Alera masih menunggu memandang wajah Leo dengan lamat, menyelami kedua mata Pria itu yang tampak heran.
" “apa maksudmu?, aku bahkan tidak pernah mencintai Fiona” Leonadric tidak pernah menyukai Fiona, meski dia memiliki paras yang lebih cantik dari Alera. Fiona selalu tampil totalitas dengan riasan tegas di wajahnya, menampilkan keanggunan yang di balut kesan mewah dan keangkuhan. Berbeda dengan Alera, wajahnya selalu terlihat segar dan lembut dengan riasan tipis dan sederhana. Karena itu juga memberi kesan yang berbeda saat Leo bertemu keduanya. Jawaban Leo membuat Alera lega, ternyata Pria itu tidak pernah menyukai Kakak tirinya itu. Pantas saja Alera bisa mendapat hati Leo dengan mudah. Dan itu berarti bukan Leo yang memberikan hadiah untuk Fiona, tapi siapa?. Leo mengerti dengan kekhawatiran Alera, buru-buru mengkonfirmasi ucapannya. “Ale, sepertinya dirimu salah paham. Maksudku, aku sedang membahas gaun pernikahan milikmu dengan Fiona” “benarkah?” jawab Alera semringah, “Lalu apa kata kak Fio?” tanyanya penasaran dan mendapat ekspresi kecut dari Leo. “dia meminta dirimu, memilih gaun yang cocok sendiri” ucap Leo, berusaha biasa saja agar Alera tidak sedih. Selama ini yang Leo tahu, Alera begitu baik dan menyayangi Fiona, dia tidak mau kekasihnya itu bersedih jika tahu Fiona menolak memberikan gaun yang mereka pesan sebelumnya. Tapi Leo tidak pernah tahu, bahwa gaun itu sangat berharga untuk Fiona, tidak mungkin Fiona mau memberikan gaunnya untuk Alera. “Tidak apa, Kak Fio sebenarnya peduli padaku, hanya saja ... aku sering membuat dia marah” ucap Alera menampilkan wajah sedih. “Tidak Ale, semua bukan salahmu. Jangan pikirkan lagi, aku akan menjemputmu nanti untuk ke butik” hibur Leo. Sontak wajah Alera kembali cerah, dan mengangguk senang. Dia tidak menyangka akhirnya keinginannya bersama Leo terwujud. Satu persatu, akan menjadi miliknya. Hanya menunggu sampai Agra muak dengan Fiona. Dan mewariskan semua kekayaan untuknya, dia akan menyingkirkan Fiona dengan mudah. “aku harus kembali ke kantor, bekerjalah dengan giat. Aku tahu kamu yang terbaik” ucap Leo lalu kembali melangkah meninggalkan Alera sendiri. Ketika punggung Leo menjauh, Alera ikut melangkah dengan tenang, dan bahagia. Bahkan dia sudah tidak lagi memikirkan barang yang memenuhi ruangan Fiona. Perusahaan ADN Group Di ruangan Presdir, Alexander tersenyum puas karena berhasil membuat Fiona senang hari ini. Damian tersenyum simpul di tempatnya berdiri, ini adalah sesuatu yang langkah, bahkan belum pernah terjadi. Melihat Xander kasmaran untuk pertama kali. Suasana hati yang bahagia, sepertinya akan memberikan kebahagiaan untuk yang lainnya juga. “Apa Anda menyukai ide saya Pak?” tanya Damian pura-pura bertanya, meski dia sudah tahu jawabannya adalah iya. Melihat wajah Xander yang begitu cerah, itu adalah pertanda baik. “tentu saja, kamu dapat bonus ekstra” jawab Xander cepat masih mempertahankan senyumnya. “terus buat dia senang, aku harus mendapatkan hatinya segera” lanjut Pria itu memberi perintah. Dia sudah lama menantikan ini, mendekati Hellena gadis pujaannya. Kesempatan mendekati Fiona semakin mudah sekarang meskipun dia harus merahasiakan identitasnya, karena Fiona tidak mengenali dia sama sekali. “untuk kerja sama dengan Lencana Group, mereka akan mengirim dua perwakilan pada anak perusahaan kita. Saya dengar ini untuk merebutkan posisi CEO pada perusahaan tersebut.” Alis Xander terangkat sebelah, tidak paham dengan maksud mereka. Apa Lencana Group sedang menguji calon CEO mereka. “posisi CEO sebelumnya adalah nona Hellena Fiona Atmika, tapi pak Agra menginginkan putri keduanya yang berada di posisi itu. Apa Bapak ingin saya melakukan sesuatu?” ucap Damian. Xander tampak berpikir, masih mencerna masalah apa yang sedang Fiona hadapi. Damian yang mengerti Bosnya itu sedang tertarik dengan putri Sulung Agra Dimantara, merasa yakin Xander pasti mempermudah urusan ini. Meskipun banyak rumor mengatakan Fiona memiliki sifat yang buruk dan arogan, tapi Damian tidak bisa ikut campur lebih banyak urusan hati Xander. “lakukan apa pun untuknya, tapi jangan sampai dia tahu aku membantunya” putus Xander, dia tahu Fiona gadis yang dominan. Masalah ini pasti sesuatu yang mengusik egonya, Xander tidak ingin Fiona kesal jika tahu ini atas ke pemihakan Xander padanya.Matahari mulai tenggelam, beberapa karyawan telah beranjak menyisakan kursi kosong, sorot lampu menyala dan mati silih berganti. Di dalam ruangannya Fiona masih begitu sibuk, dia harus mengerahkan semua kemampuannya. Ini bukan lagi hanya sekedar kerja sama, tapi posisi yang harus dia jaga.Bunyi denting dari dawai membuat layarnya hidup sesaat, mengusik pendengaran meminta di perhatikan. Punggung menyandar melepas penat, diraihnya benda pipih itu dan mendapati satu pesan dari Diontara.“Menjengkelkan” Fiona mendengus setelah membaca pesan tersebut. Tapi pada akhirnya dia menutup laptop dan beranjak. Buru-buru berjalan melewati lorong yang temaram, membuka lift dan menghilang setelah pintu beludru itu tertutup rapat, dengan angka yang terus bergerak mundur.Di luar gedung Xander menunggu dengan sabar di dalam kemudi, terus memperhatikan lobi yang masih menyala, dan beberapa sorot lampu di lantai atas masih hidup.Pesannya sudah di baca oleh Fiona, tapi dia tidak yakin apa Fiona setuju
Hellena Fiona Atmika putri tunggal dari pasangan Agra Dimantara dan Daisy Purnama. Agra Dimantara pria berusia 54 tahun, seorang Presdir di Lencana Group, istri pertamanya Daisy Purnama telah meninggal di usia 35 tahun. Agra menikah lagi dengan sekertarisnya, Feronika. Dan memiliki putri yang bernama Alera Pujiasmi Kirana yang terpaut 5 tahun dari Fiona.Genap di usia 26 tahun, angka yang berdiri tegak di atas kue tar bertumpuk dua dengan api masih berkobar di sumbu lilin. Sekali hempus angin, api berganti asap bertebaran. Suara riuh tepuk tangan, menggema di seisi ruangan yang di hadari berbagai orang dan kalangan, mengenakan baju terbaik mereka di acara ulang tahun Fiona.Fiona meraih pisau kue, dan mulai memberikan potongan pertama untuk Papanya, Agra Dimantara. Senyum lebar terbit dari keduanya, begitu pula dua wanita yang mengapit mereka. Terlihat sempurna, tapi sebenarnya tersimpan benci yang mendalam."Kak, ini hadiah dari aku" ucap Alera semangat, menyerahkan sekotak kado yang
Bukannya pulang Fiona malah pergi ke ruangan Bar dan Karaoke, entah sudah berapa gelas minuman yang dia teguk. Panas mulai menjalar pada tubuhnya, kepala berdenyut hebat saking pusingnya. Tapi Fiona tidak peduli, masih mengisi lagi gelasnya, meneguk hingga tandas. Ciera Adisty Gabriel, salah satu sahabat baik Fiona, segera membawa gadis itu pergi sebelum Fiona benar-benar tepar di sini. Melangkah berat menahan tubuh Fiona yang sempoyongan, membuat Ciera kesulitan. "Emm" gumam Fiona linglung. "Carikan aku Pria, Ciera!", ucap Fiona hampir saja terjatuh. "Kamu serius?" "Pesankan aku kamar!", ucap Fiona memberi kartu hitamnya pada seorang Pria yang baru saja lewat. Ciera menjadi tegang, dan mencoba meraih tangan Fiona dari Pria asing itu. "Fio, hentikan. Biar aku saja yang pesan" tapi Pria itu terlanjur pergi membawa kartu Fiona. "Eh!" Cegah Ciera tapi percuma Pria itu tidak peduli. "Dasar bodoh!, bagaimana jika Pria itu tidak baik Fiona" geram Ciera sebal. "Aku tidak peduli" Fi
Fiona sedang bersantai di ruang tamu, menunggu orang yang harusnya sudah tiba dari tadi. Gadis itu mengenakan pakaian kasual, mengetuk layar ponselnya. Siluet Pria terlihat memasuki rumah, Xander berjalan pelan mendekati Fiona. Dan memeluk Fiona dari belakang, sontak perlakuan Xander yang langsung menyentuh leher Fiona membuat gadis itu terkejut. "Eh", Fiona mengelak membuat Xander menjauh. "Kamu baru datang" ucap Fiona sebal. "Ikut aku sekarang!", perintah Fiona yang mendapat tatapan bingung dari Xander. "Kenapa kita keluar?" "Sudah ikut saja, nanti juga tahu" jawab Fiona ketus. Xander memasuki mobil Fiona, dan duduk di samping kemudi. "Biar aku saja yang menyetir" pinta Xander, ketika Fiona hendak memasang sling belt. "Tidak perlu" jawab Fiona acuh, dan mulai melajukan mobilnya. Setelah hampir tiga puluh menit berlalu, mobil tampak memasuki area rumah sakit, membuat Xander semakin bingung. "Kenapa kita ke sini?, siapa yang sakit?", pertanyaan Xander tidak mendapat jawaban, m
Fiona berjalan gegas dengan wajah sebal, dia tidak akan membiarkan Alera dengan mudah mengambil posisinya. Embusan napas kasar keluar begitu saja, kepala Fiona terasa akan meledak sekarang. Bibir Fiona berkedut, memendam emosi, Alera pasti sengaja meminta posisi itu pada Agra untuk menggantikan dia sebagai CEO. Wanita itu sangat licik di mata Fiona, sama seperti ibunya, Feronika. Fiona melihat barang-barangnya di bawah masuk oleh beberapa orang suruhan Agra ke dalam ruangan manager pemasaran, langkah kaki berjalan tenang dengan wajah datar menghampiri mereka. “Yang benar saja, dia memindahkan aku ke sini!!” meski terlonjak mendengar suara melengking Fiona, mereka tetap melanjutkan tugasnya. “Pak Yandra, jelaskan semua ini” ucap Fiona penuh penekanan pada Pria yang menjadi asisten Agra. “Nona, Pak Agra meminta Anda tetap di sini sampai beliau memberi keputusan” Papar Yandra lalu pergi. Sirat mata Fiona penuh amarah yang tertahan, menerawang apa yang akan terjadi selanjutnya.
Alera membelak mendengar ucapan Fiona, langkah kaki Fiona yang semakin mendekat, membuat dia gugup dan tanpa sadar kakinya mundur perlahan. "maksud Kakak apa?, kenapa berbicara seperti itu?" kaki Alera berhenti bergerak, badannya terpaku, menangkap sirat mata Fiona yang tampak tenang tapi menghawatirkan. "kamu mau apa?" ucap Alera lagi, lebih tenang. dua tangan Fiona terangkat, menyentuh kedua bahu Alera hingga terguncang. Alera menutup mata, merasakan cengkeraman pada bahunya. mata Alera kembali terbuka, bersitatap dengan Fiona yang malah tersenyum simpul. "kamu takut Ale?" Fiona melepas tangannya dari bahu Alera kemudian berbalik berjalan mendekati meja, meraba kelopak bunga mawar. "aku pikir kamu sudah biasa" Fiona menoleh melihat wajah Alera yang tampak tegar, dan biasa saja. "bukankah, aku sudah sering melakukannya?, lalu kamu akan menangis meminta pertolongan, merengek, itu kan caramu menghadapi masalah, Ale" dari sudut mata Fiona terlihat wajah Alera biasa saja dan ta
Matahari mulai tenggelam, beberapa karyawan telah beranjak menyisakan kursi kosong, sorot lampu menyala dan mati silih berganti. Di dalam ruangannya Fiona masih begitu sibuk, dia harus mengerahkan semua kemampuannya. Ini bukan lagi hanya sekedar kerja sama, tapi posisi yang harus dia jaga.Bunyi denting dari dawai membuat layarnya hidup sesaat, mengusik pendengaran meminta di perhatikan. Punggung menyandar melepas penat, diraihnya benda pipih itu dan mendapati satu pesan dari Diontara.“Menjengkelkan” Fiona mendengus setelah membaca pesan tersebut. Tapi pada akhirnya dia menutup laptop dan beranjak. Buru-buru berjalan melewati lorong yang temaram, membuka lift dan menghilang setelah pintu beludru itu tertutup rapat, dengan angka yang terus bergerak mundur.Di luar gedung Xander menunggu dengan sabar di dalam kemudi, terus memperhatikan lobi yang masih menyala, dan beberapa sorot lampu di lantai atas masih hidup.Pesannya sudah di baca oleh Fiona, tapi dia tidak yakin apa Fiona setuju
Alera masih menunggu memandang wajah Leo dengan lamat, menyelami kedua mata Pria itu yang tampak heran. " “apa maksudmu?, aku bahkan tidak pernah mencintai Fiona” Leonadric tidak pernah menyukai Fiona, meski dia memiliki paras yang lebih cantik dari Alera. Fiona selalu tampil totalitas dengan riasan tegas di wajahnya, menampilkan keanggunan yang di balut kesan mewah dan keangkuhan. Berbeda dengan Alera, wajahnya selalu terlihat segar dan lembut dengan riasan tipis dan sederhana. Karena itu juga memberi kesan yang berbeda saat Leo bertemu keduanya. Jawaban Leo membuat Alera lega, ternyata Pria itu tidak pernah menyukai Kakak tirinya itu. Pantas saja Alera bisa mendapat hati Leo dengan mudah. Dan itu berarti bukan Leo yang memberikan hadiah untuk Fiona, tapi siapa?. Leo mengerti dengan kekhawatiran Alera, buru-buru mengkonfirmasi ucapannya. “Ale, sepertinya dirimu salah paham. Maksudku, aku sedang membahas gaun pernikahan milikmu dengan Fiona” “benarkah?” jawab Alera semrin
Alera membelak mendengar ucapan Fiona, langkah kaki Fiona yang semakin mendekat, membuat dia gugup dan tanpa sadar kakinya mundur perlahan. "maksud Kakak apa?, kenapa berbicara seperti itu?" kaki Alera berhenti bergerak, badannya terpaku, menangkap sirat mata Fiona yang tampak tenang tapi menghawatirkan. "kamu mau apa?" ucap Alera lagi, lebih tenang. dua tangan Fiona terangkat, menyentuh kedua bahu Alera hingga terguncang. Alera menutup mata, merasakan cengkeraman pada bahunya. mata Alera kembali terbuka, bersitatap dengan Fiona yang malah tersenyum simpul. "kamu takut Ale?" Fiona melepas tangannya dari bahu Alera kemudian berbalik berjalan mendekati meja, meraba kelopak bunga mawar. "aku pikir kamu sudah biasa" Fiona menoleh melihat wajah Alera yang tampak tegar, dan biasa saja. "bukankah, aku sudah sering melakukannya?, lalu kamu akan menangis meminta pertolongan, merengek, itu kan caramu menghadapi masalah, Ale" dari sudut mata Fiona terlihat wajah Alera biasa saja dan ta
Fiona berjalan gegas dengan wajah sebal, dia tidak akan membiarkan Alera dengan mudah mengambil posisinya. Embusan napas kasar keluar begitu saja, kepala Fiona terasa akan meledak sekarang. Bibir Fiona berkedut, memendam emosi, Alera pasti sengaja meminta posisi itu pada Agra untuk menggantikan dia sebagai CEO. Wanita itu sangat licik di mata Fiona, sama seperti ibunya, Feronika. Fiona melihat barang-barangnya di bawah masuk oleh beberapa orang suruhan Agra ke dalam ruangan manager pemasaran, langkah kaki berjalan tenang dengan wajah datar menghampiri mereka. “Yang benar saja, dia memindahkan aku ke sini!!” meski terlonjak mendengar suara melengking Fiona, mereka tetap melanjutkan tugasnya. “Pak Yandra, jelaskan semua ini” ucap Fiona penuh penekanan pada Pria yang menjadi asisten Agra. “Nona, Pak Agra meminta Anda tetap di sini sampai beliau memberi keputusan” Papar Yandra lalu pergi. Sirat mata Fiona penuh amarah yang tertahan, menerawang apa yang akan terjadi selanjutnya.
Fiona sedang bersantai di ruang tamu, menunggu orang yang harusnya sudah tiba dari tadi. Gadis itu mengenakan pakaian kasual, mengetuk layar ponselnya. Siluet Pria terlihat memasuki rumah, Xander berjalan pelan mendekati Fiona. Dan memeluk Fiona dari belakang, sontak perlakuan Xander yang langsung menyentuh leher Fiona membuat gadis itu terkejut. "Eh", Fiona mengelak membuat Xander menjauh. "Kamu baru datang" ucap Fiona sebal. "Ikut aku sekarang!", perintah Fiona yang mendapat tatapan bingung dari Xander. "Kenapa kita keluar?" "Sudah ikut saja, nanti juga tahu" jawab Fiona ketus. Xander memasuki mobil Fiona, dan duduk di samping kemudi. "Biar aku saja yang menyetir" pinta Xander, ketika Fiona hendak memasang sling belt. "Tidak perlu" jawab Fiona acuh, dan mulai melajukan mobilnya. Setelah hampir tiga puluh menit berlalu, mobil tampak memasuki area rumah sakit, membuat Xander semakin bingung. "Kenapa kita ke sini?, siapa yang sakit?", pertanyaan Xander tidak mendapat jawaban, m
Bukannya pulang Fiona malah pergi ke ruangan Bar dan Karaoke, entah sudah berapa gelas minuman yang dia teguk. Panas mulai menjalar pada tubuhnya, kepala berdenyut hebat saking pusingnya. Tapi Fiona tidak peduli, masih mengisi lagi gelasnya, meneguk hingga tandas. Ciera Adisty Gabriel, salah satu sahabat baik Fiona, segera membawa gadis itu pergi sebelum Fiona benar-benar tepar di sini. Melangkah berat menahan tubuh Fiona yang sempoyongan, membuat Ciera kesulitan. "Emm" gumam Fiona linglung. "Carikan aku Pria, Ciera!", ucap Fiona hampir saja terjatuh. "Kamu serius?" "Pesankan aku kamar!", ucap Fiona memberi kartu hitamnya pada seorang Pria yang baru saja lewat. Ciera menjadi tegang, dan mencoba meraih tangan Fiona dari Pria asing itu. "Fio, hentikan. Biar aku saja yang pesan" tapi Pria itu terlanjur pergi membawa kartu Fiona. "Eh!" Cegah Ciera tapi percuma Pria itu tidak peduli. "Dasar bodoh!, bagaimana jika Pria itu tidak baik Fiona" geram Ciera sebal. "Aku tidak peduli" Fi
Hellena Fiona Atmika putri tunggal dari pasangan Agra Dimantara dan Daisy Purnama. Agra Dimantara pria berusia 54 tahun, seorang Presdir di Lencana Group, istri pertamanya Daisy Purnama telah meninggal di usia 35 tahun. Agra menikah lagi dengan sekertarisnya, Feronika. Dan memiliki putri yang bernama Alera Pujiasmi Kirana yang terpaut 5 tahun dari Fiona.Genap di usia 26 tahun, angka yang berdiri tegak di atas kue tar bertumpuk dua dengan api masih berkobar di sumbu lilin. Sekali hempus angin, api berganti asap bertebaran. Suara riuh tepuk tangan, menggema di seisi ruangan yang di hadari berbagai orang dan kalangan, mengenakan baju terbaik mereka di acara ulang tahun Fiona.Fiona meraih pisau kue, dan mulai memberikan potongan pertama untuk Papanya, Agra Dimantara. Senyum lebar terbit dari keduanya, begitu pula dua wanita yang mengapit mereka. Terlihat sempurna, tapi sebenarnya tersimpan benci yang mendalam."Kak, ini hadiah dari aku" ucap Alera semangat, menyerahkan sekotak kado yang