Share

PKJ 2

"Bisa produksi lagi nggak, tuh?" tanya ibu kos berbisik pada pak Rt.

"Entah, Bu. Aku aja belum pernah ngerasain, dan semoga tidak pernah," jawab pak Rt yang ikut berbisik dengan mengedikkan pundak karena merinding.

"Kalau begitu jangan ikut jejaknya tuh orang luknut, kalau nggak nanti bu Rt nginjak burung titit tuitmu, Pak." Bisa-bisanya bu kos bercanda di tengah panasnya atmosfer di sekitar.

"Nggak berani." Seketika pak Rt merasa takut dengan kemampuan dan keberanian wanita yang biasa disebut dengan 'The power of emak-emak' yang sering disebut dalam akun sosial media yang terkadang pak Rt lihat.

Alvian masih merintih kesakitan, sedangkan wanita selingkuhannya ketakutan ketika melihat betapa garangnya Della yang dikira lemah dan penurut.

"Ck, sakit? Semoga kamu sudah investasi banyak bibit lele di rahimnya," ujar Della seraya melirik wanita simpanan sang suami. "Jadi, kalau nanti pabrikmu itu mengalami kerusakan, maka masih ada modal dan harapan memiliki lele dumbo di sana," imbuh Della santai, seakan tak takut dan tak merasa bersalah.

"Kamu kok tega banget, Del. Bagaimanapun aku ini masih suamimu," rintih Alvian masih dengan memegangi pabrik lelenya.

"Ck, kamu aja tega, kenapa aku tidak bisa? Ini hanya hukuman kecil, setelah ini jangan sampai aku melihatmu atau akan aku musnahkan pabrikmu itu!" ancam Della seraya membuat gerakan menggunting dengan kedua jari di depan wajah Alvian.

Alvian menelan saliva, tidak berani berkata apa-apa, terlalu takut melihat murka Della yang melebihi singa beranak.

Setelah mengancam Alvian, Della memaksa pria itu menandatangani surat cerai yang sudah disiapkan jauh-jauh hari. Awalnya Della ingin memberi kesempatan dan berharap Alvian berubah, tapi setelah diselidiki dan didiamkan ternyata Alvian tidak menyadari kesalahan dan malah semakin menggila, membuat Della naik pitam dan memutuskan untuk meminta cerai dari pada makan hati. Lagi pula Della adalah wanita mandiri yang kuat, tidak susah baginya hidup sendiri bersama putra semata wayangnya.

"Terima kasih, Bu, Pak. Maaf sudah merepotkan," ucap Della setelah mendapatkan tandatangan Alvian.

"Sama-sama," balas pak RT dan ibu kos bersamaan.

"Terus, mereka gimana, Mbak?" tanya ibu kos, melirik sekilas pada Alvian yang masih merintih di lantai dan selingkuhan yang beringsut dan menempel di dinding—seperti cicak.

Della menoleh sekilas pada Alvian yang masih merintih kesakitan, hingga kemudian mengulas senyum dan menjawab, "Terserah Ibu, saya sudah tidak ada urusan lagi dengannya. Kami sah bercerai!" Della mengangkat surat cerainya. "Mau dibawa ke kantor polisi dan dilaporkan sebagai pasangan mecum, atau mau diarak keliling kampung biar malu, saya sudah tidak peduli!" 

"Owh, Mbaknya emang mantap dan tegas. Berantas perpelakoran ya, Mbak!" Ibu kos mengangkat kepala ke udara, sebagai tanda dukungan untuk Della.

Pak Rt hanya mengangguk-angguk setuju, sebagai suami idaman yang setia tentu saja pak Rt tidak suka lihat perselingkuhan.

Akhirnya setelah berterima kasih dan berpamitan, Della pun pergi. Dalam langkah sebenarnya ada rasa sakit yang begitu dalam, pria yang dicintai dan ayah dari putranya ternyata tega berbuat seperti itu dan hanya memanfaatkannya saja sejak dulu. Namun, Della juga merasa lega kaena dirinya tak selamanya dimanfaatkan.

"Bhagas, Mama datang." 

Della kembali mengembangkan senyum, mencoba menepis rasa sakit dan bercita hidup bahagia hanya dengan putra yang kini dititipkan kepada saudara tirinya.

-

-

Della kembali ke kota di mana dirinya meninggalkan putra kesayangannya di rumah kakak tirinya. Della berharap Bagas baik-baik saja bersama kakak tiri yang sebenarnya belum mengenalnya—anehkan?

Della sudah sampai di depan pintu tempat meninggalkan Bagas, tak terasa sudah pergi lebih dari sebulan. Della menarik napas panjang hingga menghela perlahan, kemudian mengepalkan telapak tangan dan mengangkat untuk mengetik pintu.

TOK! TOK! TOK

Tak butuh waktu lama untuk Della menunggu, beberapa saat kemudian pintu terbuka dan Della melihat seorang wanita yang umurnya lebih muda darinya.

Della tersenyum riang seakan sudah merasa kenal dengan wanita yang kini berdiri di hadapannya. 

"Maaf, Anda cari siapa, ya?" tanya wanita itu sopan, sepertinya dia adalah istri dari kakak tiri Della.

"Ahhh, kamu pasti istrinya Malik," kata Della yang membuat wanita itu terkejut.

Malik Mahardika adalah kakak tiri Della, beda ibu satu ayah.

"Kamu kenal suamiku?" tanya wanita itu memastikan karena baru melihat Della pertama kali.

"Oh tentu saja, tapi sebenarnya aku yang kenal dan suamimu tidak," ujar Della kemudian, masih dengan senyum merekah.

Wanita yang kini berdiri di hadapan Della terlihat mengernyitkan dahi menatap Della.

"Tunggu! Kamu wanita itu?" tanya kakak ipar tiri Della, menunjuk wajah Della seakan kenal.

Della melihat kakak tirinya berjalan ke arahnya, merasa senang karena ternyata tidak salah menaruh Bagas.

"Kamu wanita yang membuang Bagas ke sini, 'kan?!" Wanita itu menebak. Della tidak tahu kalau istri kakak tirinya adalah seorang Hacker, tentu saja mudah bagi wanita itu mencari info tentang Della.

"Hah, siapa membuang? Aku cuman nitipin aja," kilah Della dengan senyum lebar yang memperlihatkan deretan gigi putihnya.

"Oh, jadi kamu yang membuang Bagas!" Malik yang mendengar akan hal itu pun langsung menghampiri Susan—istri Malik.

Della yang melihat Malik pun tampak begitu senang, membuat Susan pasang badan karena menganggap kalau Della menyukai suaminya.

"Hai, Kak!" sapa Della dengan senyum mengembang pada Malik dan tangan yang melambai.

"Kak?!" Malik dan Susan terkejut bersamaan, mereka saling tatap sebelum kembali menatap Della.

Della mengangguk-angguk melihat Malik dan Susan yang kebingungan. Sepasang suami-istri itu benar-benar dibuat heran dan tidak mengerti dengan apa yang terjadi.

Akhirnya, Susan mengajak Della masuk. Mereka melakukan percakapan membahas apa yang sebenarnya terjadi.

Della adalah putri dari ayah Malik, Mahendra Mahardika. Ayah Malik memang tidak menikah secara sah sejak ibu Malik meninggal, pria itu memilih menikah siri dengan ibu Della karena takut jika memberikan ibu baru akan mempengaruhi psikolog Malik waktu itu. Bagi ayah Malik, putranya itu adalah segalanya mengingat jika ayahnya begitu mencintai sang istri. Hingga akhirnya terjadilah pernikahan siri itu dan menghasilkan Della yang bisa dibilang saudara sedarah dengan Malik.

Susan dan Malik mendengarkan dengan seksama cerita Della, hingga akhirnya ada perasaan lega di hati keduanya.

"Hmm ... jadi begitu, lalu kenapa kamu mengatakan kalau Bagas dan suamiku memiliki darah yang sama? Membuatku salah paham dan hampir meninggalkannya!" protes Susan karena saat menemukan Bagas, Susan mengira bayi itu adalah darah daging sang suami hasil dari perselingkuhan.

"Hehehehe. Maaf, aku buru-buru. Kalau aku bilang keponakan nanti kalian semakin bingung lagi," kilah Della seraya nyengir kuda.

"Lalu, apa alasanmu menitipkan Bagas?" tanya Malik kemudian.

"Itu karena--" Della menghentikan ucapannya, ia lantas teringat kepada putranya. "Bagas mana? Aku kangen," ucapnya.

"Jawab dulu, baru setelah itu kami kasih lihat. Kalau kamu bohong atau alasanmu tidak masuk akal, jangan harap bisa bertemu Bagas!" ancam Malik dengan tatapan tajam.

"Ck ... galak amat, nggak kayak ayah yang lemah lembut dan baik hati!" cicit Della mencebik.

Malik memicingkan mata karena dikata galak, hingga sang istri malah menahan tawa karena ucapan Della.

"Ceritakan yang sebenarnya dan kamu bisa bertemu Bagas," ujar Susan.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ratna0789
wuah untung mereka baik ya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status