Happy Reading Semuanya!
Tangannya sibuk menuruni pakaian kurang bahan yang dikenakannya sekarang ini, sepertinya Eva tahu alasan ayahnya yang keras melarangnya menggunakan pakaian yang seperti ini. Terlalu mengundang celaka di kehidupannya.
Eva sama sekali tidak merasakan nyaman. Berbeda sekali dengan teman-temannya yang sudah bergerak nyaman, bahkan Deon tidak menemaninya dengan baik.
“Hallo manis, kumpul disini dan kita nikmati waktu bersama.”
“Enggak makasih,” ucap Eva
“Mending kumpul sama kita, nanti Abang akan membawa kamu ke tempat surga dunia yang nikmat.”
Tubuh Eva merinding seketika. Gadis cantik itu berlari meninggalkan kumpulan orang aneh yang mengganggunya barusan. Ia mendadak takut masuk ke ruangan di depannya. Sumpah seketika Eva berharap bertemu dengan Deon yang melupakannya atau temannya, ia tidak menyangka akan ditinggal seperti ini.
Suasana begitu sesak oleh manusia, apakah sebuah club malam akan seramai ini?
Pandangannya mengedar mencoba mencari keberadaan sang kekasih atau temannya yang lain, salahnya juga beralasan ingin lebih lama di dalam mobil dengan alasan mempersiapkan diri untuk masuk ke dalam dunia malam. Dadanya terasa sesak menghirup asap rokok beberapa orang di sekitarnya.
“Eva,”
Kepalanya menoleh memperhatikan perempuan yang tengah duduk di kelilingi oleh beberapa lelaki di sebelahnya, sepertinya memang benar jika kita harus selektif dalam pemilihan teman.
Langkahnya tampak takut mendatangi rekannya yang sejak tadi melambai, tetapi perasaannya mendadak lega saat melihat kekasihnya juga dalam satu meja disana tengah menikmati minuman beralkohol. Tidak baik.
“Sudah sayang? Sini minum dulu,”
“Aku enggak mau minum sayang, nanti kalau aku mabuk gimana?” tanya Eva
Deon tampak menarik Eva mendekat kearahnya, “Kamu belum coba, nanti juga kamu akan suka. Minum,” suruh Deon sembari menempelkan gelas ke bibir Eva.
Tatapan matanya mengarah pada gelas di bibirnya, ia tidak tahu jika akan dipaksa seperti ini.
Glek!
Glek!
“One shoot!” seru Deon sembari menuangkan kembali minuman beralkohol ke gelas yang digunakan oleh Eva.
Rasa panas dan pahit begitu menyengat. Siapa yang membuat minuman seperti ini dan menyiksa orang lain.
“Minum lagi!”
Dipaksa. Tentu Eva lakukan dengan meminum minuman alkohol itu. Temannya terus menyuguhinya dan membuatnya tidak berhenti minum, meskipun Eva ingin berhenti.
Iris matanya memperhatikan rekannya tampak santai menikmati minuman yang ada di depannya, pandangannya mengedar pada lingkungan sekitarnya. Ini bukan tempatnya.
Eva benar-benar takut sekarang ini.
Entah sudah ke gelas berapa ia minum sekarang ini, tidak ada Deon disisinya. Dan semua berbayang untuknya serta terasa panas, jika akan menjadi seperti ini. Maka ia tidak ingin merasakan atau melakukan lagi, suasana mendadak semakin panas.
“Gue mau ke toilet,”
Langkahnya tampak terhuyung mencoba untuk membuatnya sadar kembali di saat kesadarannya mendadak tinggal 50 persen setelah meminum minuman beralkohol tersebut.
Penampilannya tampak kacau sekarang ini, Eva bukan lagi anak gemilang kebanggaan kampus yang selalu mengikuti olimpiade atau apapun itu. Pergaulan mempengaruhi semuanya.
Posisi antara toilet yang didatangi dengan kerumunan tidak terlalu jauh, ia masih bisa melihat Alfin rekan kampusnya masih berada di sana dan Mika temannya yang lain. Apakah mereka terbiasa dengan ini semua?
Deon?
Ratu?
Kekasih dan temannya yang satu itu kemana?
Setelah mencekok dirinya dengan minuman kini lelaki itu meninggalkannya sendirian dengan temanya. Eva ingin pulang saja sepertinya.
Matanya menyipit memperhatikan lelaki yang tengah beradegan panas di ujung lorong, langkahnya mendekat kearah keduanya. Anggap saja Eva begitu bodoh mendekati keduanya.
Tangannya menutup mulutnya, ia tidak salah lihat, kan?
“Ratu… Deon…”
Tubuhnya melemas melihat pasangan yang dikenalnya kelakuan hal tidak senonoh bahkan terbilang tidak tahu tempat. Kekasihnya mengkhianatinya.
“Kalau dipikir-pikir kenapa sih kita ajak Eva? Kalau kenyataan kita jadi main petak umpet seperti ini. Biasanya juga kita bebas melakukan dimana saja!”
Deon tampak meremas lembut bagian dada gadis di depannya itu, entah sudah berapa kali ia melakukan ini bahkan menjebol Ratu dengan bayang Eva di depannya.
“Bukankah kita mengajak dia have fun dengan dunia malam, lagian kemungkinan besar dia sudah teler dan mabuk. Dia enggak akan sadar, ayo kita main satu ronde lagi.” Ratu tampak tersenyum manis dan mengecup bibir dari Deon di depannya dalam.
Eva mendengar semua itu mereka begitu bodoh seolah ia tidak tahu apapun. Tangannya meremas dadanya dan berjalan kembali menuju rekannya yang lain, tidak banyak pembicaraan karena rekannya sibuk menikmati urusan mereka masing-masing. Eva tidak menyangka akan di selingkuh seperti ini di tempat terlarang pula.
Tangannya menenggak minuman di depannya dan tidak memperdulikan Alfin yang memperhatikannya dengan pandangan bingung.
Hidupnya mendadak berantakan dan berubah dalam hitungan jam.
“Minuman ini pahit tetapi lebih pahit saat mengetahui kenyataan jika orang yang kita cintai melakukan perselingkuhan, benar kan?” Eva tertawa sumbang saat melihat rekan-rekannya tampak terkejut mendengar penuturan dari Eva barusan.
“Eva Lo sudah mabuk!” seru Mika.
"Cukup Eva," sela Fani
Kepala Eva tampak menggeleng, ia belum mabuk sama sekali itu hanya perasaan dari rekannya saja.
“Sebenarnya ini tempat apa?” tanya Eva sembari menatap pemandangan di depannya tidak mengerti.
Mika, Fina, dan Alfin tidak menjawab. Mereka juga tidak tahu harus menanggapi seperti apa karena Eva tahu sendiri tempat seperti apa yang di datanginya saat ini.
“Kalian sebenarnya tahu kan tentang Deon dan Ratu yang selingkuh? Katakan sejak kapan?” tanya Eva pelan
Keduanya tampak gelagapan, tidak ada yang bisa menjawabnya. Mereka juga baru tahu beberapa Minggu yang lalu saat keduanya sibuk berbagi peluh di dalam ruangan VIP.
“Mereka bilang… sudah satu tahun dan mereka bermain dibelakang dalam jangka waktu—”
“Stop! Gue enggak mau dengar lagi, cukup tahu kalau ternyata mereka main dibelakang dan kalian menutupi seolah enggak terjadi apapun. Kalian berkhianat,” Eva menenggak kembali minuman yang ada di depannya itu.
Mika dan Fani tampak berusaha untuk menahan tangan Eva agar tidak meminum kembali. Sudah cukup rekannya meminum minuman di depannya itu, ia tidak ingin Eva mabuk parah. Seharusnya mereka memang tidak membawa Eva ke tempat ini.
“Eva! Stop minum! Lo enggak boleh minum lagi!” seru Alfin
Mata Eva melotot, perempuan muda itu menggebrak meja di depannya dan menatap marah Alfin yang tampak gelagapan.
“Kenapa gue enggak boleh minum disaat tadi kalian mencekoki gue dengan minuman itu? Lo pingin gue mabuk, kan? Okay gue turutin mau kalian!!” ucap Eva marah.
Alfin benar-benar tidak bisa mengatakan sepatah kata apapun dan membiarkan perempuan di depannya menghabiskan minuman beralkohol itu. Tidak bisa di cegah sama sekali, mungkin itu alasan orang tua Eva melarang anaknya.
Pandangan keempat orang tersebut tampak berdalih saat suasana semakin ramai seolah tidak terkendali, keduanya saling pandang. Lingkungan sekitar mereka menjadi sangat kacau.
“Ini bukan bar yang kita datangi,” ucap Mika.
Iris mata Alfin memperhatikan sekitarnya, banyak orang menggunakan pakaian serba hitam. Semua tampak berkumpul menjadi satu dengan… mata Alfin membulat. Sabu. Itu sabu seperti di televisi yang sering ia lihat. Alfin tidak bodoh soal itu. Dan sekitarnya juga tampak sama, berisi lelaki hidung belang.
“Semua… ciri-ciri seperti…”
“Bad burning,” sela Eva
Mika, Fani, dan Alfin terdiam. Mereka tidak menyangka jika club yang biasa mereka datangi akan seperti ini, sekarang apa yang harus mereka lakukan. Teriakan riuhan membuat menjadi tidak kondusif dan tidak bisa ia dengar dengan baik.
Suara dobrakan pintu membuat semua orang yang ada di dalam ruangan tidak bergerak sama sekali termasuk Eva dan kedua temannya. Keadaan menjadi sangat berantakan dan kacau.
“Semua yang ada di dalam ruangan ini jangan bergerak!!”
To be continued…
Happy Reading Semuanya!Menjelang malam hari Geo tidak memiliki niatan untuk kembali ke rumah, pikirannya berkelana jauh. Meskipun lelaki itu tidak tahu apa yang sebenarnya memenuhi otaknya saat ini.Suara langkah kaki panik tampak terdengar memekkan telinganya, diluar seperti ada keributan. Langkahnya berjalan keluar dan memperhatikan lelaki yang menjadi rektor kampusnya tampak panik membuka setiap ruangan dosen.“Kenapa pak? Apakah ada yang bisa saya bantu?”Lelaki tersebut dengan cepat berlari kearahnya dan menatap dalam dirinya. Wajah panik tidak bisa ditutupi oleh lelaki itu.“Tamat sudah riwayat kampus ini,”Geo hanya menaikkan sebelah alisnya bingung, ia tidak mengerti dengan perkataan dari lelaki berwajah panik dihadapannya. “Apa maksudnya?” tanya Geo“Bad Burning ada di Club malam Kelopak asia Bliniz Jakarta. Mahasiswa kita bisa terciduk disana,”Lelaki dengan wajah tampan itu tampak memperhatikan ponselnya, menampilkan nomor dari rekannya. Pasti kabar tentang Bad Burning su
Happy Reading Semuanya!Suasana semakin tidak karuan saat pihak kepolisian tampak mengecek secara menyeluruh tentang apa yang terjadi, suara tembakan berbunyi satu hingga tiga kali. Geo memperhatikan wajah perempuan di depannya sudah amat sangat merah, ia harus membawa Eva menuju tempat yang aman.Setelah pertarungan panjang dirinya dengan lelaki luar itu akhirnya ia bisa bernapas lega, karena perempuan yang ia suka berada di tangannya.Suka? Tidak salahkan jika ia menyukai mahasiswa di pelukannya itu. Toh, jarak antara dirinya dengan gadis muda ini tidak terlampau jauh dan bukankah itu wajar jika ia menyukainya. Eva adalah gadis pintar meskipun dia orang yang mudah percaya dengan orang. “Eva… bangun! Katakan dimana rumah kamu?” tanya Geo“Rumah? Aku enggak mau pulang,”“Terus kamu mau kemana dan kenapa kamu bisa jadi kaya begini? Saya bilang apa! Teman kamu itu enggak bisa diandalkan, bagaimana jika orang di kampus mengetahui jika mahasiswa kebanggan mereka terjebak dalam kasus Bad
Happy reading semuanya! Sudah seminggu ini Eva terbayang dengan lelaki bertubuh tegap yang menjadi dosen di kampusnya, tamparan yang ia lakukan sebagai bentuk hadiah kemarahan untuk dosennya sudah terlaksana. Ini gila, Eva tidak bisa melupakan begitu saja. Bagaimana ia hidup sekarang ini. Dan jangka waktu seminggu pula ia tidak menginjakkan kaki ke kampus dengan alasan sedang Minggu tenang, ayolah kampusnya akan membutuhkan Minggu tenang nanti dan dirinya sudah mengambil lebih awal. “Kamu kenapa murung begitu?” tanya sang ibu. “Eungh… itu anu.. kangen soto mang jaja yang ada di kampus. Sekarang Minggu tenang, mana mungkin dia jualan.” Wanita paruh baya bernama Indah itu hanya memasang wajah tidak mengerti. “Kenapa harus soto mang Jaja? Mama buatin khusus ini untuk kamu loh sayang, mama tahu kamu suka soto. Dan sepertinya kamu sedang banyak pikiran makanya mama masakan soto kesukaan kamu,” Eva mengacak rambutnya kasar. Eva hampir gila. Kepalanya tidak kondusif dan terlalu berat.
Happy reading semuanya! “Saya positif hamil Pak,” Geo sama sekali tidak bisa mengatakan sepatah kata apapun, tanganya mengacak rambutnya yang terbiasa tertata rapi. Tidak mungkin dalam satu permainan mereka malam itu langsung terjadi begitu saja. “Itu pasti salah, test pack bisa saja error.” Kepala Geo mengangguk-angguk seolah membenarkan perkataannya dan meyakini segala kemungkinan yang ada. Tatapan matanya mengarah pada Eva yang masih saja menangis. “Kamu hanya mencoba satu brand test pack Eva, bisa saja hasilnya salah. Kamu enggak mungkin hamil, kita ke apotik sekarang cari brand bagus lainnya atau bahkan kita langsung ke dokter kandungan sekarang. Kamu enggak mungkin hamil secepat itu,” ungkap Geo mencoba untuk menjadi kepala dingin dan mencari solusi dari permasalahan mereka saat ini. Eva tidak bisa mengatakan sepatah kata apapun, ia juga ingin berpikiran positif tapi rasanya semua amat sangat tidak mungkin. “Apa yang enggak mungkin? Ini sudah lima test pack dan saya men
Happy Reading semuanya! Eva tidak berani untuk pergi ke rumah sakit untuk melakukan pengecekkan kehamilan, ia tidak ingin semakin tahu fakta yang mungkin akan membuatnya sport jantung dan down. Janin yang ada di dalam kandungannya sangat tidak diharapkan sekarang ini. Kedua orang tuanya juga sudah mulai curiga karena ia lebih senang menghabiskan waktu di dalam kamar, seperti bukan anak mereka yang lebih senang menghabiskan waktu bersama orang tuanya di taman belakang rumah mereka. Eva menangis terus menerus, bahkan sekarang air matanya sudah kering. Ia menolak segala panggilan dari siapapun itu termasuk dari dosennya yang terus mengusiknya. “Kenapa Lo harus ada di perut gue sialan!! Gue enggak mau lo ada sekarang, Lo menghancurkan mimpi gue dan semuanya!!” Tangannya memukul perutnya keras, ia berharap janin itu akan mengalami keguguran dan membuatnya menjadi lebih tenang. Tapi hasilnya nihil, bahkan sampai sekarang tidak ada tanda pendarahan dari tubuhnya. Dengan cepat gadis i
Happy Reading Semuanya! Geo ingat semuanya. Perkataan dari rekan-rekan dekat Eva terkait dengan sikap dan sebagainya termasuk larangan orang tua Eva yang tidak memperbolehkan anaknya untuk keluar malam tanpa alasan yang jelas. Yang jelas Eva adalah pertama kali dalam segala hal, pertama kali mengunjungi bar, pertama kali melihat kekasihnya selingkuh, pertama kali terjebak dalam kasus besar, dan pertama kali melakukan hal dewasa dengan orang lain. Dan saat ini Geo kehilangan segala kabar tentang Eva, lelaki dengan wajah tampan itu sudah memikirkan segalanya dan resiko yang ia dapatkan karena ini. Kenapa ia menolak anak yang ada di kandungan Eva? Geo bodoh dan tidak bertanggung jawab. Langkahnya berjalan menuju kantor kepolisian dimana rekannya bekerja, hanya orang itu yang bisa menjawab dimana ia membutuhkan jawaban atas semuanya. Kepalanya mendadak penuh dengan sesuatu yang terjadi begitu cepat. “Kenapa Lo ada disini?” tanya Leo“Bantu gue cari orang,” “Memang siapa yang mau Lo
Happy Reading semuanya! Melamun. Hanya itu yang bisa ia lakukan sembari menunggu kesadaran dari Geo, ia tidak tahu harus mengatakan apalagi. Masalah yang dihadapinya begitu pelik dan membuat kepalanya sakit, tangannya mengusap perutnya yang masih datar. Ia tidak tahu apa yang dilakukannya sekarang. Dokter sudah mengobati Geo yang katanya memiliki luka dalam akibat tendangan dan tinjauan dari sang ayah, Eva tidak tahu kenapa Geo se-nekad ini. “Shh… Eva..” “Bapak sudah bangun?” tanya Eva sembari memperhatikan lelaki yang ada di depannya itu. “Saya enggak bisa melihat kamu dengan baik,” ungkap Geo dengan suara rintihan menahan sakit. Eva menelan ludahnya sulit, “Euhm… ya begitu, mata Bapak bengkak besar. Kata dokter ada luka goresan di mata Bapak dan sudah diberi obat, nanti akan saya bantu kompres buat meringankan bengkak Bapak.” jawaban Eva membuat Geo menatap cermin yang ada di depannya itu. Wajahnya benar-benar kacau, tidak ada lagi wajah tampannya. Geo masih bisa melihat mesk
Happy Reading semuanya! “Kamu punya apa untuk bertanggung jawab atas putri saya?” Geo tampak terdiam dan menahan napasnya perlahan. Ia tidak takut akan di bogem mentah oleh Darwin meskipun luka sebelumnya belum kering, Geo tidak takut apapun. Ia mempunyai niat untuk bertanggung jawab atas bayi yang ada di dalam kandungan Eva. “Saya…” Geo terbata. “...”“Saya mempunyai pekerjaan yang cukup mapan, saya seorang dosen di tempat anak bapak kuliah. Saya bisa menghidupi Eva, membelikan pangan yang lezat untuk dia, membalikan sandang yang bagus untuk dia juga, kemudian mempunyai tempat yang nyaman untuk Eva tinggal, dan kendaraan yang layak untuk berpergian.” jawaban dari Geo membuat Darwin tertawa kencang. “Kamu pikir saya enggak mampu dengan semua itu. Apakah kamu pikir dengan semua yang kamu ucapkan barusan bisa menutupi rasa malu saya? Kamu sudah menghancurkan putri semata wayang saya, apa kata orang jika mereka tahu Eva hamil di luar nikah? Bagaimana jika atasan saya tahu berita kon