Della berjalan di tepian kolam dengan bertelanjang kaki, kedua tangan direnggangkan ke kanan dan kiri. Sedangkan Dimas berjalan di belakangnya, melihat tingkah lucu Della.
"Sejak kecil aku selalu hidup sederhana, semuanya serba pas, uang jajan pas, tempat tinggal pas, kasih sayang dan perhatian pas-pasan. Bahkan aku tidak pernah membayangkan jika bisa berjalan di tepian kolam, menikmati malam yang begitu indah seperti sekarang." Della membalikkan badan dengan cepat, membuat kakinya hampir tergelincir.
Dimas yang sedari tadi mendengarkan Della bercerita, terus mengulas senyum karena merasa senangi bisa membahagiakan istrinya itu. Hingga ketika melihat Della yang hampir tergelincir ke kolam, Dimas dengan sigap langsung menarik tangan Della, membawa istrinya itu jatuh ke pelukan.
"Hati-hati," ucap Dimas.
Della tersenyum lebar melihat Dimas yang khawatir, lantas mengalungkan kedua lengan dan menatap lekat wajah Dimas dari dekat.
"Katakan padaku, Dim. K
Hari itu, Salsa tampak mengajak Bagas jalan-jalan. Menghabiskan waktu untuk oma dan cucu, itulah yang ada dipikiran Salsa sekarang. Ia dan Bagas baru saja selesai berbelanja pakaian, kemudian ingin mengajak cucunya itu membeli beberapa mainan."Bagas!" Livia yang ternyata sedang berbelanja pakaian bayi untuk anak Susan, melihat Salsa dan Bagas, membuat wanita itu langsung keluar dari toko untuk menghampiri."Kenapa kamu di sini?" tanya Salsa menatap heran. Terlihat tidak suka karena takut Livia mengambil alih Bagas darinya."Hei, jangan pikir aku membuntuti. Aku sedang mencarikan pakaian untuk cucuku yang lain, jadi bukan sengaja ketemu," jawab Livia yang sedikit tersinggung dengan pertanyaan Salsa."Ya, yang punya cucu, makanya merasa senang," sindir Salsa. "Kamu sudah punya cucu satu, kenapa masih ingin Bagas." Salsa lagi-lagi memancing emosi Livia.Livia menarik napas dalam-dalam, mencoba bersabar ketika menghadapi Salsa, sadar jika mereka tenga
Della dan Dimas berbulan madu selama 3 hari, karena Dimas harus kembali bekerja dan tidak bisa mengambil cuti lama. Meski Dimas adalah putra pemilik perusahaan, tak lantas membuat pria itu bertindak seenaknya sendiri.Keduanya sudah pulang, serta langsung disambut hangat oleh Salsa. Della membawakan banyak oleh-oleh untuk orang rumah, meski mungkin bagi Salsa itu adalah barang biasa, tapi ternyata wanita itu sangat menghargai karena Della membeli menggunakan uangnya sendiri."Aku besok sudah mulai kembali ke kantor, apa yang akan kamu lakukan besok?" tanya Dimas seraya membantu Della membongkar koper mereka."Mungkin aku ke resto saja, lagian di rumah mau apa," jawab Della santai. "Di rumah bersama mertua itu juga ada sedikit tekanan," bisik Della dengan nada candaan.Dimas yang tak paham jika Della sedang bercanda, lantas menoleh dengan air muka serius, menganggap jika apa yang dibisikkan Della benar adanya."Apa itu benar?" tanya Dimas mema
Hari itu Anggit terlihat buru-buru pergi dari rumah mengemudikan mobilnya. Wanita itu terlihat gelisah, bahkan bola matanya berkaca.Anggit sampai di sebuah restoran. Ia langsung berjalan cepat masuk dan pergi ke salah satu ruangan yang terdapat di sana. Anggit harus menelan kenyataan pahit jika suaminya benar-benar berselingkuh.Anggit sendiri sudah mencurigai sang suami berselingkuh sejak beberapa bulan yang lalu, tapi masih ditahan dan mencoba percaya pada suaminya. Namun, ternyata sang suami seakan tak peduli dan semakin menjadi-jadi. Beberapa hari lalu setelah pernikahan Dimas dan Della, Anggit terus meratapi kebodohan mencintai pria yang ternyata terus membohonginya. Bahkan ketika Anggit bertanya, suaminya itu terus mengelak."Bagus! Ternyata kamu benar-benar berselingkuh! Pantas saja aku ajak kamu balik ke Paris tidak mau! Bahkan kamu terus mengelak!" bentak Anggit ketika memergoki sang suami dengan wanita lain yang sama-sama berprofesi sebagai model di r
Della mengajak Anggit ke rumah kontrakkan lamanya. Karena tak mungkin mengajak kakak iparnya itu ke tempat umum atau pulang ke rumah, sedangkan Anggit masih terus menangis. "Minum dulu, Kak." Della menyodorkan gelas berisi air putih. "Te-rima ka-sih," ucap Anggit sedikit terbata karena isakan tangisnya. Della menatap kakak ipar yang sedang meminum air. Ia berpikir jika apa yang didengar pagi itu adalah benar, sang kakak ipar tengah bertengkar dengan suami. "Sejak kapan Kakak diselingkuhi?" tanya Della. Anggit meletakkan gelas di meja, lantas mengambil tisu untuk menyeka air mata. "Beberapa bulan yang lalu," jawab Anggit dengan mata kembali berkaca. "Aku pikir mereka hanya berhubungan sebatas bisnis, mengingat suamiku adalah pemilik perusahaan modelling, dan wanita itu modelnya. Namun, saat aku mulai menyadari kedekatan serta banyaknya job yang diberikan pada wanita itu, mulai dari situ aku sadar jika suamiku berselingkuh. Apala
Setelah Anggit mulai sedikit tenang. Mereka pun pulang ke rumah, Della berjanji untuk tidak memberitahu masalah Anggit pada siapa pun, sampai wanita itu sendiri yang siap untuk bercerita.Mereka pulang bersama, begitu sampai di rumah. Della terkejut dan merasa tak enak hati dengan Salsa, apalagi ketika melihat wajah masam mertuanya itu."Ternyata, Mama memang tak dianggap," keluh Salsa, mencoba menarik simpatik Della.Della cukup terkejut dengan ucapan Salsa. Karena melihat Anggit yang sedang diperlakukan buruk oleh sang suami, membuat Della lupa jika sudah berjanji pada Salsa untuk pulang cepat.Salsa langsung masuk rumah setelah mengeluh, meninggalkan Della dan Anggit yang kebingungan."Mama marah," bisik Anggit yang tahu betul bagaimana Salsa."Mama marah padaku," bisik Della balik.Keduanya saling tatap, kemudian berjalan cepat masuk rumah untuk mengejar Salsa. Mereka melihat Salsa yang duduk di sofa ruang tamu dengan bersidekap d
Della terlihat duduk seraya menatap ke arah jendela kamar, sikunya bertumpu pada sandaran sofa dengan telapak tangan menyangga kepala. Ia sedang memikirkan tentang apa yang dilihatnya tadi."Apa mungkin dia? Tidak, mana mungkin kebetulan." Della mencoba menolak pemikirannya sendiri.Dimas yang baru saja pulang dari kantor, merasa heran ketika melihat Della melamun, bahkan saat dirinya masuk dan meletakkan tas ke ranjang, Della pun masih tidak menyadari kedatangannya."Kamu melamunkan apa?" tanya Dimas yang sudah duduk di samping Della.Della begitu terkejut mendengar suara Dimas. Ia menoleh dan melihat Dimas yang sudah tersenyum hangat padanya."Kapan kamu pulang?" tanya Della yang bingung karena tertangkap basah sedang melamun."Beberapa waktu yang lalu, tapi aku malah melihat istriku melamun," jawab Dimas yang kemudian mencubit pelan hidung Della."Dim, sakit!" pekik Della seraya mengusap hidung.Dimas terkekeh, kemudian memi
Della dan Dimas terlihat berdiri di depan pintu kamar Anggit, mereka berdua menunggu Salsa dan Anggara keluar. Mereka memang tak ikut masuk dan memilih membiarkan Anggit tenang.Pintu kamar terbuka, Anggara tampak keluar dari kamar dengan senyum masam di wajah, hanya tak menyangka jika putri yang tinggal jauh darinya selama ini, memendam penderitaan itu sendirian."Bagaimana keadaan kakak?" tanya Dimas langsung."Sudah sedikit tenang, sekarang sedang istirahat karena lelah banyak menangis," jawab Anggara dengan wajah tertekuk.Salsa ikut keluar dari kamar, ingin membiarkan Anggit istirahat dengan tenang. Ia langsung menatap Della, hingga kemudian memeluk menantunya itu sampai membuat Della dan Dimas terkejut."Terima kasih ya, Del. Anggit cerita kalau kamu yang membantunya saat suami Anggit bersikap kasar," ucap Salsa dengan bola mata berkaca.Dimas terkejut mendengar hal itu, tak menyangka jika sang istri ternyata membela kakaknya melawan p
Hari itu, Salsa terlihat duduk di sebuah kafe. Ia dengan anggunnya menyesap latte yang dipesan, menunggu seseorang yang memiliki janji temu dengannya. Selang beberapa menit, Salsa melihat seorang gadis berjalan ke arahnya, ia pun tersenyum kemudian mempersilahkan gadis itu duduk."Maaf, Bu. Saya terlambat karena harus membuat alasan agar bisa keluar," kata gadis yang diperkirakan berumur dua puluh enam tahun itu."Tidak apa, aku memaklumi," kata Salsa santai. Ia menawari gadis itu minum, sebelum bicara ke inti pokok permasalah kenapa dirinya meminta bertemu.Salsa memperhatikan gadis yang sedang meminum jus pesanannya, menilai dari segi fisik dan penampilan."Kamu berkata ingin membantuku, apakah kamu bisa dipercaya? Hal apa yang bisa kamu jaminkan kalau tidak akan membocorkan hal ini?" tanya Salsa bertubi. Salsa bukanlah tipe wanita yang mudah percaya pada seseorang, terlebih jika itu tentang hal privasi."Tenang saja, Bu. Saya membantu memang sel