***** "Boleh saya duduk di sini, Nona?" Sebuah suara yang berasal dari hadapannya membuat Leanne mendongakkan wajahnya pada seseorang yang tengah berbicara kepadanya. "Leanne?!" "Raymond." Mereka berucap bersamaan, Leanne tidak terkejut dengan kedatangan Raymond. Berbeda dengan Raymond yang nampak antusias dengan melihat Leanne, ia segera duduk tanpa di persilahkan. "Bagaimana kabar mu?" Tanya Raymond basa-basi. "Seperti yang kamu lihat." Jawab Leanne. "Makan siang sendiri atau dengan suami mu?"Tanya Raymond. "Jika dengan suami ku tidak mungkin kamu duduk di situ." Jawab Leanne acuh tak acuh. "Sangat di sayangkan wanita cantik seperti mu duduk sendiri, maka dari itu aku akan menemani mu." Ucap Raymond tidak tahu malu membuat Leanne risih. "Permisi." Seorang waitress berbeda dengan yang tadi membawa makanan Leanne, ia menyajikannya di hadapan Leanne dan di belakangnya ada seorang waiters lagi yang sedang melayani Raymond. Makanan terhidang, dan yang terakhir seora
***** Mereka masih di dalam perjalanan.. "Kamu terlihat lelah. Apa pekerjaan mu sangat padat?" Tanya Leanne sesekali melirik ke arah suaminya yang tengah menyetir. "Hm. Banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan. Mungkin dengan adanya anak diantara kita, setiap pulang kerja lalu melihatnya pasti lelah ku akan hilang." Ucap Damian membuat Leanne terdiam. "Memiliki seorang jagoan di antara tengah-tengah kita bukankah itu sangat menyenangkan, Sayang? Aku ingin segera melihat mu hamil, lalu melihat mu melahirkan hingga ketika dia lahir aku ingin menjadi orang yang pertama yang menggendongnya hingga menciuminya." Lanjut Damian tanpa tahu jika saat ini Leanne tengah berperang dengan hati dan pikirannya. "Sepertinya setiap hari aku harus bekerja keras untuk membuat mu segera hamil, iya'kan Sayang?" Ucap Damian menggoda Leanne. Damian melirik ke arah Leanne, namun yang di lihat Leanne seperti sedang tidak fokus. Sesekali Damian melirik ke arah jalan, lalu menatap ke arah Leanne ya
*****"Karin," Ucapan lirih Anita membuat senyum si penyapa terbit semakin lebar. "Halo Ibu....Kamu masih mengingat ku, dan bagaimana kabar mu? Well, sepertinya kalian baik-baik saja dan tampak bahagia, ya." Ucap wanita itu yang tak lain adalah Karin anak hasil dari selingkuhan suaminya. Tidak di sangka Anita, ternyata dia bertemu dengan anak itu lagi. "Sedang apa kau di sini? Lebih baik kau pergi dari hadapan kami." Ucapan sarkasme dari Harris membuat Karin menatap ke arahnya. "Ah Ayah....Apa kamu tidak merindukanku, setelah beberapa tahun yang lalu dengan teganya kamu usir aku?" Ucap Karin sambil menunjuk dirinya sendiri. Dengan menampilkan mimik menyedihkan. "Aku tidak pernah memiliki anak seperti mu, dan anakku hanya satu." Ucap Harris sambil memandang ke arah Leanne begitupun dengan Karin yang mengikuti arah pandangnya. "Oh dia Anne? Anne yang malang karena tindakan kedua orangtuanya sendiri." Ucap Karin kasihan namun berbeda dengan raut wajahnya yang kini memandang Le
***** Suara bising kendaraan memenuhi pusat perkotaan, dan lampu merah tengah berlangsung yang di mana saat ini Leanne tengah berada di dalam mobilnya hendak pergi ke kantor suaminya. Leanne mulai melajukan mobilnya kembali setelah lampu lalu lintas berubah warna hijau. Pergi ke kantor Damian tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu kepadanya. Sedangkan hari ini waktu sangat pas karena saat ini waktunya jam makan siang. Leanne menyadari jika di antara mereka terasa adanya suatu jarak. Setelah acara makan malam lima hari yang lalu yang terkesan berantakan, karena kedatangan seorang Karin yang tidak terduga akan kedatangannya. Damian dua malam dua hari ini seperti menghindarinya. Pulang kerja sangat malam atau hingga menjelang pagi Damian baru pulang. Ketika sarapan pagi pun suaminya itu sudah terlebih dahulu pergi ke kantor tanpa ia ketahui perginya, dan dugaannya semakin kuat jika Damian tengah menghindarinya, namun entah karena apa. Maka dari itu, sekarang Leanne akan pergi k
*****Leanne baru saja menepikan mobilnya di halaman rumahnya pukul 7 malam. Seharian tadi ia hanya beraktivitas di toko bunganya hingga tidak terasa waktu sudah malam. Melihat mobil suaminya yang berada di samping mobilnya menandakan jika Damian sudah pulang. Tumben hari ini Damian tidak pulang malam lagi. Leanne keluar dari mobilnya berjalan masuk ke dalam rumah untuk memastikan jika Damian benar-benar sudah pulang. "Jam segini kamu baru pulang?!" Sambutan dengan nada tidak mengenakan yang pertama Leanne dengar ketika baru memasuki rumahnya. Di sofa ruang tamu di sana Damian duduk menatap ke arahnya. "Ya. Toko baru mendatangkan bunga-bunga dari luar kota yang baru saja aku pesan, jadi aku harus menatanya terlebih dahulu." Ucap Leanne sambil menghampiri suaminya. "Ada yang ingin aku katakan." Ucap Damian. "Apa itu.....," "Dami," Suara wanita menghen
***** Suasana pagi hari ini terasa berbeda dengan berbagai perasaan di dalam satu ruangan. Leanne, Damian dan sekarang adanya kehadiran Claudya yang membuat suasana makan pagi ini terasa sangat suram. Aura suram yang berasal dari Leanne yang di mana membuat Damian dan Claudya merasa canggung di buatnya. Wajah datar tanpa ekspresi itu sudah ada ketika Leanne memasuki ruang makan. Tanpa kata dalam keheningan membuat Damian yang ingin mengajak istrinya berbicara menjadi tidak tersampaikan. Hingga saat tadi dirinya yang pertama menyapa istrinya, namun hanya keterdiaman yang ia dapatkan. Damian sadar jika dirinya sudah mengecewakan Leanne hingga membuat istrinya ini marah kepadanya. "Selera makan mu sedari dulu tidak berubah, ya." Ucapan Claudya membuat suasana keluar dari keheningan. Namun sepertinya hal itu malah membuat suasana menjadi suram. Akan tetapi memang dasarnya Claudya adalah wanita yang tidak tahu malu mana peduli dengan keadaan yang semakin suram itu. Claudya mena
***** Dengan keadaan lelah Leanne baru pulang dari tokonya pukul 8 malam. Pesanan bunganya tiba-tiba meledak kebanjiran order, karena ada sebuah acara pernikahan dan pihak W.O yang membeli bunga darinya. Maka dari itu besok dirinya akan meliburkan Justin dan Kenny mereka perlu istirahat dan juga dirinya. Leanne berjalan ke arah pintu rumahnya tanpa melihat sekitar. Kesibukan serta lelahnya tidak memikirkan tentang Damian. Leanne yang hendak menuju kamarnya terhenti ketika seseorang menghadang jalannya. Dia Claudya dengan gaun tidurnya yang sangat tidak sopan di kenakan di tempat yang tidak seharusnya. Leanne yang malas meladeni Claudya dia berjalan melewatinya. "Aku menginginkan Dami. Bagaimana jika kamu merelakan dia untuk ku dan juga bayi yang aku kandung." Namun, perkataan Claudya yang memancing amarahnya ketika ia sedang lelah membuat langkah Leanne terhenti dan berbalik arah menatap Claudya. Leanne tersenyum sinis dan mencemooh Claudya. Wanita di hadapannya ini memang tid
***** "Bos, anda yakin akan pergi sendirian ke sana?" Pertanyaan ke khawatiran dari Justin tentang Leanne yang akan pergi ke suatu tempat, di mana musuh mereka bersembunyi kini sudah diketahui dengan pasti. "Bukankah kita sudah membicarakan semuanya Justin? Terlalu banyak orang akan terlihat mencolok. Kita sudah sepakat dengan aku pergi sendiri ke sana dan kalian menunggu di posisi yang telah di tetapkan." Ucap Leanne dengan tangan yang sibuk memasukkan sebuah pistol dan alat pertahanan diri lainnya ke sebuah ransel hitamnya. "Tapi Bos, sangat berbahaya dan berisiko jika Bos seorang diri masuk ke sarang mereka. Sedangkan kita tidak tahu berapa banyak orang yang ada di sana." Ucap Justin dengan mata yang terus mengikuti pergerakan Leanne. "Bagaimana jika mereka menyadari keberadaan, Bos? Biar aku saja yang pergi ke sana." Lanjutnya. Permintaan negosiasi Justin itu tidak akan merubah keputusan Leanne. Leanne tahu seberapa khawatirnya Justin terhadapnya, sebab itu terlihat
***** Leanne dan bayinya sudah di pindahkan di ruang rawat. Tentunya dengan kelas VVIP, ruang rawat Leanne di hias begitu indahnya dengan pernak-pernik warna biru keemasan. Leanne tengah menggendong bayinya dan Damian duduk di atas brankar di samping Leanne. Merangkul bahu Leanne dengan mesra. Untuk saat ini hanya ada mereka. Orang tua Leanne maupun Damian mereka yang tengah di luar kota sedang dalam perjalanan pulang dan menuju rumah sakit. "Sudah ada nama untuk anak kita, Regan." Mendengar istrinya menyebut 'anak kita' membuat perasaan Damian selalu menghangat. "Ya." Sahut Damian dengan ibu jarinya yang mengusap pipi merah anaknya. Leanne menatap Damian. "Apa?" Tanyanya. Damian menatap istrinya. "Leander Ergan Alpha Romanov. Putra kita yang akan menjadi pemimpinnya Romanov." Ucapnya. Leanne tersenyum. "Bagus sekali." Ucapnya, lalu tatapan Leanne mengarah kembali pada bayinya yang sudah di beri nama Leander Ergan Alpha Romanov. "Sangat cocok untukmu, Sayang."
***** NAKARI HOSPITAL UNIVERSITY Damian yang berada di depan pintu ruangan persalinan terus saja mondar-mandir. Bukan tanpa alasan kenapa Damian seperti itu dengan suasana hatinya yang terus cemas. Sebab hari ini Leanne akan segera melahirkan. Satu jam lalu lebih tepatnya sebelum Leanne di bawa ke rumah sakit. Leanne yang berada di rumah bersama dengan damian yang sudah mulai cuti untuk tidak ke kantor semenjak kandungan Leanne sudah memasuki HPL. Mereka berdua menghabiskan waktu bersama dengan berjalan-jalan menyusuri halaman belakang. Awalnya Leanne baik-baik saja saat mereka masih mengelilingi halaman, namun saat Damian masuk kembali ke mansion untuk mengambilkan topi untuk Leanne pakai di kamarnya. Tiba-tiba saja Leanne merasakan sakit di perutnya. Ada dua orang pelayan yang menemani Leanne, namun melihat Leanne yang kesakitan mereka di buat panik. Hingga harus Leanne 'lah yang mengingatkan mereka jika mereka harus memanggil Damian. Salah satu dari mereka berlar
***** Damian yang baru saja selesai meeting, masuk ke dalam ruangannya. Ia segera mengecek ponselnya yang tadi ia tinggalkan sebab ia charger. Damian melihat ada beberapa notifikasi yang masuk. Di antaranya sebuah pesan dari bawahannya yang selama ini ia perintahkan untuk menjaga dan mengawasi istrinya secara diam-diam. "Apa ini?!!" Damian terlihat marah saat melihat potret istrinya yang di kirimkan oleh mata-matanya. Foto pertama di mana foto itu berisi istrinya yang tengah memasuki mobil hendak pergi keluar. Damian marah karena saat ini pakaian istrinya begitu sexy sekali. Gaun pendek berwarna maroon yang sebatas paha dengan sebuah blazer hitam menutupi bahunya, namun tetap saja istrinya sangat terlihat sexy apalagi dengan perutnya yang sudah membesar. Kandungan Leanne saat ini sudah memasuki trimester ketiga. Dalam beberapa bulan ini begitu banyak perubahan pada istrinya semenjak hamil. Selain moodnya yang sering berubah- ubah, cara berpakaian istrinya pun selalu me
***** Damian menuntun Leanne dengan hati-hati sebab mata Leanne masih tertutup kain dasi. Masuk ke dalam sebuah ruangan besar. Di mana di dalam ruangan itu sudah di hias indah sedemikian rupa. Bukan hanya itu saja, akan tetapi ada Rose dan Daniel serta Anita dan Harris. Dari arah lain ada Joshua yang baru saja datang sambil membawa popper party di tangannya. Damian membawa Leanne ke tengah-tengah mereka. Damian berdiri di belakang tubuh Leanne, lalu ia berkata. "Kamu sudah siap Love?" Tanya Damian berbisik pelan pada telinga Leanne. "Ya." Sahut Leanne yang sudah tidak sabar agar ikatan di matanya di lepaskan. Damian melepaskan ikatan itu dan dengan perlahan menjauhkan kain dasi itu dari Leanne. POP!!! Suara letusan keras itu terdengar disertai dengan keluarnya confetti ke udara. "SURPRISE!!!!" Seruan dari sekitarnya membuat Leanne melihat siapa-siapa saja yang ada. Bukan hanya kedua mertuanya saja, kedua orangtuanya pun ada. "Happy anniversary untuk kalian
***** Beberapa bulan kemudian..... Hari ini weekend, Leanne dan Damian berencana pergi ke pusat perbelanjaan. Damian tengah menerima telepon di lantai bawah sambil menunggu Leanne yang belum selesai bersiap-siap. "Jo kamu harus pastikan semuanya sempurna sesuai dengan rencana." Ucap Damian mewanti-wanti Joshua di seberang sana. Damian melihat kehadiran istrinya yang tengah menuruni tangga. "Jangan ada kesalahan apapun." Tandas Damian sekali lagi ia memperingati Joshua. Belum sempat Joshua membalas ucapan Damian, sambungan telepon sudah di putuskan sepihak oleh Damian. Damian menghampiri Leanne dengan tatapan penuh pemujaan. Sebab Leanne hari ini tampil sangat cantik dengan riasannya. Bukan hari ini saja setiap hari pun istrinya selalu tampil cantik. Leanne yang biasanya tidak terlalu sering memakai dress entah kenapa sudah beberapa bulan ini selalu memakai dress dengan juga selalu merias diri. Bahkan Damian selalu di buat heran saat berada di rumah pun istrinya
***** Venesia, Italia. Ya, mereka berdua Leanne dan Damian kini sudah berada di kota romantis itu. Kedatangan mereka tak lain adalah untuk bulan madu. Seperti apa yang sudah mereka rencanakan setelah urusan Leanne selesai mereka akan berbulan madu dan Damian menyerahkan semua tujuan mereka pada Leanne. Dan pada akhirnya Leanne memilih Venesia. Leanne dan Damian baru saja check-in kamar hotel. Sebenarnya keinginan Damian dirinya ingin tinggal di apartemen, bukan hanya menyewanya melainkan membeli salah satu apartemen di sana yang pastinya memiliki nilai tinggi dari segi kualitas dan kuantitasnya. Namun keinginan itu harus pupus karena Leanne sendiri menolak tegas, sebab mereka tinggal di Venesia hanya beberapa hari. Bagi Leanne itu pemborosan, akan tetapi berbeda dengan pemikiran bisnis Damian. Membeli apartemen di Venesia sama saja untuk investasi. Namun apalah daya karena terlalu cinta mungkin sudah masuk level budak cinta Damian pun mematuhi perkataan istrinya. Setibany
***** Leanne yang baru saja tiba di rumah heran saat mendengar suara tawa. Saat ia berjalan masuk ke dalam dan terus berjalan ke arah ruang makan ternyata suara tawa itu berasal dari Kakeknya dan juga suaminya. Leanne di buat bingung apa yang sudah terjadi pada mereka selama dirinya pergi sehingga mereka terlihat bercengkrama dengan akrabnya. Tidak seperti awal bertemu kakeknya kurang baik menyambut suaminya. "Oh Princess, kamu sudah pulang. Ayo sini kita makan bersama." Ajak Anthony saat melihat Leanne yang masuk ke ruang makan. Leanne berjalan ke arah kursi duduk di samping Damian. Leanne melihat hidangan yang masih tersaji utuh. "Kalian belum memulainya?" Tanya Leanne. "Kami menunggu mu Princess, lagian belum lama juga kami di sini." Sahut Anthony. "Padahal Kakek bisa saja duluan. Kakek harus menjaga kesehatan Kakek, jangan telat soal makan." Peringat Leanne. "Hanya hari ini saja, lagipula jarang-jarang bisa makan bersama seperti ini." Ucap Anthony. Damian me
***** Leanne dan Damian melanjutkan penerbangan mereka lagi ke Amerika. Dan kini mereka baru saja tiba di Bandara Internasional John F. Kennedy. Setibanya di bandara, sudah ada orang yang menunggu kehadiran Leanne dan Damian. Leanne perkirakan itu bawahannya Damian. Karena Leanne sendiri tidak memberitahukan kedatangannya ke sini pada Anthony atau pun Noel. Mobil melaju menuju kediaman Anthony, hingga beberapa menit kemudian mereka pun tiba di tujuan. Di depan gerbang kediaman Anthony. Karena pintu gerbang yang tertutup, Leanne menyembulkan kepalanya. Lalu sebuah CCTV bergerak mengscan wajahnya. Leanne memasukkan diri kembali ke dalam mobil dan tidak membutuhkan lima menit pun pintu gerbang mulai terbuka. "Keamanan disini patut aku tiru." Ucap Damian. "Semenjak Nenek meninggal Kakek jadi tidak terlalu suka banyak orang. Banyaknya bodyguard yang di pekerjakan di sini pun itu untuk keamanan Nenek, karena untuk mengurangi resiko aku sendiri memilih tinggal di apartemen s
***** Leanne dan Damian sudah mendarat di negara yang di juluki negeri matahari terbit itu dan kini mereka berada di dalam mobil yang di sopiri oleh Scott, bodyguard Damian yang baru Leanne lihat lagi. Leanne melihat ke arah jalan raya, tahu kemana tujuan mereka Leanne menatap Damian dengan tatapan menelisiknya. "Kenapa?" Tanya Damian. Tangan mengusap pipi Leanne dengan lembut. "Kamu menyuruhnya mengikuti ku sampai ke sini?" Tanya Leanne sambil melirik Scott. Tahu kemana pembicaraan istrinya, Damian tersenyum kecil. "Aku khawatir kamu kenapa-napa." Ucap Damian memberikan alasannya. Tahu dengan sifat Damian yang selalu mengawasinya Leanne pun tidak banyak bertanya lagi. Beberapa menit kemudian, mobil pun sudah sampai tujuan. Di mana tempat itu adalah sebuah pemakaman. Ya, Leanne kembali mengunjungi makam Raigan lagi. Leanne dan Damian berjalan bersama masuk ke dalam pemakaman. Leanne sengaja mengajak Damian. Mereka tiba di depan makam Reigan. Leanne meletakkan