Beranda / CEO / Perfect Mate / Chapter 1

Share

Chapter 1

Penulis: Cynthia Arcera
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-11 15:49:42

Dari jauh suara beberapa pria terdengar di salah satu perkebunan di wilayah inggris, suara tersebut dari karyawan Keluarga Nicole. Ladang luas dan lapang tersebut berisikan perkebunan dan ini adalah ladang kepemilikan Charles Nicole dan juga keluarga turun temurun Keluarga Nicole sebagai keturunan dari keluarga pembisnis, Nasha Nicole tersenyum dengan memetik beberapa buah, "Sepertinya aku tidak akan lama berada di sini, karena aku selalu memikirkan Kate anak perempuanku. Anak itu masih saja memikirkan William, walaupun mereka sudah berpisah tapi tetap saja Kate selalu memikirkan William dan aku harus bagaimana sebagai ibunya," ucap Nasha dengan agak sedikit mengeluarkan kesah dan pikirannya memikirkan Kate. Seketika pikirannya mengingat Kate putrinya yang selalu menangis dengan melihat foto kebersamaan Kate bersama William. Nasha pun kini menunduk lalu manik mata tersebut memperhatikan layar ponselnya ketika asistant kepercayaan Charles Nicole mengirimkan foto Kate yang menangis melihat foto kebersamaannya bersama William di ruangan kamarnya setelah Kate berbincang bersama Charles Nicole ayahnya. Sesekali Nasha mengusap kelopak matanya disana dan itu membuat Nasha kembali bersedih karena ia terus saja memikirkan putrinya kembali.

Philip memperhatikan Nasha yang terlihat tak seperti biasanya, melihat menantunya yang agak sesekali terdiam dan juga sesekali menjawab beberapa pertanyaan dari beberapa karyawan Keluarga Nicole. Tanpa berpikir panjang, Philip Nicole berjalan menghampiri menantunya Nasha. Tak biasanya Nasha ke Inggris datang seorang diri, terlebih ia sangat manja kepada Charles yang selama ini selalu setia berada di sisi Nasha kemanapun Charles bepergian.

"Tidak apa-apa, kembalilah tidak perlu menunggu hingga seminggu. Ayah bisa menggantikanmu melihat perkebunan ini, Kate pasti membutuhkanmu. Ayah tahu jika kau memikirkan Charles dan mengkhawatirkan Kate," suara Philip kini terdengar disana dengan suara pelan dan halus, Philip sang ayah mertua Nasha, ayah kandung Charles Nicole. Philip Nicole. Philip mengambil salah satu buah dengan memetiknya lewat tangan kirinya, tangan miliknya dengan kulit yang sudah mengeriput dan usianya yang sudah renta tersebut, wajahnya tersenyum dengan mengajak Nasha tersenyum ketika berada di sisinya. Sebagai seorang kepala keluarga, Philip memang sangat menyayangi keluarga dan juga anak-anaknya. Ia sangat menyukai anak-anak terlebih ketika Philip melihat banyak anak-anak ceria ketika berada di sisi sekitarnya.

Nasha mendengarkan dan menuruti perkataan ayah mertuanya, walaupun ia tak membawa Kate dan juga suaminya Charles dalam waktu seminggu ke Inggris tetap saja ia memikirkan putrinya dan suaminya dari jarak jauh. "Maafkan aku ayah, aku memikirkan Kate, biasanya ia selalu ikut kesini tapi ia memiliki beberapa aktifitas jadi aku berbicara kepada Charles untuk menemani Kate," ucap Nasha dengan sesekali matanya melirik ke ayah mertuanya. Ada perasaan tak enak disana karena seharusnya Nasha berada di Inggris selama seminggu, ayah kandung Charles mendekati Nasha dengan tersenyum, ia melepas topinya dengan suara tertawa pelan melihat Nasha yang selalu memiliki perasaan sungkan dan juga perasaan malu.

Angin-angin perkebunan kali ini menyentuh beberapa batang pohon dengan memperlihatkan wajah teduh yang Nasha kenali. Wajah ayah mertuanya Philip begitu teduh sehingga membuat perasaan Nasha tenang dan juga merasa nyaman seperti ayah kandungnya sendiri.

"Aku pun merindukan Kate, justru aku bingung kenapa kau tidak membawa Charles dan Kate kemari, ketika mendengarnya aku memahaminya," jawab ayah mertua Nasha dengan pandangan mata yang melihat langit-langit saat ini. Langit di atas mansion begitu cerah dengan ladang perkebunan milik Keluarga Nicole yang tumbuh subur dan juga luas. Beberapa karyawan memetik buah tersebut untuk nantinya di olah menjadi minuman atau makanan, Nasha duduk dibawah pohon dengan melepas topi dan menuangkan minuman jus buah hasil perkebunan untuk ayah mertuanya.

"Charles dan Kate pasti kembali ke Inggris, kami pasti secepatnya ke inggris lagi. Ayah jangan khawatir," jawab Nasha berbarengan dengan suara seruput dari bibir kecil berikut suara jus buah mangga yang tertuang di gelas kaca. Tangan kiri Nasha menuangkan jus buah mangga untuk dirinya dan juga ayah mertuanya kini setelah ia meletakkan cangkir miliknya, sesekali lirikan mata Nasha melihat wajah ayah mertuanya yang memandangi perkebunan. Rasa kagum Nasha tak teralihkan dengan usaha kerja keras dari Keluarga Nicole, sehingga suaminya menuruni sifat dari ayah mertuanya tersebut.

Beberapa karyawan mendatangi ayah mertua Nasha yang kini duduk disebelah Nasha, mereka melaporkan beberapa kondisi perkebunan untuk di lihat oleh Tuan Philip Nicole, "Nasha, sudah hampir sore. Kau bisa kembali ke mansion, kau sudah baik menjadi istri dan juga seorang ibu, jangan khawatir soal Kate, kau tahu tidak Nasha, ayah sangat bahagia melihat Charles selalu membahagiakan keluarganya," ucap Philip dengan suara teduhnya, ayah mertuanya sudah seperti ayah kandung bagi Nasha sehingga apa yang diucapkan Philip, Nasha pun kembali tenang bahkan senyuman tersebut seketika kembali terlihat dengan rasa terimakasihnya atas ucapan ayah mertuanya itu.

Nasha masih memperhatikan ayah mertuanya dengan melihat ayah mertuanya memakai topi dengan berjalan bersama beberapa karyawan dari belakang, angin-angin di sekitar ladang perkebunan milik Keluarga Nicole masih menyapu rambut panjang cokelat lurus tersebut rambut bergelombang yang dimiliki Nasha, bola mata berwarna hijau layaknya batuan emerald. Bibir tipisnya begitu bersemi layaknya keindahan bunga camilla, Nasha memakai topi di puncak kepalanya seketika rambutnya terlihat tenang setelah topi itu berada di puncak kepalanya, Nasha yang kini beranjak merapikan dress yang ia kenakan. Ia meletakkan beberapa gelas dan teko untuk ayah mertuanya dengan menaruhnya di meja. Nasha pun berjalan menuju mansion setelah ia menemui Philip sang ayah mertua, beberapa saat ada dua orang pelayan yang menemui Nasha dengan memberikan payung disana, melewati perkebunan dengan sinar matahari Nasha berjalan memasuki mansion lebih dalam.

Tuan Philip Nicole melirik ke arah menantunya yang kini berjalan menuju mansion, dengan wajah tersenyum ia kembali berbicara kepada karyawannya. 'Putraku selalu memanjakan keluarganya, aku bangga kepada Charles,' ucapnya dengan membatin. Sesekali ia melirik ke arah jam tangan di pergelangan tangannya, ia berjanji untuk makan malam bersama istri tercintanya Elisa, Philip tersenyum sesekali dengan melepaskan lelahnya disana. Baginya keluarganya adalah segalanya, melihat Elisa yang selalu tersenyum bahagia adalah impiannya untuk menikahinya. Terlebih melihat putranya yang kini membahagiakan putrinya dan juga istrinya, pikiran Philip memikirkan Charles. Charles pasti khawatir memikirkan Kate seperti dirinya yang melihat Nasha mengusap air matanya dari kelopak matanya. Philip sangat tahu Nasha sangat mencintai Charles dan juga menyayangi Kate.

Nasha memasuki mansion dengan senyuman Elisa yang menyambut hangat menantunya tersebut, ia memperhatikan ibunya yang saat ini merajut sweater untuk ayah mertuanya, "Rajutannya bagus ibu, ayah pasti menyukainya," ucap Nasha dengan melihat ke arah Elisa. Senyuman Elisa terlihat dengan menghentikan rajutannya disana, pernikahannya bersama Philip hampir tidak pernah ada pertengkaran. Bahkan hingga Charles menikah, rasa cinta Elisa dan juga Philip selalu saja bersemi.

"Kau selalu memuji ibu, apa kau yakin ingin kembali ke California? ibu harap kalian bisa kembali ke Inggris secepatnya, ibu merindukan Charles dan juga Kate," ucap Elisa dengan menyentuh rambut Nasha dengan gerakan lembut bahkan ketika kerinduannya kembali setelah melihat wajah cantik Nasha.

Nasha tak bergeming dengan pertanyaan dari ibu mertuanya, seperti apa yang di katakan ayah mertuanya bahwa ia merindukan Charles dan juga Kate, "Kami pasti kembali ke Inggris, ibu jangan khawatir. Aku akan berbicara kepada suamiku," jawab Nasha dengan menjawab ibunya dengan nada rendah dan halus.

"Kau baru pulang dari perkebunan, pasti membutuhkan istirahat sejenak. Pergilah ke kamarmu, hari semakin gelap. Makan malam dulu bersama kami," ucap Elisa dengan meminta Nasha untuk makan malam bersama dengan mereka sebelum ia kembali ke California bertemu dengan Charles dan juga Kate.

Nasha menunduk dengan mengatakan iya kepada ibu mertuanya, tak lama ia meminta izin kepada ibu mertuanya untuk menuju kamarnya, membersihkan diri setelah seharian berada di perkebunan buah.

Ruangan keluarga dengan interior bernuansa Eropa sangat terlihat jelas di kediaman keluarga nicole, Elisa memperhatikan Nasha dari tempat duduknya, masih dengan memegang sweater yang sudah hampir selesai, Elisa melanjutkan kembali dengan menggerakan tangannya, jarinya begitu piawai dengan mendesign sweater untuk suaminya. ia tahu bahwa Nasha memikirkan Kate, bagaimanapun perasaan seorang ibu tidak pernah salah. Terlebih setelah Philip menceritakannya kepada Elisa akan Kate, "Aku berdoa semoga Kate dan William berjodoh," jawab Elisa dengan suara halusnya dan kedua tangannya begitu lihai merajut sweater untuk suami tercintanya, Philip.

Tak lama Elisa beranjak dari sofa ruang keluarga menuju ruangan kamarnya, beberapa asistant kepercayaan Keluarga Nicole menemaninya menuju ruang kamar. "Nyonya Elisa, makan malam bersama Tuan Philip akan di siapkan, apa Nyonya Elisa ingin memesan menu makanan?" tanya seseorang pelayan disana dengan melihat Elisa.

"Seperti biasa, jangan lupa siapkan menu makanan kesukaan suamiku, aku mempercayakan semuanya kepada kalian. Masih ada beberapa jam lagi, aku ingin beristirahat sebentar setelah menyelesaikan sweater ini," jawab Elisa dengan tersenyum kepada seorang pelayan yang kini berada di dekatnya.

pelayan tersebut tersenyum dengan mengangguk, tak lama dirinya izin untuk keluar ruangan dan menutup pintu kamar dengan pelan. Elisa melipat sweater rajutannya untuk suami tercintanya Philip dan ia pun meletakannya di atas nakas, ia tersenyum dengan menaruh beberapa benang wol yang berada di genggamannya di rak lemari dekat ranjang.

Rasa kantuknya terlihat dengan Elisa duduk bersandar di tepian ranjang, kedua matanya mengantuk untuk beristirahat.

Denting jam terdengar di ruang utama mansion, jam dengan design klasik era 90'an terlihat dengan menunjukkan jam 18.30 waktu Inggris. Philip melepas topinya dengan melihat ke arah jam yang sudah memasuki jam makan malam. Sudah ada janji bersama istri tercintanya yang di jadwalkan malam ini. Langkah kaki Philip menaiki tangga dengan memegang topi, tubuh kekarnya masih terlihat walaupun ia sudah berusia, ia tahu pasti istrinya menyelesaikan rajutan sweater hari ini.

Dengan perlahan Philip memasuki ruang kamar dengan membuka pintu perlahan, sudah ada istrinya yang saat ini beristirahat karena menunggunya. "Kau pasti menungguku seharian," ucapnya dengan nada pelan, Philip tentu saja tak ingin membangunkan istrinya. Tangannya mengambil selimut untuk membuat Elisa tetap hangat.

Tak lama kedua mata Elisa terbuka dengan melihat suaminya yang kini sudah pulang dari perkebunan, dengan mata berkaca-kaca Elisa beranjak dari tempat tidur. "Sayang, kau sudah pulang dari perkebunan," ucapnya dengan berjalan mendekati Philip.

Philip tersenyum dengan memegang sweater buatan tangan istrinya yang kini berada di genggamannya, "Aku akan memakainya malam ini, buatanmu selalu bagus dan aku menyukainya."

Elisa merona dengan wajah malu ketika mendengar suaminya berbicara dan menyanjungnya. Tak lama Philip menaruh sweater tersebut dan berbalik ke arah Elisa. Ia melihat wajah Elisa yang baru bangun dari tidurnya, wajah itu selalu cantik walaupun sudah berusia.

"Kemarilah, duduk didekatku. Aku akan memeriksa tanganmu, apakah tanganmu ada yang terluka setelah kau merajut sweater itu untukku," ucap Philip dengan mengkhawatirkan istrinya. Ia menggenggam tangan Elisa dengan membawanya duduk di sofa, membuka kedua telapak tangan Elisa dan memeriksanya.

"Tidak ada luka apapun, justru seharusnya kau bersiap karena kita akan makan malam. Kau baru saja pulang dari perkebunan, aku mengajak Nasha untuk makan malam bersama," jawab Elisa dengan melihat Philip yang masih memeriksa telapak tangan Elisa.

Philip mendengar ucapan istrinya yang kini menyuruhnya bersiap untuk makan malam, ia memandangi wajah Elisa dengan melihat kedua bola mata berwarna birunya disana, senyumannya terlihat bahagia dengan menatap wajah Elisa, "Elisa, aku selalu mencintaimu. Jika suatu hari aku pergi kumohon kau jangan menangis, aku sangat mencintaimu. Aku menikahimu untuk selalu melihatmu tersenyum bahagia, terimakasih karena kau selalu menemaniku hingga di usiaku ini. Kau istri terbaik yang kumiliki, sweater buatanmu akan kupakai malam ini. Buatanmu sangat bagus, aku menyukainya. Aku selalu mencintaimu, Elisa," Philip mengusap pipi kanan Elisa dengan lembut, sentuhan tangan suaminya tentu saja membuat Elisa tertegun, sesaat Elisa menatap Philip. Tatapan mata itu tak pernah salah, tatapan mata yang selalu Philip kenali. Philip sangat mencintai Elisa hingga saat ini pun rasa cinta Philip terhadap Elisa dan keluarganya tak pernah memudar.

"Bersiaplah untuk makan malam, kau baru saja pulang dari perkebunan. Kau harus menceritakan seharian ini sebelum memasuki ruang kerja, aku tahu kau pasti semalaman akan membaca buku," jawab Elisa dengan menggoda suaminya, ia menepuk pelan lengan Philip untuk menyeru suaminya Philip membersihkan diri setelah bekerja seharian.

Anggukan dari Philip terlihat dengan Philip beranjak dari sofa, Elisa memegang tangan kiri suaminya saat ini, "Aku selalu mencintaimu juga, suamiku. Terimakasih selalu bersamaku selama ini," jawab Elisa dengan tersenyum membalas ucapan Philip. Philip tersenyum dengan meninggalkan Elisa yang kini duduk di sofa.

Elisa beranjak dari tempat duduknya menuju ruang pakaian, menyiapkan pakaian untuk suaminya, dengan membuka salah satu rak lemari dirinya mengambil setelan jas disana. Ia menatap dengan menyentuh lembut setelan jas tersebut, mendengar ucapan Philip ia pun kembali tersenyum.

Bab terkait

  • Perfect Mate   Chapter 2

    Perbatasan Mexico. Seorang pria duduk dengan menggunakan setelan jas beserta coatnya disana. Ia justru berdiri dengan seorang wanita, setelan coat kulit dengan warna cokelat beserta wanita dengan tubuh sintal berpakaian seksi bahkan menggoda."Aku pikir sangat tidak mungkin kau bisa membangun kota di Mexico, Delon. Kau tahu kan beberapa wilayah ini adalah kepemilikanku," ucap Jeff Lincoln dengan merangkul seorang wanita kesayangannya disana bahkan dengan nada sinis tersebut Jeff hanya tersenyum sinis dengan sifat acuh.Cera tersenyum dengan tatapan sinis melihat Delon yang kini duduk dengan pandangan sinis, kening miliknya mengernyit lalu ia tersenyum tipis dengan memperhatikan wajah Delon. "Bagaimana jika aku bisa mendapatkan semua wilayah yang kau kuasai? Hati-hati dengan ucapanmu." Jeff menyeringai dengan tatapan tajam, "Cera, apa hadiahnya jika Delon berhasil menguasai wilayahku? Apa kau ingin jadi kesayangannya?" Tanya Jeff Lincoln dengan menarik dagu Cera disana, senyuman Cera

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-11
  • Perfect Mate   Chapter 3

    Kekecewaan Jeff begitu nyata dengan dirinya yang membanting beberapa botol minuman. Masih dengan memegang pistol di genggamannya, dirinya masih tak percaya dengan apa yang ia lihat. "Aku memanjakanmu Luicera, aku selalu memanjakanmu selama ini dasar wanita sialan. Berani-beraninya kau menciumi tubuh pria lain. Sampai kapanpun kau tidak akan pernah bersamaa pria lain," Jeff Lincoln kini membanting beberapa botol minumannya lagi, dengan cepat dirinya meminum beberapa sebagian minuman wine. Hanya dalam sejam suara berat itu terlihat ketika ia bersender di kursi kerjanya, ruangan miliknya terlihat acak-acakan dengan beberapa botol kaca koleksi minuman kesayangannya ia pecahkan dengan cuma-cuma. "Dasar wanita sialan, kau masih menginginkan bersmaa pria lain. Kau pikir pria mana yang berani memberikanmu uang banyak selain aku. Cera," Jeff Lincoln teriak dengan memanggil-manggil nama Cera. Dalam keadaan mabuk berat matanya hanya terlihat samar-samar ruangan sekitarnya. Ruangan kamar mewah

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-11
  • Perfect Mate   Chapter 4

    Luicera berjalan memasuki ruangan kamarnya, dirinya mendekati cermin untuk melepas beberapa perhiasan yang melekat di tubuhnya. Luicera berjalan ke ruangan khusus untuk perhiasan, dengan memasukkan beberapa password menuju ruangannya, sudah ada beberapa pajangan mewah dengan banyak perhiasan disana. Ia memang sengaja mengoleksinya, Luicera berjalan menuju salah satu kotak yang masih kosong. Dengan menggunakan infra merah kotak tersebut terbuka secara otomatis. "Kalung yang sangat cantik, kau selalu membahagiakanku dengan tak pernah melupakanku walaupun kau bekerja," ucapnya dengan menaruh kalung tersebut dengan menutupnya kembali dengan sentuhan infra merah jarinya disana. Helaan napas Luicera terlihat ketika ia berjalan kembali menuju meja rias miliknya. Dengan membersihkan make up di wajahnya dirinya membuka laci, sudah ada undangan vvip platinum untuk Luicera. Kau bisa bertemu dengan beberapa pengusaha lainnya. Pelajarilah bisnis lainnya, aku mencintaimu. Jeff Lincoln.Luicera me

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-11
  • Perfect Mate   Chapter 5

    Dari dalam ruangan Luicera hanya memegang headset di telinga kanan miliknya. Percakapan Jeff Lincoln terdengar dengan beberapa sinyal lampu di alat penyadap tersebut. Tak lama Luicera melihat undangan acara platinum ke New York. Setelah mendengarkan percakapan Jeff Lincoln dari alat penyadap miliknya, dirinya berjalan ke ruang khusus. "Sebuah flashdisk?" Tanyanya dengan membuka sebuah kotak berisikan flashdisk. Luicera memegang flashdisk tersebut dengan tatapan mata sinis, "Dasar pria bodoh. Kau menjadi pembisnis tapi musuhmu banyak." Luicera meletakkan kembali flashdisk yang ia temukan di ruangan pertemuan Jeff Lincoln bersama Devo Van Marveen, dengan cepat dirinya menaruh beberapa pakaian dengan memasukkannya ke koper. Sebagai seorang pembisnis Jeff Lincoln memang sengaja memberikan fasilitas lengkap untuk Luicera termasuk alat penyadap pembicaraan Jeff Lincoln bersama rekan bisnisnya jika Luicera tidak ikut bersamanya. Luicera masih ingat pertama kali pertemuannya bersama Jeff Lin

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-11
  • Perfect Mate   Chapter 6

    Luicera masih memperhatikan gerak-gerik Jeff Lincoln, terlalu sempurna bahkan dengan kehidupan yang sempurna dimiliki olehnya, "Untuk apa aku mempelajarinya?" Tanyanya dengan memperhatikan Jeff Lincoln yang berjarak dekat dengannya. Hanya setengah meter dari tempatnya berdiri. Tak lama Jeff Lincoln pun menarik Luicera dengan memegang senapan yang ia genggam. Dorr .... dorrr ... dorrr Suara senapan keras terdengar dengan Jeff Lincoln memeluk Luicera. Wanita itu justru terfokus dengan alat penutup telinga untuk melindunginya latihan menembak, "Fokuslah, jika kau memiliki keinginan maka kau harus fokus. Fokus menjalaninya, aku mengajarimu supaya kau bisa menjadi seperti apa yang kau inginkan. Aku sangat memahaminya." Luicera tak berkutik ketika tubuhnya dalam pelukan Jeff Lincoln, aroma maskulinnya menempel pada tubuh Luicera secara tak langsung. Mendengar bisikan Jeff Lincoln, Luicera hanya tersenyum sesekali. Pria yang tak pernah ia pikirkan untuk bertemu justru melatihnya bahkan me

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-12
  • Perfect Mate   Chapter 7

    Chapter 7Kursi kerja berputar dengan senyuman dari seorang Ralph Barack, acara pesta ulangtahun putranya akan diselenggarakan mewah dan meriah di pusat New York, "Kuharap keamanan nya terjaga, karena yang akan datang adalah tamu-tamu penting terlebih rekan-rekan bisnis dari keluarga terdekat Barack." "Baik Tuan Ralph Barack, kami pastikan keamanan pesta ulangtahunnya sangat ketat. Tidak akan terjadi apapun di dalam pesta ulangtahun Tuan Muda El Barack," jawab salah satu asistant kepercayaan Keluarga Barack dengan menjawab ucapan Tuan Ralph Barack. Kejadian sepuluh tahun yang lalu sudah cukup untuk seorang El Barack, yang Ralph Barack ketahui adalah sosok Luicera yang menghilang tanpa jejak. Tentunya ini membuat putranya sedih akan kehilangan wanita yang ia cintai. Dan kini Ralph Barack tak akan pernah ingin melihat putra kesayangannya bersedih lagi. Langkah kaki beberapa asistant kepercayaannya terhenti ketika Ralph Barack menyuruh mereka berhenti. Tubuh mereka berbalik dengan menj

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-12
  • Perfect Mate   Chapter 8

    Limosin milik Keluara Matteo terlihat terparkir di depan gedung dimana pesta ulang tahun El Barack diselenggarakan. Dengan memakai jas berwarna hitam serta beberapa brand ternama yang melekat di tubuh Delon Matteo. "Seharusnya aku datang bersama William dan Zack, adikku itu senang sekali mengerjai kakaknya," bisiknya dengan menyiapkan beberapa perlengkapan miliknya termasuk alat pelacak pribadi untuk keamanan dirinya saat memasuki pesta resmi. Beberapa bodyguard Keluarga Matteo pun berjejer dengan rapi menunggu putra pertama Keluarga Matteo turun dari limosin. Delon Matteo menuruni limosin dengan menggenggam kartu undangan platinum berwarna hitam berlapis hiasan emas. Hanya tamu-tamu khusus yang di undang secara resmi dengan beberapa artis papan atas holiwood yang akan hadir, pesta ulangtahun mewah yang di selenggarakan secara tertutup dari Keluarga Barack. Di luar gedung sudah banyak reporter yang ingin meliput beberapa pengusaha yang datang, bahkan artis ternama holiwood pun datan

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-12
  • Perfect Mate   Chapter 9

    Chapter 9Tuhan mempersatukan dan mempertemukan dua insan dengan jalannya, - Perfect Mate.Sesampainya di mansion Luicera terdiam tanpa mengeluarkan sepatah katapun ia hanya melihat kesekitar mansion luas kepemilikan Jeff Lincoln namun berbeda dari Mexico, mansion ini begitu mewah serta elegan dengan perpaduan design dari rumah wilayah biverlyhills. "Apa ini mansion pribadimu?" Tanya Luicera dengan menghentikan langkah kakinya. Tak ada jawaban apapun dari Jeff Lincoln dengan dirinya berbalik melihat Luicera. "Apa kau masih ingin diam disana? Tidak ingin membersihkan tubuhmu, makan malam dan sebagainya?" Tanyanya dengan nada memalas. Kekecewaannya masih tetap sama dari sebelumnya. Rasa kecewa karena perasaannya terkhianati oleh wanita yang selama ini ia manjakan. "Bahkan mansion mu saja tak pernah ada orangtuamu. Untuk apa hubungan ini di lanjutkan jika tak ada restu dari kedua orangtuamu, apa karena aku orang biasa? Yang kau pungut dari bar sepuluh tahun yang lalu. Apa kau puas sela

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-12

Bab terbaru

  • Perfect Mate   Epilog

    Seminggu berlalu dengan ucapan Luicera dengan El Barack yang memaklumi, pilihan wanita yang selama ini ia sayangi. Ada rasa tak yakin jika Jeff Lincoln bisa membahagiakan Luicera, tatapannya masih melihat ke sekitar pemandangan di atas gedung kantornya. Siang ini adalah keberangkatan dirinya ke Swiss, hampir seminggu El Barack tak makan-makanan berat, memikirkan ucapan wanita yang selama ini ia sayangi. Perjumpaan pertama kali dengan Luicera yang tak pernah terpikirkan bahwa ia akan menjalani hubungan bersamanya. Sebagai putri dari pengusaha ternama yang ia kenal, El Barack sangat tahu jika Luicera wanita yang sangat manja. Ketika cinta bertemu. KepercayaanKesetiaan KebersamaanCinta akan selalu bahagiaBersama cinta memaknai semua ceritaSukaDuka Memaknai kisah dengan segala rasaMewarnaiku akan makna sebenarnyaBersama cinta semuanya dipertemukanAku bahagia jika wanita yang kusayangi bersama pria yang bisa dan akan selalu membuatnya bahagia. Begitupun denganku.Ada perasaan

  • Perfect Mate   Chapter 18

    Suara ponsel terdengar dengan Luicera yang memainkan sebuah permainan di layar ponsel miliknya dengan suara permainan yang terdengar dari ponsel yang ia mainkan. Ini sudah ke dua jam ia bermain ponsel dengan menemani ayahnya di ruangan kerja. "Menurut ayah, apakah ada pria yang seperti ayah di dunia ini. Yang selalu memanjakanku," ucapnya dengan melirik ke arah Marco De'france dengan sesekali suara tertawa Marco De'france terlihat dengan mendengar ocehan dari putrinya Luicera. "Ada, ayah akan berdoa untukmu. Pria itu pasti ada," jawabnya dengan melirik ke arah Luicera. Bola mata berwarna biru dengan rambut cokelat serta hidungnya yang mancung. Tubuhnya tegap dengan tak berubah, masih tetap sama. Marco De'france masih tampan dengan usianya yang memasuki usia ke empat puluh tahun.Luicera beranjak dari kursi dengan mendekati ayahnya. Ia menemui ayahnya yang baru saja pulang dari Dubai, seusai pembangunan gedung hotel untuk project perusahaannya. "Itu foto siapa? Sepertinya aku baru m

  • Perfect Mate   Chapter 17

    Lima tahun kemudian. Suara biola terdengar mengalun indah dengan pemandangan dari atas gedung ternama di Perancis. Senyuman itu masih tetap sama dengan wajah yang tak berubah, dengan memakai gaun serta perhiasan yang melekat di tubuhnya Luicera menikmati makan malam dengan memegang sebuah buku menu yang ia lihat. Bibir merahnya terlihat seksi dengan lipstick yang ia kenakan. "Kupikir kau lupa denganku," ucapnya dengan memegang tangan seseorang ketika menyentuh pundak Luicera. Senyuman yang tak pernah hilang, dengan tatapan yang selalu ia lihat. "Kali ini makanan yang kupilih," ucapnya dengan cepat. Anggukan dari Jeff Lincoln terlihat dengan senyuman dari Luicera. "Tetaplah jadi wanita yang nakal untukku," jawabnya dengan memandangi wajah Luicera saat ini. Beberapa menu makanan terlihat dengan koki yang menjelaskan beberapa menu makanan. "Seperti apa yang kau ajarkan, strategi bisnis," ucap Luicera dengan melihat pria yang ia cintai dengan nada bercanda. "Kau memanfaatkanku, aku

  • Perfect Mate   Chapter 16

    Hari demi haripun berlalu, ini adalah minggu ketiga Luicera berada di kediaman pribadi milik Delon Matteo, tak ada hal spesial apapun selain bercanda dan juga saling bertukar cerita. Senyuman Luicera terlihat ketika ia mendengar cerita Delon Matteo. "Wanitamu akan sangat beruntung memilikimu, kuharap ia akan bahagia bersamamu," ucapnya dengan mendengar cerita Delon Matteo. Keberadaan Luicera seperti apa yang ia janjikan, tak ada siapapun yang mengetahui kecuali Delon Matteo. "Kau selalu seperti ini jika bersamanya? Melihat langit malam," tanyanya dengan memperhatikan langit di malam hari. Tak ada jawaban apapun dari Luicera. "Kau ingin tahu ya, ia selalu sibuk bekerja. Mungkin sekarang ia sedang melihat langit malam, kuharap ia menyesal tidak ada aku di sisinya," jawab Luicera dengan Delon Matteo yang terdiam. "Langitnya indah ya, jika melihat langit yang indah topik pembicaraanya harusnya jangan yang sedih, aku lagi senang melihat bintang dan bulan," jawabnya dengan melirik sesek

  • Perfect Mate   Chapter 15

    Wajah bersemi Luicera terlihat ketika senyumannya mengarah ke Jeff Lincoln, suara tertawanya menggema seisi ruangan dengan canda tawa bersamanya. "Jadi sekarang kau mulai berani membuka isi brankas ku," ucapnya dengan meledek kekasihnya. Jeff Lincoln mengerucutkan bibirnya dengan memegang flashdisk yang ia pegang, "Apa ini? Aku tak pernah memberikannya padamu, barang berhargamu? Apakah harganya melebihi barang yang kubeli?" Tanyanya dengan nada cemburu. Melihat hanya sebuah flashdisk dengan memakai sensor pengaman yang dibuat Luicera. "Mau sampai kapan kau memegangnya terus, kau tidak ingin menyentuhku memangnya, aku akan sarapan. Jika kau ingin sarapan bersamaku aku akan menunggumu, tak pakai lama. Sarapan dengan sentuhanku," ucapnya dengan meninggalkan Jeff Lincoln dari ruangan kamar miliknya. Helaan napas terdengar dengan jari Jeff Lincoln memijat kening dengan bersandar di kursi kerja, "Rahasia apa yang ia sembunyikan dariku sebenarnya, kupikir selama ini aku sudah sepenuhnya u

  • Perfect Mate   Chapter 14

    Kediaman Keluarga Nicole, U.S.ANasha melirik ke arah suaminya ketika William berbicara serius di depan Charles dan juga dirinya. Sesekali Charles melihat ke arah wajah sang istri dengan anggukan dari wajah Nasha. Hari ini William melamar Kate putrinya untuk menjadi istri William, tentu saja ini sebuah kabar mengejutkan setelah kembalinya Nasha dari Inggris menemui orangtua suaminya. "Sebentar sayang, aku akan memanggilkan Kate," ucap Nasha dengan berbisik. Tak lama Nasha melepas genggaman tangan dirinya bersama Charles dengan berjalan menuju ruangan Kate. Tatapan serius dari Charles didepan William pun terlihat, mendengar William melamar putrinya di depan Charles dan juga Nasha membuat Charles kagum terhadap putra ketiga Keluarga Matteo. "Bagaimana kabar ayahmu? Syukurlah jika kalian bersama lagi, ayah sangat menginginkan kalian bersama," ucap Charles dengan memandangi wajah tampan putra ketiga keluarga matteo. William tahu ini sangat terburu-buru untuk melamar wanita yang ia cint

  • Perfect Mate   Chapter 13

    Seorang wanita berjalan dengan wajah panik, tangannya memegang dahi putra keduanya yang saat ini sedang demam. "Ya Tuhan, kenapa demammu semakin tinggi sayang," ucapnya dengan sesekali air matanya menangis, tangan kiri Vigladys memegang perutnya yang saat ini mengandung ke usia sembilan bulan. "Ibu, apa kita tidak jadi kerumah opa dan oma. Ibu sudah berjanji padaku dan juga Zack," ucap suara mungil Delon yang sedang memainkan mainan pesawat terbang miliknya. Suaranya terlihat sedih dengan melihat ke arah ibunya sesekali, Delon paham ketika ibunya mengeluarkan air mata ketika adiknya sedang demam tinggi. Vigladys mengompres kening Zack dengan memegang dahinya. Wajahnya menoleh ke arah putra pertamanya dengan paham. Setelah Vigladys mengompres kening putra keduanya, ia berjalan mendekati Delon dengan menahan perutnya yang hamil besar. Vigladys memegang bahu putranya dengan mengusap rambutnya dengan rasa sayang, "Delon, Delon akan selalu menjadi putra kesayangan ayah dan ibu. Nanti set

  • Perfect Mate   Chapter 12

    Luicera menghentikan taxi dengan memasukinya, memberikan alamat yang sudah ia siapkan di sebuah kertas. "Apa anda tidak apa-apa nona? Sepertinya anda terluka," tanya sang supir dengan melihat kondisi Luicera yang kesakitan menahan pundak dan bahu miliknya. "Tidak apa-apa, apa kau bisa mengantarku ke alamat yang kuberikan. Jika bisa tolong di percepat karena aku terburu-buru," jawab Luicera dengan menahan bahu dan juga pinggulnya. Tak lama mobil taxi yang ia tumpangi mempercepat kecepatan seperti apa yang Luicera inginkan. Hanya dalam sejam mobil tersebut sampai di tempat yang Luicera mau, tempat keluarga matteo tinggal. Mansion mewah dengan Luicera yang menuruni taxi. "Sepertinya dari gerbang sangat jauh untuk masuk ke mansionnya, bagaimana jika saya mengantar nona masuk kedalam. Ini baru gerbang saja belum memasuki mansionnya," ucap sang supir dengan mengajak Luicera untuk memasuki gerbang dengan menggunakan taxi. "Tidak perlu, lagipula aku harus terburu-buru. Terimakasih," jawab

  • Perfect Mate   Chapter 11

    Suara ketukan ritme kaki Jeff Lincoln terdengar dengan pandangan tajamnya, setelah melihat beberapa rekaman cctv yang memperlihatkan Luicera dengan memasuki ruangan kerja miliknya. Tak lama Luicera pun mendekati dirinya dengan merayu seperti biasanya. Jeff Lincoln hanya menerima apa yang ia lihat. Dengan cepat dirinya membelai rambut panjang Luicera, "Kau tahu kan aku paling tidak suka di bohongi." Senyuman itu berubah setelah Jeff Lincoln membelai rambut panjangnya. Ruangan pintu pun tertutup dengan suara pelan, tak seperti biasanya kekasihnya seperti ini. penjagaan mansion semakin terlihat dengan beberapa bodyguard yang berjaga. "Aku baru saja tiba dan nada bicaramu seperti ini, aku tidak ingin ribut dan kau memulai pertengkaran lagi. Apa kau ingin aku selalu kecewa?" Ucap Luicera dengan mengibaskan tangan Jeff Lincoln. Apapun perkataannya apapun ucapannya hingga kapanpun tak mampu membuat wanita yang ia cintai benar-benar bersikap tulus kepadanya. "Aku kecewa padamu, selama sem

DMCA.com Protection Status