Endrick menoleh ke arah Zsalsya. Ia melihat sang istri yang tampaknya sudah bingung karena tidak tahu bagaimana menghadapi suaminya.Wajah Zsalsya menjadi tidak bersemangat. Bahkan, setelah mengunyah bakso yang masuk ke mulutnya terakhir kali, dirinya langsung terdiam. Ia menaruh bakso itu di meja.Endrick yang tidak tega dengan hal itu pun langsung melakukan sesuatu supaya Zsalsya mau melanjutkan makannya kembali."Apa dia sedang kesal dan mulai tidak bersemangat lagi untuk makan?" batin Endrick sembari terus memperhatikan wajah istrinya yang tampak berubah menjadi banyak diam dan tidak berbicara atau bahkan makan.Endrick pun mengambil sendok yang sempat ia taruh di atas meja, lalu dirinya pun kemudian mengambil potongan bakso kecil yang telah dipotong menjadi beberapa bagian itu. Ia menyodorkan sendoknya ke depan mulut Zsalsya.Zsalsya yang melihat hal itu pun langsung menoleh segera ke arah Endrick. "Sekarang dia kenapa? Apa maksudnya? Mungkinkah dia sadar kalau sikapnya sedikit m
Pengangguran membuat Arzov tidak banyak melakukan sesuatu, selain berjalan di atas kaki orang lain. Kini, karena dirinya tidak bisa melakukan rencananya sendirian, ia pun meminta Nana untuk melakukan sesuatu untuknya melalui sebuah hasutan yang ia katakan.Ting!Ketika tengah menonton vidio di ponselnya, sebuah pesan masuk. Begitu melihat bahwa itu dari Nana, dirinya yang sedang rebahan di dalam mobil pun langsung beranjak dan mengubah posisinya saat itu."Rekaman apa ini?" gumamnya saat ia telah membuka pesan itu. Dirinya pun langsung membuka, lalu mendengarkan isi dari rekaman tersebut.Setelah mendapat kabar itu, ia pun kemudian langsung menghubungi Nana. Nana yang sudah berada di ruangannya kembali pun langsung menjawabnya kala mendapat telepon dari Arzov."Dia itu seperti kucing yang baru nemu ikan. Langsung semangat kalau dapat kabar begini," umpat Nana dalam batinnya.[Nah, begini dong kalau melakukan sesuatu. Kamu harus pintar sedikit. Oh ya, nanti kalau sudah mendapat kepast
Beberapa jam sudah terlewati. Tetapi Endrick tak juga kembali. Zsalsya menjadi khawatir. Kakinya tidak bisa diam, terus mondar-mandir ke sana kemari."Kenapa sudah tiga jam belum juga kembali?" batin Zsalsya. Dengan ponsel di tangannya, ia terus menunggu Endrick. Terkadang, dalam benaknya ia sempat terpikir untuk menghubungi suaminya. Hanya saja, ia ragu karena dirinya pun takut menganggu."Sekarang sudah sore. Kenapa bisa selama itu? Tidak mungkin kan kalau sampai terjadi sesuatu?" batin Zsalsya.Ini sudah berada di luar kota. Pikirnya tidak ada orang lain lagi yang mengikuti perjalanan mereka, pun tidak ada yang tahu keberadaan mereka kini di mana. Yang mengetahui ini hanya Rosmala, Priyatna -- Sopir yang mengantar, dirinya dan Endrick saja. Bahkan, Firman pun tidak ia beritahu sama sekali."Ke mana kamu, Mas? Kenapa lama sekali? Tidak biasanya kamu begini," gumam Zsalsya sembari terus berjalan ke sana kemari tanpa henti. Ia agak khawatir dengan kondisi Endrick di luar sana. "Apa
Usai membaca puisi singkat tersebut, Zsalsya pun tersenyum. Ia menaruh kertas itu kembali pada sebuah kelopak bunga yang aromanya semerbak sampai ke hidung."Mas, kamu penulis puisi ini sendiri?" tanya Zsalsya sembari terkekeh."Kenapa?"Zsalsya menggelengkan kepalanya. Ia tidak bisa menahan dirinya untuk tak tersenyum lebar. Sampai tawa kecilnya pun berakhir.Seorang pria dengan dasi kupu-kupu datang, ia berhenti di sampai meja, lalu memainkan biola dengan alunan indah yang menambah suasana romantis malam itu.Tak lama setelah itu, hidangan pembuka datang -- tersaji di meja mereka. Pelayan itu menyajikannya dengan penuh tata krama. Zsalsya yang baru pertama kali merasakan hal ini dalam hidupnya pun tentu saja merasa sangat senang. Ia tidak menyangka bahwa ada pria yang sangat tahu dan bisa menciptakan suasana romantis pada suatu malam. Seperti mimpi, namun ini nyata. "Inikah kesempatan kedua yang sangat membahagiakan itu?" Zsalsya. Tak pernah sedikitpun dirinya membayangkan akan m
Usai pertunjukkan kembang api, pelayan datang dengan botol red wine dan bordeaux glass. Bordeaux glass itu ditaruhnya di meja, lalu dikucuri dengan red wine hingga setengah dari gelas itu terisi."Selamat menikmati minumannya~!" kata pelayan yang menyajikan.Endrick menoleh ke arah pelayan tersebut sembari tersenyum tipis. "Terima kasih." Ia mengambil gelas red wine miliknya dan kemudian menjulurkannya ke hadapan Zsalsya. "Kita bersulang dulu!" Zsalsya mengambil gelas miliknya dan kemudian menjulurkan gelas itu hingga beradu dengan gelas yang ada di tangan Endrick."Bersulang!" kata Zsalsya. Lalu, Endrick pun menyesap minuman itu. Begitu juga dengan Zsalsya yang menyesapnya sedikit saja. "Ini adalah anggur merah asli yang disaring, dipisahkan antara air dan ampasnya," tutur Endrick memberitahu.Lalu, gelas itu ditaruh kembali di atas meja. Endrick melihat ke jam tangannya dan tak terasa kini sudah menunjukkan pukul 21.34 malam hari. Segera saja Endrick beranjak dari duduknya dan
"Dari teras tadi. Kenapa, Ma? Mama juga belum tidur?" "Iya, nih, nungguin Papa."Mariana mendekat. Dirinya terdiam sejenak, seperti ada yang mau dibicarakan, hanya saja ia memilih untuk diam sejenak."Pa," ujar Mariana lagi.Ketika itu, Firman sudah bergegas tidur. Tetapi, karena istrinya yang menyeru dan seperti ada sesuatu hal yang mau dibicarakan. Ia pun mengurungkan niatnya tersebut."Kenapa, Ma? Mama mau bicarakan soal apa? Sepertinya penting sekali," tanya Firman dengan santainya.Mariana memegang lengan Firman. Ia menyandarkan kepalanya ke pundak Firman. "Pa, kalau besok kita janjian bertemu dengan besan kita, bagaimana?" tanyanya.Pertanyaan sama dengan yang dilontarkan oleh Nana. Hanya saja cara penyampaiannya yang berbeda."Kenapa bisa sama begitu? Apa mereka janjian atau hanya perasaanku saja? Tapi tadi Nana dari sini," batin Firman, terdiam seraya mengerutkan dahi penuh tanya dalam benaknya tersebut.Mariana menoleh. Ia mendongak melihat ke arah Firman yang hanya diam ta
Esok harinya....Zsalsya membuka matanya perlahan. Ia mengucek mata dengan tubuh dalam keadaan terbaring di tempat tidur. "Jam berapa ini?" gumamnya.Ia menyibak selimut, tetapi ketika menyadari bahwa dirinya hanya mengenakan pakaian dalam saja, itu membuat kedua bola matanya langsung membelalak kaget."Apa yang terjadi dengan semalam?" gumamnya. Ia menarik kembali selimut itu. Matanya melihat ke sana kemari mencari keberadaan pakaian yang ia pakai semalam.Di sisi kanan tidak ada, begitu pula di sisi kiri. Ia melihat ke samping dekat pinggang. Ternyata pakaian yang dipakainya tergeletak di sana terhalang sedikit selimut."Sudah kuduga? Tapi apa yang terjadi semalam, ya?" batinnya. Matanya Terus membelalak sembari membayangkan kejadian semalam.Setelah diingat-ingat dengan baik, ia baru sadar ternyata semalam Endrick terus mencoba mendekatinya. Ia tak kuasa dan tak bisa lagi menahan pesona Endrick, sampai akhirnya kecupan mendarat di bibir Zsalsya. Lalu ....Zsalsya segera memeriksa
"Sudah pagi buta begini, belum juga ada kabar! Memang sangat tidak bisa diandalkan!" umpat Arzov sembari mencoba menghubungi Nana. Nana yang saat itu baru bangun tidur pun menjadi terganggu karenanya. Ia melihat ke arah ponsel sebentar, lalu mengabaikannya. Namun, Arzov tidak menyerah begitu saja ketika Nana masih mengabaikan panggilan teleponnya."Siapa, sih?" gumamnya dengan matanya yang masih tertutup rapat. Nana merasa malas untuk bangun dari tidurnya. Ketika itu ia sudah bisa menebak apa tujuan Arzov menghubunginya saat itu.Nana segera mengucek matanya. Ia membuka ponselnya sebentar dan setelah tahu bahwa ternyata itu memang Arzov. "Hmm .... Pasti dia mau menanyakan soal itu," gumamnya. Ia hendak meletakkan ponselnya kembali untuk mengabaikan telepon tersebut.Akan tetapi, begitu ia hendak menaruh ponselnya, ia langsung mengurungkan niatnya kala teringat sesuatu dalam pikirannya."Tapi, aku juga tidak bisa mengabaikannya begitu. Kupikir, dia ada gunanya juga kalau aku manfaatk
Karena kecelakaan terjadi saat Firman sudah tancap gas pergi, sehingga ia tidak tahu bahwa di sana telah terjadi kecelakaan. Ia juga tidak tahu jika yang mengalami itu adalah Mariana.Firman hanya fokus untuk pulang ke rumah tanpa berpikir apapun. Zsalsya yang kala itu tengah memasak pun mendadak ingat kepada Ayahnya, yang membuatnya langsung menghentikan tangannya. Ia melamun, hingga percikan minyak itu membuatnya langsung terhenyak kaget dan menjauh dari wajan tersebut.Endrick yang melihat itu langsung meniupi tangan Zsalsya yang terkena percikan minyak. "Biar pelayan kita saja yang melakukannya!"Endrick menoleh ke samping -- tepatnya ke arah pelayan yang ada di sana. "Tolong kamu lanjutkan!""Baik!" sahut salah seorang pelayan yang saat itu tengah berdiri di sana. Tetapi begitu mendapat perintah, ia pun langsung menuju wajan yang ada di sana.Endrick mengajak Zsalsya pergi menuju kursi yang ada di sana. "Kamu sedang memikirkan apa?" tanya Endrick yang melihat Zsalsya dengan tata
"Baik, biar saya periksa dulu," ujar dokter itu yang kemudian melakukan pemeriksaan terhadap Firman.Sementara di sana, Mariana mengintip dan kini tengah bersembunyi. Ia terus memperhatikan Firman yang saat ini tengah diperiksa oleh dokter tersebut. "Mana obatnya?" gumamnya.Selang lima menit, pemeriksaan selesai. Dokter itu pun kemudian pergi sebentar untuk mengambil obat untuk Firman.Di kala dokter itu mengambilkan obat, Mariana yang sudah sejak tadi menunggu saat itu tiba pun membuatnya langsung bergegas pergi sejenak mengikuti kemanapun dokter itu pergi.Mariana menghampiri dokter itu ketika obat pada sebuah kotak kecil itu tergeletak di meja."Dok, saya mau memeriksa jantung saya yang sedang kurang baik. Dokter mana, ya, yang suka memeriksanya?" tanya Mariana seraya mengenakan maskernya. Ia bertingkah seolah tidak tahu apa-apa.Dengan santainya, dokter itu pun kemudian menyahut. "Saya dokter jantung. Kalau mau, bisa saya periksa, tapi biarkan saya melayani pasien yang lain dul
Rosmala yang belum mendapat kabar apapun, baik itu dari Endrick maupun dari Priyatna -- sopir pribadi Endrick, membuatnya mondar-mandir karena khawatir."Kenapa belum juga ada kabar apapun?" gumam Rosmala yang saat itu dalam kebingungan. Meskipun begitu, ia merasa bahwa semuanya akan baik-baik saja.Tak lama dari itu, sebuah mobil memasuki halaman rumah dan kemudian mobil itu menepi.Rosmala yang terus mondar-mandir di teras pun langsung menghentikan langkah kakinya. Segera saja ia menuruni sedikit tangga dan langsung menghampiri mobil tersebut yang mana ia pikir bahwa itu adalah Endrick dan seharusnya bersama Zsalsya.Begitu pintu mobil terbuka, langsung terlihatlah kaki Endrick yang keluar dari sana."Nak, akhirnya kamu kembali! Mana Zsalsya?" tanya Rosmala. Ia melihat ke dalam mobil dan saat itu Zsalsya pun memang hendak keluar dari mobil tersebut.Begitu Zsalsya turun, Rosmala langsung memeluk menantunya. "Akhirnya kamu kembali juga. Mama khawatir dengan keadaan kalian. Mengingat
Telepon Endrick yang saat itu sudah terhubung dengan Piryatna yang merupakan sopir kepercayaannya membuatnya bisa tahu kapan ia akan bergerak melakukan tugasnya. Setelah tahu bahwa Zsalsya ditemukan di lantai dua, sopir pribadi itu pun langsung mengajak kepada para bodyguard untuk mengikuti Endrick ke lantai atas sana. Sedangkan polisi, pada saat yang sama mereka juga masuk dan langsung menyergap. Sontak saja, semua preman yang ada di sana pun langsung berusaha kabur, termasuk Arzov. Namun sayangnya, polisi yang datang jauh lebih banyak dibanding para preman itu sendiri. "Jangan bergerak!" ujar salah seorang polisi sembari menembakkan pistol ke atas. Preman yang saat itu masih berada di sana pun langsung angkat tangan kala para polisi yang sejak awal sudah siap sedia untuk menangkap mereka kini memperlihatkan diri mereka. "Sialan! Kenapa harus ada banyak polisi!" gumam Arzov dengan kedok yang masih terpasang di kepala hingga menutup wajahnya. Namun, polisi yang bertugas la
DOORR!!!Endrick melesatkan peluru dari pistol yang dipegangnya. Sontak, polisi yang sudah bersiap pun langsung turun dari mobil dan mengepung rumah itu. Kyora tidak tahu jika rumahnya telah terkepung dan tidak memiliki jalan lagi untuk keluar.Sekalipun polisi yang mengepung, tetapi mereka tidak langsung masuk ke dalam. Para bodyguard Endrick hanya bersiap siaga di luar rumah."Serahkan Zsalsya padaku sekarang juga!" pinta Endrick. Namun, preman yang ada di sana seolah langsung siap siaga untuk menyerang Endrick. Para saat yang sama, ketika mereka hendak menyerang, Endrick melesatkan peluru ke sebuah botol kaca yang ada di sana, hingga tercipta suara berisik yang membuat para bodyguard Endrick keluar. Ketika para preman lengah karena fokusnya teralihkan kepada para bodyguard Endrick. Lada saat itulah Endrick pergi untuk mencari keberadaan Zsalsya. Endrick memplintir tangan Kyora ke belakang dan langsung menodongnya. "Cepat tunjukkan padaku di mana Zsalsya sekarang berada!" perint
"Ma, aku pergi sekarang!" pamit Endrick ketika dirinya sudah menambahkan jaket pada pakaian atasnya. "Iya, Nak!" sahut Rosmala.Mereka yang telah mengatur rencana untuk segala sesuatunya pun kemudian berangkat dari rumah itu untuk kemudian pergi menuju lokasi alamat yang ia dapatkan sebelumnya.Endrick memasuki sebuah mobil. Ia kembali mengemudi sendiri. Kali ini, ia menggunakan mobil yang lain dengan warna putih. Rosmala yang saat itu melihat Anaknya berangkat untuk menyelamatkan Zsalsya pun hanya berdo'a agar selamat dan mereka menjalankan rencana dengan baik dan berhasil, agar bisa membawa Zsalsya kembali.Setelah Endrick pergi, di belakang itu, mobil yang dikemudikan oleh para bodyguardnya ada di belakang mobil Endrick. Hanya saja, saat itu cukup berjarak. Sebab, Endrick tidak mau jika lawan menganggap bahwa Endrick datang bersama orang lain."Zsa, tunggu aku, aku datang untuk menyelamatkanmu sekarang! Kita pasti akan bersama lagi!" ujar Endrick sembari mengemudi. Pandangannya f
"Tidak tahu terima kasih! Disuapin malah dimuntahin! Makan saja sendiri, terserah kalau kamu lapar juga!" sentak Arzov. Ia menaruh piring itu di meja dan kemudian melangkah pergi dari tempat itu.Arzov segera menemui Kyora, yang mana ada janji yang belum ia tagih sekaligus belum ia dapatkan pula uang yang dijanjikannya.Zsalsya berusaha untuk melepaskan dirinya, tetapi masih susah. "Aku mau buang air! Tolong lepaskan ikatan tanganku!" pinta Zsalsya dengan tegasnya.Namun, kedua preman itu hanya saling memandang satu sama lain. Mereka seolah tengah saling melempar kode melalui pandangan mata. Memutuskan apakah harus melepaskan ikatan tangan Zsalsya atau malah mengabaikannya.Mereka juga takut jika Zsalsya ternyata membohongi mereka, untuk itulah kedua preman itu tidak mau langsung percaya begitu saja."Apa kalian mau melihat aku buang air di sini?!" tambah Zsalsya dengan sedikit ancaman halus yang membuat kedua preman itu bingung dalam memilih. Namun, tak lama setelahnya, Arzov kembal
Dalam kesendiriannya, Zsalsya hanya harus menahan rasa takut dalam dirinya kala di tempat yang gelap itu ia sendirian. Namun, kemudian sebuah pikiran berlarian di kepala."Tapi waktu itu saja aku bisa melarikan diri. Bagaimana kalau sekarang aku juga mencobanya?" batin Zsalsya dalam diamnya. Ia terus memikirkan hal itu.Zsalsya melihat ke sekeliling. Ia berusaha melepaskan tali yang mengikat erat di pergelangan tangan dan kakinya itu. Tetapi, rupanya di tempat itu terdapat cctv tersembunyi. Kyora dan anak buahnya terus memantau sampai mendapat kabar dari Endrick bahwa pria itu datang ke tempat tersebut untuk menjemput Zsalsya.Semalaman Zsalsya tidak bisa tidur. Ia berusaha untuk melepaskan diri, tetapi dirinya tidak bisa membuka ikatan itu.Kyora yang memperhatikan setiap gerak-gerik Zsalsya itu hanya diam seraya menopang dagu. Sesekali ia menyungging licik dengan apa yang dilihatnya saat itu."Sekarang kamu tidak akan bisa kabur atau melepaskan diri dariku lagi. Aku tidak akan sebod
Sampai di dalam kamar, para pelayan yang ada di sana sontak mengambil kotak P3K untuk merawat luka Endrick. Lukanya sangat parah dan saking khawarisnya, Rosmala langsung memanggil dokter.Rosmala duduk di samping Endrick seraya membelai rambutnya. "Nak, kenapa ada orang jahat yang berani melakukan hal ini sama kamu?" ucapnya dengan mata berkaca-kaca.Ibu mana yang tidak bersedih saat anak semata wayangnya terluka parah. "Mama tidak akan pernah memaafkan kesalahan orang yang tega melakukan semua ini!" ucapnya.Tak perlu menunggu waktu lama, dokter yang dipanggil oleh Rosmala beberapa saat yang lalu pun kemudian datang. Ia membawa alat untuk memeriksa kondisi pasiennya tersebut."Dok, tolong periksa. Saya tidak mau sesuatu terjadi pada tubuhnya!" pinta Rosmala kepada dokter itu.Dokter itu tersenyum seraya mengeluarkan alat untuk memeriksa. "Baik, biar saya periksa dulu kondisinya, ya," sahut dokter itu.Mulai dari detak jantung dan semua luka yang ada pada tubuh Endrick, semuanya dipe