Happy Reading Semuanya!
REVISI!
Tangannya meremas pelan kertas yang menjadi tugas mandirinya untuk mata kuliah Geofisika, tidak mata kuliah ataupun dosennya membuatnya murka setengah mampus. Sudah dua kali dokumen laporan tugasnya diberi tanda revisi padahal sudah ia revisi jutaan kali sesuai dengan kemauan dosen tersebut.
Pepatah memang benar, jika seseorang tidak akan pernah puas.
“Sialan tuh dosen! Gue sudah melakukan revisi jutaan kali, sudah pakai jurnal luar juga! Sekarang masih tetap saja salah, susah banget dapet nilai A di kelas dia tuh!” maki Eva sembari membanting dokumen di tangannya ke atas meja kantin.
“Wih! Sekarang tintanya sudah berubah jadi tinta merah bukan tinta hitam lagi! Pantes punya dendam kesumat.” gelak tawa terdengar memenuhi kantin membuat Eva mempoutkan bibirnya.
“Gue sumpahin dia punya jodoh kaya nenek lampir biar sepaket!” maki Eva membuat rekannya hanya mengacak rambutnya pelan.
“Awas yang ada malah jodoh sama dia, dari awal saling sindir berujung jadi lope-lope.”
Gadis cantik itu tampak membuat sikap seolah ingin memuntahkan sesuatu, ia merasa geli dan jijik mendengar perkatan dari temannya barusan.
“Idih! amit-amit jabang bayi! Gue punya suami kaya dia yang ada hipertensi! enggak ada romantisnya sama sekali. Lagian gue juga sudah pacar dan kita bakalan tunangan,” sahut Eva sembari memikirkan hal bodoh seperti bertunangan dengan kekasih tampannya.
“Kita jadi ke klub malam?” tanya Ratu
“Lo ngajak gue? Astaga anak gemilang seperti gue di ajak ke tempat yang kaya begitu? Gila lo pada! Lo mau gue di samurai sama ayah gue? No… thank you baby,” Ratu tampak menoyor kepala Eva yang ada di sebelahnya itu.
“Siapa juga yang mau ajak lo! Gue juga sayang sama nyawa gue, gue tanya yang lain!” sela Ratu membuat Eva tampak mempoutkan bibirnya.
Pandangan mereka tampak fokus pada televisi di depan mereka sekarang ini, tidak hanya mereka tetapi semua mata terfokus pada penyampaian berita yang saat ini menjadi trending pertama di sosial media.
‘Polisi telah meringkus sebuah tempat pada malam hari tadi di gunakan untuk pesta BAD BURNING, mereka sangat cepat sekali dalam persoalan berpindah dan begitu menakutkan. Para orangtua dan pihak kampus saat ini begitu was-was karena takut jika ini berpindah ke mahasiswa mereka…’
“Bad Burning?” ulang Eva
“Ya… yang gue dengar dari anak Univ lain. Bad Burning semacam penjualan perempuan ke lelaki hidung belang, jadi budak ‘begitu’ you know apa yang gue maksud, kan? Dan katanya di tempat itu juga menjadi tempat pesta narkoba terbesar. Yang ajaibnya, lokasi mereka berpindah-pindah alias enggak menetap, jadi para kepolisian enggak bisa meringkus 100 persen.” Penjelasan dari Ratu membuat Eva kini sibuk meminum es kopi di depannya.
“Tapi itu berlaku di luar ibu kota, kan? Disini terlalu terbuka,” ucap Eva.
Teman-temannya itu tampak menggeleng, “Kalau itu enggak pasti, kalau dilihat dari lokasi awal… pertama dia di Surabaya, menjalar ke Medan, kemudian ke Sumedang, dan sekarang ke Solo. Pihak kepolisian jadi enggak tahu harus bagaimana, mereka sangat jenius dan rapih. Bisa saja, kalau Bad Burning diadakan di Jakarta. Kita enggak tahu tempat seperti apa yang dijadikan tempat seperti itu,” sahut Deon sambari mengusap kepala Eva.
Eva tampak menyandarkan kepalanya pada lengan kekasihnya itu, ia dengan Deon memang amat sangat berbanding jauh. Keluarganya yang begitu perhatian tidak mengizinkannya pergi jauh dengan alasan tidak ada mereka di sisinya, memang benar. Orangtuanya adalah tipe orang strict parents dan itu susah diubah.
“Kamu yakin nanti enggak mau ikut?” tanya Deon
“Kamu mau aku kena samurai sama Papa aku?”
“Kamu bisa beralasan ada kerja kelompok,” sahut Deon
“Alasan klasik,”
Deon tampak berpikir sebentar, ia sebenarnya sangat ingin mengajak kekasihnya untuk bersenang-senang bersama seperti rekan lainnya. Tetapi orang tua Eva amat sangat berbeda dari orang tua pada umumnya.
“Jenguk teman yang sakit?”
“Siapa yang dijadikan alasan? Orang tua aku itu serba tahu semuanya,” ungkap Eva sembari menghela napas kasar.
Ratu dan Fani tampak berpikir keras.
“Oh! Gue tahu! Gimana kalau lo bilang sama ortu lo… kalau lo masih harus cari referensi jurnal sama Deon. Ortu lo kan percaya sama Deon terkait sama tugas Kampus, lagian mereka tahu kalau lo langganan revisi dan butuh Deon buat bantu selesaikan tugas lo. Meskipun lo pasti mengerjakan tugasnya nanti pas mepet deadline,” Deon tampak tersenyum mendengar perkataan dari perkatan Ratu barusan.
Tumben sekali otaknya bisa digunakan.
“Kamu mau sayang?” tanya Deon
Eva tampak terdiam, memang benar juga. Ia bisa menggunakan alasan itu untuk bisa ikut dengan teman serta kekasihnya. Bermian di club malam meskipun hanya sekedar meminum cola, ia pasti tidak akan melakukan hal buruk.
Ini masa mudanya, sudah seharusnya ia melakukan hal dengan darah mudanya termasuk ke tempat yang seperti ini.
“Kalau gue ikut… enggak mungkin pakai pakaian begini, kan?” tanya Eva sembari melihat pakaiannya yang mengguanakan celanan jeans dengan blouse berwana biru langit yang memenuhi penampilannya saat ini.
“Tenang saja, gue punya gaun buat lo.”
Pandangannya berdalih pada lelaki yang menjadi dosennya tampak menatapnya datar, Eva yang ditatap seperti itu tidak kalah jauh membalas hal yang sama. Ia harap lelaki itu tidak lupa jika ia masih memiliki dendam kesumat pada dosen tampan serta muda di kampusnya itu.
“Kamu lihat apa?” tanya Deon
“Pak Geo makin kesini makin nyebelin enggak sih?!” keluh Eva
“Enggak! Bagi gue dia tampan dan masih rupawan. Gue berharap dia jadi calon imam gue.”
Eva hanya bergidik ngeri, ia tidak menyukai dosen menyebalkan itu karena tugasnya yang terus menerus di revisi. Bulu romanya saja berdiri kembali mengingat kejadian beberapa waktu lalu.
“Hih! Gue jadi merinding. Sudah! Gue mau ke toilet dulu,”
Langkah Eva berjalan menuju pintu toilet yang tidak jauh dari posisi mereka saat ini, ia akan meluangkan waktunya untuk kekasihnya. Eva menjadi tidak sabar untuk pergi ke tempat itu, menggunakan pakaian kekurangan bahan dan memesan mojito meskipun sepertinya ia hanya akan membeli orange juice.
“Apa kamu mempercayai teman-teman kamu? Kamu yakin mereka enggak akan menjerumuskan kamu ke kedalam neraka kehancuran?” Eva mendongak memperhatikan dosen tampan dan muda di kampusnya tampak berdiri memandangnya dalam.
“Bapak kaya jelangkung, ya? Apa urusan Bapak sama saya? Saya berhak berteman dengan siapapun dan enggak seperti Bapak yang begitu pilih-pilih teman sampai pada akhirnya Bapak tetap sendirian.”
“Apa kamu menyindir saya? Kamu enggak harus percaya sama orang lain, bagaimana jika mereka menusuk kamu dari belakang? Kamu enggak tahu mereka seperti apa sebenarnya,” ungkap Geo sembari bersedekap.
Eva risih. Tatapannya berubah nyalang, ia tidak suka diatur. Apalagi yang mengatur kehidupannya adalah dosennya sendiri. Ia sangat tidak suka.
“Bapak tahu apa? Jangan sok tahu! Saya sama Deon sudah pacaran hampir dua tahun dan saya berteman sama mereka sudah dari SMA, saya kenal sama mereka dengan baik.Orang tua saya juga tahu, Bapak enggak usah ikut campur sama masalah kami. Urusi urusan Bapak saja sendiri!”
Geo hanya menatap datar punggung perempuan di depannya itu.
“Setidaknya saya sudah memperingatkan kamu, keputusan ada di tangan kamu. Bahkan satu orang saja bisa menghancurkan harapan dan mimpi indah kamu. Saat ini kamu belum mengerti mereka sepenuhnya, seiring berjalannya waktu saya yakin kamu paham,”
Eva memperhatikan punggung tegap milik dosennya kini tampak menjauh dari dirinya saat ini, entah apa yang dikatakan oleh dosen nya.
Sangat aneh dan sukar dipahami.
To be continued…
Happy Reading Semuanya!Tangannya sibuk menuruni pakaian kurang bahan yang dikenakannya sekarang ini, sepertinya Eva tahu alasan ayahnya yang keras melarangnya menggunakan pakaian yang seperti ini. Terlalu mengundang celaka di kehidupannya.Eva sama sekali tidak merasakan nyaman. Berbeda sekali dengan teman-temannya yang sudah bergerak nyaman, bahkan Deon tidak menemaninya dengan baik.“Hallo manis, kumpul disini dan kita nikmati waktu bersama.”“Enggak makasih,” ucap Eva “Mending kumpul sama kita, nanti Abang akan membawa kamu ke tempat surga dunia yang nikmat.”Tubuh Eva merinding seketika. Gadis cantik itu berlari meninggalkan kumpulan orang aneh yang mengganggunya barusan. Ia mendadak takut masuk ke ruangan di depannya. Sumpah seketika Eva berharap bertemu dengan Deon yang melupakannya atau temannya, ia tidak menyangka akan ditinggal seperti ini.Suasana begitu sesak oleh manusia, apakah sebuah club malam akan seramai ini? Pandangannya mengedar mencoba mencari keberadaan sang ke
Happy Reading Semuanya!Menjelang malam hari Geo tidak memiliki niatan untuk kembali ke rumah, pikirannya berkelana jauh. Meskipun lelaki itu tidak tahu apa yang sebenarnya memenuhi otaknya saat ini.Suara langkah kaki panik tampak terdengar memekkan telinganya, diluar seperti ada keributan. Langkahnya berjalan keluar dan memperhatikan lelaki yang menjadi rektor kampusnya tampak panik membuka setiap ruangan dosen.“Kenapa pak? Apakah ada yang bisa saya bantu?”Lelaki tersebut dengan cepat berlari kearahnya dan menatap dalam dirinya. Wajah panik tidak bisa ditutupi oleh lelaki itu.“Tamat sudah riwayat kampus ini,”Geo hanya menaikkan sebelah alisnya bingung, ia tidak mengerti dengan perkataan dari lelaki berwajah panik dihadapannya. “Apa maksudnya?” tanya Geo“Bad Burning ada di Club malam Kelopak asia Bliniz Jakarta. Mahasiswa kita bisa terciduk disana,”Lelaki dengan wajah tampan itu tampak memperhatikan ponselnya, menampilkan nomor dari rekannya. Pasti kabar tentang Bad Burning su
Happy Reading Semuanya!Suasana semakin tidak karuan saat pihak kepolisian tampak mengecek secara menyeluruh tentang apa yang terjadi, suara tembakan berbunyi satu hingga tiga kali. Geo memperhatikan wajah perempuan di depannya sudah amat sangat merah, ia harus membawa Eva menuju tempat yang aman.Setelah pertarungan panjang dirinya dengan lelaki luar itu akhirnya ia bisa bernapas lega, karena perempuan yang ia suka berada di tangannya.Suka? Tidak salahkan jika ia menyukai mahasiswa di pelukannya itu. Toh, jarak antara dirinya dengan gadis muda ini tidak terlampau jauh dan bukankah itu wajar jika ia menyukainya. Eva adalah gadis pintar meskipun dia orang yang mudah percaya dengan orang. “Eva… bangun! Katakan dimana rumah kamu?” tanya Geo“Rumah? Aku enggak mau pulang,”“Terus kamu mau kemana dan kenapa kamu bisa jadi kaya begini? Saya bilang apa! Teman kamu itu enggak bisa diandalkan, bagaimana jika orang di kampus mengetahui jika mahasiswa kebanggan mereka terjebak dalam kasus Bad B
Happy reading semuanya! Sudah seminggu ini Eva terbayang dengan lelaki bertubuh tegap yang menjadi dosen di kampusnya, tamparan yang ia lakukan sebagai bentuk hadiah kemarahan untuk dosennya sudah terlaksana. Ini gila, Eva tidak bisa melupakan begitu saja. Bagaimana ia hidup sekarang ini. Dan jangka waktu seminggu pula ia tidak menginjakkan kaki ke kampus dengan alasan sedang Minggu tenang, ayolah kampusnya akan membutuhkan Minggu tenang nanti dan dirinya sudah mengambil lebih awal. “Kamu kenapa murung begitu?” tanya sang ibu. “Eungh… itu anu.. kangen soto mang jaja yang ada di kampus. Sekarang Minggu tenang, mana mungkin dia jualan.” Wanita paruh baya bernama Indah itu hanya memasang wajah tidak mengerti. “Kenapa harus soto mang Jaja? Mama buatin khusus ini untuk kamu loh sayang, mama tahu kamu suka soto. Dan sepertinya kamu sedang banyak pikiran makanya mama masakan soto kesukaan kamu,” Eva mengacak rambutnya kasar. Eva hampir gila. Kepalanya tidak kondusif dan terlalu berat.
Happy reading semuanya! “Saya positif hamil Pak,” Geo sama sekali tidak bisa mengatakan sepatah kata apapun, tanganya mengacak rambutnya yang terbiasa tertata rapi. Tidak mungkin dalam satu permainan mereka malam itu langsung terjadi begitu saja. “Itu pasti salah, test pack bisa saja error.” Kepala Geo mengangguk-angguk seolah membenarkan perkataannya dan meyakini segala kemungkinan yang ada. Tatapan matanya mengarah pada Eva yang masih saja menangis. “Kamu hanya mencoba satu brand test pack Eva, bisa saja hasilnya salah. Kamu enggak mungkin hamil, kita ke apotik sekarang cari brand bagus lainnya atau bahkan kita langsung ke dokter kandungan sekarang. Kamu enggak mungkin hamil secepat itu,” ungkap Geo mencoba untuk menjadi kepala dingin dan mencari solusi dari permasalahan mereka saat ini. Eva tidak bisa mengatakan sepatah kata apapun, ia juga ingin berpikiran positif tapi rasanya semua amat sangat tidak mungkin. “Apa yang enggak mungkin? Ini sudah lima test pack dan saya men
Happy Reading semuanya! Eva tidak berani untuk pergi ke rumah sakit untuk melakukan pengecekkan kehamilan, ia tidak ingin semakin tahu fakta yang mungkin akan membuatnya sport jantung dan down. Janin yang ada di dalam kandungannya sangat tidak diharapkan sekarang ini. Kedua orang tuanya juga sudah mulai curiga karena ia lebih senang menghabiskan waktu di dalam kamar, seperti bukan anak mereka yang lebih senang menghabiskan waktu bersama orang tuanya di taman belakang rumah mereka. Eva menangis terus menerus, bahkan sekarang air matanya sudah kering. Ia menolak segala panggilan dari siapapun itu termasuk dari dosennya yang terus mengusiknya. “Kenapa Lo harus ada di perut gue sialan!! Gue enggak mau lo ada sekarang, Lo menghancurkan mimpi gue dan semuanya!!” Tangannya memukul perutnya keras, ia berharap janin itu akan mengalami keguguran dan membuatnya menjadi lebih tenang. Tapi hasilnya nihil, bahkan sampai sekarang tidak ada tanda pendarahan dari tubuhnya. Dengan cepat gadis i
Happy Reading Semuanya! Geo ingat semuanya. Perkataan dari rekan-rekan dekat Eva terkait dengan sikap dan sebagainya termasuk larangan orang tua Eva yang tidak memperbolehkan anaknya untuk keluar malam tanpa alasan yang jelas. Yang jelas Eva adalah pertama kali dalam segala hal, pertama kali mengunjungi bar, pertama kali melihat kekasihnya selingkuh, pertama kali terjebak dalam kasus besar, dan pertama kali melakukan hal dewasa dengan orang lain. Dan saat ini Geo kehilangan segala kabar tentang Eva, lelaki dengan wajah tampan itu sudah memikirkan segalanya dan resiko yang ia dapatkan karena ini. Kenapa ia menolak anak yang ada di kandungan Eva? Geo bodoh dan tidak bertanggung jawab. Langkahnya berjalan menuju kantor kepolisian dimana rekannya bekerja, hanya orang itu yang bisa menjawab dimana ia membutuhkan jawaban atas semuanya. Kepalanya mendadak penuh dengan sesuatu yang terjadi begitu cepat. “Kenapa Lo ada disini?” tanya Leo“Bantu gue cari orang,” “Memang siapa yang mau Lo
Happy Reading semuanya! Melamun. Hanya itu yang bisa ia lakukan sembari menunggu kesadaran dari Geo, ia tidak tahu harus mengatakan apalagi. Masalah yang dihadapinya begitu pelik dan membuat kepalanya sakit, tangannya mengusap perutnya yang masih datar. Ia tidak tahu apa yang dilakukannya sekarang. Dokter sudah mengobati Geo yang katanya memiliki luka dalam akibat tendangan dan tinjauan dari sang ayah, Eva tidak tahu kenapa Geo se-nekad ini. “Shh… Eva..” “Bapak sudah bangun?” tanya Eva sembari memperhatikan lelaki yang ada di depannya itu. “Saya enggak bisa melihat kamu dengan baik,” ungkap Geo dengan suara rintihan menahan sakit. Eva menelan ludahnya sulit, “Euhm… ya begitu, mata Bapak bengkak besar. Kata dokter ada luka goresan di mata Bapak dan sudah diberi obat, nanti akan saya bantu kompres buat meringankan bengkak Bapak.” jawaban Eva membuat Geo menatap cermin yang ada di depannya itu. Wajahnya benar-benar kacau, tidak ada lagi wajah tampannya. Geo masih bisa melihat mesk
Happy Reading Semuannya!Geo tidak lagi terlihat di halaman rumah miliknya ataupun meminta permohonan pada ayahnya seperti sebelumnya. Suaminya tersebut masih terbayang dalam otaknya ketika ia berada di ruang depan rumah keluarganya ini. Bohong kalau ia tidak rindu, ia sangat merindukan suaminya tanpa diketahui oleh siapapun. Mulutnya yang egois merusak segalanya. Sekarang Eva hanya bisa melihat wajah suaminya melalui televisi dengan chanel bisnis yang menampilkan betapa sibuknya Geo. Wajah tampan tersebut terlihat baik-baik saja. Eva sangat berharap jika mereka bisa bertemu di lingkungan Kampus untuk pembahasan skripsinya, tetapi semuanya sia-sia. Lelaki yang menjadi ayah dari bayi di dalam kandungannya resmi mengundurkan diri dan skripsinya berpindah tangan menjadi orang lain. “Kamu harus banyak jalan biar bayi itu agar segera lahir,” ucap sang ibu“Kalau bayi ini lahir—apa Mas Geo akan datang menemui aku?” tanya Eva dengan tatapan kosong.“Bukan buat kamu, tapi dia. Bukankah kamu
Happy Reading Semuannya!“Saya ingin lihat mertua dan menantu seperti apa yang anak saya nikahkan!”Darwin menoleh memperhatikan kedua pasangan di depannya. Mereka terlihat asing, apakah ia mengenal kedua pasangan di depannya. Darwin tidak ingin amarahnya membuncah, sudah cukup ia meladeni lelaki yang menjadi suami dari anaknya tersebut.“Anda siapa?! Main masuk ke dalam rumah orang! Mau saya laporkan atas ketidaknyamanan?! Ini komplek perumahan miiter! Engga sembarangan orang bisa masuk! Ada hak apa kalian masuk kedalam rumah saya yang memiliki jabatan tinggi!” teriak Darwin tidak terima.Tatapan datar terlihat dari keduanya yang sama sekali tidak menjawab perkataan dari Darwin barusan, pasangan tersebut memilih duduk dengan angkuh di depan lelaki yang hanya memasang wajah was-was.Rita terlihat memamerkan smirk tipisnya, ia berhadapan dengan orang gila jabatan sepertinya. Memang tidak beruntung sekali anak semata wayangnya tersebut.“Anda terlalu egois, apakah anda begitu bangga d
Happy Reading Semuanya!Sudah hampir dua bulan. Rumah ini kosong dan tidak ada persiapan apapun untuk menyambut bayi yang ada di dalam kandungan Eva, bahkan kabar bayi mungil tersebut tidak diketahui. Rumahnya tidak menarik seperti dulu saat Eva berada di sisinya.Sekarang yang bisa ia lakukan adalah datang dimana istrinya menghindar dan pergi jauh. Sebuah rumah dengan pintu berwarna hijau, tidak ada lagi kesan hangat penyambutan tamu.“Mas enggak bisa bohong, mas kangen sama kamu.” gumam GeoPintu rumah tersebut masih saja tertutup dan tidak ada niatan untuk di buka menyambut tetangga. Geo tidak menyerah hanya ini yang bisa dilakukan oleh dirinya untuk mendapatkan kembali hati Eva sebelum takdirnya berubah menjadi semakin kelam, ia tidak tahu bagaimana dengan Davin. Atau mungkin pernikahan mereka akan berlangsung. Ah— Geo takut memikirkannya.Ini sudah kesekian kalinya Geo menginjakkan kakinya di rumah tersebut tanpa ada rasa kata bosan. Geo terus mengemis untuk bertemu dengan istrin
Happy Reading Semuanya!“Apa Lo yakin enggak akan kasih tahu orang tua Lo tentang hal semua ini? Apa perlu gue yang lapor?”Geo dengan wajah kusut hanya bisa menggeleng, ia tidak bisa memberitahukan kabar tidak mengenakkan ini untuk kedua orang tuanya. Geo masih baik-baik saja dan bisa mengembalikan semuanya ke posisi awal. Eva berhak bahagia dengannya dan begitu pula sebaliknya. Yang orang tuanya tahu, ia bahagia atas pernikahannya dan pemberontakannya kemarin.Lelaki tersebut menghela nafas pelan, nasibnya menjadi berantakan. “Enggak perlu, gue bisa broh. Lagian lo tahu sendiri gimana orang tua gue sekarang dan kalau seandainya lo sampaikan juga— itu sudah enggak ada gunanya. Orang tua Eva sudah mengusir gue, bahkan murka dan Eva enggak mau ketemu sama gue lagi, perkataannya terlalu menyakitkan.” jelas Geo dengan senyum kecut di wajahnya.Leo memandang lelah temannya, ia sudah memberikan solusi yang terbaik tetapi temannya selalu beralasan. Apakah temannya tersebut tidak bisa menggu
Happy Reading Semuanya!Kepala Darwin terasa sangat nyeri. Bagaimana bisa ini terjadi pada keluarganya dalam hitungan waktu singkat dan membuatnya semakin kesulitan bernafas. Kejadian lama seolah terjadi untuk yang kedua kalinya tanpa perintah darinya. Jujur, mengurus anak buahnya sudah membuatnya lelah karena selalu saja membuat masalah di tempatnya bekerja tetapi yang membuat kepalanya terasa ingin pecah ini menyangkut dengan anak bungsu beserta menantunya dan calon menantu idaman barunya. Darwin pada awalnya merasa bahagia tetapi… saat ini perasaannya sangat sulit dijelaskan..Lelaki tersebut tidak mengetahui langkah apa yang harus ia ambil setelah ini, nasibnya menjadi taruhan panjang. Jika ia kekeh menginginkan Davin untuk menjadi menantunya maka yang perlu ia lakukan adalah mempertebal wajahnya dan mengelak semua tuduhan yang tersebar walaupun semua yang tersebar di internet adalah fakta. Darwin terkejut saat mengetahui sebuah video yang tersebar menyangkut dengan calon menantun
Happy Reading Semuanya!Sudah dua minggu semenjak kejadian, Geo masih menetap di rumah mereka dengan keadaan sepi. Istrinya seperti menghilang ditelan angin dan bumi, ia tidak tahu harus bagaimana. Menghampiri rumah itu saja ia sudah di cegat oleh ajudan dari ayah mertuanya. Rasa rindu Geo membuncah di dalam hatinya. Orang tuanya selalu memastikan keadaannya baik-baik saja dan sembuh total, peran mereka menjadi semakin ketat untuk melindunginya yang hampir hanya karena tinjuan ayah mertuanya.“Kamu yakin mau kerja?” tanya sang ibu“Iya, aku masih harus menghidupi dan bertanggung jawab untuk istri serta anakku. Aku enggak mungkin bergantung pada kalian,” ungkap Geo.Sang ibu terlihat berdecih pelan, “Mau kamu bergantung sampai kamu mati pun kami masih bisa menanggungnya, harta kekayaan kita nggak akan habis 7 turunan. Bahkan sampai membiayai anak itu sekolah S-3 masih berlebih, jangan meragukan orang tua kamu.”Geo menggosok telinganya menggunakan tangan, ia sudah bosan mendengar perk
Happy Reading Semuanya!“Ge, apa lo enggak mau kasih kabar ke orang tua? Lo masih punya 2 orang tua yang utuh, mereka akan sakit hati kalau tahu anaknya disakiti seperti ini.”Geo menggeleng sembari menahan nyeri. Jujur sampai sekarang pun lelaki tersebut tidak mengetahui apa yang terjadi pada istrinya dan permasalahan dihadapinya. Tatapan matanya mengarah pada jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 2 dini hari dan Geo baru saja siuman setelah di tinju habis-habisan.“Gue masih hidup, lo baru boleh kasih tahu kalau gue mati. Gue enggak paham sama masalah yang terjadi sekarang, gimana kabar berita itu? Apa sudah sampai ke telinga mertua gue atau Eva?” tanya Geo.Leo ingin sekali memaki rekannya itu, disaat sakit seperti ini masih saja mengurus orang lain yang hampir membuatnya mati. Tulang rusuk yang hampir patah, mata bengkak dan wajah tampan yang rusak. Jika orang lain melihat, mungkin akan membuat kesimpulan Geo mengalami KDRT.“Menurut lo?” sebal Leo“Enggak baik menyahut orang l
Happy Reading Semuanya!Tatapan matanya mengarah pada jam ponselnya yang menunjukkan pukul 10 malam, istrinya tahu jika ia berada di luar dan Geo juga tahu dimana keberadaan istrinya tersebut. Jam segini bukan waktunya mertuanya tidur.Tangannya sudah menggenggam beberapa makanan yang sudah ia beli sebelum datang kemari, hatinya harus berubah baik saat ini karena tidak mau membuat istrinya begitu khawatir.Langkahnya mendadak berjalan pelan setelah melihat ayah mertuanya tampak duduk di kursi tempat biasa mereka berbincang dengan tatapan tajam seolah ingin membunuh mangsanya.“Ayah belum tidur?”Lelaki paruh baya tersebut tampak berlari menghampiri Geo dengan kemarahan. Geo yang dihampiri terlihat bergerak mundur, ia tidak paham apa yang terjadi saat ini.Bugh!“Si*lan!”Bugh!Geo memegang perutnya yang di tinju oleh ayah mertuanya itu, ia tidak mengerti apa permasalahannya. Apakah ia hanya menjadi kambing domba untuk ayah mertuanya untuk melampiaskan kemarahannya, dan terjadi lagi.B
Happy Reading Semuanya!Suaminya belum juga kembali meskipun jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, kepala Eva dipenuhi berbagai macam pertanyaan di kepalanya. Air matanya sudah tertahan, perasannya mulai ragu. Perempuan yang sedang hamil tersebut memikirkan perkataan dari Bella, ia seharusnya mempertanyakan lebih jelas kemana suaminya itu pergi dan dengan siapa. Eva begitu bodoh dan hanya memikirkan tentang makanan saja.Tangannya menghubungi nomor sesorang dengan ragu, ia harus mempertanyakan ini pada orang yang bersangkutan yang menjadi saksi. Tut…tut…tut…Nada dering panggilan terus terdengar di telinganya, ia berharap orang yang sedang ia hubungi sedang tidak sibuk dan mengangkat panggilan mendesaknya.“Hallo, Eva are you okay?”Perempuan tersebut dengan cepat terduduk mendengar nada panggilan tersebut berubah menjadi sahutan orang lain. Perasannya mendadak ragu, apakah ia harus mengatakan pada lelaki yang ada di panggilannya atau tidak. “Mas Leo,” panggil Eva“Ya,”“Boleh aku