Beranda / Rumah Tangga / Perempuan Gila / 1. Telepon berdering

Share

Perempuan Gila
Perempuan Gila
Penulis: La Violetta

1. Telepon berdering

Penulis: La Violetta
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-29 13:31:16

Bau ceri menyeruak dalam ruangan. Sekali lagi, wanita itu menyemprotkan parfum di tengkuknya. Lipstik merah hati begitu cocok di bibirnya yang lebar menunjukkan deretan gigi putih mempesona. 

"Ini pernikahan sempurna, dengan malam sempurna, dengan pasangan sempurna." Kalimat itu sudah disiapkan Emily untuk memulai malam pertamanya bersama Mike, pria yang baru saja resmi menjadi suaminya. 

Setelah memastikan semuanya sempurna, Emi menyalakan lilin aroma mawar dan mematikan daya ponselnya, saat bersamaan, dari seberang ranjang, ponsel suaminya berbunyi untuk ketiga kalinya.

"Astaga! yang benar saja!" gerutu Emi kesal sambil melangkah besar menuju kamar mandi. 

"Mike!" Emi menggedor di balik pintu. 

"Mike!!" teriak Emi lebih keras.

Semuanya seperti dejavu. Jawaban yang didapat hanya suara gemercik air yang bercampur dengan senandung lirik The Beatles yang sumbang. 

"Idiot!" decak Emi. 

Emi mengecek ponsel yang masih bergetar di atas nakas. Masih pemanggil yang sama. 

Wanita usia 26 tahun itu berjanji pada dirinya sendiri, akan menjadi istri yang menghargai privasi. Tapi kali ini, bagaimana jika panggilan penting?

Emily menggigiti kukunya gelisah, dan, perlahan jari jempolnya dengan ragu menekan tombol hijau di layar. 

Panggilan itu tersambung; Emi menunggu tanpa suara. 

"Mike!" Suara wanita muncul dari ujung ponsel. 

"Bayinya sudah lahir! Bayi kita sudah lahir!"

Hening.

Dan... Blip. Emi mematikan sambungan.

Tubuh Emi seketika ambruk ke atas ranjang, otaknya berusaha mencerna apa yang baru saja didengar. 

"Bayi kita?!" jerit Emi dalam hatinya.

Bagaimana mungkin ini bisa terjadi di malam pertamanya? berapa lama Mike berselingkuh? jika Emi memilih bercerai maka reputasi dan karirnya akan hancur!

Pikiran Emi berkecamuk malam itu.

Pernikahan Mike dan Emi dilakukan untuk mempererat kerja sama antar perusahaan orangtua mereka, itulah mengapa wanita itu menjadi dilema. Hari ini harusnya menjadi hari bersejarah, karena semua orang merayakannya.

'Emi si Peri Donasi dari PT.Echo resmi menikah dengan putra bungsu Techno! ' Judul salah satu majalah daring wanita yang Emi baca sore ini.

"Aku harus tenang, aku harus berhati-hati mengambil tindakan..." ucap Emi pada dirinya berulang-ulang.

Suara gemercik air berhenti, menandakan Mike sudah selesai mandi. Emi mengambil napas panjang dan menaruh kembali ponsel ke atas nakas, seolah tidak terjadi apapun. 

"Akhirnya, selesai juga," ucap pria dengan seutas handuk terlilit di pinggang, tersenyum lega, "Maaf aku membuatmu menunggu, Emily."

Emi yang tadinya duduk bersila di atas ranjang, segera menarik selimut, dan berpura pura hendak tidur.

Mike melirik ke arah jam dinding. Jam 12.45. 

"Seharusnya kau tidak menungguku lama-lama." 

Mike merayap ke atas ranjang, memeluk istrinya dari belakang, Emi bisa mencium aroma sabun dari tubuh Mike. 

"Emi, kau tahu apa yang harus kau lakukan, bukan?" bisiknya menelusup ke sela leher Emi.  

Emi berbalik menghadap Mike, menangkap dada bidang yang menaungi kepalanya. Segar dan basah. 

"Lebih baik keringkan dulu tubuhmu, Mike," ucap Emi lembut. 

Seolah tak mengindahkan perkataan istrinya, Mike menangkap pipi Emi dan mencium bibirnya dengan bibir miliknya yang menggigil. 

"Dasar pria bajingan!" batin Emi mengutuk, "Selingkuhanmu melahirkan dan hidup istrimu hancur, dengan santainya dia menggoda dan bersenandung saat mandi."

Mike menyingkap selimut yang menutupi tubuh istrinya, menampilkan lingerie merah dengan model kimono. Tersenyum tipis, lalu menarik tali yang akan membuat tubuh Emi telanjang bulat. 

Emi mendorong tubuh Mike secepat kilat, dan melipatkan lengannya di dada. 

"Musim hujan Desember mengguyur pohon cendana," ucap Emi tiba-tiba. 

Mike terkekeh menangkup wajahnya frustasi dan berkata, "Oh, tidak, jangan kuis lagi!" sergahnya diselingi tawa.

Emi menatap Mike layaknya dosen penguji dengan ekspresi  "Ayo, jawab!"

Oke. Ini pertanyaan mudah. Mike menyipitkan matanya seolah berfikir, lalu sedetik kemudian, dengan tenang pria itu menjawab, "Tentu saja, saat ciuman pertama kita."

Emi mengangguk setuju namun memberi kesan meremehkan. Dan, sebelum Emi hendak membuka mulutnya—hap—Mike dengan cekikikan membekamnya dengan kuat. 

"Berhenti-berhenti-" protes Mike sementara tangannya bergulat melawan Emi yang berontak, "Aku tahu kamu akan memberi yang sulit selanjutnya!"

"Tidak!" bantah Emi kala mulutnya terbebas. 

"Ya! kamu selalu seperti itu. Jika aku menjawab pertanyaanmu dengan mudah, maka selanjutnya pasti dibuat susah!" Mike memberenggut seperti anak kecil, membuat Emi dan Mike sendiri tertawa malu. 

Drrrt. Bunyi ponsel Mike membuat aktivitas mereka terhenti. 

"Hampir saja, terbawa suasana," gumam Emi. 

Mike meraih ponselnya yang tergeletak di atas nakas, bergeming memandangi layar persegi panjang di tangannya. 

"Siapa?" tanya Emi, walau sudah tahu pasti jawabannya. 

"Sekretarisku," sahut suaminya gelisah, "Aku harus pergi sebentar."

Emi memasang wajah datar. Mike melangkah menuju almari mengambil setelan kaus dan celana katun. 

"Memangnya sangat genting?" Emi bertanya sembari membaringkan tubuhnya miring, menonjolkan paha dan pinggulnya yang indah. 

Tidak ada jawaban. 

"Mike! Sayang, ayolah, dia hanya sekretaris tapi kamu seorang bos!" cecar Emi membuat kedua alisnya berkerut.

"Kamu punya kuasa untuk bilang 'tidak!', 'jangan sekarang!', atau, mungkin seharusnya kamu mulai memberi batasan dan beritahu dia bahwa tidak sopan menelepon di luar jam kerja!"

"Terlebih, jika dia sekretarismu, pasti tahu, ini malam pertama kau dan aku." Kalimat terakhir Emi diucapkan dengan nada dingin. 

Mike menghela nafas menanggapi celotehan istrinya. "Terkadang, ada beberapa pekerjaan yang tidak mengenal waktu dan harus segera diselesaikan, Emi," jelas Mike menusuk. 

"Sialan!" decak Emi dalam hati. 

Emi berdeham dan beranjak turun dari ranjang. "Serius, Mike?" cetus Emi menarik tali lingerie yang membalutnya dan melemparkannya ke lantai, berdiri dengan tubuh seksinya tanpa sehelai kain pun. 

Mike mematung memandangi istrinya yang tampak seperti Aphrodite—tangannya masih menenteng sepatu yang hendak dipakainya—Pria itu seolah terhipnotis dan langsung berjalan menuju wanitanya.

"Tipikal!" batin Emi mencemooh saat berhasil meluluhkan Mike.

 

Malam itu berlangsung sesuai keinginannya, meski Emi tidak menikmatinya samasekali. Pikirannya hanya terfokus pada satu nama dalam kontak Mike.

"Laura, aku akan menemukanmu!"

Komen (2)
goodnovel comment avatar
ratih 174
ceritanya bikin penasaran
goodnovel comment avatar
ratih 174
awalan yang bagus!!!!
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Perempuan Gila   2. Lihat saja, Mike!

    Emi dan suaminya berdiri di bawah kanopi depan rumahnya, tubuh wanita itu menggigil dengan syal menyelimuti pundak runcingnya saat mengantar suaminya yang hendak pergi bekerja pagi itu. "Maafkan aku, Emi." Telapak tangan Mike yang lebar menangkup kedua pipi istrinya, "Seharusnya aku mengambil cuti—ya, aku juga ingin cuti," katanya pada diri sendiri."Tapi aku banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Aku harap kamu mengerti.""Alasan! bilang saja, hari ini aku akan pulang larut malam karena selingkuhanku akan membutuhkanku sepanjang hari!" batin Emi menimpali. "Tenang saja, aku juga ada jadwal temu hari ini," jawab Emi santai. Dengan senyum ciri khas Mike yang kaku, "Ah, aku selalu merasa keren sekaligus takut memiliki istri seorang terapis," imbuhnya. "Mengapa harus takut?" tanya Emi heran. "Karena bisa membaca pikiran?" jawab Mike dengan gelagat sok misterius."Itu namanya cenayang!" Emi terkekeh dan mendaratkan tinju kecilnya di dada Mike yang bidang."Sudah cepat pergi, nanti

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-29
  • Perempuan Gila   3. Rencana

    Udara dingin menusuk ke sela paru-paru, lampu taman masih menyala dan bulan yang pucat masih tersisa di bentangan langit yang gelap. Kesunyian pagi buta itu dipecahkan dengan suara dentingan perkakas dapur. Emi berdiri di sana, di depan kompor elektriknya, dengan tangan yang begitu sibuk mengoyak wajan yang mendesis, sementara hatinya terus cemas mempertanyakan "Apakah masker matanya berguna?" Setiap kali air matanya jatuh, Emi akan langsung mengusapnya dengan cepat, melatih kembali bibirnya untuk mendapatkan senyum lebar yang sempurna. "Istri sempurna tidak pernah marah, istri sempurna tidak cerewet, istri sempurna pengertian, istri sempurna tidak merajuk..." Kalimat demi kalimat itu terus berjatuhan dalam lubuknya, seolah kata-kata itu adalah plester yang mampu menutupi seribu kebohongan di hati Emi. "Emi!" sayup-sayup suara suaminya terdengar dari lantai atas. "Emi!" Pria itu terus memanggil hingga suara itu makin terdengar jelas saat langkah kaki menggema menuruni tangga

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-29
  • Perempuan Gila   4. Tidurlah Suamiku

    "Aku menyiapkan makan malam istimewa hari ini," ucap Emi antusias saat menyambut kepulangan suaminya di ambang pintu."Makan malam istimewa?" tanya Mike penasaran.Emi mengangguk seraya meraih tas kantor dan jas suaminya saat mereka berdua melangkah masuk ke ruang tengah. Mike menatap jam dinding, "Aku pulang tepat waktu, kan hari ini?" ujarnya dengan tersenyum bangga seperti anak SD yang meminta pujian ibunya. Emi tersenyum gemas, "Terima kasih sudah pulang tepat waktu, Suamiku," ucapnya mengusap bahu Mike dengan suara keibuan. Mike menghentikan langkahnya saat melewati ruang makan."Wah...!" Pria itu terperangah menatap meja makan yang dipenuhi dengan berbagai masakan favoritnya. "Serius, Emi?" seru Mike seraya berjalan menghampiri meja berukuran besar itu. "Kapan kamu masak semua ini?" tanya Mike tampak semangat membuat Emi tak bisa berhenti tersenyum. "Sepertinya ini berbeda dengan menu yang kamu masak pagi tadi, kan?" tanya pria itu seketika menganalisis setiap menu yang tert

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-29
  • Perempuan Gila   5. Pesan Palsu

    "Emi?" panggil pria itu. Emi mematung saat mendengar suara Mike berada tepat di belakangnya. Napasnya tertahan dan kedua tangannya terasa kebas. "Ya... Mike," jawab Emi berusaha menenangkan suaranya yang bergetar. Kepalanya menunduk memastikan aplikasi penyadap itu berhasil terinstal. Sementara tangan kanannya menggenggam ponsel Mike di dekapannya, Emi menyembunyikan ponsel miliknya di sela-sela pakaian kotor. Jari jempolnya bergerak cepat menghapus riwayat pengiriman di ponsel Mike yang berada tepat di bawah dadanya. Mendengar derap langkah kaki Mike yang mendekat, Emi langsung berdiri dan berbalik ke arahnya. "Aku menemukan ponselmu," ucap wanita itu sontak membuat kedua alis Mike berkerut bingung. "Aku terbangun dari tidur karena haus, dan aku tidak melihat ponselmu di atas nakas jadi..." jelasnya menggantung, sementara Mike masih menatapnya meminta penjelasan lebih. "Aku langsung berpikir—pasti kamu lupa! lihat!" serunya sambil mengasongkan ponsel itu pada pemiliknya. "Batera

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-29
  • Perempuan Gila   6. Pertemuan Pertama

    Emi terseyum getir, mematung di ambang pintu ketika suaminya kembali pergi tanpa berbalik sekalipun.Perasaan Emi terluka, mengingat sebelumnya ia tak pernah diabaikan seperti ini oleh Mike. Atau mungkin, selama ini Mike hanya berpura-pura untuk menyanjung hati Emi, agar perjodohan mereka dapat berjalan lancar."Lakukan sesukamu, Mike. Karena setelah rencanaku berhasil, kamu bahkan tak akan bisa mengatakan 'tidak' padaku." batin Emi mantap. . . . Menjalankan rencananya untuk menjebak dan menemui selingkuhan Mike secara langsung. Emi memutuskan untuk datang lebih awal.Keberadaannya begitu ganjil di tengah orang-orang yang tengah bersantai di taman Acradia pagi hari itu. Tampilan sederhananya tak mampu menutupi kemewahan status yang dimilikinya.Emi duduk di kursi taman yang menghadap ke tempat bermain anak-anak. Mengamati sekelilingnya di balik kacamata hitam yang bertengger di telinganya dengan elegan. Tawa riang para bocah terdengar ringan di tengah kesibukan hari kerja, seolah

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-23
  • Perempuan Gila   7. Panti asuhan Joy's House

    Delapan tahun yang lalu. "Sstt... Laura! Heh!" bisik Tita, gadis remaja bertubuh gempal yang tengah bersungut-sungut selagi kepalanya terus melongok ke luar jendela."Kamu bisa lebih cepat sedikit tidak, sih? Bunda Rin nanti terburu datang!" Bibir dan kedua alis Tita berkerut tidak sabar, sementara tangannya menujuk-nunjuk bagian lantai yang masih kotor. Laura berusaha mengepel lantai lebih cepat, keringat mengucur di pelipisnya."Sabar... sebentar lagi semua ini akan berakhir," batin Laura saat seniornya berlaku semena-mena padanya. Semenjak kedua orangtuanya meninggal dunia akibat kecelakaan, Laura yang masih berusia 10 tahun dan tanpa mengenal sanak saudara, ditempatkan di panti asuhan oleh Departemen Sosial. Semulanya semua berjalan baik-baik saja, hingga pada saat Laura menginjak usia dua belas tahun. "Usia ke dua belas tahun adalah kutukan!"Begitulah yang dikatakan anak-anak di panti asuhan Joy's House.Semua anak akan gelisah bahkan menangis menjelang usia 12 tahun, bahwa

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-25
  • Perempuan Gila   8. Kalung berlian (Joy's House)

    "Ada yang mengunci anak saya di kamar mandi!" ucap seorang wanita dengan histeris.Semua terkesiap, menengok ke arah sumber suara. Lalu Bunda Rin dari barisan depan dengan sigap menghampiri wanita itu dan membawanya keluar dari barisan penonton. Wanita itu diberikan tempat duduk di halaman panggung agar lebih leluasa bergerak. Kemudian Bunda Rin mencoba menenangkannya. Namun dengan segera, wanita itu mendongkak, matanya melebar kala melihat anak perempuannya kembali. Dengan tergopoh-gopoh anak itu berteriak, "Mami! Papi bilang kalung Adek hilang!" Napasnya tersenggal-senggal, tak kuasa untuk segera menyampaikan berita pada ibunya. Suaminya muncul dari ambang pintu disusul oleh kepala sekolah, pak Nichols dan anak-anak lain yang juga merupakan putra-putri para tamu.Pria itu menggendong anaknya. Balita usia kisaran 7 tahun, yang juga merupakan adik dari si anak perempuan itu."Ya Tuhanku!! " si ibu langsung memeluk bocah dari pangkuan suaminya, yang kini tampak mengigil dibalik sel

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-27
  • Perempuan Gila   9. Hilang harapan

    "Dan di situlah, sejak saat itu, setiap kali tuan Alan berkunjung, Mike selalu ikut. Lalu... Mike menjadi lebih sering datang ke panti asuhan, bahkan tanpa ayahnya," ucap Laura sembari sibuk menyusui bayinya yang masih merah itu. "Lalu bagaimana kalian bisa jadi saling kenal?" tanya Emi, saat matanya menatap dingin pada bayi yang Emi harap tidak akan ada mirip-miripnya dengan Mike. Laura bahkan tak menyadari betapa murkanya Emi saat ini, dengan wajah merona yang malu-malu. Seolah dia seorang remaja yang tengah pubertas, gadis itu bercerita, "Entahlah... semuanya berjalan begitu saja. Memang, awalnya aku membencinya, mengingat dia tak mau membantuku waktu itu.Tapi aku pikir, karena dia sering membantuku saat dirundung oleh para senior, kami berdua jadi lebih akrab."Melihat Laura bertingkah seperti itu, membuat Emi menyeringai jijik. Pasti gadis itu pikir, Mike adalah pangeran berkuda putih. "Sadarkah kamu, bisa saja Mike melakukan itu karena rasa bersalahnya," ucap Emi yang bahkan

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-30

Bab terbaru

  • Perempuan Gila   13. Kembali

    Di pagi buta, Emi terhenyak dari mimpinya saat mendengar suara mesin mobil masuk ke pekarangan rumah. Matanya wanita itu sembap akibat menangis semalaman, begitu terasa sangat lengket dan berat. Emi bahkan tidak tidur dengan layak semalam. Meringkuk di atas sofa di ruang tengah, dengan laptop yang masih terbuka di atas meja, bekas ia memantau Mike melalui spyware semalam. Tentu saja, Emi tahu di mana Mike bermalam dan itulah mengapa wanita itu terbangun dengan sangat murka bak singa yang siap untuk mengaum. Pintu terbuka. Udara dingin dari luar ikut menyeruak ke dalam permukaan rumah. Pria berperawakan tinggi besar masuk dengan jas menjumpai di bahunya yang lebar. Dengan reflek Emi menutup laptopnya seraya berdiri dengan wajah berang, menyambut kembalinya sang suami yang bermalam bersama wanita simpanan yang lebih muda. Mike tersentak melihat sosok Emi yang berdiri di ruang tengah, dengan rambut berantakan serta wajahnya yang merah dan sembap. Tentu saja, itu adalah sosok yang ber

  • Perempuan Gila   12. Hujan di luar Apartemen

    Mike pergi dengan hati yang kesal. Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Pikiran dan perasaannya campur aduk antara marah dan merasa bersalah.Andai saja, yang dinikahinya adalah Laura. Andai Emi adalah Laura, Mike tak akan perlu berdebat hanya karena ibunya ingin punya cucu, pasti semuanya akan mudah. Dan bahagia. Mike menginjak gas, menaikan kecepatan mobilnya yang melaju di tengah kegelapan malam, hujan mulai turun mengguyur kota yang tidak pernah tidur itu. Tangan pria itu mencengkram kemudi dengan kencang, menampakkan otot-otot yang mencuat begitu tegang dan kuat. Menggertakan giginya kesal dengan alis hitamnya yang bertaut dan menukik di atas mata tajamnya yang berusaha fokus ke jalan. Mobilnya melaju kencang di tengah hujan yang makin deras dan kemudian, setelah beberapa menit, menepi di depan apartemen mewah yang berada di sekitaran taman Arcadia.Pria bertubuh gagah itu turun dari mobilnya, dan dengan segera berlari kecil ke arah apartemen. Cipratan hujan membasah

  • Perempuan Gila   11. Menolak Hamil

    Begitu hening dan canggung, masing-masing tenggelam pada pikirannya sendiri. "Bagaimana? kamu mau mengabulkan keinginan Ibuku?" tanya Mike memecahkan keheningan. "Tidak mau!" jawab Emi ketus, membuat Mike langsung menghentikan mobilnya dengan kasar. Ditengoknya Emi dengan tatapan heran, tak percaya dengan apa yang baru didengarnya, tak puas dengan jawaban istrinya yang langsung menolak tanpa pikir panjang. "Bilang apa kamu tadi?" tanya Mike dengan nada tenang, yang justru menambah kesan betapa geramnya pria itu saat ini. Emi memalingkan pandangannya ke luar kaca mobil, dengan posisi kepala yang setengah menempel bersandar. Ada ekspresi kesal sekaligus sedih dalam raut wajah wanita itu. Mike mendengus kesal melihat istrinya yang diam saja dan tak menanggapinya. "Apa maksudmu bilang 'tidak mau', Emi?!" bentak pria itu seraya mengepalkan tangannya di atas setir, menahan amarahnya. Emi masih terdiam dengan mata yang berkaca-kaca. Betapa wanita itu sakit hati mengingat sesuatu yang

  • Perempuan Gila   10. Permintaan Ibu Mertua

    "Mike, Ibu masuk rumah sakit!" Pria yang tengah memimpin meeting pada sore itu langsung berlari keluar ruangan, saat kakak perempuannya menelponnya, memberitahukan bahwa Maria, ibunya, dilarikan ke rumah sakit. "Aku segera ke sana!" jawab Mike yang langsung memutuskan sambungan tersebut dan bergegas menuju basement untuk mengambil mobilnya. Di perjalanan, Mike menyetir dengan perasaan gelisah tak karuan. Sudah empat tahun lebih ibunya berjuang melawan kanker payudara, yang sayangnya, tak sedikitpun Mike melihat perkembangan yang baik dari hasil kemoterapi yang selama ini disarankan oleh dokter. Diam-diam Mike juga mencari tahu berapa lama kisaran penyintas kanker payudara bisa bertahan. 5 tahun. Dan itu membuat Mike gelisah akhir-akhir ini, mengingat ini sudah tahun ke-empat sejak ibunya di diagnosis kanker. "Ck! ayolah, angkat Emi!" decak Mike kesal saat berusaha menghubungi istrinya, sementara tangan yang satunya mengendalikan kemudi. Emi yang tak kunjung mengangkat panggilanny

  • Perempuan Gila   9. Hilang harapan

    "Dan di situlah, sejak saat itu, setiap kali tuan Alan berkunjung, Mike selalu ikut. Lalu... Mike menjadi lebih sering datang ke panti asuhan, bahkan tanpa ayahnya," ucap Laura sembari sibuk menyusui bayinya yang masih merah itu. "Lalu bagaimana kalian bisa jadi saling kenal?" tanya Emi, saat matanya menatap dingin pada bayi yang Emi harap tidak akan ada mirip-miripnya dengan Mike. Laura bahkan tak menyadari betapa murkanya Emi saat ini, dengan wajah merona yang malu-malu. Seolah dia seorang remaja yang tengah pubertas, gadis itu bercerita, "Entahlah... semuanya berjalan begitu saja. Memang, awalnya aku membencinya, mengingat dia tak mau membantuku waktu itu.Tapi aku pikir, karena dia sering membantuku saat dirundung oleh para senior, kami berdua jadi lebih akrab."Melihat Laura bertingkah seperti itu, membuat Emi menyeringai jijik. Pasti gadis itu pikir, Mike adalah pangeran berkuda putih. "Sadarkah kamu, bisa saja Mike melakukan itu karena rasa bersalahnya," ucap Emi yang bahkan

  • Perempuan Gila   8. Kalung berlian (Joy's House)

    "Ada yang mengunci anak saya di kamar mandi!" ucap seorang wanita dengan histeris.Semua terkesiap, menengok ke arah sumber suara. Lalu Bunda Rin dari barisan depan dengan sigap menghampiri wanita itu dan membawanya keluar dari barisan penonton. Wanita itu diberikan tempat duduk di halaman panggung agar lebih leluasa bergerak. Kemudian Bunda Rin mencoba menenangkannya. Namun dengan segera, wanita itu mendongkak, matanya melebar kala melihat anak perempuannya kembali. Dengan tergopoh-gopoh anak itu berteriak, "Mami! Papi bilang kalung Adek hilang!" Napasnya tersenggal-senggal, tak kuasa untuk segera menyampaikan berita pada ibunya. Suaminya muncul dari ambang pintu disusul oleh kepala sekolah, pak Nichols dan anak-anak lain yang juga merupakan putra-putri para tamu.Pria itu menggendong anaknya. Balita usia kisaran 7 tahun, yang juga merupakan adik dari si anak perempuan itu."Ya Tuhanku!! " si ibu langsung memeluk bocah dari pangkuan suaminya, yang kini tampak mengigil dibalik sel

  • Perempuan Gila   7. Panti asuhan Joy's House

    Delapan tahun yang lalu. "Sstt... Laura! Heh!" bisik Tita, gadis remaja bertubuh gempal yang tengah bersungut-sungut selagi kepalanya terus melongok ke luar jendela."Kamu bisa lebih cepat sedikit tidak, sih? Bunda Rin nanti terburu datang!" Bibir dan kedua alis Tita berkerut tidak sabar, sementara tangannya menujuk-nunjuk bagian lantai yang masih kotor. Laura berusaha mengepel lantai lebih cepat, keringat mengucur di pelipisnya."Sabar... sebentar lagi semua ini akan berakhir," batin Laura saat seniornya berlaku semena-mena padanya. Semenjak kedua orangtuanya meninggal dunia akibat kecelakaan, Laura yang masih berusia 10 tahun dan tanpa mengenal sanak saudara, ditempatkan di panti asuhan oleh Departemen Sosial. Semulanya semua berjalan baik-baik saja, hingga pada saat Laura menginjak usia dua belas tahun. "Usia ke dua belas tahun adalah kutukan!"Begitulah yang dikatakan anak-anak di panti asuhan Joy's House.Semua anak akan gelisah bahkan menangis menjelang usia 12 tahun, bahwa

  • Perempuan Gila   6. Pertemuan Pertama

    Emi terseyum getir, mematung di ambang pintu ketika suaminya kembali pergi tanpa berbalik sekalipun.Perasaan Emi terluka, mengingat sebelumnya ia tak pernah diabaikan seperti ini oleh Mike. Atau mungkin, selama ini Mike hanya berpura-pura untuk menyanjung hati Emi, agar perjodohan mereka dapat berjalan lancar."Lakukan sesukamu, Mike. Karena setelah rencanaku berhasil, kamu bahkan tak akan bisa mengatakan 'tidak' padaku." batin Emi mantap. . . . Menjalankan rencananya untuk menjebak dan menemui selingkuhan Mike secara langsung. Emi memutuskan untuk datang lebih awal.Keberadaannya begitu ganjil di tengah orang-orang yang tengah bersantai di taman Acradia pagi hari itu. Tampilan sederhananya tak mampu menutupi kemewahan status yang dimilikinya.Emi duduk di kursi taman yang menghadap ke tempat bermain anak-anak. Mengamati sekelilingnya di balik kacamata hitam yang bertengger di telinganya dengan elegan. Tawa riang para bocah terdengar ringan di tengah kesibukan hari kerja, seolah

  • Perempuan Gila   5. Pesan Palsu

    "Emi?" panggil pria itu. Emi mematung saat mendengar suara Mike berada tepat di belakangnya. Napasnya tertahan dan kedua tangannya terasa kebas. "Ya... Mike," jawab Emi berusaha menenangkan suaranya yang bergetar. Kepalanya menunduk memastikan aplikasi penyadap itu berhasil terinstal. Sementara tangan kanannya menggenggam ponsel Mike di dekapannya, Emi menyembunyikan ponsel miliknya di sela-sela pakaian kotor. Jari jempolnya bergerak cepat menghapus riwayat pengiriman di ponsel Mike yang berada tepat di bawah dadanya. Mendengar derap langkah kaki Mike yang mendekat, Emi langsung berdiri dan berbalik ke arahnya. "Aku menemukan ponselmu," ucap wanita itu sontak membuat kedua alis Mike berkerut bingung. "Aku terbangun dari tidur karena haus, dan aku tidak melihat ponselmu di atas nakas jadi..." jelasnya menggantung, sementara Mike masih menatapnya meminta penjelasan lebih. "Aku langsung berpikir—pasti kamu lupa! lihat!" serunya sambil mengasongkan ponsel itu pada pemiliknya. "Batera

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status