Mobil menepi, Zsalsya keluar dari dalam mobil tersebut dengan Priyatna yang selalu mengawalnya. "Mau tunggu di sini juga tidak apa-apa," ucap Zsalsya dengan santainya. Ia melangkah masuk menuju teras. Perlahan, tangannya meraih gagang pintu untuk kemudian membukanya. Suasana rumah sepi dan tak seorang pun terlihat di ruangan sana."Mbok Minah~!" seru Zsalsya dengan mata mencari keberadaan Minah yang saat itu entah di mana. Zsalsya sama sekali tidak mendengar suara apapun.Zsalsya terus melangkahkan kakinya dari sana menuju dapur. Pikirnya, Minah mungkin sedang beres-beres. Namun, di dapur pun tidak ada. "Tidak ada juga. Kenapa rumah sepi dan sama sekali tidak dikunci. Nana juga tidak ada di sini," Zsalsya berjalan menuju freezer, ia membukanya, lalu mengambil botol besar air putih. Gelas yang ada di samping diambilnya segera dan langsung mengucurkan air minum itu ke dalam gelas setelah tutup botol dibuka.Glek! Glek!Segelas air putih dengan gelas panjang itu habis ditenggaknya.
"Jangan dibuka!" perintah Arzov dalam sebuah bisikan di telinga Nana sembari berusaha menahan Nana agar tidak membuka pintu tersebut. Sebab, terlihat kelas Nana yang tidak sabar dan dihantui rasa penasaran ingin membuka pintu tersebut."Bagaimana kalau itu Endrick?" balas Nana."Dengar! Kamu mau rencana kita berhasil, 'kan? Memangnya kalau ketahuan, kamu mau kalau Endrick sampai membencimu?" Mendengar apa yang dikatakan oleh Arzov membuat Nana seketika berpikir bahwa perkataan pria itu ada benarnya. "Kalau begitu, kita menjauh saja dari ruangan ini," kata Nana.Arzov dan Nana pun melangkah pergi dari ruang tamu itu untuk kemudian menuju sebuah kamar yang ada di sana. Mereka berdua terus memikirkan sesuatu, terutama Nana yang panik dan takut jika dirinya sampai terjebak dan jatuh ke dalam perangkap yang mereka buat sendiri."Kamu ini kenapa tidak bisa diam? Dari tadi mondar-mandir terus?" tanya Arzov yang duduk di sofa sebuah kamar di rumah itu.Nana menyergah. "Bagaimana aku tidak m
"Papa pikir Mama tidak akan datang," celetuk Firman ketika melihat Mariana datang ke sana menemuinya, lalu duduk."Tidak mungkin Mama membiarkan Papa sendirian saja di sini. Tenang saja, Mama akan selalu ada di samping Papa." Begitulah kata Mariana seraya memegang tangan Firman untuk merayunya agar tidak marah."Sebentar lagi juga aku akan pulang. Hari ini kalau bisa aku mau pulang saja," ujar Firman dengan santainya kepada Mariana.Sontak, kedua mata Mariana langsung membelalak. "Tidak bisa, dia tidak boleh pulang dengan cepat," batin Mariana dalam senyapnya.Firman menoleh ke arah Mariana. "Kalau mau, bereskan saja semuanya supaya bisa langsung pulang."Mariana pun kemudian melakukan aksinya supaya Firman tidak pulang dalam waktu cepat."Pa, sebaiknya konsultasikan dulu dengan dokternya. Siapatahu perlu perawatan lagi. Papa juga tahu 'kan kondisi Papa ini tidak bisa diabaikan, harus terus diperhatikan."Namun, dengan cepat Firman langsung menyergahnya. "Tidak. Aku tidak bisa terus b
"Non Zsalsya!" seru Priyatna yang kian tidak sabar ketika tak kunjung ada seorang pun yang mau membukakan pintu untuknya.Namun, Priyatna langsung terdiam sejenak. Ia curiga dengan sesuatu. Sampai setelah menyerukan itu, segera saja ia bersembunyi di balik tembok.Nana dan Arzov yang selalu berdua menjaga pintu pun kemudian langsung saling menatap satu sama lain, ketika mereka tidak mengenal suara itu. Tetapi menyeru Zsalsya dengan panggilan 'Non Zsalsya'."Kamu juga dengar, 'kan? Tahu tidak itu siapa?" tanya Arzov kepada Nana.Nana langsung menggelengkan kepala, karena ia sendiri pun tidak tahu. "Kenapa kamu tanya aku? Aku 'kan bukan Zsalsya yang selalu bertemu orang itu!" balas Nana dengan geram. Kalimatnya terdengar ketus dan seolah tidak mau ditanya hal semacam itu."Kamu yang tinggal di rumah ini, bagaimana mungkin bisa tidak tahu begitu.""Aku bukan Mamanya!" tegas Nana dengan nada berbisik.Arzov pun tidak membalas perkataannya lagi. Ia memikirkan sedikit apa yang kemudian me
"Coba kulihat lagi," gumam Zsalsya di balik pintu kamar itu. Sebelumnya, ia sempat mendengar suara langkah kaki.Karena rasa penasaran yang semakin memuncak, ia pun kemudian membalikkan badannya dan membuka pintu itu kembali secara perlahan. Ia membukanya perlahan karena tidak mau jika sampai ada yang mendengar suara pintu.Dengan pintu yang sedikit terbuka itu, ia mengintip. Matanya mengedar ke seluruh penjuru ruang tamu yang cukup luas itu."Perasaanku memang tidak pernah salah. Aku harus segera pergi sekarang," ucapnya dengan nada berbisik.Walaupun di sisi lain ia juga penasaran dengan kondisi Minah yang entah bagaimana dan sedang apa. Tetapi, yang terpenting baginya saat ini adalah ia sendiri agar bisa keluar dari tempat tinggal yang menjerat kebebasannya itu.Begitu kakinya baru satu langkah keluar dari pintu, ia teringat pada ponsel dan tasnya yang masih tertinggal di dalam kamar."Aku harus mengambilnya dengan cepat," gumamnya. Tanpa menunggu lama, ia pun berjalan masuk kemba
"Bawa dia ke rumah!" perintah Endrick lewat telepon dan Zsalsya pun mendnegarnya dengan baik meski pelan. Terlebih lagi, ketika tak ada pembicaraan lain yang membuat suara via telepon itu terdengar ke telinga."Baik, Tuan!"Endrick tidak langsung mematikan telepon. Telepon di antara mereka terus tersambung dan Priyatna pun sengaja tidak mematikannya, supaya Endrick bisa tahu tanpa harus memberikannya kabar lagi melalui pesan."Nona, Tuan Endrick mau anda ke rumahnya. Tidak masalah, 'kan? Saya pikir supaya di sana Nona merasa aman." Zsalsya sama sekali tidak keberatan. Ia sudah mulai terbiasa dengan keadaan rumah Endrick. Sebab, sebelumnya pun ia pernah tinggal di sana. Mengenal semua pelayan di rumah Endrick rasanya tidak terlalu penting, karena ia sudah cukup mengenal Rosmala -- Ibu Kandung Endrick sebagai orang yang ramah dan bersahaja. Meski di balik semua itu ada sesuatu yang terkadang membuatnya tidak nyaman. Ketika dirinya merasa terlalu banyak meminta tolong kepada orang lain
Arzov memegang gagang pintu dan begitu ia dorong langsung terbuka begitu saja. "Lho!" ucapnya aneh. Keanehan itu membuat Arzov membelalak. Ia curiga jika Zsalsya tidak ada di dalam sana. Begitu dibuka dan memang benar saja, Zsalsya sudah tidak ada. Ia langsung masuk ke dalam kamar, lalu mencari ke sana kemari keberadaan Zsalsya yang entah ada di mana. "Zsa! Zsalsya! Jangan sembunyi!" kata Arzov. Tetapi rupanya, di cari ke berbagai sudut kamar itu tetap tidak ada. Arzov melihat ke arah piring yang sebelumnya sempat ia bawakan makan untuk Zsalsya. Nasi, lauk dan sambalnya tak tersentuh sama sekali. Itu masih utuh ada pada sebuah meja kecil. "Heh! Bisa-bisanya dia kabur dari sini!" gumam Arzov dengan seringai di bibir. "Awas saja kalau sampai tertangkap lagi!" Tetapi, karena Nana yang tidak menurut kepadanya sebab tidak menjaga Zsalsya agar tidak kabur pun membuatnya marah. Kepalanya langsung menoleh kepada Nana dengan mata membelalak kesal. Bibirnya mengatup rapat dengan wajah
Semua berkumpul. Endrick, Zsalsya, dan Rosmala, mereka duduk bersama di sofa ruang tamu. Sedangkan saat itu Priyatna berdiri. "Jadi bagaimana ceritanya?" tanya Rosmala serius sambil tumpang kaki dan tubuh condong ke arah Endrick.Endrick pun langsung mengatakannya dengan percaya diri Walaupun ia sendiri tidak tahu dan tidak melihat kejadiannya, tetapi ia menceritakan apa yang didengarnya saja. Sekaligus, ia ingin agar Rosmala yakin bahwa alasannya sangat jelas."Mas Endrick 'kan tidak tahu semuanya, bagaimana ia visa bercerita sama Ibunya," batin Zsalsya seraya memandangi Endrick.Namun, Zsalsya tidak tahu jika dirinya saat ini ingin membuat Rosmala percaya dan tidak marah dengan alasan keduanya akan menikah dalam waktu yang sangat dekat ini."Jadi bagaimana? Kenapa kamu diam saja?""Begini, Ma .... Mama tahu sendiri 'kan keadaannya bagaimana. Tadi ada yang mengurung Zsalsya di kamarnya, katanya ...."Endrick menoleh ke arah Zsalsya. Ia ingin mengarang, tetapi dirinya pun tidak mau s
Karena kecelakaan terjadi saat Firman sudah tancap gas pergi, sehingga ia tidak tahu bahwa di sana telah terjadi kecelakaan. Ia juga tidak tahu jika yang mengalami itu adalah Mariana.Firman hanya fokus untuk pulang ke rumah tanpa berpikir apapun. Zsalsya yang kala itu tengah memasak pun mendadak ingat kepada Ayahnya, yang membuatnya langsung menghentikan tangannya. Ia melamun, hingga percikan minyak itu membuatnya langsung terhenyak kaget dan menjauh dari wajan tersebut.Endrick yang melihat itu langsung meniupi tangan Zsalsya yang terkena percikan minyak. "Biar pelayan kita saja yang melakukannya!"Endrick menoleh ke samping -- tepatnya ke arah pelayan yang ada di sana. "Tolong kamu lanjutkan!""Baik!" sahut salah seorang pelayan yang saat itu tengah berdiri di sana. Tetapi begitu mendapat perintah, ia pun langsung menuju wajan yang ada di sana.Endrick mengajak Zsalsya pergi menuju kursi yang ada di sana. "Kamu sedang memikirkan apa?" tanya Endrick yang melihat Zsalsya dengan tata
"Baik, biar saya periksa dulu," ujar dokter itu yang kemudian melakukan pemeriksaan terhadap Firman.Sementara di sana, Mariana mengintip dan kini tengah bersembunyi. Ia terus memperhatikan Firman yang saat ini tengah diperiksa oleh dokter tersebut. "Mana obatnya?" gumamnya.Selang lima menit, pemeriksaan selesai. Dokter itu pun kemudian pergi sebentar untuk mengambil obat untuk Firman.Di kala dokter itu mengambilkan obat, Mariana yang sudah sejak tadi menunggu saat itu tiba pun membuatnya langsung bergegas pergi sejenak mengikuti kemanapun dokter itu pergi.Mariana menghampiri dokter itu ketika obat pada sebuah kotak kecil itu tergeletak di meja."Dok, saya mau memeriksa jantung saya yang sedang kurang baik. Dokter mana, ya, yang suka memeriksanya?" tanya Mariana seraya mengenakan maskernya. Ia bertingkah seolah tidak tahu apa-apa.Dengan santainya, dokter itu pun kemudian menyahut. "Saya dokter jantung. Kalau mau, bisa saya periksa, tapi biarkan saya melayani pasien yang lain dul
Rosmala yang belum mendapat kabar apapun, baik itu dari Endrick maupun dari Priyatna -- sopir pribadi Endrick, membuatnya mondar-mandir karena khawatir."Kenapa belum juga ada kabar apapun?" gumam Rosmala yang saat itu dalam kebingungan. Meskipun begitu, ia merasa bahwa semuanya akan baik-baik saja.Tak lama dari itu, sebuah mobil memasuki halaman rumah dan kemudian mobil itu menepi.Rosmala yang terus mondar-mandir di teras pun langsung menghentikan langkah kakinya. Segera saja ia menuruni sedikit tangga dan langsung menghampiri mobil tersebut yang mana ia pikir bahwa itu adalah Endrick dan seharusnya bersama Zsalsya.Begitu pintu mobil terbuka, langsung terlihatlah kaki Endrick yang keluar dari sana."Nak, akhirnya kamu kembali! Mana Zsalsya?" tanya Rosmala. Ia melihat ke dalam mobil dan saat itu Zsalsya pun memang hendak keluar dari mobil tersebut.Begitu Zsalsya turun, Rosmala langsung memeluk menantunya. "Akhirnya kamu kembali juga. Mama khawatir dengan keadaan kalian. Mengingat
Telepon Endrick yang saat itu sudah terhubung dengan Piryatna yang merupakan sopir kepercayaannya membuatnya bisa tahu kapan ia akan bergerak melakukan tugasnya. Setelah tahu bahwa Zsalsya ditemukan di lantai dua, sopir pribadi itu pun langsung mengajak kepada para bodyguard untuk mengikuti Endrick ke lantai atas sana. Sedangkan polisi, pada saat yang sama mereka juga masuk dan langsung menyergap. Sontak saja, semua preman yang ada di sana pun langsung berusaha kabur, termasuk Arzov. Namun sayangnya, polisi yang datang jauh lebih banyak dibanding para preman itu sendiri. "Jangan bergerak!" ujar salah seorang polisi sembari menembakkan pistol ke atas. Preman yang saat itu masih berada di sana pun langsung angkat tangan kala para polisi yang sejak awal sudah siap sedia untuk menangkap mereka kini memperlihatkan diri mereka. "Sialan! Kenapa harus ada banyak polisi!" gumam Arzov dengan kedok yang masih terpasang di kepala hingga menutup wajahnya. Namun, polisi yang bertugas la
DOORR!!!Endrick melesatkan peluru dari pistol yang dipegangnya. Sontak, polisi yang sudah bersiap pun langsung turun dari mobil dan mengepung rumah itu. Kyora tidak tahu jika rumahnya telah terkepung dan tidak memiliki jalan lagi untuk keluar.Sekalipun polisi yang mengepung, tetapi mereka tidak langsung masuk ke dalam. Para bodyguard Endrick hanya bersiap siaga di luar rumah."Serahkan Zsalsya padaku sekarang juga!" pinta Endrick. Namun, preman yang ada di sana seolah langsung siap siaga untuk menyerang Endrick. Para saat yang sama, ketika mereka hendak menyerang, Endrick melesatkan peluru ke sebuah botol kaca yang ada di sana, hingga tercipta suara berisik yang membuat para bodyguard Endrick keluar. Ketika para preman lengah karena fokusnya teralihkan kepada para bodyguard Endrick. Lada saat itulah Endrick pergi untuk mencari keberadaan Zsalsya. Endrick memplintir tangan Kyora ke belakang dan langsung menodongnya. "Cepat tunjukkan padaku di mana Zsalsya sekarang berada!" perint
"Ma, aku pergi sekarang!" pamit Endrick ketika dirinya sudah menambahkan jaket pada pakaian atasnya. "Iya, Nak!" sahut Rosmala.Mereka yang telah mengatur rencana untuk segala sesuatunya pun kemudian berangkat dari rumah itu untuk kemudian pergi menuju lokasi alamat yang ia dapatkan sebelumnya.Endrick memasuki sebuah mobil. Ia kembali mengemudi sendiri. Kali ini, ia menggunakan mobil yang lain dengan warna putih. Rosmala yang saat itu melihat Anaknya berangkat untuk menyelamatkan Zsalsya pun hanya berdo'a agar selamat dan mereka menjalankan rencana dengan baik dan berhasil, agar bisa membawa Zsalsya kembali.Setelah Endrick pergi, di belakang itu, mobil yang dikemudikan oleh para bodyguardnya ada di belakang mobil Endrick. Hanya saja, saat itu cukup berjarak. Sebab, Endrick tidak mau jika lawan menganggap bahwa Endrick datang bersama orang lain."Zsa, tunggu aku, aku datang untuk menyelamatkanmu sekarang! Kita pasti akan bersama lagi!" ujar Endrick sembari mengemudi. Pandangannya f
"Tidak tahu terima kasih! Disuapin malah dimuntahin! Makan saja sendiri, terserah kalau kamu lapar juga!" sentak Arzov. Ia menaruh piring itu di meja dan kemudian melangkah pergi dari tempat itu.Arzov segera menemui Kyora, yang mana ada janji yang belum ia tagih sekaligus belum ia dapatkan pula uang yang dijanjikannya.Zsalsya berusaha untuk melepaskan dirinya, tetapi masih susah. "Aku mau buang air! Tolong lepaskan ikatan tanganku!" pinta Zsalsya dengan tegasnya.Namun, kedua preman itu hanya saling memandang satu sama lain. Mereka seolah tengah saling melempar kode melalui pandangan mata. Memutuskan apakah harus melepaskan ikatan tangan Zsalsya atau malah mengabaikannya.Mereka juga takut jika Zsalsya ternyata membohongi mereka, untuk itulah kedua preman itu tidak mau langsung percaya begitu saja."Apa kalian mau melihat aku buang air di sini?!" tambah Zsalsya dengan sedikit ancaman halus yang membuat kedua preman itu bingung dalam memilih. Namun, tak lama setelahnya, Arzov kembal
Dalam kesendiriannya, Zsalsya hanya harus menahan rasa takut dalam dirinya kala di tempat yang gelap itu ia sendirian. Namun, kemudian sebuah pikiran berlarian di kepala."Tapi waktu itu saja aku bisa melarikan diri. Bagaimana kalau sekarang aku juga mencobanya?" batin Zsalsya dalam diamnya. Ia terus memikirkan hal itu.Zsalsya melihat ke sekeliling. Ia berusaha melepaskan tali yang mengikat erat di pergelangan tangan dan kakinya itu. Tetapi, rupanya di tempat itu terdapat cctv tersembunyi. Kyora dan anak buahnya terus memantau sampai mendapat kabar dari Endrick bahwa pria itu datang ke tempat tersebut untuk menjemput Zsalsya.Semalaman Zsalsya tidak bisa tidur. Ia berusaha untuk melepaskan diri, tetapi dirinya tidak bisa membuka ikatan itu.Kyora yang memperhatikan setiap gerak-gerik Zsalsya itu hanya diam seraya menopang dagu. Sesekali ia menyungging licik dengan apa yang dilihatnya saat itu."Sekarang kamu tidak akan bisa kabur atau melepaskan diri dariku lagi. Aku tidak akan sebod
Sampai di dalam kamar, para pelayan yang ada di sana sontak mengambil kotak P3K untuk merawat luka Endrick. Lukanya sangat parah dan saking khawarisnya, Rosmala langsung memanggil dokter.Rosmala duduk di samping Endrick seraya membelai rambutnya. "Nak, kenapa ada orang jahat yang berani melakukan hal ini sama kamu?" ucapnya dengan mata berkaca-kaca.Ibu mana yang tidak bersedih saat anak semata wayangnya terluka parah. "Mama tidak akan pernah memaafkan kesalahan orang yang tega melakukan semua ini!" ucapnya.Tak perlu menunggu waktu lama, dokter yang dipanggil oleh Rosmala beberapa saat yang lalu pun kemudian datang. Ia membawa alat untuk memeriksa kondisi pasiennya tersebut."Dok, tolong periksa. Saya tidak mau sesuatu terjadi pada tubuhnya!" pinta Rosmala kepada dokter itu.Dokter itu tersenyum seraya mengeluarkan alat untuk memeriksa. "Baik, biar saya periksa dulu kondisinya, ya," sahut dokter itu.Mulai dari detak jantung dan semua luka yang ada pada tubuh Endrick, semuanya dipe