Endrick mengikuti Firman yang menunjukkan jalan, yang sebenarnya entah ke mana pria paruh baya itu akan mengajaknya. Yang pasti, ia hanya mengikuti alur permainan demi suatu usaha yang harus berjalan dengan baik.Dengan lemas, Zsalsya terduduk di sofa ruang tamu. Pada saat itulah Arzov datang dan duduk di samping Zsalsya. Ia mencoba untuk menghiburnya."Aku tahu itu pasti tidak nyaman. Tapi, aku janji bakal selalu ada di sampingmu selamanya," ucap Arzov. Tangannya merayap perlahan, lalu memegang tangan Zsalsya. Zsalsya melirik dan menjauhkan tangan itu dari Arzov. "Tahu dari mana kamu dengan perasaanku?" "Tadi aku melihatmu secara tidak sengaja. Ada Endrick, ya? Itu pasti berat sekali, diabaikan dan dia malah memilih pergi dengan Papamu."Secara perlahan, Arzov mulai mencuci otak Zsalsya agar tidak menyukai Endrick lagi. Sebab, ia tidak mau melewatkan kesempatan yang mana memang menurutnya sangat baik itu."Pokoknya, aku akan membuatnya kembali ke pelukanku," batin Arzov sembari ter
"Tidak bisa, aku harus mendekati Zsalsya dan mengungkap semuanya! Dia tidak boleh sampai menikah dengan orang lain! Sampai kapanpun, dia harus menjadi milikku! Jika aku tidak bisa mendapatkannya, maka yang lain pun tidak!" batin Arzov dengan segala ambisi yang bergejolak dalam darahnya. Arzov pun berjalan menaiki tangga. Baru satu tangga naik, seseorang menyerukan namanya. "Nak Arzov, mau ke mana?!" Sontak saja, ia pun langsung menoleh ke belakang. Ia melihat ada Mariana yang tengah berdiri sembari memperhatikan dirinya. "Oh ya, Tan, Nana-nya ke mana, ya? Kenapa dari tadi belum juga turun?" "Kamu mau bertemu dia? Baiklah, biar Tante panggilkan buat kamu! Kamu duduk sana di sana!" jawabnya. Ketika Mariana sudah berkata begitu, ia tidak memiliki pilihan lain lagi selain menunggu. Padahal, tangan dan kakinya sudah gatal ingin menemui Zsalsya. Tetapi, dirinya berpikir bahwa tidak mungkin menemuinya sendiri. Ia butuh perantara supaya dirinya tetap aman dan Zsalsya tidak mencuri
"Tuh! Dia muncul! Cepat samperin!" bisik Arzov kepada Nana.Dengan agak ragu, Nana pun langsung berjalan menaiki tangga. Ia pura-pura sibuk dengan ponselnya. Sampai ketika dirinya berdiri dekat Endrick, kakinya pura-pura terkilir hingga nyaris jatuh. Sontak saja, Endrick pun langsung menahannya. Nana terus menatap sepasang mata Endrick. Tetapi, saat itu mata Endrick berpaling ke arah lain, ia tampak malas dan terpaksa karena harus menangkap Nana agar tidak terjatuh.Saat itu, Firman pun ada di sana. Ia juga tidak mau dicap buruk dengan mengabaikan seseorang, terlebih lagi orang itu nanti akan menjadi bagian dari keluarganya ketika dirinya sudah menikahi Zsalsya."Terima kasih, maaf aku merepotkan," kata Nana dengan mulut manisnya.Endrick membantu Nana kembali berdiri, lalu berjalan menuruni tangga kembali. "Sama-sama!" jawaban singkat dan ketus."Aaarghh! Kakiku ..., sepertinya aku tidak bisa berjalan!" kata Nana.Arzov segera menjauh dari tempat sebelumnya. Yang mana sebelumnya ia
"Sialan! Apa-apaan itu! Kenapa dia malah pergi!" umpat Nana dalam hati. Arzov yang menunggu di bawah itu terus mondar-mandir ke sana kemari tanpa henti. Ia merasa tidak bisa berdiri dengan nyaman ketika dirinya belum bisa bertemu Zsalsya."Mana orang itu?"Ketika tengah mondar-mandir, ia melihat Endrick yang sudah di dekat pintu pun membuatnya langsung berpikir. "Dia pergi secepat itu? Apa itu artinya Nana tidak berhasil mendekatinya?" Ia penasaran dengan itu.Sejenak, ia melihat ke atas tangga. Di sana, tampak jelas Nana yang masih di tangga. Seperti sedang dalam keadaan kesal."Kamu yakin masih mau di sini? Tidak mau Papa antar naik ke kamar?""Tidak usah! Aku masih mau di sini. Papa duluan saja!"Karena tidak mau terus berada di tangga, Firman pun akhirnya memilih pergi menuju ruangannya. "Ya sudah, Papa duluan."Perlahan, Nana bangkit dari duduknya. Pada saat yang sama, Arzov yang sudah melihat Firman pergi dari hadapan Nana pun, baru ia berani."Tunggu sebentar!" seru Arzov keti
Selesai berbelanja, Endrick pun langsung menaruh semua barang yang baru dibelinya itu di jok belakang. Ia menutup pintu jok belakang, lalu menuju jok depan. Mesin mobil itu ia nyalakan, lalu dengan cepat dirinya tancap gas pergi menuju rumah. Sebab, ia berpikir bahwa mungkin saja Rosmala tengah menunggu dirinya karena pesanannya masih dalam perjalanan.Rupanya, pikiran mereka berkebalikan. Dugaan Endrick kali ini pun sangat keliru. Justru, Rosmala berharap jika dalam perjalanan, Endrick terjebak macet. Supaya tidak segera sampai ke rumah. Rosmala tidak mau mempertemukan Ayah dan Anak, karena baginya itu bukan hal yang baik. "Semoga dia tidak segera pulang!" batin Rosmala penuh harap. Bibirnya memucat dengan kedua tangan saling meremas satu sama lain, sambil sesekali ia melihat ke arah Rejho yang tampak tidak sabar ingin segera menemui Endrick.Rejho menoleh ke arah Rosmala, tetapi dengan cepat Rosmala langsung memalingkan wajahnya ke arah lain. Ia tidak mau jika Rejho curiga kepada
"Biasanya dia tidak bersikap tak acuh begitu. Kenapa, ya, tadi malah seolah tidak peduli dengan keberadaanku? Apa dia marah karena kemarin tidak jadi fitting baju?" gumamnya dalam kamar sembari memeluk dirinya sendiri.Seiring berjalannya waktu, rasa sakit pada perutnya pun mulai membaik. Ia bisa menikmati camilan yang beberapa waktu yang lalu ia ambil dari dapur. Minuman yang dibelikan oleh Endrick itu sesekali ia tatap. Ada lima botol minuman yang katanya obat pereda nyeri haid. Baru ia habiskan salah satunya saja."Dia perhatian, tapi kemudian bersikap dingin. Apa yang sebenarnya dia inginkan? Apa dia sedang merencanakan sesuatu?" Zsalsya melihat ke arah pergelangan tangannya yang bersinar. Sinar berbeda yang tak biasa. Biasanya berwarna merah muda, tetapi kini malah berwarna hijau pekat."Ada apa ini?" Zsalsya terkaget-kaget kala melihatnya.Sorot matanya seolah mengatakan. Ada apa ini? Apa yang membuatnya berubah?Camilan yang ada di telapak tangannya pun langsung ia taruh. Dir
"Sampai kapan aku harus jauh dari rumah begini? Apa perlu aku tinggal di hotel sebentar?" gumamnya. Endrick sudah tidak betah setelah putar balik, ia memilih berada di suatu tempat yang cukup jauh dari jangkauan rumah. Dan kini, tidak ada panggilan telepon yang masuk.Ia tidak tahu jika Rejho tidak menyerah untuk menunggu. Rejho masih berada di rumah Rosmala, pria itu tidak pernah bosan dengan ambisinya."Sampai kapan dia akan berada di sini?" bisik salah seorang pelayan yang ada di sana kepala rekan pelayan lainnya.Tetapi, kemudian mereka kembali pada posisi mereka masing-masing. Ketika itu, Rosmala pun sudah mengantuk. Begitu pula dengan Endrick yang berkali-kali menguap di dalam mobil. Tetapi, begitu mengecek ponselnya, tak satupun ada panggilan yang masuk."Kenapa lama sekali? Apa aku harus memesan hotel semalam?" gumamnya.Waktu telah menunjukkan pukul 20.00. Endrick pun sudah merasa lapar. Ia perlu mengisi perutnya sebentar. Tanpa berlama-lama, ia pun menyalakan mesin mobil.
Gantungan ponsel telah didapatkan. Tetapi, Zsalsya merasa belum cukup karena harga gantungan ponsel itu hanya sekitar tujuh puluh ribu saja. Sedangkan, ada banyak hal yang telah direnggut Nana darinya."Kita makan sekarang, yuk!" ajak Arzov kepada Nana dan Zsalsya.Tetapi, Nana yang merasa geram pun membuatnya segera menyeret Arzov pergi."Kak Zsalsya, tunggu di sini sebentar, ya!" seru Nana kepada Zsalsya. "Iya!" sahut Zsalsya dengan santainya.Di tempat itu, Zsalsya melihat keduanya yang pergi entah ke mana dan entah akan membicarakan apa. Tetapi, dirinya mencoba untuk tenang. Meskipun, pikirannya agak khawatir, khawatir jika mereka meninggalkan dirinya sendirian di sana."Ponselku!" gumamnya sembari mencari ke saku celana jeans panjang yang dipakainya.Ia juga takut jika ponselnya sampai tertinggal. Jika begitu, ia akan kesulitan menghubungi siapapun di sana.Setelah ia menemukan ponsel di dalam saku celana tersebut, ia pun kemudian mencari tempat duduk sejenak. Rupanya, nyeri hai
Karena kecelakaan terjadi saat Firman sudah tancap gas pergi, sehingga ia tidak tahu bahwa di sana telah terjadi kecelakaan. Ia juga tidak tahu jika yang mengalami itu adalah Mariana.Firman hanya fokus untuk pulang ke rumah tanpa berpikir apapun. Zsalsya yang kala itu tengah memasak pun mendadak ingat kepada Ayahnya, yang membuatnya langsung menghentikan tangannya. Ia melamun, hingga percikan minyak itu membuatnya langsung terhenyak kaget dan menjauh dari wajan tersebut.Endrick yang melihat itu langsung meniupi tangan Zsalsya yang terkena percikan minyak. "Biar pelayan kita saja yang melakukannya!"Endrick menoleh ke samping -- tepatnya ke arah pelayan yang ada di sana. "Tolong kamu lanjutkan!""Baik!" sahut salah seorang pelayan yang saat itu tengah berdiri di sana. Tetapi begitu mendapat perintah, ia pun langsung menuju wajan yang ada di sana.Endrick mengajak Zsalsya pergi menuju kursi yang ada di sana. "Kamu sedang memikirkan apa?" tanya Endrick yang melihat Zsalsya dengan tata
"Baik, biar saya periksa dulu," ujar dokter itu yang kemudian melakukan pemeriksaan terhadap Firman.Sementara di sana, Mariana mengintip dan kini tengah bersembunyi. Ia terus memperhatikan Firman yang saat ini tengah diperiksa oleh dokter tersebut. "Mana obatnya?" gumamnya.Selang lima menit, pemeriksaan selesai. Dokter itu pun kemudian pergi sebentar untuk mengambil obat untuk Firman.Di kala dokter itu mengambilkan obat, Mariana yang sudah sejak tadi menunggu saat itu tiba pun membuatnya langsung bergegas pergi sejenak mengikuti kemanapun dokter itu pergi.Mariana menghampiri dokter itu ketika obat pada sebuah kotak kecil itu tergeletak di meja."Dok, saya mau memeriksa jantung saya yang sedang kurang baik. Dokter mana, ya, yang suka memeriksanya?" tanya Mariana seraya mengenakan maskernya. Ia bertingkah seolah tidak tahu apa-apa.Dengan santainya, dokter itu pun kemudian menyahut. "Saya dokter jantung. Kalau mau, bisa saya periksa, tapi biarkan saya melayani pasien yang lain dul
Rosmala yang belum mendapat kabar apapun, baik itu dari Endrick maupun dari Priyatna -- sopir pribadi Endrick, membuatnya mondar-mandir karena khawatir."Kenapa belum juga ada kabar apapun?" gumam Rosmala yang saat itu dalam kebingungan. Meskipun begitu, ia merasa bahwa semuanya akan baik-baik saja.Tak lama dari itu, sebuah mobil memasuki halaman rumah dan kemudian mobil itu menepi.Rosmala yang terus mondar-mandir di teras pun langsung menghentikan langkah kakinya. Segera saja ia menuruni sedikit tangga dan langsung menghampiri mobil tersebut yang mana ia pikir bahwa itu adalah Endrick dan seharusnya bersama Zsalsya.Begitu pintu mobil terbuka, langsung terlihatlah kaki Endrick yang keluar dari sana."Nak, akhirnya kamu kembali! Mana Zsalsya?" tanya Rosmala. Ia melihat ke dalam mobil dan saat itu Zsalsya pun memang hendak keluar dari mobil tersebut.Begitu Zsalsya turun, Rosmala langsung memeluk menantunya. "Akhirnya kamu kembali juga. Mama khawatir dengan keadaan kalian. Mengingat
Telepon Endrick yang saat itu sudah terhubung dengan Piryatna yang merupakan sopir kepercayaannya membuatnya bisa tahu kapan ia akan bergerak melakukan tugasnya. Setelah tahu bahwa Zsalsya ditemukan di lantai dua, sopir pribadi itu pun langsung mengajak kepada para bodyguard untuk mengikuti Endrick ke lantai atas sana. Sedangkan polisi, pada saat yang sama mereka juga masuk dan langsung menyergap. Sontak saja, semua preman yang ada di sana pun langsung berusaha kabur, termasuk Arzov. Namun sayangnya, polisi yang datang jauh lebih banyak dibanding para preman itu sendiri. "Jangan bergerak!" ujar salah seorang polisi sembari menembakkan pistol ke atas. Preman yang saat itu masih berada di sana pun langsung angkat tangan kala para polisi yang sejak awal sudah siap sedia untuk menangkap mereka kini memperlihatkan diri mereka. "Sialan! Kenapa harus ada banyak polisi!" gumam Arzov dengan kedok yang masih terpasang di kepala hingga menutup wajahnya. Namun, polisi yang bertugas la
DOORR!!!Endrick melesatkan peluru dari pistol yang dipegangnya. Sontak, polisi yang sudah bersiap pun langsung turun dari mobil dan mengepung rumah itu. Kyora tidak tahu jika rumahnya telah terkepung dan tidak memiliki jalan lagi untuk keluar.Sekalipun polisi yang mengepung, tetapi mereka tidak langsung masuk ke dalam. Para bodyguard Endrick hanya bersiap siaga di luar rumah."Serahkan Zsalsya padaku sekarang juga!" pinta Endrick. Namun, preman yang ada di sana seolah langsung siap siaga untuk menyerang Endrick. Para saat yang sama, ketika mereka hendak menyerang, Endrick melesatkan peluru ke sebuah botol kaca yang ada di sana, hingga tercipta suara berisik yang membuat para bodyguard Endrick keluar. Ketika para preman lengah karena fokusnya teralihkan kepada para bodyguard Endrick. Lada saat itulah Endrick pergi untuk mencari keberadaan Zsalsya. Endrick memplintir tangan Kyora ke belakang dan langsung menodongnya. "Cepat tunjukkan padaku di mana Zsalsya sekarang berada!" perint
"Ma, aku pergi sekarang!" pamit Endrick ketika dirinya sudah menambahkan jaket pada pakaian atasnya. "Iya, Nak!" sahut Rosmala.Mereka yang telah mengatur rencana untuk segala sesuatunya pun kemudian berangkat dari rumah itu untuk kemudian pergi menuju lokasi alamat yang ia dapatkan sebelumnya.Endrick memasuki sebuah mobil. Ia kembali mengemudi sendiri. Kali ini, ia menggunakan mobil yang lain dengan warna putih. Rosmala yang saat itu melihat Anaknya berangkat untuk menyelamatkan Zsalsya pun hanya berdo'a agar selamat dan mereka menjalankan rencana dengan baik dan berhasil, agar bisa membawa Zsalsya kembali.Setelah Endrick pergi, di belakang itu, mobil yang dikemudikan oleh para bodyguardnya ada di belakang mobil Endrick. Hanya saja, saat itu cukup berjarak. Sebab, Endrick tidak mau jika lawan menganggap bahwa Endrick datang bersama orang lain."Zsa, tunggu aku, aku datang untuk menyelamatkanmu sekarang! Kita pasti akan bersama lagi!" ujar Endrick sembari mengemudi. Pandangannya f
"Tidak tahu terima kasih! Disuapin malah dimuntahin! Makan saja sendiri, terserah kalau kamu lapar juga!" sentak Arzov. Ia menaruh piring itu di meja dan kemudian melangkah pergi dari tempat itu.Arzov segera menemui Kyora, yang mana ada janji yang belum ia tagih sekaligus belum ia dapatkan pula uang yang dijanjikannya.Zsalsya berusaha untuk melepaskan dirinya, tetapi masih susah. "Aku mau buang air! Tolong lepaskan ikatan tanganku!" pinta Zsalsya dengan tegasnya.Namun, kedua preman itu hanya saling memandang satu sama lain. Mereka seolah tengah saling melempar kode melalui pandangan mata. Memutuskan apakah harus melepaskan ikatan tangan Zsalsya atau malah mengabaikannya.Mereka juga takut jika Zsalsya ternyata membohongi mereka, untuk itulah kedua preman itu tidak mau langsung percaya begitu saja."Apa kalian mau melihat aku buang air di sini?!" tambah Zsalsya dengan sedikit ancaman halus yang membuat kedua preman itu bingung dalam memilih. Namun, tak lama setelahnya, Arzov kembal
Dalam kesendiriannya, Zsalsya hanya harus menahan rasa takut dalam dirinya kala di tempat yang gelap itu ia sendirian. Namun, kemudian sebuah pikiran berlarian di kepala."Tapi waktu itu saja aku bisa melarikan diri. Bagaimana kalau sekarang aku juga mencobanya?" batin Zsalsya dalam diamnya. Ia terus memikirkan hal itu.Zsalsya melihat ke sekeliling. Ia berusaha melepaskan tali yang mengikat erat di pergelangan tangan dan kakinya itu. Tetapi, rupanya di tempat itu terdapat cctv tersembunyi. Kyora dan anak buahnya terus memantau sampai mendapat kabar dari Endrick bahwa pria itu datang ke tempat tersebut untuk menjemput Zsalsya.Semalaman Zsalsya tidak bisa tidur. Ia berusaha untuk melepaskan diri, tetapi dirinya tidak bisa membuka ikatan itu.Kyora yang memperhatikan setiap gerak-gerik Zsalsya itu hanya diam seraya menopang dagu. Sesekali ia menyungging licik dengan apa yang dilihatnya saat itu."Sekarang kamu tidak akan bisa kabur atau melepaskan diri dariku lagi. Aku tidak akan sebod
Sampai di dalam kamar, para pelayan yang ada di sana sontak mengambil kotak P3K untuk merawat luka Endrick. Lukanya sangat parah dan saking khawarisnya, Rosmala langsung memanggil dokter.Rosmala duduk di samping Endrick seraya membelai rambutnya. "Nak, kenapa ada orang jahat yang berani melakukan hal ini sama kamu?" ucapnya dengan mata berkaca-kaca.Ibu mana yang tidak bersedih saat anak semata wayangnya terluka parah. "Mama tidak akan pernah memaafkan kesalahan orang yang tega melakukan semua ini!" ucapnya.Tak perlu menunggu waktu lama, dokter yang dipanggil oleh Rosmala beberapa saat yang lalu pun kemudian datang. Ia membawa alat untuk memeriksa kondisi pasiennya tersebut."Dok, tolong periksa. Saya tidak mau sesuatu terjadi pada tubuhnya!" pinta Rosmala kepada dokter itu.Dokter itu tersenyum seraya mengeluarkan alat untuk memeriksa. "Baik, biar saya periksa dulu kondisinya, ya," sahut dokter itu.Mulai dari detak jantung dan semua luka yang ada pada tubuh Endrick, semuanya dipe