Kau Tidak Menyukainya? Polisi langsung melakukam penyelidikan, namun sudah seminggu belum ada kabar dari mereka.Ralin terus menjaga jaraknya dengan Kenzi. Pria itu pasrah dan tidak berani memaksakan Ralin agar bersikap lembut padanya.Biarpun begitu Ralin tetap memasak untuknya, mengurus segala keperluannya kecuali yang satu itu."Mom, kata teman Kenra mereka sering ke taman hiburan, di sana banyak permainan seru, apa boleh Kenra ke sana?" Anak itu bertanya saat mereka makan malam.Ralin tersenyum, "Oh ya, tentu saja, kapan Kenra mau?" Ralin mengusap rambut Kenra. Kalau itu dia tidak akan keberatan."Besok hari minggu, daddy boleh ikut?" Kalimatnya memelan di ujung. Kenra sedikit takut menanyakannya.Kenzi meneruskan makannya bersikap seolah tidak mendengar permintaan putrinya, padahal ia berharap Ralin mengangguk setuju."Boleh ya Mom?" Kenra mengguncang lengan Ralin, matanya menatap penuh harap.Ralin mengangguk seraya tersenyum paksa."Hore! Asyik! Besok akan Kenra tunjukkan pada
Vonis Kanker RahimSetelah melakukan rontgen, Ralin di pindahkan ke dalam ruang perawatan di bantu oleh suster. Ralin dinyatakan pingsan, sedangkan dokter yang memeriksanya segera masuk ke ruangan dokter lain untuk melihat hasilnya.Ada keretakan di rusuk sebelah kanan Ralin akibat terbentur pembatas jalan.Kenzi dan Kenra dipersilahkan masuk ke dalam."Mohon tidak mengguncang tubuh pasien, karena hasil pemeriksaan belum ke luar," ucap sang suster. Kenzi mengangguk.Suster tersebut ke luar, Kenra langsung menaik ke atas kursi agar bisa melihat dengan jelas wajah mommynya."Sayang! Awas tangan mommy!" Kenzi memperingatkan putrinya, Kenra pun segera menarik tangannya."Mommy!" ucapnya pelan, ia menyentuh pipi Ralin dan mendekatkan wajahnya. Kenzi membantunya dan saat itulah Ralin membuka matanya.Mata Kenra berbinar, "Mommy sudah bangun?" tanyanya.Ralin mengerjap pelan sebelum sesuatu mendorong dari dalam."Uhuk! Uhuk!" Ralin batuk, spontan Kenzi menurunkan tubuh Kenra, ia lalu memba
Tunangan DarrenEntah cinta atau obsesi yang dirasakan oleh Violin sampai-sampai dia nekat mendatangi kediaman Kenzi yang baru. Violin mencari tahu alamat mereka dan saat itu hanya ada, Ralin dan pelayan di sana. "Nyonya, sepertinya ada yang menekan bel, saya akan membukakannya," kata wanita paruh baya itu. Dia sedang memasak saat ini. "Bibi, lanjutkan saja, biar saya yang membukanya," kata Ralin. Ia pun berdiri dengan hati-hati mengingat rusuknya belum terlalu membaik. Ceklek"Violin!" ucapnya kala melihat wanita di hadapannya."Ralin, boleh aku masuk?" Violin langsung bertanya. Ralin menatapnya aneh, Violin seperti habis mrnangis, ia pun tidak enak utuk menolak, "Masuklah!" ajak Ralin. Violin mengikutinya menuju ruang tamu. Ralin langsung duduk dan mempersilahkan Violin. "Ralin, kedatanganku ke sini karena ingin memberitahumu sesuatu," kata Violin langsung. "Tentang Kenzi lagi? Sudahlah itu bukan urusanmu," sahut Ralin, ia tampak tidak ramah. Violin menggeleng, "Ralin, aku-a
Kecurigaan DarrenDarren baru saja mendengar kabar bahwa Ralin dilarikan ke rumah sakit oleh Kenzi. Kini ia dan Livi sedang duduk setelah acara pertunangan selesai."Jangan menatapku seperti itu, seolah-olah Kau menuduhku yang menyebabkan Ralin masuk rumah sakit," kata Livi seraya tersenyum penuh arti."Aku tidak buta Liv, Kau sengaja kan menekan dadanya?""Astaga! Darren, Kau menuduhku seenaknya." Livi kesal dituduh telah sengaja."Ralin itu baru saja mengalami kecelakaan," ucap Darren."Lalu Kau pikir aku tahu, begitu?" Livi tampak semakin kesal, sampai ia menyilangkan tangannya di dada.Darren terdiam, memang tidak mungkin, mengingat Livi saja baru bertemu malam ini dengan Ralin."Sudahlah! Aku mau pulang!" Darren bangkit setelah menghela nafasnya dan meninggalkan wanita yang baru saja sah menjadi tunangannya."Livi, bahkan dia tidak mengajakmu pulang?" Seseorang mendekat pada LiviGadis itu hanya menjawab dengan gedikan bahu. Satu yang ia pikirkan saat ini, kenapa, Ralin bisa lang
Jebakan LivinaSeminggu telah berlalu dari kejadian itu, keluarga Kenzi sudah kembali ke New York. Ada yang tidak baik-baik saja saat ini, duania hiburan masih ramai membahas gosip tentang pertunangan Aktris sekaligus model papan atas, Livina."Sepertinya para fansmu cemburu, Liv. Mereka takut Kau tidak berakting lagi setelah menikah." Managernya datang. Livina hanya, tertawa mendengarnya."Kau masih bisa sesantai ini?" Manegernya tak habis pikir dengan Livi yang tertawa sejak tadi. Dia pun jadi penasaran dan berpindah ke belakang Livina."Bukankah itu perusahaan tunanganmu?" Manegernya melihat logo di dinding gedung yang bawahnya dikerumuni oleh media, "jadi ini yang membuatmu tertawa?"Livina mengangguk, dia tidak menyangkalnya.Telpon di atas meja Livina berbunyi, ia tidak tertarik untuk mengangkatnya. Managernya pun mengambil alih telpon itu."Ya, ada yang bisa di bantu?" tanya sang maneger."Aku Darren, ingin bicara dengan Livina," jawab Darren yang ternyata menelpon.Manegernya
Pernikahan NerakaLivina ikut bersama Nyonya Birly, karena Darren tidak juga kembali ke tempat acara pernikahan mereka di gelar."Seharusnya Kau tidak perlu melakukan ini, Liv," ucap Nyonya Birly pada menantunya yang duduk di sampingnya."Ini satu-satunya jalan agar bibi mempercayaiku," jawab Livi, "Darren memang memintaku untuk berpura-pura serius dalam hubungan ini, tapi aku sugguh-sungguh menyukainya, Bibi." Livi mengakui perasaannya.Wanita paruh baya itu tersenyum mendengar ungkapan menantunya, ia pun memeluk Livina, "Bibi berdoa agar Darren juga menyukaimu, Nak!" ucapnya penuh harap."Tapi, nama baik putra, Bibi akan dipertaruhkan setelah ini," ucap Livi. Wanita itu menggeleng, "Percayalah ini hanya sebentar," katanya dengan yakin. Perjalanan yang singkat itu telah membawa mereka ke rumah Darren, tidak ada mobil pria itu di sana. Nyonya Birly menghela nafasnya, dia mengajak Livina masuk ke dalam.Livina di antar ke dalam kamar Darren, pria yang menghilang sejak pengucapan janj
Surat Panggilan PolisiHari demi hari perlahan media menjauh, tidak lagi mengejar Darren maupun Livina. Bukan berarti Livi diperlakukan baik oleh suaminya, justru Darren tetap dingin.Sudah tiga hari pria itu tidak pulang ke rumah. Dia lebih memilih tinggal di apartemen, hal itu membuat Livi merasa tidak enak tinggal di rumah Birly. Ia pun memutuskan untuk menyusul Darren ke apartemen. Andai bisa memilih Livi lebih suka tinggal bersama orang tuanya, tetapi sampai sekarang kedua orang tuanya bahkan tidak mau menjawab telponnya.Dengan bekal sandi pintu apartemen dari mertuanya, Livi pun berangkat. Ia menggeret satu koper berisi pakaiannya dan memasukkannya ke dalam kamar.Livi menjelajahi apartemen besar dan terlihat lengkap itu, di dekat balkon ia menemukan ada tempat Gym, Livi pun memutuskan untuk berolah raga sore itu. Tubuhnya yang lelah ia istrirahatkan di sofa sampai tak sadar bahwa hari telah berubah menjadi gelap."Kau sudah seperti parasit, selalu ingin menempel padaku!" Suar
Benedict CompanyKenzi menghadiri panggilan polisi, tentu tanpa sepengetahuan Kenra. Gadis kecil itu tetap beraktivitas seperti biasa pun dengan Ralin yang hanya menunggu kabar dari polisi.Kenzi tidak menyangkal bahwa mobil yang ada di dalam gambar tempat kejadian kecelakaan itu memang mobilnya, namun Kenzi mengetahui satu hal bahwa Kenra berpikir dirinyalah yang mengendarai mobil itu tujuh tahun yang lalu. "Anda mengakui mobil itu milik anda?" tanya polisi sekali lagi."Ya, mobil itu milik saya," jawab Kenzi pasrah."Mobil itu menghilang sejak tujuh tahun yang lalu, anda sengaja menghindar dari kejadian ini karena keadaan yang sepi. Tidakkah anda berpikir hukuman anda akan semakin berat?" Polisi terus menginterogasi Kenzi."Dari pengakuan anda, cukup menjelaskan bahwa andalah yang telah mendorong mobil korban hingga jatuh ke jurang," ucap polisi lagi.Kenzi terdiam, kalau ia berkata jujur mengenai Luke lah yang memakai mobilnya malam itu, maka adiknya itu akan di penjara."Bukti ku