Keduanya pun melangkah keluar dari kamar dengan outfit lengkap. Semua persiapan sudah dibawa dengan baik. Mulai dari skincare dan kebutuhan lainnya. Untuk pakaian hanya membawa beberapa yang dimasukkan ke dalam sebuah koper."Kalau perlu sesuatu, kamu bilang saja. Biar nanti kita sama-sama beli," ungkap Endrick. Ia mengatakan demikian karena takut jika ternyata Zsalsya tidak berani mengungkapkan keinginannya karena malu dan belum terbiasa.Untuk itulah, Endrick sendiri yang berinisiatif mengingatkan hal itu kepada Zsalsya. "Pokoknya, apapun yang terjadi, kamu harus mengatakan segalanya. Karena kita sudah menikah, jadi kita harus terbuka dalam hal apapun. Jangan menyembunyikan sesuatu."Pesan itu dikatakan Endrick ketika keduanya tengah berjalan berdampingan. Tangan kiri Endrjck menggenggam jari jemari Zsalsya, sedangkan tangan kanannya membawa sebuah koper.Berjalan sambil mengobrol membuat langkah kaki terasa cepat. Kini sampailah mereka di lantai bawah. Rosmala yang kebetulan sedan
Perjalanan menuju bandara pun berakhir setelah menyelesaikan sekitar setengah jam dari sana. Endrick dan Zsalsya keluar dari mobil. Priyatna juga begitu. Tetapi, Priyatna langsung bergegas mengambil koper yang ditaruh di bagasi.Endrick menjulurkan tangannya seakan siap menggenggam tangan Zsalsya. "Pegang tanganku, supaya kamu tidak tertinggal!" kata Endrick sembari menatap wajah Zsalsya. Ia meyakinkan Zsalsya bahwa ia akan berada di sampingnya dan memastikan istrinya itu tetap dalam keadaan aman."Ayo!" ajaknya.Zsalsya pun kemudian menjulurkan tangannya. Ia menggenggam tangan Endrick, lalu mereka bersiap melangkah menujub terminal. Koper itu langsung diserahkannya kepada Endrick. "Ini, Tuan, koper Anda," ucapnya.Endrick membawa koper itu di tangan. "Terima kasih. Kamu jangan lupa jaga Mama. Jangan biarkan siapapun mengganggu kenyamanan rumah. Kalau terjadi sesuatu yang genting, telepon saja!" pesan Endrick kepada Priyatna -- sopir kepercayaannya tersebut."Baik, Tuan. Saya pasti a
Setelah sebelumnya menunggu jam penerbangan sesuai jadwal dengan yang tertera pada tiketnya. Akhirnya, mereka pun sudah berada di dalam pesawat yang siap lepas landas.Namun, baru saja mereka duduk di kursi. Ia melihat Zsalsya yang tampak mengantuk. "Kamu mengantuk?" tanya Endrick ketika melihat Zsalsya dalam pesawat, tetapi katanya seolah sudah berat dan ingin tidur. "Iya, Mas, padahal sudah tidur," jawab Zsalsya. Matanya pun berair karena saking ngantuknya. "Mungkin karena tadi cukup lama menunggu. Kalau bosan memang suka jadi ngantuk," tambahnya.Endrick paham. Pernikahan melewati satu malam, tidak aneh jika sering mengantuk dan mungkin karena terlalu lelah karena berada dalam posisi yang sama. Antara terus berdiri dan duduk di kursi pengantin."Ya sudah, kamu tidur saja. Sini bersandar di pundak aku supaya lebih nyaman," ucap Endrick yang diam menyediakan pundak untuk Zsalsya. Ia mempersilakan kepada Zsalsya untuk menggunakan pundaknya.Zsalsya kembali menutup mulutnya ketika mu
Kyora melihat ke sekitar, ia agak mencondongkan tubuhnya ke arah Rejho sambil berbicara pelan. "Kamu datang ke sini begitu saja?" tanya Rejho. Kyora pun kemudian menaruh kantong plastik yang berisi makanan yang baru dibelinya itu di perjalanan."Ini aku belikan ayam bakar. Bersyukur saja dengan yang kubawa. Cepat makan!"Rejho yang sudah lama sekali tidak makan makanan yang seenak itu pun membuatnya langsung membuka kantong plastik tersebut. Matanya berbinar bahagia melihat makanan enak yang siap santap dengan aroma khas yang begitu menggugah lidah."Harusnya dari kemarin-kemarin saja bawa makanan seperti ini."Rejho melihat ke polisi yang berjaga dan kemudian berbisik kepada Kyora. "Makanan di sini terlalu biasa. Makan cuma dengan sayur dan kadang cuma tempe tahu. Sangat terbatasi," umpatnya kepada Kyora.Kyora menyeringai. Ia merasa geli dengan pernyataan Rejho yang seakan-akan memiliki uang banyak dengan mengharapkan makanan mahal."Cihh! Hutang di mana-mana saja masih mengharapk
Apapun itu, Endrick selalu mengusahakan yang terbaik untuk Zsalsya. Dirinnya tidak mau jika Zsalsya sampai kekurangan apapun di dalam hidupnya. Rasa cinta Endrick semakin bertumbuh, begitu pula dengan Zsalsya. Namun, sampai Kini, hanya Zsalsya yang belum mengutarakan perasaannya secara terus terang. Ia tetap menyembunyikan perasaan itu tepat di dalam lubuk hatinya yang terdalam."Sudah sampai."Endrick melihat ke sebuah hotel. Ia memperhatikannya, karena khawatir salah. Walaupun tidak mungkin ada kesalahan, sebab yang menjemputnya adalah bagian dari karyawan hotel."Ayo kita turun!" ajak Endrick.Endrick membuka pintu, dirinya segera keluar dari dalam sana dan Zsalsya hanya mengikuti suaminya di belakang. Sopir yang mengantar pun segera keluar. Ia membantu mengeluarkan koper itu dari dalam bagasi mobil dan langsung menyerahkannya kepada Endrick."Silakan," kata sopir itu dengan sopan."Baik, terima kasih, Pak!" sahut Endrick dengan ramah.Mereka berdiri di depan bangunan tersebut sej
"Tidak tahu siapa, Mas. Nomornya tidak dikenal," jawab Zsalsya dengan santainya."Ya sudah, abaikan saja kalau begitu. Sekarang kita ke dalam lift buat ke kamar hotel. Kamu sudah capek, kan?"Zsalsya mengangguk. "Iya, Mas. Padahal dari tadi cuma duduk saja, tapi entah kenapa leher pegal-pegal begini," sahut Zsalsya sembari memegang lehernya -- menggerakkannya ke kanan dan ke kiri.Mereka pun kemudian berjalan menuju lift dan Zsalsya menekan sebuah tombol di samping pintu lift hingga lift itu terbuka.Sementara di tempat lain, sekretaris Endrick yang terus ditunggu Arzov untuk berbicara pun kemudian menjadi bingung ketika panggilan teleponnya tak kunjung dijawab."Bagaimana? Apa dia bisa datang sekarang menemuiku?" tanya Arzov sembari melihat-lihat ruangan Endrick saat itu.Sekretaris Endrick pun menyahut. "Pak Endrick sedang tidak ada di daerah sini, beliau sedang ke luar kota dengan istrinya. Jadi, kembali lagi saja setelah satu minggu!" jelas wanita itu.Arzov yang mendengar hal it
Zsalsya kembali bingung dengan beberapa makanan yang membuatnya tergoda ingin menekan tombol pemesanan, hanya saja ia mengurungkan niatnya kembali ketika akan membeli makanan itu saking bingungnya. "Kenapa kamu pesan makanan via online begitu? Padahal 'kan tinggal telepon saja," kata Endrick. Zsalsya menoleh. "Memangnya semua makanan ada?" tanya Zsalsya.Endrick tidak yakin bahwa makanan yang diinginkan Zsalsya itu ada, sebab ia sendiri pun tidak tahu makanan apa yang Zsalsya inginkan."Mau sate, 'kan?" tanya Endrick.Zsalsya terdiam sejenak. "Mau makan seafood, Mas. Sepertinya enak, ya? Tapi .... Rasa bakso pun juga pasti jauh lebih nikmat kalau dengan minuman es lemon," gumamnya sembari memikirkan maunya apa.Endrick tidak banyak berkomentar, karena ia pun bingung dengan keinginan Zsalsya. Dirinya hanya bisa pasrah. Apapun yang Zsalsya ingin, ia hanya bisa membelikannya."Pesan semuanya saja. Sate, seafood, bakso dan es lemon. Mungkin itu saja sudah cukup. Kalau belum kenyang, nan
Zsalsya dan Endrick yang sudah kembali dari lobi pun kemudian langsung mengambil piring yang tersedia di sana. Zsalsya menyajikan setiap makanan itu. Namun, hanya satu jenis makanan yang disajikan dalam piring sedangkan satu jenis lainnya disajikan ke dalam sebuah mangkuk berwarna putih. Tetapi berbeda dengan seafood, ia dibiarkan begitu saja karena memang tidak ada piring dengan ukuran yang cukup untuk menampung seafood.Makanan sudah tersedia di kitchen kabinet. Zsalsya dan Endrick pun siap menyantap makanan yang ada. Tetapi, saat itu Endrick malah hanya fokus memandangi Zsalsya saja."Mas, ayo kita makan!" ajak Zsalsya dengan antusiasnya. Ia mengambil satu sendok dan siap menyantap bakso yang tersedia di hadapannya tersebut.Endrick yang ada di sampingnya hanya terus melihat ke arah bakso, lalu ke arah Zsalsya."Ini sendok buat kamu, Mas," kata Zsalsya sembari menyodorkan sebuah sendok kepada Endrick. Endrick menerimanya. Namun, alih-alih menggunakan sendok itu untuk makan bakso.
Karena kecelakaan terjadi saat Firman sudah tancap gas pergi, sehingga ia tidak tahu bahwa di sana telah terjadi kecelakaan. Ia juga tidak tahu jika yang mengalami itu adalah Mariana.Firman hanya fokus untuk pulang ke rumah tanpa berpikir apapun. Zsalsya yang kala itu tengah memasak pun mendadak ingat kepada Ayahnya, yang membuatnya langsung menghentikan tangannya. Ia melamun, hingga percikan minyak itu membuatnya langsung terhenyak kaget dan menjauh dari wajan tersebut.Endrick yang melihat itu langsung meniupi tangan Zsalsya yang terkena percikan minyak. "Biar pelayan kita saja yang melakukannya!"Endrick menoleh ke samping -- tepatnya ke arah pelayan yang ada di sana. "Tolong kamu lanjutkan!""Baik!" sahut salah seorang pelayan yang saat itu tengah berdiri di sana. Tetapi begitu mendapat perintah, ia pun langsung menuju wajan yang ada di sana.Endrick mengajak Zsalsya pergi menuju kursi yang ada di sana. "Kamu sedang memikirkan apa?" tanya Endrick yang melihat Zsalsya dengan tata
"Baik, biar saya periksa dulu," ujar dokter itu yang kemudian melakukan pemeriksaan terhadap Firman.Sementara di sana, Mariana mengintip dan kini tengah bersembunyi. Ia terus memperhatikan Firman yang saat ini tengah diperiksa oleh dokter tersebut. "Mana obatnya?" gumamnya.Selang lima menit, pemeriksaan selesai. Dokter itu pun kemudian pergi sebentar untuk mengambil obat untuk Firman.Di kala dokter itu mengambilkan obat, Mariana yang sudah sejak tadi menunggu saat itu tiba pun membuatnya langsung bergegas pergi sejenak mengikuti kemanapun dokter itu pergi.Mariana menghampiri dokter itu ketika obat pada sebuah kotak kecil itu tergeletak di meja."Dok, saya mau memeriksa jantung saya yang sedang kurang baik. Dokter mana, ya, yang suka memeriksanya?" tanya Mariana seraya mengenakan maskernya. Ia bertingkah seolah tidak tahu apa-apa.Dengan santainya, dokter itu pun kemudian menyahut. "Saya dokter jantung. Kalau mau, bisa saya periksa, tapi biarkan saya melayani pasien yang lain dul
Rosmala yang belum mendapat kabar apapun, baik itu dari Endrick maupun dari Priyatna -- sopir pribadi Endrick, membuatnya mondar-mandir karena khawatir."Kenapa belum juga ada kabar apapun?" gumam Rosmala yang saat itu dalam kebingungan. Meskipun begitu, ia merasa bahwa semuanya akan baik-baik saja.Tak lama dari itu, sebuah mobil memasuki halaman rumah dan kemudian mobil itu menepi.Rosmala yang terus mondar-mandir di teras pun langsung menghentikan langkah kakinya. Segera saja ia menuruni sedikit tangga dan langsung menghampiri mobil tersebut yang mana ia pikir bahwa itu adalah Endrick dan seharusnya bersama Zsalsya.Begitu pintu mobil terbuka, langsung terlihatlah kaki Endrick yang keluar dari sana."Nak, akhirnya kamu kembali! Mana Zsalsya?" tanya Rosmala. Ia melihat ke dalam mobil dan saat itu Zsalsya pun memang hendak keluar dari mobil tersebut.Begitu Zsalsya turun, Rosmala langsung memeluk menantunya. "Akhirnya kamu kembali juga. Mama khawatir dengan keadaan kalian. Mengingat
Telepon Endrick yang saat itu sudah terhubung dengan Piryatna yang merupakan sopir kepercayaannya membuatnya bisa tahu kapan ia akan bergerak melakukan tugasnya. Setelah tahu bahwa Zsalsya ditemukan di lantai dua, sopir pribadi itu pun langsung mengajak kepada para bodyguard untuk mengikuti Endrick ke lantai atas sana. Sedangkan polisi, pada saat yang sama mereka juga masuk dan langsung menyergap. Sontak saja, semua preman yang ada di sana pun langsung berusaha kabur, termasuk Arzov. Namun sayangnya, polisi yang datang jauh lebih banyak dibanding para preman itu sendiri. "Jangan bergerak!" ujar salah seorang polisi sembari menembakkan pistol ke atas. Preman yang saat itu masih berada di sana pun langsung angkat tangan kala para polisi yang sejak awal sudah siap sedia untuk menangkap mereka kini memperlihatkan diri mereka. "Sialan! Kenapa harus ada banyak polisi!" gumam Arzov dengan kedok yang masih terpasang di kepala hingga menutup wajahnya. Namun, polisi yang bertugas la
DOORR!!!Endrick melesatkan peluru dari pistol yang dipegangnya. Sontak, polisi yang sudah bersiap pun langsung turun dari mobil dan mengepung rumah itu. Kyora tidak tahu jika rumahnya telah terkepung dan tidak memiliki jalan lagi untuk keluar.Sekalipun polisi yang mengepung, tetapi mereka tidak langsung masuk ke dalam. Para bodyguard Endrick hanya bersiap siaga di luar rumah."Serahkan Zsalsya padaku sekarang juga!" pinta Endrick. Namun, preman yang ada di sana seolah langsung siap siaga untuk menyerang Endrick. Para saat yang sama, ketika mereka hendak menyerang, Endrick melesatkan peluru ke sebuah botol kaca yang ada di sana, hingga tercipta suara berisik yang membuat para bodyguard Endrick keluar. Ketika para preman lengah karena fokusnya teralihkan kepada para bodyguard Endrick. Lada saat itulah Endrick pergi untuk mencari keberadaan Zsalsya. Endrick memplintir tangan Kyora ke belakang dan langsung menodongnya. "Cepat tunjukkan padaku di mana Zsalsya sekarang berada!" perint
"Ma, aku pergi sekarang!" pamit Endrick ketika dirinya sudah menambahkan jaket pada pakaian atasnya. "Iya, Nak!" sahut Rosmala.Mereka yang telah mengatur rencana untuk segala sesuatunya pun kemudian berangkat dari rumah itu untuk kemudian pergi menuju lokasi alamat yang ia dapatkan sebelumnya.Endrick memasuki sebuah mobil. Ia kembali mengemudi sendiri. Kali ini, ia menggunakan mobil yang lain dengan warna putih. Rosmala yang saat itu melihat Anaknya berangkat untuk menyelamatkan Zsalsya pun hanya berdo'a agar selamat dan mereka menjalankan rencana dengan baik dan berhasil, agar bisa membawa Zsalsya kembali.Setelah Endrick pergi, di belakang itu, mobil yang dikemudikan oleh para bodyguardnya ada di belakang mobil Endrick. Hanya saja, saat itu cukup berjarak. Sebab, Endrick tidak mau jika lawan menganggap bahwa Endrick datang bersama orang lain."Zsa, tunggu aku, aku datang untuk menyelamatkanmu sekarang! Kita pasti akan bersama lagi!" ujar Endrick sembari mengemudi. Pandangannya f
"Tidak tahu terima kasih! Disuapin malah dimuntahin! Makan saja sendiri, terserah kalau kamu lapar juga!" sentak Arzov. Ia menaruh piring itu di meja dan kemudian melangkah pergi dari tempat itu.Arzov segera menemui Kyora, yang mana ada janji yang belum ia tagih sekaligus belum ia dapatkan pula uang yang dijanjikannya.Zsalsya berusaha untuk melepaskan dirinya, tetapi masih susah. "Aku mau buang air! Tolong lepaskan ikatan tanganku!" pinta Zsalsya dengan tegasnya.Namun, kedua preman itu hanya saling memandang satu sama lain. Mereka seolah tengah saling melempar kode melalui pandangan mata. Memutuskan apakah harus melepaskan ikatan tangan Zsalsya atau malah mengabaikannya.Mereka juga takut jika Zsalsya ternyata membohongi mereka, untuk itulah kedua preman itu tidak mau langsung percaya begitu saja."Apa kalian mau melihat aku buang air di sini?!" tambah Zsalsya dengan sedikit ancaman halus yang membuat kedua preman itu bingung dalam memilih. Namun, tak lama setelahnya, Arzov kembal
Dalam kesendiriannya, Zsalsya hanya harus menahan rasa takut dalam dirinya kala di tempat yang gelap itu ia sendirian. Namun, kemudian sebuah pikiran berlarian di kepala."Tapi waktu itu saja aku bisa melarikan diri. Bagaimana kalau sekarang aku juga mencobanya?" batin Zsalsya dalam diamnya. Ia terus memikirkan hal itu.Zsalsya melihat ke sekeliling. Ia berusaha melepaskan tali yang mengikat erat di pergelangan tangan dan kakinya itu. Tetapi, rupanya di tempat itu terdapat cctv tersembunyi. Kyora dan anak buahnya terus memantau sampai mendapat kabar dari Endrick bahwa pria itu datang ke tempat tersebut untuk menjemput Zsalsya.Semalaman Zsalsya tidak bisa tidur. Ia berusaha untuk melepaskan diri, tetapi dirinya tidak bisa membuka ikatan itu.Kyora yang memperhatikan setiap gerak-gerik Zsalsya itu hanya diam seraya menopang dagu. Sesekali ia menyungging licik dengan apa yang dilihatnya saat itu."Sekarang kamu tidak akan bisa kabur atau melepaskan diri dariku lagi. Aku tidak akan sebod
Sampai di dalam kamar, para pelayan yang ada di sana sontak mengambil kotak P3K untuk merawat luka Endrick. Lukanya sangat parah dan saking khawarisnya, Rosmala langsung memanggil dokter.Rosmala duduk di samping Endrick seraya membelai rambutnya. "Nak, kenapa ada orang jahat yang berani melakukan hal ini sama kamu?" ucapnya dengan mata berkaca-kaca.Ibu mana yang tidak bersedih saat anak semata wayangnya terluka parah. "Mama tidak akan pernah memaafkan kesalahan orang yang tega melakukan semua ini!" ucapnya.Tak perlu menunggu waktu lama, dokter yang dipanggil oleh Rosmala beberapa saat yang lalu pun kemudian datang. Ia membawa alat untuk memeriksa kondisi pasiennya tersebut."Dok, tolong periksa. Saya tidak mau sesuatu terjadi pada tubuhnya!" pinta Rosmala kepada dokter itu.Dokter itu tersenyum seraya mengeluarkan alat untuk memeriksa. "Baik, biar saya periksa dulu kondisinya, ya," sahut dokter itu.Mulai dari detak jantung dan semua luka yang ada pada tubuh Endrick, semuanya dipe