Happy Reading Semuanya!
REVISI!
Tangannya meremas pelan kertas yang menjadi tugas mandirinya untuk mata kuliah Geofisika, tidak mata kuliah ataupun dosennya membuatnya murka setengah mampus. Sudah dua kali dokumen laporan tugasnya diberi tanda revisi padahal sudah ia revisi jutaan kali sesuai dengan kemauan dosen tersebut.
Pepatah memang benar, jika seseorang tidak akan pernah puas.
“Sialan tuh dosen! Gue sudah melakukan revisi jutaan kali, sudah pakai jurnal luar juga! Sekarang masih tetap saja salah, susah banget dapet nilai A di kelas dia tuh!” maki Eva sembari membanting dokumen di tangannya ke atas meja kantin.
“Wih! Sekarang tintanya sudah berubah jadi tinta merah bukan tinta hitam lagi! Pantes punya dendam kesumat.” gelak tawa terdengar memenuhi kantin membuat Eva mempoutkan bibirnya.
“Gue sumpahin dia punya jodoh kaya nenek lampir biar sepaket!” maki Eva membuat rekannya hanya mengacak rambutnya pelan.
“Awas yang ada malah jodoh sama dia, dari awal saling sindir berujung jadi lope-lope.”
Gadis cantik itu tampak membuat sikap seolah ingin memuntahkan sesuatu, ia merasa geli dan jijik mendengar perkatan dari temannya barusan.
“Idih! amit-amit jabang bayi! Gue punya suami kaya dia yang ada hipertensi! enggak ada romantisnya sama sekali. Lagian gue juga sudah pacar dan kita bakalan tunangan,” sahut Eva sembari memikirkan hal bodoh seperti bertunangan dengan kekasih tampannya.
“Kita jadi ke klub malam?” tanya Ratu
“Lo ngajak gue? Astaga anak gemilang seperti gue di ajak ke tempat yang kaya begitu? Gila lo pada! Lo mau gue di samurai sama ayah gue? No… thank you baby,” Ratu tampak menoyor kepala Eva yang ada di sebelahnya itu.
“Siapa juga yang mau ajak lo! Gue juga sayang sama nyawa gue, gue tanya yang lain!” sela Ratu membuat Eva tampak mempoutkan bibirnya.
Pandangan mereka tampak fokus pada televisi di depan mereka sekarang ini, tidak hanya mereka tetapi semua mata terfokus pada penyampaian berita yang saat ini menjadi trending pertama di sosial media.
‘Polisi telah meringkus sebuah tempat pada malam hari tadi di gunakan untuk pesta BAD BURNING, mereka sangat cepat sekali dalam persoalan berpindah dan begitu menakutkan. Para orangtua dan pihak kampus saat ini begitu was-was karena takut jika ini berpindah ke mahasiswa mereka…’
“Bad Burning?” ulang Eva
“Ya… yang gue dengar dari anak Univ lain. Bad Burning semacam penjualan perempuan ke lelaki hidung belang, jadi budak ‘begitu’ you know apa yang gue maksud, kan? Dan katanya di tempat itu juga menjadi tempat pesta narkoba terbesar. Yang ajaibnya, lokasi mereka berpindah-pindah alias enggak menetap, jadi para kepolisian enggak bisa meringkus 100 persen.” Penjelasan dari Ratu membuat Eva kini sibuk meminum es kopi di depannya.
“Tapi itu berlaku di luar ibu kota, kan? Disini terlalu terbuka,” ucap Eva.
Teman-temannya itu tampak menggeleng, “Kalau itu enggak pasti, kalau dilihat dari lokasi awal… pertama dia di Surabaya, menjalar ke Medan, kemudian ke Sumedang, dan sekarang ke Solo. Pihak kepolisian jadi enggak tahu harus bagaimana, mereka sangat jenius dan rapih. Bisa saja, kalau Bad Burning diadakan di Jakarta. Kita enggak tahu tempat seperti apa yang dijadikan tempat seperti itu,” sahut Deon sambari mengusap kepala Eva.
Eva tampak menyandarkan kepalanya pada lengan kekasihnya itu, ia dengan Deon memang amat sangat berbanding jauh. Keluarganya yang begitu perhatian tidak mengizinkannya pergi jauh dengan alasan tidak ada mereka di sisinya, memang benar. Orangtuanya adalah tipe orang strict parents dan itu susah diubah.
“Kamu yakin nanti enggak mau ikut?” tanya Deon
“Kamu mau aku kena samurai sama Papa aku?”
“Kamu bisa beralasan ada kerja kelompok,” sahut Deon
“Alasan klasik,”
Deon tampak berpikir sebentar, ia sebenarnya sangat ingin mengajak kekasihnya untuk bersenang-senang bersama seperti rekan lainnya. Tetapi orang tua Eva amat sangat berbeda dari orang tua pada umumnya.
“Jenguk teman yang sakit?”
“Siapa yang dijadikan alasan? Orang tua aku itu serba tahu semuanya,” ungkap Eva sembari menghela napas kasar.
Ratu dan Fani tampak berpikir keras.
“Oh! Gue tahu! Gimana kalau lo bilang sama ortu lo… kalau lo masih harus cari referensi jurnal sama Deon. Ortu lo kan percaya sama Deon terkait sama tugas Kampus, lagian mereka tahu kalau lo langganan revisi dan butuh Deon buat bantu selesaikan tugas lo. Meskipun lo pasti mengerjakan tugasnya nanti pas mepet deadline,” Deon tampak tersenyum mendengar perkataan dari perkatan Ratu barusan.
Tumben sekali otaknya bisa digunakan.
“Kamu mau sayang?” tanya Deon
Eva tampak terdiam, memang benar juga. Ia bisa menggunakan alasan itu untuk bisa ikut dengan teman serta kekasihnya. Bermian di club malam meskipun hanya sekedar meminum cola, ia pasti tidak akan melakukan hal buruk.
Ini masa mudanya, sudah seharusnya ia melakukan hal dengan darah mudanya termasuk ke tempat yang seperti ini.
“Kalau gue ikut… enggak mungkin pakai pakaian begini, kan?” tanya Eva sembari melihat pakaiannya yang mengguanakan celanan jeans dengan blouse berwana biru langit yang memenuhi penampilannya saat ini.
“Tenang saja, gue punya gaun buat lo.”
Pandangannya berdalih pada lelaki yang menjadi dosennya tampak menatapnya datar, Eva yang ditatap seperti itu tidak kalah jauh membalas hal yang sama. Ia harap lelaki itu tidak lupa jika ia masih memiliki dendam kesumat pada dosen tampan serta muda di kampusnya itu.
“Kamu lihat apa?” tanya Deon
“Pak Geo makin kesini makin nyebelin enggak sih?!” keluh Eva
“Enggak! Bagi gue dia tampan dan masih rupawan. Gue berharap dia jadi calon imam gue.”
Eva hanya bergidik ngeri, ia tidak menyukai dosen menyebalkan itu karena tugasnya yang terus menerus di revisi. Bulu romanya saja berdiri kembali mengingat kejadian beberapa waktu lalu.
“Hih! Gue jadi merinding. Sudah! Gue mau ke toilet dulu,”
Langkah Eva berjalan menuju pintu toilet yang tidak jauh dari posisi mereka saat ini, ia akan meluangkan waktunya untuk kekasihnya. Eva menjadi tidak sabar untuk pergi ke tempat itu, menggunakan pakaian kekurangan bahan dan memesan mojito meskipun sepertinya ia hanya akan membeli orange juice.
“Apa kamu mempercayai teman-teman kamu? Kamu yakin mereka enggak akan menjerumuskan kamu ke kedalam neraka kehancuran?” Eva mendongak memperhatikan dosen tampan dan muda di kampusnya tampak berdiri memandangnya dalam.
“Bapak kaya jelangkung, ya? Apa urusan Bapak sama saya? Saya berhak berteman dengan siapapun dan enggak seperti Bapak yang begitu pilih-pilih teman sampai pada akhirnya Bapak tetap sendirian.”
“Apa kamu menyindir saya? Kamu enggak harus percaya sama orang lain, bagaimana jika mereka menusuk kamu dari belakang? Kamu enggak tahu mereka seperti apa sebenarnya,” ungkap Geo sembari bersedekap.
Eva risih. Tatapannya berubah nyalang, ia tidak suka diatur. Apalagi yang mengatur kehidupannya adalah dosennya sendiri. Ia sangat tidak suka.
“Bapak tahu apa? Jangan sok tahu! Saya sama Deon sudah pacaran hampir dua tahun dan saya berteman sama mereka sudah dari SMA, saya kenal sama mereka dengan baik.Orang tua saya juga tahu, Bapak enggak usah ikut campur sama masalah kami. Urusi urusan Bapak saja sendiri!”
Geo hanya menatap datar punggung perempuan di depannya itu.
“Setidaknya saya sudah memperingatkan kamu, keputusan ada di tangan kamu. Bahkan satu orang saja bisa menghancurkan harapan dan mimpi indah kamu. Saat ini kamu belum mengerti mereka sepenuhnya, seiring berjalannya waktu saya yakin kamu paham,”
Eva memperhatikan punggung tegap milik dosennya kini tampak menjauh dari dirinya saat ini, entah apa yang dikatakan oleh dosen nya.
Sangat aneh dan sukar dipahami.
To be continued…
Happy Reading Semuanya!Tangannya sibuk menuruni pakaian kurang bahan yang dikenakannya sekarang ini, sepertinya Eva tahu alasan ayahnya yang keras melarangnya menggunakan pakaian yang seperti ini. Terlalu mengundang celaka di kehidupannya.Eva sama sekali tidak merasakan nyaman. Berbeda sekali dengan teman-temannya yang sudah bergerak nyaman, bahkan Deon tidak menemaninya dengan baik.“Hallo manis, kumpul disini dan kita nikmati waktu bersama.”“Enggak makasih,” ucap Eva “Mending kumpul sama kita, nanti Abang akan membawa kamu ke tempat surga dunia yang nikmat.”Tubuh Eva merinding seketika. Gadis cantik itu berlari meninggalkan kumpulan orang aneh yang mengganggunya barusan. Ia mendadak takut masuk ke ruangan di depannya. Sumpah seketika Eva berharap bertemu dengan Deon yang melupakannya atau temannya, ia tidak menyangka akan ditinggal seperti ini.Suasana begitu sesak oleh manusia, apakah sebuah club malam akan seramai ini? Pandangannya mengedar mencoba mencari keberadaan sang ke
Happy Reading Semuanya!Menjelang malam hari Geo tidak memiliki niatan untuk kembali ke rumah, pikirannya berkelana jauh. Meskipun lelaki itu tidak tahu apa yang sebenarnya memenuhi otaknya saat ini.Suara langkah kaki panik tampak terdengar memekkan telinganya, diluar seperti ada keributan. Langkahnya berjalan keluar dan memperhatikan lelaki yang menjadi rektor kampusnya tampak panik membuka setiap ruangan dosen.“Kenapa pak? Apakah ada yang bisa saya bantu?”Lelaki tersebut dengan cepat berlari kearahnya dan menatap dalam dirinya. Wajah panik tidak bisa ditutupi oleh lelaki itu.“Tamat sudah riwayat kampus ini,”Geo hanya menaikkan sebelah alisnya bingung, ia tidak mengerti dengan perkataan dari lelaki berwajah panik dihadapannya. “Apa maksudnya?” tanya Geo“Bad Burning ada di Club malam Kelopak asia Bliniz Jakarta. Mahasiswa kita bisa terciduk disana,”Lelaki dengan wajah tampan itu tampak memperhatikan ponselnya, menampilkan nomor dari rekannya. Pasti kabar tentang Bad Burning su
Happy Reading Semuanya!Suasana semakin tidak karuan saat pihak kepolisian tampak mengecek secara menyeluruh tentang apa yang terjadi, suara tembakan berbunyi satu hingga tiga kali. Geo memperhatikan wajah perempuan di depannya sudah amat sangat merah, ia harus membawa Eva menuju tempat yang aman.Setelah pertarungan panjang dirinya dengan lelaki luar itu akhirnya ia bisa bernapas lega, karena perempuan yang ia suka berada di tangannya.Suka? Tidak salahkan jika ia menyukai mahasiswa di pelukannya itu. Toh, jarak antara dirinya dengan gadis muda ini tidak terlampau jauh dan bukankah itu wajar jika ia menyukainya. Eva adalah gadis pintar meskipun dia orang yang mudah percaya dengan orang. “Eva… bangun! Katakan dimana rumah kamu?” tanya Geo“Rumah? Aku enggak mau pulang,”“Terus kamu mau kemana dan kenapa kamu bisa jadi kaya begini? Saya bilang apa! Teman kamu itu enggak bisa diandalkan, bagaimana jika orang di kampus mengetahui jika mahasiswa kebanggan mereka terjebak dalam kasus Bad
Happy reading semuanya! Sudah seminggu ini Eva terbayang dengan lelaki bertubuh tegap yang menjadi dosen di kampusnya, tamparan yang ia lakukan sebagai bentuk hadiah kemarahan untuk dosennya sudah terlaksana. Ini gila, Eva tidak bisa melupakan begitu saja. Bagaimana ia hidup sekarang ini. Dan jangka waktu seminggu pula ia tidak menginjakkan kaki ke kampus dengan alasan sedang Minggu tenang, ayolah kampusnya akan membutuhkan Minggu tenang nanti dan dirinya sudah mengambil lebih awal. “Kamu kenapa murung begitu?” tanya sang ibu. “Eungh… itu anu.. kangen soto mang jaja yang ada di kampus. Sekarang Minggu tenang, mana mungkin dia jualan.” Wanita paruh baya bernama Indah itu hanya memasang wajah tidak mengerti. “Kenapa harus soto mang Jaja? Mama buatin khusus ini untuk kamu loh sayang, mama tahu kamu suka soto. Dan sepertinya kamu sedang banyak pikiran makanya mama masakan soto kesukaan kamu,” Eva mengacak rambutnya kasar. Eva hampir gila. Kepalanya tidak kondusif dan terlalu berat.
Happy reading semuanya! “Saya positif hamil Pak,” Geo sama sekali tidak bisa mengatakan sepatah kata apapun, tanganya mengacak rambutnya yang terbiasa tertata rapi. Tidak mungkin dalam satu permainan mereka malam itu langsung terjadi begitu saja. “Itu pasti salah, test pack bisa saja error.” Kepala Geo mengangguk-angguk seolah membenarkan perkataannya dan meyakini segala kemungkinan yang ada. Tatapan matanya mengarah pada Eva yang masih saja menangis. “Kamu hanya mencoba satu brand test pack Eva, bisa saja hasilnya salah. Kamu enggak mungkin hamil, kita ke apotik sekarang cari brand bagus lainnya atau bahkan kita langsung ke dokter kandungan sekarang. Kamu enggak mungkin hamil secepat itu,” ungkap Geo mencoba untuk menjadi kepala dingin dan mencari solusi dari permasalahan mereka saat ini. Eva tidak bisa mengatakan sepatah kata apapun, ia juga ingin berpikiran positif tapi rasanya semua amat sangat tidak mungkin. “Apa yang enggak mungkin? Ini sudah lima test pack dan saya men
Happy Reading semuanya! Eva tidak berani untuk pergi ke rumah sakit untuk melakukan pengecekkan kehamilan, ia tidak ingin semakin tahu fakta yang mungkin akan membuatnya sport jantung dan down. Janin yang ada di dalam kandungannya sangat tidak diharapkan sekarang ini. Kedua orang tuanya juga sudah mulai curiga karena ia lebih senang menghabiskan waktu di dalam kamar, seperti bukan anak mereka yang lebih senang menghabiskan waktu bersama orang tuanya di taman belakang rumah mereka. Eva menangis terus menerus, bahkan sekarang air matanya sudah kering. Ia menolak segala panggilan dari siapapun itu termasuk dari dosennya yang terus mengusiknya. “Kenapa Lo harus ada di perut gue sialan!! Gue enggak mau lo ada sekarang, Lo menghancurkan mimpi gue dan semuanya!!” Tangannya memukul perutnya keras, ia berharap janin itu akan mengalami keguguran dan membuatnya menjadi lebih tenang. Tapi hasilnya nihil, bahkan sampai sekarang tidak ada tanda pendarahan dari tubuhnya. Dengan cepat gadis i
Happy Reading Semuanya! Geo ingat semuanya. Perkataan dari rekan-rekan dekat Eva terkait dengan sikap dan sebagainya termasuk larangan orang tua Eva yang tidak memperbolehkan anaknya untuk keluar malam tanpa alasan yang jelas. Yang jelas Eva adalah pertama kali dalam segala hal, pertama kali mengunjungi bar, pertama kali melihat kekasihnya selingkuh, pertama kali terjebak dalam kasus besar, dan pertama kali melakukan hal dewasa dengan orang lain. Dan saat ini Geo kehilangan segala kabar tentang Eva, lelaki dengan wajah tampan itu sudah memikirkan segalanya dan resiko yang ia dapatkan karena ini. Kenapa ia menolak anak yang ada di kandungan Eva? Geo bodoh dan tidak bertanggung jawab. Langkahnya berjalan menuju kantor kepolisian dimana rekannya bekerja, hanya orang itu yang bisa menjawab dimana ia membutuhkan jawaban atas semuanya. Kepalanya mendadak penuh dengan sesuatu yang terjadi begitu cepat. “Kenapa Lo ada disini?” tanya Leo“Bantu gue cari orang,” “Memang siapa yang mau Lo
Happy Reading semuanya! Melamun. Hanya itu yang bisa ia lakukan sembari menunggu kesadaran dari Geo, ia tidak tahu harus mengatakan apalagi. Masalah yang dihadapinya begitu pelik dan membuat kepalanya sakit, tangannya mengusap perutnya yang masih datar. Ia tidak tahu apa yang dilakukannya sekarang. Dokter sudah mengobati Geo yang katanya memiliki luka dalam akibat tendangan dan tinjauan dari sang ayah, Eva tidak tahu kenapa Geo se-nekad ini. “Shh… Eva..” “Bapak sudah bangun?” tanya Eva sembari memperhatikan lelaki yang ada di depannya itu. “Saya enggak bisa melihat kamu dengan baik,” ungkap Geo dengan suara rintihan menahan sakit. Eva menelan ludahnya sulit, “Euhm… ya begitu, mata Bapak bengkak besar. Kata dokter ada luka goresan di mata Bapak dan sudah diberi obat, nanti akan saya bantu kompres buat meringankan bengkak Bapak.” jawaban Eva membuat Geo menatap cermin yang ada di depannya itu. Wajahnya benar-benar kacau, tidak ada lagi wajah tampannya. Geo masih bisa melihat mesk