku kesal!" umpat Endrick dalam batinnya.Dugaan Endrick keliru. Ia tidak tahu jika sebenarnya Zsalsya bukan karena tidak peduli, ia memilih diam karena melihat Endrick yang te
Sampai di lantai dasar, Endrick dan Zsalsya pun langsung menuju tempat sarapan. Mereka berjalan ke tempat buffet dan memilih makanan yang mereka inginkan pagi itu."Sepertinya bubur ayam enak," gumamnya. Zsalsya mengambil mangkuk kecil dan kemudian langsung menyiapkan bubur ayam itu sendiri. Ia menoleh ke arah Endrick yang justru memilih nasi goreng dengan telur mata sapi yang tampaknya masih setengah matang dan sepotong salmon, kemudian mengambil satu piring kecil lagi untuk menaruh buah semangka, jeruk, kiwi dan melon."Mas, kamu suka nasi goreng?" tanya Zsalsya yang mencoba basa-basi. Ia melihat suaminya yang seolah tidak sabar ingin segera mencicipi makanan yang dipilihnya. Itu terlihat dari caranya berdiri dengan pandangan yang seolah mencari tempat duduk sekaligus sesekali ia melihat ke arah makanan tersebut."Tidak terlalu. Tapi aromanya membuat penasaran," jawab Endrick. Terdengar dingin. Itulah yang dirasakan Zsalsya kala Endrick menjawab pertanyaannya. Zsalsya menjaga eng
"Harusnya Mama bilang dulu!" Mariana yang mendapat omelan itu dari Firman pun membuatnya tambah jengkel. Bagaimana tidak, ia yang merasa seorang istri di rumah itu yang selalu dipatuh dan selama ini tak pernah sekalipun dimarahi pun seakan langsung kena mental kala melihat sikap Firman yang jauh berbeda dari biasanya.Isi kepalanya langsung bertanya. 'Apa yang membuatnya sampai seperti ini? Mungkinkah karena hasutan dari Zsalsya?'Namun, Mariana pun tidak bisa berbuat banyak. Sebab, apa yang dilakukannya seolah akan sia-sia. Untuk itulah ia memilih mengalah dan tidak banyak membantah perkataan Firman."Kalau bukan karena dia kaya, aku pasti sudah pergi meninggalkannya sejak lama," batin Mariana dengan tatapan liciknya mengarah kepada Firman. Tetapi, karena tujuannya saat itu belum terlaksana. Ia pun terus mendekati suaminya yang mana saat itu tengah memegang ponsel."Pa, kata Mama mau telepon Zsalsya. Mana? Sampai sekarang Papa belum juga menghubungi dia," kata Mariana.Ia menagih j
Alih-alih menghubungi Zsalsya, kini Firman mencoba untuk menghubungi Rosmala. Sebab, pikirnya bahwa Zsalsya mungkin akan sedikit terganggu jika dihubungi tiba-tiba semacam. Terlebih lagi bila itu menyangkut soal pertemuan antar dua keluarga.Firman dengan sabar terus menunggu Rosmala menjawab teleponnya. Ketika itu, Rosmala tengah dalam keadaan sibuk di kantor. Ia menggantikan posisi sebentar selama Endrick dan Zsalsya berbulan madu. Sekretaris yang mendengar bahwa ada telepon masuk pun langsung memberitahu. "Bu, Pak Firman menghubungi," kata sekretaris kantor.Lantas, Rosmala pun kemudian meminta sesuatu. "Jawab dan berikan ponselnya padaku!" kata Rosmala.Telepon Firman yang dijawab pun membuat sang pemiliknya langsung senang. "Baguslah kalau dia tidak ganti nomor, dengan begini hubungan kami akan semakin baik. Aku akan menjaga silaturahmi dengannya lagi," gumam Firman."Kalau bukan karena keperluan Nana, aku tidak akan pernah mau mengizinkan dirinya menghubungi wanita itu. Bisa-b