Pagi ini Bian bersiap untuk pergi ke rumah Flavia. Dia memakai kemeja agar lebih terlihat rapi. Saat sedang melihat penampilannya di depan cermin, suara pintu terdengar diketuk. Bian mengalihkan pandangannya ke arah pintu.“Masuk,” ucap Bian mempersilakan siapa pun di balik pintu untuk masuk.Pintu terbuka, tampak kakak dan kakak sepupunya yang masuk. Ada El dan Al di sana. Bian yang melihat kakaknya menatap malas. Dia kesal karena kakaknya ikut bagian dalam mengerjai. El dan Al masuk ke kamar Bian. Melihat adiknya yang sudah rapi. Tampak sudah siap untuk ke rumah Flavia. “Kamu sepertinya marah denganku?” El melihat jelas wajah Bian yang malas melihat kedatangannya. “Kalian benar-benar tega membohongi aku!” Bian merasa kakaknya benar-benar hebat membodohinya. Sampai membuat rapat saat dirinya datang. Hingga Bian tidak sama lagi curiga jika kakak-kakaknya sedang mengerjainya. “Kamu yang tega. Bisa-bisanya melakukan hal keji itu.” El menepuk bahu adiknya. Merasa jika sang adik bena
Keluarga Adion datang. Mereka disambut oleh keluarga Claire. Mereka mempersilakan untuk masuk ke rumah. Beberapa barang seserahan dibawa keluarga Adion untuk diserahkan pada keluarga Claire. Al dan El membawa barang-barang itu ke dalam rumah. Memberikan keluarga Claire.Mama Agnes segera memanggil Flavia. Mengajak Flavia untuk bertemu dengan keluarga Adion. Flavia tampil polos tanpa riasan di wajahnya. Dia hanya memakai gaun biasa. Seolah tak ada yang istimewa hari ini. Orang yang pertama dilihatnya adalah Flavia adalah Bian. Sekalipun pria itu akan menjadi suaminya, tetap saja masih ada kebencian dalam dirinya. Bian melihat Flavia yang cantik tanpa riasan. Sejak melihat gadis itu memang dia tahu jika Flavia memang begitu cantik. Flavia duduk di samping papanya. Berharapan dengan keluarga Adion. “Terima kasih sudah menerima kami. Saya paman Bian, Regan Maxton. Mewakili keluarga Adion, kami ke mari datang untuk melamar putri Pak Harry yaitu Flavia Claire.” Daddy Regan sebagai perw
Flavia sampai di butik. Di sana sudah ada Mommy Shea dan beberapa wanita. Flavia tidak begitu mengenal wanita-wanita tersebut. “Fla, kenalkan ini Mama Chika-mertua Freya. Ini Shera-kakak sepupu Bian. Kalau ini Ghea, pasti kamu sudah kenal dia adalah kakak Bian.” Mommy Shea memperkenalkan semua pada Flavia. “Flavia.” Flavia langsung mengulurkan tangan berkenalan dengan mereka semua. Sambutan dari saudara Bian membuat Flavia tak menyangka. Karena mereka semua begitu ramah. Mereka semua masuk ke butik. Mencari gaun pengantin. Kebetulan pernikahan sebentar lagi. Jadi tentu saja hal itu membuat mereka tidak punya pilihan untuk mencari gaun yang sudah jadi. Mereka semua berpencar. Mencarikan gaun untuk Flavia. Flavia sendiri mencari gaun bersama Mommy Shea. Kesempatan bersama Mommt Shea seperti ini memang membuat Flavia menggunakan dengan baik. Apalagi dia belum banyak bicara. “Bu, saya meminta maaf karena telah berani mendekati Pak Bryan.” Flavia belum sempat meminta maaf pada Mommy S
Hari pernikahan tinggal empat hari lagi. Hari ini Flavia akan pergi ke Malya Jewelry untuk memesan cincin. Kali ini Flavia ditemani oleh Ghea saja. Karena semua sedang sibuk. Mommy Shea sedang mengecek makanan yang akan disajikan di pesta. Bersama dengan mommy yang lain.Sebenarnya Bian juga datang bersamaan. Namun, dia sengaja tidak masuk ke toko perhiasan. Flavia tak mau bertemu dengannya. Jadi dia memilih melihat dari kejauhan. Dia berada di ruangan pemilik perhiasan. Jadi tentu saja dia dapat melihat Flavia dari dalam. “Terima kasih sudah memberikan akses di sini.” Bian berterima kasih pada Arriela Malya, pemilik toko perhiasan ini. Dari kakaknya Ghea, dia mendapatkan akses untuk melihat Flavia dari balik kaca yang hanya bisa dilihat dari dalam. Bagi mereka yang di luar sedang melihat-lihat perhiasan, tidak tahu jika ada orang yang memerhatikan mereka dari dalam. “Sama-sama. Nikmati saja. Aku harus kembali ke ruangannya.” Arriel mempersilakan Bian untuk menikmati secangkir tehny
Sejak kemarin keluarga Adion sibuk sekali. Mulai menyiapkan berkas, menyebar undangan, menyiapkan hotel, menyiapkan WO, dan banyak hal remeh temeh yang lainnya. Semua bahu membahu membantu. Tak ada satu orang pun yang tak ikut membantu. Menjelang dua hari pernikahan, keluarga Adion sudah di hotel. Cia, Noah, Rylan, dan Retta juga sudah pulang. Mereka sengaja pulang untuk mengunjungi pernikahan Bian. Walaupun mendadak, mereka menyempatkan untuk datang. Kamar presidential suite sudah tampak ramai diisi dengan keluarga yang berkumpul. Terutama para cucu. Mengingat semua sedang berkumpul. Adan Kean, Lean, Anka, Rigel, Lora, Gemma, Rivans, Nick, Rysand, dan Derran. Semua cucu berkumpul. Kamar menjadi sangat ramai sekali. Anak-anak bermain. Berlari-lari. Hingga menangis. Siapa lagi jika bukam Derran yang menangis. Bayi dua tahun itu ingin ikut kakak-kakaknya bermain, meminta mainan yang dimainkan kakak-kakaknya. Beruntung kakak-kakaknya pintar-pintar. Jadi tahu cara berbagi.“Lihatlah sa
Flavia menuju ke restoran hotel bersama Anika. Mereka ingin makan malam di restoran tersebut. Mengingat jam makan malam sudah tiba. “Aunty Fla.” Kean memanggil Flavia. Flavia tersenyum ketika Kean memanggilnya. Tetangga kecilnya itu langsung menghampirinya. Tak sendiri dia membawa pasukan. “Hai, Kean, Lean.” Flavia menyapa anak-anak yang dikenalnya. “Hai, Aunty.” Lean menyapa Flavia. “Wah ... siapa saja ini?” tanya Flavia yang begitu penasaran. Dia yakin semua ini adalah cucu keluarga Adion dan Maxton. “Ini Rigel, Anka, Gemma, dan Lora.” Kean memperkenalkan satu per satu sepupunya. “Hai, aku Aunty Fla.” Flavia melambaikan tangan pada anak-anak kecil yang berada di depannya. “Hai, Aunty.” Semua melambaikan tangan.“Aunty cantik sekali.” Lora memuji Flavia. Dia merasa jika Flavia begitu cantik. “Terima kasih.” Flavia tersenyum.“Ayo Aunty, kita makan bersama.” Anka menarik tangan Flavia. Disusul dengan Lora yang ikut menarik tangan Flavia juga. Flavia tidak punya pilihan. Apal
“Lihat aku cantik sekali.” Anka memamerkan gaunnya. “Aku juga cantik.” Lora pun tak kalah. “Aku juga cantik.” Gemma berputar ketika gaunnya. Tiga anak perempuan itu heboh sendiri dengan gaunnya. Rencana, mereka akan dapat menjadi pendamping pengantin. Jadi tentu saja itu membuat mereka begitu senang sekali. “Semua anak perempuan cantik.” Lean menimpali. Membuat mereka semua menghentikan saling menyombongkan diri. “Kalau tampan namanya anak laki-laki.” Kean tertawa. Merasa lucu dengan obrolan anak perempuan. Rigel hanya diam ketika mereka semua sibuk bicara. Rencananya anak-anak akan menjadi pendamping pengantin. Ada Kean, Lora, Lean, Gemma, Rigel, dan Anka. Mereka akan berpasangan menuju ke pernikahan bersama dengan pengantin. “Sudah-sudah. Jangan bertengkar siapa yang paling cantik. Semua cantik.” Freya menenangkan keponakannya itu. “Sekarang ayo, kita harus bersiap untuk menemui pengantin wanita.” Freya mengajak anak-anak itu untuk bersama-sama keluar dari kamar hotel. Frey
Flavia mengalihkan pandangan. Dia mengangguk dan segera bangun. Langkahnya diayunkan menghampiri sang papa sambil menarik gaunnya agar dapat berjalan dengan benar. “Kamu cantik sekali.” Papa Harry tersenyum sambil melihat putrinya. “Terima kasih, Pa.” Flavia tersenyum.“Kamu cantik seperti mamamu.” Papa Harry membelai lembut wajah anaknya. Flavia berusaha menahan tangisnya. Dia merasa begitu rindu dengan mamanya di saat seperti ini. “Papa berharap kamu bisa menjalani hidup dengan baik setelah mamamu meninggal, tetapi Papa tidak bisa menjagamu dengan baik.” Papa Harry merasa menyesal ketika hal buruk terjadi pada anaknya. Sebagai orang tua, harusnya dia menjadi pelindung pertama untuk mereka. “Aku yang meminta maaf pada Papa. Karena sudah membuat Papa kesulitan.” Flavia merasa begitu bersalah sekali dengan papanya. Dia merasa harusnya bisa menjadi anaknya berguna, tetapi nyatanya dia masih menyulitkan papanya. “Kamu tidak pernah menyulitkan. Kamu justru sudah banyak membantu.” Pa