*****
Leanne baru saja menepikan mobilnya di halaman rumahnya pukul 7 malam. Seharian tadi ia hanya beraktivitas di toko bunganya hingga tidak terasa waktu sudah malam. Melihat mobil suaminya yang berada di samping mobilnya menandakan jika Damian sudah pulang. Tumben hari ini Damian tidak pulang malam lagi. Leanne keluar dari mobilnya berjalan masuk ke dalam rumah untuk memastikan jika Damian benar-benar sudah pulang. "Jam segini kamu baru pulang?!" Sambutan dengan nada tidak mengenakan yang pertama Leanne dengar ketika baru memasuki rumahnya. Di sofa ruang tamu di sana Damian duduk menatap ke arahnya. "Ya. Toko baru mendatangkan bunga-bunga dari luar kota yang baru saja aku pesan, jadi aku harus menatanya terlebih dahulu." Ucap Leanne sambil menghampiri suaminya. "Ada yang ingin aku katakan." Ucap Damian. "Apa itu.....," "Dami," Suara wanita menghen***** Suasana pagi hari ini terasa berbeda dengan berbagai perasaan di dalam satu ruangan. Leanne, Damian dan sekarang adanya kehadiran Claudya yang membuat suasana makan pagi ini terasa sangat suram. Aura suram yang berasal dari Leanne yang di mana membuat Damian dan Claudya merasa canggung di buatnya. Wajah datar tanpa ekspresi itu sudah ada ketika Leanne memasuki ruang makan. Tanpa kata dalam keheningan membuat Damian yang ingin mengajak istrinya berbicara menjadi tidak tersampaikan. Hingga saat tadi dirinya yang pertama menyapa istrinya, namun hanya keterdiaman yang ia dapatkan. Damian sadar jika dirinya sudah mengecewakan Leanne hingga membuat istrinya ini marah kepadanya. "Selera makan mu sedari dulu tidak berubah, ya." Ucapan Claudya membuat suasana keluar dari keheningan. Namun sepertinya hal itu malah membuat suasana menjadi suram. Akan tetapi memang dasarnya Claudya adalah wanita yang tidak tahu malu mana peduli dengan keadaan yang semakin suram itu. Claudya mena
***** Dengan keadaan lelah Leanne baru pulang dari tokonya pukul 8 malam. Pesanan bunganya tiba-tiba meledak kebanjiran order, karena ada sebuah acara pernikahan dan pihak W.O yang membeli bunga darinya. Maka dari itu besok dirinya akan meliburkan Justin dan Kenny mereka perlu istirahat dan juga dirinya. Leanne berjalan ke arah pintu rumahnya tanpa melihat sekitar. Kesibukan serta lelahnya tidak memikirkan tentang Damian. Leanne yang hendak menuju kamarnya terhenti ketika seseorang menghadang jalannya. Dia Claudya dengan gaun tidurnya yang sangat tidak sopan di kenakan di tempat yang tidak seharusnya. Leanne yang malas meladeni Claudya dia berjalan melewatinya. "Aku menginginkan Dami. Bagaimana jika kamu merelakan dia untuk ku dan juga bayi yang aku kandung." Namun, perkataan Claudya yang memancing amarahnya ketika ia sedang lelah membuat langkah Leanne terhenti dan berbalik arah menatap Claudya. Leanne tersenyum sinis dan mencemooh Claudya. Wanita di hadapannya ini memang tid
***** "Bos, anda yakin akan pergi sendirian ke sana?" Pertanyaan ke khawatiran dari Justin tentang Leanne yang akan pergi ke suatu tempat, di mana musuh mereka bersembunyi kini sudah diketahui dengan pasti. "Bukankah kita sudah membicarakan semuanya Justin? Terlalu banyak orang akan terlihat mencolok. Kita sudah sepakat dengan aku pergi sendiri ke sana dan kalian menunggu di posisi yang telah di tetapkan." Ucap Leanne dengan tangan yang sibuk memasukkan sebuah pistol dan alat pertahanan diri lainnya ke sebuah ransel hitamnya. "Tapi Bos, sangat berbahaya dan berisiko jika Bos seorang diri masuk ke sarang mereka. Sedangkan kita tidak tahu berapa banyak orang yang ada di sana." Ucap Justin dengan mata yang terus mengikuti pergerakan Leanne. "Bagaimana jika mereka menyadari keberadaan, Bos? Biar aku saja yang pergi ke sana." Lanjutnya. Permintaan negosiasi Justin itu tidak akan merubah keputusan Leanne. Leanne tahu seberapa khawatirnya Justin terhadapnya, sebab itu terlihat
***** Setelah tembakan biusan itu ia luncurkan, Leanne memunculkan dirinya. Nathan dan Morgan langsung mengacungkan pistol mereka kepada Leanne. Tanpa memberikan jeda Nathan dan Morgan pun menembak Leanne, dan Leanne sendiri segera menghindar. Leanne melempar pistol biusnya setelah ia mengeluarkan isinya terlebih dahulu dengan satu tangannya. Ia mengambil pistol sungguhannya yang ia selipkan pada betisnya. Dengan tangguhnya Leanne pun menembak balik mereka. Baku tembak pun terjadi, Morgan terus melesatkan pelurunya dengan ia cari-cari kesempatan untuk mengambil koper yang berisi narkotika serta tabung cairan itu. Sedangkan Nathan mengambil koper yang berisi uang. Leanne menyentuh earphone nya lalu ia berkata, "Sekarang." Titah Leanne tegas tanpa mengalihkan pandangannya dari musuh. Sultan dan timnya beserta Justin segera masuk kedalam bangunan setelah mendapatkan instruksi dari Leanne. Sedangkan Leanne mengejar Nathan dan Morgan yang terlihat berlari akan keluar, s
***** Melihat mobil targetnya seperti akan menabrakkan mobil dengannya, Leanne pun menambahkan kecepatan mobilnya juga. "Ternyata kau tidak akan menyerah begitu saja." Sinis Leanne menyorot tajam pada mobil musuhnya. "I am pleased with your persistence." Ujar Leanne. Entah apa yang di pikirkan Leanne, yang pasti Leanne semakin menginjak dalam gas mobilnya. Di mobil Morgan, Nathan sudah sangat ketakutan berbeda halnya dengan Morgan yang seakan menantang maut. Ia terlihat senang. Ketika mobil mereka sebentar lagi akan saling menyentuh dengan tiba-tibanya Leanne segera membanting setir. Morgan terkejut dengan tindakan tiba-tiba Leanne yang memutar arah. DOR!! Dan rasa terkejut itu hanya sesaat karena berikutnya ia mengerang sakit. Lagi-lagi timah panas menembus kulitnya. Dengan tegas, tangkas dan cepatnya Leanne melesatkan kembali pelurunya ke tangan Morgan. Leanne melihat mobil targetnya sudah tidak terkendali, sebab tangan Morgan yang di tembak jadi hilang kendali.
***** Setelah kemarin pagi dirinya kembali bertengkar dengan Leanne. Damian yang menjaga Claudya hingga jam 10 itu pun dirinya sambil membawa pekerjaannya di sana, dan pukul 12 siang dirinya harus pergi ke Dubai untuk meeting yang tidak bisa di wakilkan. Maka ia sendiri yang pergi ke sana dengan jet private-nya. Cukup enam sampai tujuh jam untuk ia tiba di sana lebih cepat dari pesawat umum lainnya. Damian tidak memberi kabar Leanne jika dirinya sedang perjalanan bisnis. Segala keperluan Damian sebelumnya telah di siapkan oleh Joshua. Ia menjejakkan kakinya di Dubai pukul 18 lebih 30 menit, menurut waktu di tanah air, sedangkan di Indonesia tiga jam lebih cepat dari Dubai. Sampainya di Dubai Damian langsung bertemu kliennya untuk meeting. Pertemuan bisnis dengan rekan bisnisnya berjalan langsung hingga dua jam lebih lamanya. Setelah menyelesaikan meeting nya Damian segera kembali ke bandara untuk kembali ke tanah air. Tidak ada waktu untuknya istirahat. Sebab Damian sendiri
***** "Siapa Agent yang kalian maksud?" Damian menyela pembicaraan Sultan, dan Sakha. Meski sejak tadi ia tidak memperhatikan mereka karena fokusnya terhadap Leanne yang sedang mendapatkan penanganan, akan tetapi ia bisa mendengar perkataan mereka. Dan dirinya sangat terkejut ketika menangkap pembicaraan terakhir mereka, yang di mana di dalam ruangan orang yang ia tunggu kabar baiknya nyatanya adalah seorang agent. Untuk memastikan lagi pendengarannya, Damian bertanya kepada Sultan dengan tatapan menuntutnya. Namun Sultan yang di tatap seperti itu, tidak kunjung menjawabnya. "Istri anda dia adalah seorang agent." Bukan, bukan Sultan yang menjawab melainkan Justin menatap Damian dengan datar. Kenny menatap Justin memperingati, namun di abaikan. "Tidak mungkin." Lirih Damian tak percaya sehingga tubuhnya mundur beberapa langkah. Joshua menangkap tubuh Damian yang hendak terjatuh, dia mendudukkan tubuh besar Damian pada kursi tunggu. Joshua sendiri di buat terk
***** Suara air yang mengalir, angin yang berhembus tidak terlalu kencang namun dapat mengibarkan rambut panjang bergelombang milik Leanne. Mata yang tertutup merasakan kesejukan itu, perlahan terbuka menatap pemandangan indah di hadapannya. Padang bunga dengan aliran sungai yang jernih membuat Leanne terpukau. Keindahan surga di hadapannya membuat Leanne tidak mau memejamkan matanya kembali, ia takut ketika mata ia pejamkan keindahan surga ini akan hilang. Berbagai bunga di sekelilingnya membuat Leanne tidak tega memetik mereka, hanya usapan lembut yang ia berikan pada bunga-bunga yang bisa ia jangkau. Harum semerbak dari berbagai bunga membuat Leanne nyaman untuk tinggal di sini, ia tidak rela jika harus meninggalkan tempat seindah ini. Melihat air sungai yang mengalir tenang membuat langkah Leanne berjalan ke arah sana. Berjongkok, lalu menyentuh air itu dan perasaan dingin yang ia rasakan. Air yang sangat jernih itu dapat melihat pantulan dirinya sendiri. Leanne menyentuh