Beranda / Pernikahan / Perempuan Rahasia Suamiku / 1. Story WA adik ipar membongkar rahasia

Share

Perempuan Rahasia Suamiku
Perempuan Rahasia Suamiku
Penulis: TrianaR

1. Story WA adik ipar membongkar rahasia

Penulis: TrianaR
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-02 09:58:50

Part 1

[Akhirnya sekian lama terpisah, kini dipersatukan kembali. Semoga langgeng ya Mbak, Mas, lancar untuk kalian. Happy Engagement]

Aku terkesiap kaget melihat status WA Farah, adik iparku. Status yang disertai foto seorang wanita cantik tengah berhadapan dengan seorang pria. Wanita itu tersenyum menghadap kamera, sedangkan sang lelaki hanya terlihat bagian punggung saja. Perawakannya sangat kukenali, seperti suamiku, walaupun aku tak melihat wajahnya langsung, tapi aku sangat mengenali lelaki yang membersamaiku tujuh tahun ini.

Seketika dadaku bergemuruh hebat, entah ini hanya prasangkaku saja atau memang benar ada rahasia dengan mereka semua.

Namun, saat aku ingin membalas status Farah lagi. Postingan itu sudah terhapus, mungkin sengaja dihapus karena aku telah melihatnya.

Ya Allah, ada apa ini? Kenapa hal ini makin membuat kecurigaanku semakin menjadi?

Aku menghela nafas panjang, lalu mencoba menghubungi suamiku untuk memastikan semua ini. Ya, saat ini Mas Damar memang tengah pulang ke kampung halamannya. Ibu mertua tengah sakit katanya, dia meminta izin padaku untuk tiga hari ke depan. Aku tak diperbolehkan ikut, pasalnya aku baru saja melahirkan anak kedua kami tiga minggu yang lalu. Bayi kami masih rawan bila dibawa pergi perjalanan jauh. Keluarga mertuaku tak bisa datang kesini saat aku melahirkan, itu semua karena kebetulan ibu mertua tengah sakit. Aku mengurus bayiku sendirian, bersama anak sulungku yang berusia enam tahun. Sementara aku tak punya keluarga, sejak kecil ayah dan ibu sudah tiada. Harus mandiri, itulah prinsipku hingga tak ingin merepotkan keluarga suami ataupun yang lainnya.

Aku menghubungi Mas Damar, tapi panggilanku tak diangkat olehnya, membuat pikiranku makin kacau. Untuk memastikannya segera kukirim pesan pada Farah.

[Farah, kok statusnya dihapus? Tadi foto pertunangan siapa ya? Kok lakinya kayak gak asing gitu, kayak Mas Damar]

Terkirim dan langsung terbaca oleh Farah pesan WA-ku ini.

Dia terlihat sedang mengetik sebuah balasan. Cukup lama aku menunggu, hingga balasan itu terkirim padaku.

[Oh, itu pertunangan tetangga di sini, Mbak. Dulunya mereka hampir saja menikah, tapi karena suatu hal mereka berpisah. Setelah sekian tahun mereka kembali dan nyambung lagi. Tenang saja Mbak, bukan Mas Damar kok. Mas Damar sedang di kamarnya ibu]

Seolah tahu isi pikiranku, Farah mengirim balasan yang membuat perasaanku sedikit lega. Syukurlah bukan Mas Damar.

[Gimana keadaan ibu, apa sudah membaik?] Balasku lagi.

[Iya, Mbak] balas Farah singkat. Dan tak ada embel-embel yang lainnya. Dan percakapan kami sudah sampai disitu saja, cukup menyisakan banyak tanya.

Aku terperanjat kaget saat mendengar tangisan si kecil. Mungkin karena efek usai melahirkan, perasaanku jadi lebih sensitif dan kacau begini. Kembali mengusap wajah dan beristighfar agar dada ini tak terlalu sesak untuk bernafas.

Usai berhasil menidurkan bayiku, kembali aku melihat ponsel. Hening, tak ada apapun dari Mas Damar.

Aku kembali cek status WA yang lainnya. Tak ada apapun kecuali story WA adik ipar yang membuatku kembali terhenyak. Dia memposting foto keluarga, yang pria memakai kemeja batik, sedangkan yang wanita memakai kebaya brokat. Ada Mas Damar dan ibu mertua yang tengah duduk dengan senyuman yang lebar. Bahkan disana terlihat dengan jelas kalau ibu mertua baik-baik saja, dengan wajah full make-up. Tidak terlihat sakit seperti yang Mas Damar tuturkan kemarin.

Deg! Kembali dadaku bergemuruh kencang, melihat kemeja batik yang dikenakan Mas Damar seperti lelaki berfoto membelakangi kamera di status Farah tadi. Segala pemikiran buruk mulai menghantui lagi. Ada apa ini?

Mendadak aku takut, takut kalau suamiku mengkhianati. Dan dia merahasiakannya padaku. Ya Allah, kenapa perasaan gelisah ini tak kunjung hilang?

Rasa penasaran yang tinggi membuatku kembali menghubungi suamiku. Hampir setengah jam lamanya panggilan terus kulakukan tanpa henti, tapi tak ada respon dari si empunya nomor. Sungguh, aku takut. Takut semua pemikiran burukku itu terjadi. Entah apa yang harus kulakukan kalau ternyata semua itu benar. Aku hanya seorang ibu rumah tangga biasa yang hanya mengandalkan suami.

Sekian lama menunggu, akhirnya panggilan itu terhubung. Mas Damar mengangkatnya.

"Halo Dek, ada apa?" Suara dari seberang telepon terdengar berat dan tergesa.

"Mas, kenapa kamu gak angkat telponku? Apa di sana kamu sibuk?"

"Iya sayang, maaf ya. Aku gak sempat hubungi kamu. Lagi sibuk banget ini."

"Mas, ayo sini keluarga udah pada kumpul!" teriak suara seorang perempuan di telepon itu, sepertinya ia tengah memanggil Mas Damar. Walau jauh, tapi suara itu masih kudengar jelas.

"Dek, udah dulu ya, Mas dah ditunggu. Nanti kuhubungi kalau dah gak sibuk."

"Mas, memangnya di rumah ada acara apaan sih?"

Ia tak menanggapi pertanyaanku dan justru langsung menutup panggilan teleponnya. Dalam hati, aku kembali bertanya-tanya. Tak biasanya Mas Damar bersikap acuh padaku seperti ini. Dia selalu perhatian padaku dan anak-anak. Tapi ...

"Bun, Bunda, kok melamun sih!"

Aku terkesiap kaget saat putra sulungku datang menghampiri. Lalu tersenyum manis saat ia melendot di tanganku.

"Bunda, ayah kok gak pulang-pulang? Kapan ayah pulang, Bun?"

"Besok juga ayah pulang, Nak."

"Ayah gak nikah lagi kan, Bunda?"

"Nikah lagi maksudnya gimana, Nak? Kenapa tanya seperti itu?"

"Tadi aku ketemu ibunya Faiz, masa katanya ayah mau nikah lagi. Nikah lagi itu maksudnya apa ya, Bun? Apa aku mau punya mama baru?"

Deg! Pertanyaan polos putraku seakan membuat detak jantung ini berhenti. Pasalnya ayahanda Faiz adalah teman sekantor Mas Damar. Mereka sahabat sejak SMA, seringnya pulang pergi ke kantor pun bersama. Bukan tak mungkin Mas Damar bercerita sesuatu dengan ayah Faiz dan dia menceritakan pada istrinya.

"Ibunya Faiz paling cuma bercanda saja, Sayang. Ayah gak mungkin nikah lagi. Kan udah ada Bunda, Kak Raffa dan dedek bayi. Ayah juga sangat sayang pada kita."

Raffa mengangguk dan tersenyum. "Bunda, aku mau main lagi."

"Gak boleh jauh-jauh ya, Sayang. Depan rumah aja ya."

"Baik, Bun."

Aku mengusap puncak kepalanya. Berlalu menghampiri bayi kecil mungil yang masih tertidur pulas.

Sejak melihat story WA adik iparku itu, aku benar-benar cemas dan mengganggu pikiran. Aku takut, lelaki yang selama ini menjadi pengayom hidup itu berpaling.

[Maaf, tadi siang aku sibuk, Sayang. Apa kamu sudah tidur?] Pesan dari Mas Damar, pukul 21.00 WIB.

Aku menghela nafas dalam lalu melihat dua malaikat kecilku yang sudah tertidur. Saat ini aku memang tengah menghibur diri dengan menonton film agar pikiran buruk tentang Mas Damar menghilang.

[Aku belum tidur, Mas. Tadi disana ada acara apa? Sampai kamu sibuk begitu?]

Bukannya menjawab ponselku, dia malah menghubungiku via video call.

Wajahnya tampak sumringah dibalik layar handphone saat aku menerima panggilannya. Tampak senyuman terukir di wajahnya.

"Kenapa wajahmu cemberut begitu, Wulan? Maaf ya tadi siang bukannya mau cuekin kamu, tapi aku benar-benar sibuk. Tadi habis bantuin tetangga lamaran."

Aku masih diam, memperhatikan wajah yang tampan itu. Apakah ada kebohongan di sana?

"Sayang jangan ngambek gitu ih, Dah kangen ya sama aku? Besok aku pulang, okey? Kamu mau dibawain apa?"

"Iya maaf, Mas. Mungkin aku yang terlalu lelah."

"Istirahat sayang kalau lelah. Kamu mau minta oleh-oleh apa?"

"Tidak usah, Mas. Pulang saja sampai sini dengan selamat."

Tetiba aku melihat bayangan seorang perempuan melintas di belakang Mas Damar. Perempuan dengan rambut tergerai sepunggung, memakai dress merah tanpa lengan. Wajahnya tak terlalu jelas karena aku melihatnya dari samping. Mas Damar sedang bersama siapa? Aku sangat yakin kalau itu bukan Farah, karena meskipun perempuan tapi dia sangatlah tomboy.

"Mas, siapa perempuan yang ada di belakangmu? Kamu sedang ada dimana, Mas?"

Bab terkait

  • Perempuan Rahasia Suamiku   2. Pura-pura tak tahu

    Part 2"Mas, tadi siapa perempuan yang ada di belakangmu? Kamu sedang ada dimana, Mas?"Meski aku tahu, ini adalah pertanyaan konyol. Mas Damar tak mungkin menjawab dengan jujur, ia pasti akan berkilah.Lelaki di balik layar itu tampak menoleh, kemudian langsung menghadapkan ponselnya ke langit-langit kamar. Mungkin ponsel itu ia letakkan begitu saja."Kenapa kamu masuk kesini? Tunggu aku di luar. Okey?" Samar terdengar suara Mas Damar berbicara dengen seseorang. Mungkin perempuan tadi.Aku menunggu beberapa puluh detik, lalu ia sudah ada di layar handphone kembali. "Maaf tadi Farah masuk, katanya butuh sesuatu," jawab Mas Damar menjelaskan."Yakin itu, Farah? Kok penampilannya beda?""Setiap orang kan bisa berubah, Sayang. Sudah dulu ya. Jaga anak-anak dengan baik ya. Besok aku pulang, Love you."Seolah tak ingin aku bertanya lebih lanjut, Mas Damar mematikan panggilan teleponnya. Aku menghela nafas panjang. Pikiran negatif kembali berkecamuk. Sampai aku berpikir aneh, benarkah aku

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-02
  • Perempuan Rahasia Suamiku   3. Boneka barbie & nota pembelian cincin

    Part 3"Dek, kamu sedang apa?" Aku terperanjat kaget saat Mas Damar bertanya. Ia keluar dari kamar mandi dan langsung menghampiriku, seraya mengeringkan rambutnya dengan handuk."Eh Mas, aku sedang merapikan baju-bajumu. Tapi ini apa?" Aku menunjukkan nota pembelian cincin serta boneka barbie itu padanya.Sesaat matanya terbelalak kaget. Tapi secepat kilat ia sembunyikan wajah terkejutnya dibalik senyuman."Nota cincin dan boneka barbie ini punya siapa, Mas?" Aku mengulangi pertanyaan.Mas Damar menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Emmh ... anu, ini punya Farah," sahut Mas Damar gugup. Jelas sekali ia tengah beralibi."Farah? Farah gak mungkin masih mainan barbie yang penuh coretan gini kan, Mas?" tanyaku lagi."Ehem, maksud mas, ini mainan anak tetangga sebelah yang sering main dengan Farah," jawabnya salah tingkah."Kok bisa ada di koper kamu?""Ya, aku gak tahu. Mungkin ketinggalan. Masalahnya anaknya jahil."Aku mengangguk, meski hati seperti diremas-remas."Terus nota cincin i

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-02
  • Perempuan Rahasia Suamiku   4. Sadap WA suami

    Part 4"Memang kenapa? Ada yang kamu pikirkan?"Aku terdiam sejenak, menatap matanya. Tak ada perasaan bersalah sedikitpun dari pancaran matanya. Mas Damar pintar sekali menyembunyikan rahasia."Enggak. Cuma tadi aku habis nonton drama. Ceritanya itu bikin nyesek di hati. Sampai sekarang gak ilang-ilang," sahutku kemudian."Cerita apaan emang sampai membuatmu seperti ini?""Cerita layangan putus. Suami yang ditemani dari nol ternyata berkhianat dengan perempuan lain."Mendengar jawabanku, Mas Damar terdiam. Apa jawabanku cukup menyindirnya?Dia beranjak duduk. "Sayang, lebih baik jangan nonton drama seperti itu lagi, tak baik efeknya. Kamu jadi curiga kan sama suami sendiri?""Ya soalnya seru banget, Mas. Suami yang begitu sayang dan setia tapi nyatanya bermain di belakangnya.""Sudahlah, tak perlu membahas sinetron. Tidur yuk, tubuhmu butuh istirahat lho."Aku mengangguk lemah. Rapi sekali kamu bersandiwara, Mas.***"Iya, nanti kuusahakan ya. Kamu tahu sendiri kan aku sudah cuti tig

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-02
  • Perempuan Rahasia Suamiku   5. Sindiran

    Part 5Kuletakkan handphone di atas meja, rasanya ingin kupergoki mereka berdua, tapi apalah daya, bagaimana dengan anak dan bayiku. Membayangkan Mas Damar dan Melinda tengah bermesraan saja rasanya begitu sakit.Kuhela nafas yang terasa begitu berat, sangat berat bahkan terasa sakit meski hanya untuk menghempaskannya. Aku menoleh ke arah dua malaikat mungilku yang tengah tertidur pulas. Butiran bening menitik tak bisa dibendung lagi. Lelaki yang seharusnya jadi panutan, tapi ternyata tak lebih dari seorang pembohong besar. Namun kuakui, Mas Damar adalah seorang ayah yang baik. Hal ini yang membuatku bingung, bagaimana dengan anak-anak bila tanpa kehadiran seorang ayah.Aku kembali memungut ponsel dan mengirim pesan pada Mbak Rasti dan Mas Niko.[Assalamu'alaikum, Mbak. Malam-malam maaf ganggu waktu istirahatnya] [Waalaikum salam, oh iya, kebetulan aku belum tidur. Ada apa ya, Mbak?] Balas Mbak Rasti.[Mas Niko lembur gak ya, Mbak?][Enggak kok. Pulang seperti biasa. Itu orangnya s

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-02
  • Perempuan Rahasia Suamiku   6. Salah kejutan

    Part 6"Kalau memang semalam gak lembur, terus kamu pergi kemana, Mas?"Mas Damar tampak shock. Ia mengambil tissue dan berhenti makan, menarik nafas dalam-dalam."Mbak Rasti, bisakah tinggalkan kami?" ujar lelaki itu mengusir secara halus."Walah, padahal aku pengen lihat dedek Amanda.""Maaf ya, Mbak Rasti, tolong ..." "Baiklah. Kuharap tak ada pertengkaran diantara kalian, kasihan anak-anak kalian. Aku permisi dulu, Mbak."Aku mengangguk dan melihat sosok Mbak Rasti keluar rumah. Usai kepergiannya, Mas Damar justru berlalu ke kamar."Mas, aku butuh penjelasanmu!" tukasku dengan nada penuh penekanan.Mas Damar berhenti melangkah lalu berbalik ke arahku. "Penjelasan apa? Soal semalam?"Aku mengangguk. Ingin tahu sejauh mana dia berbohong."Aku minta maaf ya, Dek. Aku salah. Aku takut kamu khawatir makanya aku tak bilang sejujurnya." Aku terdiam menatap manik coklat matanya. Ia tampak gugup dan memalingkan wajah."Aku pulang lagi ke rumah ibu, ngembaliin boneka barbie milik anak tet

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-14
  • Perempuan Rahasia Suamiku   7. Kepergok Bersama

    Part 7"Kau yakin, Mas? Tapi ada nama kamu di nota baju ini. Kamu belikan dress seksi ini buat siapa, Mas?" Deg! Pertanyaan Wulan sungguh membuatku terkejut dan shock. Astaga! Bisa-bisanya Melinda salah ambil tas belanja. Sebisa mungkin aku beralasan agar Wulan tak curiga. Entah setelah kepulanganku dari kampung halaman sikap Wulan sedikit berbeda, dia sering kali menyindirku. Disengaja maupun kebetulan akupun tak tahu. Tapi mulai sekarang aku harus lebih berhati-hati. Aku tak ingin hubunganku dengan Melinda diketahui olehnya. Wulan pasti akan sangat kecewa padaku. Gegas aku masuk ke dalam mobil, tujuanku? Tentu rumah Melinda. Melinda kuboyong ke kota ini, jadi jika aku pulang dan ingin melihatnya aku tak perlu perjalanan jauh menghabiskan banyak waktu. Sebuah rumah minimalis, kusewakan untuk ia tempati bersama dengan anak perempuannya dari pernikahannya yang pertama. Hubunganku dengan Melinda? Dia adalah istri siriku. Ya, kami sudah menikah kemarin. Acara yang seharusnya hanya pe

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-14
  • Perempuan Rahasia Suamiku   8. Sandiwara

    Part 8"Jadi ini yang kamu lakukan, Mas?!""Eh Wu-Wulan, kamu kenapa ada di sini? Mana Raffa dan Amanda?" Mas Damar terlihat shock melihatku berada di sana. Dia mengusap air yang menetes di wajah dan kemejanya.Aku memejam sejenak karena kebodohanku. Astaghfirullah, karena tak bisa menahan emosi, aku sampai lepas kendali. Sabar Wulan, sabar, jangan sampai emosi. Semoga aku masih tetap waras walau benar, aku stress dengan semua kejadian ini. Kepala terasa berdenyut luar biasa. "Mas, kamu gak apa-apa? Hei Mbak, kenapa kamu siram Mas Damar seperti itu?" pungkasnya kemudian. Aku terpaku beberapa saat sembari menatap perempuan yang cantik itu. Perempuan rahasia suamiku. Dari penampilannya saja sangat berbeda kelas denganku. Aku akui itu.Mas Damar bangkit dan memberi kode agar Melinda tenang."Wulan, aku bisa jelaskan ini. Kamu salah paham. Tolong jangan marah dulu. Emmh diaa ... dia ini--""Jadi ini istri kamu, Mas?" tanya perempuan itu seraya menatapku. Ia menyodorkan tangannya untuk k

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-14
  • Perempuan Rahasia Suamiku   9. Surat Perjanjian

    Part 9"Ya, apapun yang kau minta, mas akan melakukannya. Asal masih dalam batas kesanggupanku.""Baiklah, asalkan ....""Asalkan apa? Kamu membuatku penasaran saja, Dek," ucapnya dengan raut penasaran."Tanda tangani surat perjanjian yang sudah kubuat," ucapku lagi."Perjanjian apa?" Keningnya berkerut mendengar ucapanku.Gegas aku mengambil surat perjanjian yang sudah kusiapkan sejak kemarin dengan materai 10000. Diam-diam aku menyiapkan beberapa rencana, jadi bila rencana pertama gagal maka ada rencana cadangan yang lainnya. Mau bagaimana lagi, aku hanya bisa mengandalkan diri sendiri, semampuku, sebisaku.Mas Damar menatapku penuh tanya. Matanya memandang sebuah map yang kusodorkan padanya."Silakan tanda tangan disini, Mas," ujarku. "Ini apa sayang?" tanyanya. "Bukankah tadi katanya kamu mau melakukan apapun asal dalam batas kesanggupanmu?" jawabku sambil tersenyum. Mas Damar terdiam. Ia membaca lembaran surat perjanjian itu. Sesekali ia tampak menautkan alisnya."Bagaimana Ma

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-15

Bab terbaru

  • Perempuan Rahasia Suamiku   73. Satu nama tetap di hati (END)

    Aku menatap layar ponsel di aplikasi marketplace. Bersyukur tiada terkira melihat banyak sekali pesanan masuk hingga ribuan paket. Ya, sangat banyak, aku sampai kewalahan, padahal waktu itu hanya mengikuti promo diskon yang diselenggarakan aplikasi merketplace online tersebut. Tiada mengira akan sebanyak ini, bahkan sampai kehabisan stock dan harus ambil ke supplier itupun berkat bantuan Mas Ranu yang mengambil ke gudangnya langsung.Tetiba sebuah tangan meraih ponselku. Aku mendongak, melihat Mas Ranu tersenyum. Mengecup keningku dengan lembut.“Pesanan sebanyak ini, sudah waktunya kamu menambah karyawan lagi, Sayang. Biar kamu gak kecapekan gini.”Aku memandangnya sambil senyum, meregangkan tubuh sejenak karena sejak ba’da isya tadi berkutat dengan membungkus paket yang tiada habisnya. Bahkan Raffa dan Amanda, Mas Ranu lah yang menidurkannya. Biar pun dia hanya ayah sambungnya, tapi ia begitu baik dan menyayangi anak-anakku dengan tulus.“Coba lihat sudah jam berapa sekarang,” ujar

  • Perempuan Rahasia Suamiku   72. Perpisahan

    Pagi buta seusai salat subuh, aku segera pulang. Pintu dibuka setelah kuketuk berkali-kali. Rupanya Melinda yang membukakan pintu. "Oh ternyata kau sudah bangun, Mel," sapaku. Wanita itu tersenyum. "Ya, Mas."Dia tampak kaku saat memandang ke arahku. Gegas aku ke kamar mandi dan bebersih diri. Tiap pagi aku harus cari tambahan uang, jadi tukang ojek dadakan untuk memenuhi semua kebutuhan hidup keluarga, meski dapat satu sampai tiga penumpang sudah alhamdulillah, bisa buat beli bensin dan kuota data.Keluar dari kamar mandi kulihat ada ibu dan Melinda yang ada di dapur. Sepertinya hendak memasak."Damar, sebelum berangkat, kau sarapan dulu. Ini sama mie telor.""Iya, Bu."Ibu menghidangkan semangkuk mie plus telor di meja. Segera kusantap dengan lahap. Sedangkan Farah, belum bangun, pintu kamarnya masih tertutup rapat."Kamu kerja lagi, Mas?" tanyanya saat aku memakai jaket hitam dan hijau itu."Ya, seperti yang kau lihat. Paling sampai jam 9 pagi. Lumayan buat tambahan. Pagi-pagi b

  • Perempuan Rahasia Suamiku   71. Derita Melinda

    Part 70“Melindaaa ...! Tunggu, Mel!” teriakku.Aku berlari mengejarnya dan berhasil menarik tangan wanita yang berambut acak-acakan itu. Tetiba ia menangis sesenggukkan. Aku tak mampu mendengar ia bicara apa. Melihatnya seperti ini hatiku teriris begitu perih. Benarkah ini Melinda yang dulu begitu cantik dan selalu ingin tampil sempurna? Kenapa kondisinya jadi makin memprihatinkan seperti ini?“Mel, kenapa kamu jadi seperti ini?”Mendadak tubuhnya merosot ke tanah, bahunya berguncang. Ia menangis begitu pilu tapi tak mau menjawab pertanyaanku.“Mel, tinggal dimana kamu sekarang?”Dia menggeleng lagi. Dan hanya menangis. Aku menatapnya nanar. Baju yang begitu kumal, tanpa mengenakan alas kaki. Rambut yang berantakan karena jarang disisir lalu, kulit yang dulu putih mulus sudah berganti coklat dan penuh kotoran, pun aroma tubuh yang tidak sedap. Dia tak berani menatapku, mungkin karena malu. Aku menoleh ke kanan dan kiri, kendaraan bermmotor hanya sesekali lewat. Banyak sekali perta

  • Perempuan Rahasia Suamiku   70. Roda berputar

    Saat ini, aku hanya seorang pengangguran, uang kompensasi yang kuterima sebagian kuberikan pada ibu, dan sebagian lagi untuk peganganku, untuk bensin dan makan di luar serta kebutuhan mendadak yang lain. Alhamdulillah, setidaknya aku merasa lega saat Farah perlahan membaik. Ia tak lagi menjerit atau berteriak histeris seperti di kampung. Ia pun mulai mau diajak mengobrol.Surat lamaran pekerjaan sudah kulayangkan ke beberapa perusahaan, tapi belum ada kejelasan. Jadi aku melamar ke tempat pekerjaan lain. “Bu, hari ini aku mau lamar kerja.”“Melamar kerja dimana?”“Di Mall Bu, kata orang sedang butuh cleaning service.”“Kamu gak apa-apa kerja begituan?”“Iya, Bu. Aku tidak apa-apa. Akan kubuang gengsi ini jauh-jauh. Dari pada nganggur, yang penting dapat penghasilan untuk memenuhi hidup kita.”“Terima kasih ya, Nak. Kamu sudah berubah sekarang, semoga Allah meridhoimu.”“Aamiin, Bu. Keadaan yang membentuk kita jadi seperti ini ya, Bu.”Ibu mengangguk seraya tersenyum simpul. Kita dide

  • Perempuan Rahasia Suamiku   69. Karma tak semanis kurma

    Sudah lebih dari satu minggu aku di rumah. Panggilan kantor tak kugubris lagi. Ini dikarenakan Farah yang sering kumat, berteriak histeris bahkan tak segan menyakiti dirinya sendiri. Ibu sudah kewalahan, selalu menangis tanpa bisa berbuat apa-apa. Apalagi akhir-akhir ini Syifana pun sering sakit-sakitan, panas dan tak berhenti menangis. Mungkin dia pun merasa terganggu dengan teriakan Farah.“Farah! Jangan seperti ini, Dek! Jangan sakiti dirimu seperti ini, Dek!” pekikku seraya mengambil cutter di tangannya. Lalu kupeluk tubuhnya yang terguncang. Kubiarkan dia memukul-mukul tubuhku. Rasanya benar-benar perih. Sangat perih melihat adikku hancur. Aku benar-benar tak tega. Wajah cantiknya sudah tak karuan. Mata merah yang sembab, bahkan rambutnya yang berantakan sungguh membuatnya sangat miris. Sudah hilang keceriaan dan semangatnya untuk hidup gara-gara lelaki biadab. Andai kutahu siapa pria yang begitu tega membuat adikku sampai seperti ini, pasti sudah kuhabisi dia.“Dek, ini adalah

  • Perempuan Rahasia Suamiku   68. Bertemu Damar

    Tetiba sebuah sentuhan lembut di pundak membuyarkan pikiranku. "Ada apa, Sayang? Kamu kenapa? Kok di sini?" tanya suara seorang laki-laki yang kini mengisi hari-hari sepiku.Aku menoleh dan menatapnya yang tengah keheranan."Mas, tadi aku lihat Melinda.""Melinda istri mantan suamimu itu? Dimana? Apa dia menyakitimu lagi?""Ah tidak-tidak. Tapi aku sungguh tak percaya dengan keadaannya sekarang.""Maksudmu?""Dia kok kayak jadi gembel ya, Mas," jawabku heran."Gembel?""Iya, tadi dia ngorek-ngorek tong sampah, Mas, sepertinya cari makanan. Jadi aku beri saja kotak nasi. Eh setelah kulihat termyata dia Melinda, dia langsung lari."Mas Ranu masih diam memperhatikanku bicara. "Penampilannya juga lusuh, kumal banget, Mas. Kasihan kalau memang benar itu Melinda.""Kenapa kasihan?""Bukannya dia masih punya bayi.""Sayang, apa kau tidak ingat dulu pernah disakiti olehnya?" pertanyaan Mas Ranu seketika membungkam mulutku."Mungkin itu bentuk teguran dari Allah agar dia sadar dan bisa berta

  • Perempuan Rahasia Suamiku   67. Pelakor kena karma

    "Ada apa, Mas?""Ada yang mengacau di toko," sahutnya. "Mereka sepertinya komplotan, security dibuat babak belur, kaca toko dihancurkan, mungkin mereka juga mengambil isinya serta uang yang masih ada di brankas kasir."Dia menghela nafas dalam-dalam. "Rampok?"Mas Ranu mengangguk. "Tapi kau tenang saja ya, nanti akan kubereskan. Aku harus berangkat sekarang, mau cek ke lokasi dulu.""Mas mau langsung pergi?""Iya."Wajah lelaki itu tampak begitu tegang. Ia meraih kunci mobil yang tergeletak di atas meja serta jaket agar tubuhnya sedikit hangat. Aku mengantarnya sampai teras depan. "Sayang ...""Ya, Mas?""Tolong jangan beri tahu ibu m3ngenai hal ini, aku takut beliau drop lagi. Bilang saja aku ada urusan di Butik yang gak bisa ditinggal," ujar Mas Ranu kemudian."Iya, Mas.""Maaf ya.""Tidak apa-apa, Mas, semoga masalahnya cepat selesai ya, Mas.""Terima kasih, Wulan." Aku meraih punggung tangannya lalu menciumnya dengan takdzim. "Mas, hati-hati.""Iya, Sayang. Makasih ya. Kau tena

  • Perempuan Rahasia Suamiku   66. Hadiah istimewa

    “Aku mencintaimu, Wulan. Mari kita raih bahagia bersama,” ujarnya lembut.Aku mengangguk lagi, entah mulai dari mana bunga-bunga cinta ini hadir dalam hatiku. Saat bersamanya terasa begitu damai juga nyaman.Ting ting ting, denting suara notifikasi pesan WA membuyarkan kami. Aku menatap ponselku yang menyala dan berkedip-kedip sebagai tanda banyak pesan yang masuk.“Handphonemu bunyi, Wulan, coba dilihat dulu, mungkin ada yang penting,” ujar Mas Ranu. “Iya, Mas. Emmh aku sekalian mau ganti baju dulu,” jawabku kikuk. Mas Ranu mengangguk sambil tersenyum melihat salah tingkahku. Dia duduk di bibir ranjang sembari terus memperhatikanku.Aku membuka pesan yang dikirim oleh Naima. [Wulan, jangan lupa kado dariku dibuka dulu. Kadonya sudah kutaruh di dekat lampu tidur][Kau harus tampil cantik dan mempesona di hadapan suamimu][Semangat ya Wulan, semoga malam pertamamu dilalui dengan indah][Aku yakin, Mas Ranu takkan mungkin mengecewakanmu. Dia kalau sudah jatuh cinta, pasti bakalan cin

  • Perempuan Rahasia Suamiku   65. Malam Spesial

    Satu hari yang begitu istimewa, acara demi acara terlewati dengan baik. Aku tak menyangka, banyak tamu undangan yang pada hadir. Rasanya seperti mimpi, aku menikah lagi bahkan dibuatkan pesta semeriah ini. "Terima kasih ya sudah mau jadi istriku," ujarnya sambil tersenyum. Aku mengangguk. Tak lama Mas Ranu mengecup keningku dengan lembut. "Hari ini kita pulang ke rumah ya, ya menginaplah selama beberapa hari setelah itu terserah kamu mau tinggal dimana," ucapnya lagi."Iya, Mas."Malam harinya, setelah pernikahan selesai, kami langsung dibawa pulang ke rumah Mas Ranu. Selama jalannya acara, anak-anak juga tak menangis, mereka bersama Naima juga ibu."Ranu, Wulan, kalian istirahatlah. Raffa dan Amanda biar Bik Waroh yang mengurusnya," ujar ibu. Di sampingnya sudah berdiri wanita yang berumur 45 tahunan, tersenyum ke arah kami.Aku menghampiri Amanda yang masih digendong oleh Naima. Dia tengah tertidur pulas. Kuciumi sebentar gadis mungilku ini. Sementara Raffa tengah duduk di sofa,

DMCA.com Protection Status