***** Suara air yang mengalir, angin yang berhembus tidak terlalu kencang namun dapat mengibarkan rambut panjang bergelombang milik Leanne. Mata yang tertutup merasakan kesejukan itu, perlahan terbuka menatap pemandangan indah di hadapannya. Padang bunga dengan aliran sungai yang jernih membuat Leanne terpukau. Keindahan surga di hadapannya membuat Leanne tidak mau memejamkan matanya kembali, ia takut ketika mata ia pejamkan keindahan surga ini akan hilang. Berbagai bunga di sekelilingnya membuat Leanne tidak tega memetik mereka, hanya usapan lembut yang ia berikan pada bunga-bunga yang bisa ia jangkau. Harum semerbak dari berbagai bunga membuat Leanne nyaman untuk tinggal di sini, ia tidak rela jika harus meninggalkan tempat seindah ini. Melihat air sungai yang mengalir tenang membuat langkah Leanne berjalan ke arah sana. Berjongkok, lalu menyentuh air itu dan perasaan dingin yang ia rasakan. Air yang sangat jernih itu dapat melihat pantulan dirinya sendiri. Leanne menyentuh
***** Ketika Joshua memberikan kabar tentang apa yang telah terjadi pada Leanne pada kedua keluarga itu, orangtua Damian dan Leanne hampir bersamaan tiba di rumah sakit. Anita dan Harris tentu saja terkejut dan sedih ketika mendapatkan kabar jika anaknya kecelakaan sehingga Anita meraung keras oleh tangisannya. Begitu pun Rose, meskipun Leanne menantunya Rose pun tidak dapat menahan tangisannya. Kasih sayang Rose pada Leanne begitu tulus. Dan kini hari ini adalah hari kedua Leanne koma, keluarga Damian dan juga orang tua Leanne kembali ke rumah sakit lagi. Namun untuk saat ini suasana terasa terasa tegang sebab di antara mereka ada Anthony dan Noel. Kehadiran mereka membuat aura di antara mereka semakin mencekam. Menunggu di depan ruangan ICU, yang di mana saat ini Leanne tengah di check keadaannya oleh Rai. Anthony dan Noel mereka berdua baru saja tiba di mana Leanne di rawat. Mengetahui keadaan cucunya yang tengah koma dari Kenny membuat Anthony dan Noel segera terbang ke t
***** Mereka yang berada di luar begitu penasaran dengan suara gaduh di dalam hal apa yang tengah terjadi di dalam ruang ICU. BRAK!!! Pintu ICU terbuka, di ambang pintu Leanne berdiri dengan punggung tangannya yang berdarah. Terlihat jika selang infusan telah di lepas paksa oleh Leanne. Saat di dalam para perawat kaget dengan sadarnya Leanne juga tindakan Leanne hingga membuat mereka menjerit. "Dokter," Seorang perawat wanita itu memanggil Rai, karena cemas dengan pasiennya. Namun dengan kode dari Rai mengangkat telapak tangannya tanda diam perawat itu pun diam membisu. "Sayang," Panggil Damian menghampiri Leanne yang terlihat bingung, namun langkahnya terhenti ketika nama seseorang 'lah yang di panggil istrinya dan bukanlah dirinya. "Rai...Raigan." Lirih Leanne berjalan mendekati Rai dengan langkah lemasnya. Namun baru saja tiga kali melangkah, langkah Leanne terhenti dan ia menatap intens Rai. "Kau bukan Rai. Kau bukan Naka ku." Ucap Leanne pada akhirnya. Ia menyadar
***** "Saya sangat berterimakasih kepada anda Tuan Romanov, karena beberapa hari ini telah menjaga Claudya. Maaf telah merepotkan anda, kedepannya saya akan menjaga Claudya dengan baik." Ucap mantan suami Claudya. Saat ini di ruangan Claudya telah ada mantan suami Claudya dan juga Damian. Mereka baru sempat bertemu karena Damian sendiri memiliki urusan dengan apa yang sudah terjadi pada istrinya. Setelah Damian membawa Leanne kembali ke ruangannya, dirinya mendapatkan telepon dari mantan suami Claudya yang bernama Richard dan mereka akan bertemu di ruangan Claudya. Kebetulan hari ini Claudya juga akan keluar dari rumah sakit dan Richard sudah menemaninya untuk beberapa hari ini. Damian sendiri ia ingin segera menyelesaikan masalahnya tentang Claudya, maka dari itu dengan berat hati Damian harus meninggalkan istrinya sebentar. "Memang seharusnya anda menjaganya meski kalian sudah bercerai. Apalagi kalian akan menjadi orang tua, dan untuk kedepannya saya harap saya tidak di liba
*****Rose menghela nafasnya. "Mama tidak sempat melihat bagaimana kondisi Anne saat itu, karena Kakeknya langsung membawa Anne ke Amerika. Namun Mama mendengar dari perawat yang menangani Anne, jika kondisi Anne benar-benar sangat parah sehingga keadaan Anne saat itu sampai koma." Lanjut Rose mengusap air matanya perlahan, ia menatap Damian. "Maka dari itu kenapa Mama sangat marah padamu, Nak. Karena kamu telah menyakiti Anne kembali, ia sudah sangat terluka di sakiti oleh keluarganya sendiri dan kamu malah menambahkan kesakitannya lagi dengan perlakuan bodoh mu. Jangan membuat Mama menyesal telah menikahkan kamu dengannya, Nak." Ucapan Rose membuat Damian langsung berlutut di hadapan Rose, ia menggenggam tangannya. "Ma, sungguh aku menyesali perbuatan ku padanya. Aku mohon terus restui pernikahan ku dengan Leanne. Aku tidak ingin berpisah dengannya. Aku sangat mencintai Leanne, Ma. Aku sangat mencintainya." Ucap Damian menelungkup 'kan kepalanya pada pangkuan Rose, ia menangi
***** Leanne yang masih berdiri di dekat jendela teralihkan, karena pintu ruangannya terbuka. Terlihat Damian dan Rose memasuki ruangan, Leanne berjalan kembali ke ranjangnya. Dengan sigap Damian membantu istrinya untuk berbaring di atas ranjang. Rose yang melihat itu tersenyum senang. "Sayang, bagaimana kondisi mu sekarang? Apa yang kamu rasakan?" Tanya Rose perhatian sambil mengusap kepala Leanne yang di perban. "Semuanya baik-baik saja, Ma. Dua hari ini juga akan segera pulih." Jawab Leanne. "Lihat, wajah cantik kamu banyak goresan gini. Setelah kamu sembuh total nanti Mama ajak kamu ke Dokter kecantikan biasa Mama perawatan." Ucap Rose di balas senyum kecil Leanne. "Ada apa, Ma?" Tanya Leanne karena melihat raut wajah Rose yang terlihat badmood. "Papa tiba-tiba harus ke Canada, Sayang. Biasa urusan pekerjaan." Jawab Rose sedikit cemberut. "Sebaiknya Mama pulang saja, mungkin Mama mau menyusul Papa ke sana." Ucap Leanne sedikit menggoda Rose yang terlihat malu-malu.
***** Damian masuk ke dalam ruangan, dan Leanne menyimpan papper bag itu di atas nakas samping ranjang. Damian melihat ponsel baru yang Leanne genggam. Tidak lama suara ketukan terdengar, pintu ruangan terbuka dan seorang perawat pun masuk. Leanne membaringkan tubuhnya. "Saya cek Ibu dulu ya." Ucap perawat itu lalu segera melakukan tugasnya. "Semuanya bagus, karena pemulihan ibu terbilang cepat." Ucap perawat itu sambil mencatat data setelah mengecek kondisi Leanne. "Kalau begitu besok saya sudah bisa keluar 'kan?" Tanya Leanne. Perawat itu mengangkat kepalanya. "Kalau itu nanti menunggu keputusan dari Dokter Rai Bu, boleh apa tidaknya ibu keluar besok." Sahut Perawat itu. "Kalau begitu saya permisi Bu, Pak." Setelah perawat itu pamit dan hanya tinggal mereka berdua keadaan pun hening. Leanne mengotak-atik ponselnya dan Damian pergi masuk ke dalam toilet. Saat Damian berada di toilet, seorang perawat masuk sambil membawa makanan untuk Leanne. Leanne hany
***** Angin berhembus kencang dari sebuah helicopters yang baru saja mendarat sempurna, Leanne berjalan ke arah di mana seseorang keluar dari sana. "Athena." Sapa seseorang itu yang tak lain adalah Cedric rekan seperjuangannya. Leanne hanya meliriknya dan segera masuk ke dalam. Cedric pun mengikutinya, karena ia yang membawa helicopters itu. Leanne memasang sabuk pengaman dan headphone On-earnya. Begitu pun dengan Cedric. Helicopters mulai bergerak naik meninggalkan area gedung rumah sakit, mata Cedric menangkap seseorang yang berlari di atas helipad. "Kamu pergi tanpa pamit." Ucap Cedric. Mendengar itu Leanne segera melihat kearah jendela yang di mana di sana Damian tengah berlari seolah me