Share

Bab 18

Penulis: Goresan Pena93
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Maaf, Bu Dita. Tuan Dave mencari anda. Katanya disuruh cepetan," ujar salah seorang karyawan yang kini terlihat gusar.

"Oh, iya, Mbak. Aku akan segera datang." Dita mengangguk segera. Lalu, mengajak Fabian agar buru-buru kembali.

Sesampainya di kantor, ruangan Dita sudah diduduki oleh lelaki berwajah tegas itu. Tampak sekali gurat ketegangan di lehernya. Apalagi saat memegang bolpoin di tangan kanannya, wanita yang kini dipanggil Dita itu takut jika sewaktu-waktu benda itu terlempar ke arahnya.

"Maafkan saya, Tuan." Dita menoleh sekilas pada jam dinding. Belum telat, masih lima menit lagi waktu kembali seharusnya.

"Dari mana saja kamu?" tanya Dave ketus. Kedua kakinya saling menopang.

"Ya, makan siang, Pak. Kan, memang jam istirahat."

Detik selanjutnya, Fabian muncul dari belakang Dita. "Maaf, Pak. Saya yang mengajaknya makan di luar. Kalau ada kesalahan, salahkan saja saya."

Dita menoleh terkejut. Ia tampak tak enak dengan Fabian.

"Mulai sekarang, kamu kalau mau keluar harus izin s
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (4)
goodnovel comment avatar
D'naya
Lanjut Kak, makin penasaran
goodnovel comment avatar
D Lista
lanjut pakai iklan ya
goodnovel comment avatar
Ardhya Rahma
loh dita itu indri?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Perginya Istriku    Bab 19

    Tidak, Tuan. Hanya kelilipan saja," bohong Indri. "Dave membukakan pintu mobil untuk Indri. Mereka lantas lenyap dari pandangan mata Ali dengan cepat. Lelaki itu masih berdiri menatap penuh harap dan selalu melantunkan doa untuk sang adik. Belum usai melihat ke arah jauh, Fabian datang dengan berlari kecil. Sontak membuat Ali menoleh. Ali pun tahu, jika Fabian juga menaruh hati pada adiknya."Yah, ketinggalan, Bian. Dita sudah diantar Tuan Dave," ucap Ali pada lelaki seumurannya itu. Jika di luar jam kantor begini, Ali lebih santai memanggil Fabian dengan nama langsung. "Hah, telat aku, Mas? Bener-bener Tuan Dave jadi saingan aku." Fabian terkekeh. "Jangan khawatir, kalau janur kuning belum melengkung, kau masih bisa kejar dia. Ingat, bertarunglah dengan cara yang baik. Langitkan doa di sepertiga malam, oke?" Ali memeluk Fabian bak saudaranya sendiri."Tapi, sainganku itu berat, Mas." Mereka tertawa bersamaan.."Mas, kamu sudah siap, kan?" Laura memainkan ujung rambutnya seraya

  • Perginya Istriku    Bab 20

    "Tunggu!" Semua orang menoleh pada sumber suara keras di ujung pintu. Wanita tua yang menenteng banyak barang berbungkus paper bag itu mendekat dengan segera. Ia tampak kebingungan."Ada apa ini? Kenapa rumah saya ramai sekali?" tanya wanita tua tadi. Kini, dadanya bergemuruh tak tenang. Fabian kembali menghela napas berat. Sesungguhnya ia malu menjelaskan ulang apalagi ada Pak RT dan tetangga. Seperti mencoret arang berulangkali pada kening sendiri. Meskipun bukan dia yang melakukan hal tak senonoh tadi."Ma, ceritanya nanti dulu, ya?! Sini duduk!" Fabian menarik tangan Alma dengan pelan. Mengajaknya duduk berdampingan di sofa."Bisa kita mulai?" tanya penghulu lagi."Bisa, Pak," jawab Fabian. Lalu, diikuti Rasya mengangguk.Rasya mulai mendengarkan setiap ucapan penghulu dengan detil. Begitu pula dengan Alma. Ia baru sadar kalau anaknya akan menikahi Laura, gadis yang sudah direncanakan sebelumnya.Fabian memberi isyarat pada Alma dengan telunjuknya agar tidak bersuara. "Bagaiman

  • Perginya Istriku    Bab 21

    "Sya, kamu gimana, sih? Dia itu, kan, sudah jadi istri kamu!" Alma menggedor pintu kamar mandi agar putranya itu sadar. Rasya yang baru tersadar saat guyuran air hangat menerpa rambutnya, langsung menepuk jidatnya sendiri. "Kok, bisa aku lupa!" Lelaki itu lantas mempercepat ritual mandinya. Ia menabrak Alma yang sejak tadi menunggunya di luar. Sampai tak melihat ada manusia berbadan gendut itu, Rasya berbalik arah dan meminta maaf."Makanya, lain kali jangan main hape terus. Punya bini dianggurin, ya, dia pergi," celotehan Alma lagi. Rasya tidak segera menghubungi Laura. Ia segera menyalakan mesin mobil dan ke kantor setelah semua siap. Di jalan, dia bergumam menyalahkan mobil-mobil yang memadati jalanan. terus begitu dengan hidupnya yang kacau.Akhirnya, ia sampai juga. Rasya berjalan sambil membenahi kemejanya yang belum disetrika. Juga resleting celana yang lupa ditarik ke atas."Pagi, Pak," sapa salah seorang karyawan bagian resepsionis.Rasya tak menjawab. Ia langsung pergi ke

  • Perginya Istriku    Bab 22

    "Kamu enggak apa-apa?" Lelaki itu dengan sejuta kasih sayangnya mengayunkan tangan ke atas pundak sang adik."Aku masih kesal, Mas. Dia enggak berubah sama sekali. Mudah tergoda dengan yang baru." Indri menatap jauh di tengah gedung pencakar langit. Menahan luapan yang hampir saja tumpah membasahi pipi."Sudah jangan dipikirkan! Besok adalah persidangan kamu dengan dia. Kamu harus siapkan mental dan jangan terpengaruh."Sekilas, wanita muda itu menoleh pada Ali yang memastikan keadaan sekitar. Ia mengangguk setelahnya.Rutinitas kantor membuat mereka kelelahan. Saat Indri hendak memasuki mobil Ali, seorang lelaki menekan klakson dan menghentikan kendaraan besinya di dekat mereka."Indri biar pulang sama saya," kata Dave seraya membuka kaca mobil mewahnya. Biasanya ia pulang dengan sopir, tetapi kali ini dia sendiri yang mengemudi. Entah, itu hanya siasatnya agar bisa berduaan dengan Indri atau tidak, yang jelas Dave ingin mengantarnya."Gimana?" tanya Indri dengan membisik. Ia meminta

  • Perginya Istriku    Bab 23

    "Sorry, i am not! Pergi kamu beli sendiri!" Kata-kata ketus itu keluar lagi. Akan tetapi, nampaknya Indri alias Dita memohon lagi dan lagi. Sehingga lelaki itu mendesah pasrah dan menoleh ke belakang. Kebetulan ada mini market yang masih buka.Lelaki berjas hitam dengan kemeja putih itu masuk. Memutari rak yang berjejer aneka produk berkualitas. Ia mulai kebingungan. Bergumam sendiri karena tak tahu, apa yang biasanya Dita gunakan. Dave sesekali berdecak dan menggaruk ujung kepalanya karena pusing memilih diantara banyaknya merek dagang. Tangannya mulai terulur menyentuh benda kotak berwarna biru muda. Ia pikir, Dita wanita kurus dan tidak butuh yang besar.Namun, di sampingnya malah terdengar dua wanita yang tertawa cekikikan. Saling membisik tetapi kedua bola mata mereka mengarah pada Dave. Lelaki berjambang tipis itu mulai jengah. Ingin rasanya menutup wajah dengan bantal di kamarnya. Dave menarik satu bungkus tadi, tetapi saat sampai di dekat kasir, pikirannya malah melayang. Ia

  • Perginya Istriku    Bab 24

    "Byuuurrr." Minuman yang sempat membasahi tenggorokan Indri mendadak keluar. Tumpah di bagian pakaian depan dan jilbabnya. Ia tersedak gara-gara mendengar ucapan lelaki yang selalu mengatur melebihi seorang bapak kepada anaknya. "Astaga." Kalau minum hati-hati!" Lelaki di sampingnya itu menggerutu. Indri hanya bisa terdiam sambil mengelap bajunya yang basah dengan tisu. Sungguh, sebenarnya dia malu dan ingin menjawab pernyataan lelaki itu untuk menolaknya. Akan tetapi, untuk saat ini ia membutuhkan banyak dana agar urusan persidangan segera kelar.Indri yang sejak tadi murung karena merasa dimarahi terus oleh bos-nya itu sudah malas berbicara. Namun, ternyata ia tak dapat mencegah lisannya mengatup rapat. Perhatiannya beralih pada sebuah gedung besar menjulang tinggi. "Kok, kita malah ke sini, Pak?" tanya Indri sambil menatap luar. "Katanya mau melihat restoran milik, Bapak.""Mau ditaruh di mana wajahku kalau mengajakmu ke sana dengan penampilan seperti itu?" Dave berdecak sambil

  • Perginya Istriku    Bab 25

    "Pak, kita bakalan lama?" tanya Indri setelah mereka masuk ke dalam."Dave diam tanpa menjawab pertanyaan wanita itu. Memang sengaja, agar Indri tak banyak tanya."Selamat malam, Tuan. Silakan!" Indri terkejut seketika. Ia tak menyangka akan mendapat sambutan luar biasa itu ketika berjalan beriringan dengan Dave. Semua karyawan tunduk dan menyambut. Mereka siap mendengarkan tugas saat itu juga, meski pengunjung sangat banyak.Dave memang berperawakan sebagai pemimpin yang disegani. Semua orangnya selalu menunjukkan sikap sebagai bawahan. Akan tetapi, Indri malah tidak nyaman seandainya ia yang menjadi bos-nya. Menggantikan posisi Dave. Pikirannya mulai berandai-andai."Heh.""Dit.""Dita!"Indri terkejut. Ia sudah tertinggal di belakang karena melamun. Dengan segera, wanita itu mempercepat laju kakinya mengejar lelaki di depan sana."Iya, Pak."Selama mengikuti Dave berjalan memantau keadaan di restonya, kini mereka berhenti di sebuah meja kosong dengan ruangan privat. Hanya ada dua

  • Perginya Istriku    Bab 26

    Ruangan itu terasa menyeramkan bagi Indri. Belum juga masuk, baru melirik dan menunggu di sebuah bangku bersama Ali. Sang kakak masih sibuk dengan gawainya karena urusan kantor. Akan tetapi, sang adik mati-matian menyembunyikan panas dingin serta pusing di kepala. Jantungnya tak mau kalah, berdebar-debar kencang sekali rasanya. "Mas, aku takut," kata Indri seraya menoleh. "Tenang saja. Banyakin dzikir, Ndri. Semoga kamu kuat. Aku akan dampingi di belakang nanti. Ingat, masa depanmu adalah berpisah dengan lelaki kejam itu. Dia sudah keterlaluan. Daripada kamu bertahan dan malah membuat dosa. Apalagi dia sudah menalakmu." Lelaki dengan wajah bersih itu mengingatkan. Jelas, Indri tak pernah lupa setiap apa yang dahulu ia rasakan. "Silakan masuk," ucap salah seorang petugas. Saat Indri berdiri, ia melihat Rasya datang. Harapannya semakin menipis jika benar Rasya akan membuat alasan bahwa apa yang ia ucapkan tempo lalu adalah sebuah kekhilafan. Bisa memperpanjang urusan.Mereka semua m

Bab terbaru

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 205

    "Tapi nggak siang bolong begini juga Mas, nggak enak dengan tamu undangan juga keluarga yang lain. Pak penghulu aja belum pulang lo," elak Anggi beralasan yang sebenarnya dirinya masih grogi dan malu harus sekamar kembali dengan Reno."Berarti kalau sudah nggak siang boleh dong," goda Reno sambil menaik turunkan kedua alisnya."Ish ... Apaan sih, minggir mau keluar." Anggi menggeser tubuh tegap suaminya."Cium dulu," pinta Reno sambil mendekatkan bibirnya yang sengaja dimonyongkan."Mas ... Jangan ngadi-ngadi deh, minggir mau keluar dulu." Anggi kembali mendorong dada sang suami yang semakin mendekat pada dirinya."Cium dulu sekali ajaz habis itu kita keluar bareng, biar enak kalau keluarnya bareng," jawab Reno sambil tersenyum manis."Mesum ....""Eh, siapa ya mesum, kamu kali yang pikirannya udah traveling ke mana-mana. Maksudku kalau kita keluar kamar bareng kan enak dilihatnya. Masak pengantin baru keluar kamar sendiri-sendiri, apa kata mereka coba?" Reno menyentil ujung hi

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 204

    "Terima kasih sudah mau menerimaku kembali, juga sudah memberikan Rea, hingga hidupku kembali berwarna." Ungkapan tulus Reno begitu tangannya menyambut tangan Anggi untuk diajak duduk di bangku sebelahnya.Rea yang tak mau lepas dari papanya malah memeluk leher Reno dengan posesif. Mau tidak mau, acara penyematan cincin nikah yang dilanjutkan penandatanganan buku nikah, dilakukan dengan Rea tetap di gendongan sang papa. Tamu undangan, keluarga juga semua yang menyaksikan merasa terharu juga geli, baru kali ini menyaksikan acara ijab qobul dengan membawa anak mereka. Apapun keadaan mempelai, yang pasti doa restu terucap tulus dari setiap hati yang hadir dan menyaksikan bersatunya kembali orang tua Rea tersebut.Cincin berlian berwarna pink sengaja dipesan khusus oleh Reno untuk Anggi. Eternal pink, berlian langka dan termahal di dunia, menjadi simbol bersatunya kembali rumah tangga Reno dan Anggi. Cincin dengan harga lebih dari lima puluh milyar itu tersemat dengan cantik di jari Mas

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 203

    "Iya Mbak, tanpa pakai make up berlebih, wajah Mbak Anggi sudah tampak cantik dan mangglingi ," jawab perias yang masih menyapukan kuas di wajah Anggi.Rea menatap mamanya dari balik pintu. Gadis kecil yang baru sempurna berjalan sendiri itu menatap takjub pada wanita yang melahirkannya, entah apa yang dipikirkan anak anak sekecil itu. Kepalanya beberapa kali juga menoleh, memperhatikan lalu lalang orang yang mempersiapkan acara akad nikah kedua orang tuanya. Rumah yang biasanya sepi, kini terasa ramai. Anggi yang sempat melirik bayangan putri kecilnya langsung meminta perias menghentikan aktivitasnya, lalu dirinya beranjak menghampiri malaikat kecil yang garis wajahnya seperti pinang dibelah dua dengan Reno."Sayang, kenapa di sini? Nenek mana?" Anggi mengangkat tubuh Rea dalam gendongannya lalu membawanya masuk ke dalam kamar."Mbak, maaf sambil pangku anak saya nggak pa-pa kan?" Anggi meminta izin pada perias yang akan melanjutkan pekerjaannya."Nggak pa-pa Mbak, yang penting a

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 202

    Anggi yang biasanya cuek, jutek, wajahnya menghangat dan terlihat memerah. Dia tahu kalau ayah dari anaknya itu memang lelaki romantis tapi, tidak pernah menyangkan kalau akan diperlakukan seromantis ini, ya walau hanya dalam butik, bukan di suasanya makan malam yang sangat romantis tapi, cukuplan untuk bisa membuat hati Anggi semakin berbunga-bunga.Pemilik juga karyawan butik sampai menutup mulut mereka, takjub dengan keromantisan calon pengantin pria. Baru kali ini mendapatkan klien yang unik dan cukup menarik. Seorang pegawai butik, mungkin bagian marketing langsung merekam agedan tanpa rencana itu. "Jangan sembarangan rekam, nanti kalau mereka tahu bisa runyam urusannya," tergur pemilik butik sambil berbisik."Yang penting rekam dulu Bu, nanti baru minta izin pada mereka. Kalau diizinkan lumayan buat konten marketing butik. Kalau nggak diizinkan ya simpan saja dulu. Siapa tahu lain waktu mereka berubah pikiran," balas si pegawai sambil terus melanjutkan aksinya."Semoga saja

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 201

    "Sayang, aku sudah di jalan. Kamu berangkat sendiri atau sekalian aku jemput?" Reno menghubungi Anggi begitu selesai meting dengan klien. Hari ini keduanya ada janji untuk fithing baju pengantin."Aku sudah di butik, baru saja sampai," balas Anggi dengan senyum menghias wajahn cantiknya.Semenjak Anggi jujur pada Reno kalau Rea adalah darah daging mantan suaminya. Akhirnya mereka memutuskan untuk rujuk kembali, mungkin sebuah alasan klise demi anak tapi, jika ditelisik lebih dalam lagi. Orang tua Rea sebenarnya masih saling menyimpan rasa, hanya mereka masih mengedepankan ego tanpa mempertimbangkan perasaan juga kebutuhan kasih sayang putri kecil mereka.Dan di sinilah mereka, berada di butik yang dulu juga pernah membuatkan baju pengantin untuk Reno da Anggi di pernikahan sebelumnya. Pemilik butik juga pegawai butik hanya mengulum senyum ketika Anggi menceritakan secara singkat perjalan pernikahannya dengan sang mantan suami."Mbak Anggi mau pakai baju dengan model yang bagaimana

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 200

    Saat Anggi muncul dari toilet, ia melihat Mamanya sudah duduk bersama putri dan mantan suaminya. Meski sudah dua tahun lamanya, Anggi masih ingat jelas wajah itu. Wajah yang masih sangat melekat di hatinya. "Rea, ayo ikut Mama." Anggi tiba-tiba menyerobot meraih putrinya dari pangkuan Reno. "Tunggu, Anggi." Reno berdiri menyamai wanita cantik itu. Anggi terlihat tampak lebih segar dari yang dahulu. Tampak lebih bersinar setelah bercerai dengan suaminya."Aku tidak bisa lama-lama di sini. Putriku harus tidur. Juga besok aku harus kerja." Anggi masang wajah ketus. "Nak, jangan bilang begitu. Jujurlah pada Reno. Siapa Rea sebenarnya." Mama Anggi ikut berdiri. Namun, ia tak ingin mencampuri urusan mereka. "Mama ke sana dulu. Kalian bicaralah berdua. Jangan ada yang mengedepankan ego. Belajarlah kalian untuk bersikap dewasa dan tidak mengikuti hawa nafsu sendiri." Wanita tua itu lantas pergi. Meninggalkan mereka bertiga saja. Karena tak bisa mencegah lelaki itu melarangnya, maka Anggi

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 199

    "Hai, Bro!" Seorang lelaki tampan datang dari balik pintu. Ia mengulas senyuman pada Reno yang terkejut akan kehadirannya. "Wah, elu." Mereka berpelukan karena sudah lama tak bertemu. Reno menepuk punggung lelaki itu berkali-kali. Lalu, menyuruhnya untuk duduk. "Wah, udah sukses nih ceritanya." Dian tertawa. "Sukses apaan? Ya, gini-gini aja dari dulu." Reno menghela napas panjang. Mereka lantas duduk di sofa dalam ruangan itu. "Udah move on belum? Masa iya masih aja menghukum diri sendiri?" Lelaki sahabat Reno sejak masa kuliah itu memang senang sekali menyindir. Ia akan membuat lelaki di sebelahnya itu mengakhiri masa lajangnya. "Gue udah mati rasa. Cuman Anggi yang masih di dalam hati gua. Lu mau nyomblangin sama siapa aja, kagak bakal mempan." Reno tertawa. "Mending lu ikut gue. Nanti malam ada acara peresmian di gedung sebelah. Bukan sebelah elu. Sebelah kantor gue. Di sana, lu bisa pilih siapa pun yang lu mau." Dian tertawa. "Tapi, jangan harap ada Anggi di sana."Dari san

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 198

    Tak lama polisi datang beserta ambulan. Zia langsung dinyatakan meninggal dunia di tempat itu juga. Sempat warga melihat gadis itu keluar dari rumah Reno. Namun, Reno tak menanggapi apa pun. Pria itu diam saja selain mengakuo bahwa Zia hanya tetangga saja. Reno sudah tak ingin tahu lagi urusan mengenai Zia. Kematian yang tragis akibat menggoda suami orang, membuatnya binasa dengan cara menyedihkan. Reno menutup rapat semua kejadian pagi itu. Ia tahu semua itu salah dia juga, tetapi karena sudah lelah, maka pria itu hanya bisa menyesali semuanya. Pagi itu, penampilan Reno tampak rapi. Bukan ingin ke kantor, melainkan ingin pergi menemui Anggi di rumah kedua orang tuanya. Orang tua Anggi tak ingin ikut campur dalam rumah tangga anaknya. Mama Anggi menyuruh Reno masuk ke dalam. Reno duduk di sofa dengan satu gelas cangkir teh hangat yang baru saja dihidangkan oleh pembantu rumah orang tua Anggi. "Ang, temui dia. Dia masih suami kamu." Anggi dibujuk oleh Mamanya. Namun, dia tetap tak

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 197

    Tak lama, saat mereka masih berdebar, tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan dari balik dinding. "Hallo, Mas. Kamu udah datang?" Anggi tiba-tiba muncul saat dua orang itu tengah berdebat.Kedua mata Reno pun terbelalak. "Ang, kenapa dia ada di sini?" tanya Reno penuh rasa penasaran. "Kenapa memangnya? Bukannya kalian sering ketemuan di belakang aku?" Bagai tersambar petir, tubuh Reno gemetaran. Kepalanya mendadak berdenyut nyeri dan sudah dipastikan akan terjadi perang di ruang itu. "Ang, aku bisa jelasin. Kamu pasti salah paham." Reno mencoba menjelaskan. "Ini enggak seperti yang kamu kira.""Maaf, Mas. Aku udah tau semuanya. Aku kecewa sama kamu. Dia sendiri yang mengaku dan menunjukkan bukti padaku. Kalian memang benar-benar pasangan yang enggak punya malu." Anggi menggeleng kepalanya. Reno melangkah mendekati sang istri. Ia segera mendekap tubuh ramping Anggi tak ingin melepasnya. "Lepaskan aku, Mas. Kalian sudah berhasil membuatku mati rasa. Hatiku sudah hancur. Untuk yang k

DMCA.com Protection Status