Ibunya hanya wanita Asia yang behasil memikat lelaki asing berkewarganegaraan Rusia itu hingga jatuh cinta. Mereka menikah dengan dasar saling mencintai dan perjuangan mewarnai kisah cinta kedua orang tuanya. Sayangnya di usia yang begitu muda Evander harus kehilangan kedua orang tuanya akibat kecelakaan pesawat yang dicurigai di sabotase oleh musuh bisnis kakeknya yang tak lain merupakan ayah dari ibunya.
Seperti kebanyakan anak lainnya yang ditinggalkan orang tua, Evander terpuruk , mengubah temperamen jauh dari sifat aslinya. Sang kakek yang saat itu juga ikut terpuruk karena ditinggal putrinya tidak tega melihat anak itu ikut terjerumus ke arah yang tidak sehat apalagi perubahan karakternya. Membendung kesedihan bersama-sama mengajarkan kakek Thomas dan Evander untuk saling menguatkan satu sama lain .
Membangun kerajaan bisnis yang dimulai kakeknya Evander ikut membantu menjayakannya hingga mereka meraih kejayaan bisnis mereka bersama-sama walaupun dengan usia Evander yang masih tergolong mudah . Sayangnya kerajaan bisnis mereka masih berpegang tangan oleh sang kakek dan akan diwariskan untuk Evander saat dia memulai rumah tangganya kelak dengan kata lain menikah.
Harapan yang satu itu sebenarnya sangat jauh dari yang diinginkan laki-laki bermata coklat almond itu . Oh ayolah yang dia inginkan adalah kebebasan saat ini ,lagipula usianya baru 30 tahun dan untuk menikah sangat jauh dari bayangannya. Bahkan untuk berpacaran saja tidak ia lakukan apalagi menikah. Memiliki ikatan dengan seseorang itu begitu memuakkan baginya berpengalaman dari sahabat-sahabatnya, Kehidupan bebas dan liarnya akan sirna dengan itu semua.
Namun seperti halnya Kakek Thomas yang ingin cucuku menikah agar cucunya bisa ada yang merawat dan menjaganya , menghilangkan kebiasaan buruk sang cucu yang masih berkeliaran sana-sini dengan itu dia bisa tenang mewariskan kerajaan bisnisnya agar bisa dikendalikan oleh Evander untuk mencapai kesuksesannya terus dan kelak bisa dipegang dan dikelola oleh cicit-cicitnya . Nyatanya pemberontakan Evander nyatanya tidak membuahkan hasil seperti yang dia inginkan . Kedua orang itu memang memiliki sifat yang sama yaitu keras kepala.
Perseteruan dengan wanita pemberontak itu artinya hanya sia-sia , kakeknya membuat Evander tidak bergeming dengan ancamannya.
Pernikahan mereka terlaksana sebagaimana keinginan kakek Thomas , janji suci yang mereka ucapkan dengan berlatar gereja indah dengan dekorasi putih bernuansa mewah , gaun pengantin bernuansa kristal tampak mewah dan elegan , tamu undangan dari partner-partner kerajaan bisnis mereka ikut memeriahkan hari bahagia kedua mempelai itu.
Kakek Thomas sangat bahagia bahkan wajahnya berseri-seri dengan senyuman yang tidak luntur berkebalikan dengan ekspresi dua mempelai yang tampak muram dihiasi dengan senyum kaku penuh keterpaksaan. Bahkan mengucap sepatah kata sehabis janji suci tidak mereka lakukan.
Berperang batin satu sama lain bagaimana memulai rumah tangga yang tidak bisa disepakati dengan senang hati oleh keduanya itu . Intinya hanya tuhan yang tahu takdir mereka berlabuh sampai kemana dan sejauh mana perjuangan mereka akan hal yang akan terjadi kedepan .
***
Pernikahan mereka sudah terjalin hampir satu tahun lamanya. Sepulang dari kantor memang merupakan rutinitasnya setia hari bagi evander , pulang ke rumah untuk mengistrahatkan tubuh agar tetap fit dan bugar untuk menjalani hari esok .
Sejak berumah tangga dengan Florence Atasya , mereka sepakat akan hal yang mereka inginkan sejak awal, memiliki rumah masing-masing adalah salah satu syarat mereka agar tidak saling mengganggu privasi mereka masing-masing .
Tapi kali ini ada hal yang seru yang tidak boleh dilewatkan , mobil mewahnya kini berjalan menuju ke salah satu alamat apartemen yang bukan miliknya , tapi milik seseorang yang saat ini menjabat sebagai nyonya Smith.
Mengingat kejadian tadi siang di kantor membuatnya berpikir keras sambil menyeringai geli, ternyata wanita itu akhirnya punya nyali juga.
“Florence Atasya akhirnya setelah 1 tahun pernikahan kau baru mengajukan cerai ? hah sulit dipercaya.“ Menggeleng geli dengan pikirannya .
“Ben ,apa menurutmu wanita itu merencanakan sesuatu? “ tanya Evander kepada Benjamin asisten pribadinya sekaligus merangkap menjadi sopirnya .
“Kupikir tidak tuan. kurasa nyonya cukup bijak mengambil keputusan.“ Santai Ben sembari mengidikan bahu , sedikit kurang ajar tapi memang seperti itulah dia . Lagipula jujur itu lebih baik . Tuannya itu memang tidak pernah sadar diri.
“Apa maksudmu, heh ? “ geram Evander.
“Ada apa tuan? lagipula itu memang benar kan , tuan suka bermain wanita sebagai seorang istri kurasa nyonya sudah muak dengan kelakuan tua- “
“Shut up.“ Api dikepala evander sudah mengepul siap berkobar atas kelancangan asistennya , meskipun apa yang dikatakan asistennya memang benar apa adanya , tapi apa tidak bisa tidak berkata spontan begitu pada atasannya , Ck kalau bukan Benjamin teman masa kecilnya sekaligus merangkap asistennya sudah dia pecat sekretarisnya itu biar dia ber luntang lantung di luar sana akibat ketidak sopannya itu .
Benjamin Putra merupakan anak dari Asisten kakeknya ,yaitu Aron. Entahlah mereka memang di takdirkan untuk menjaga keluarga Smith.
Sewaktu remaja adalah pertemuan mereka, kakeknya mengatakan untuk berteman dengan Benjamin dan dia mematuhinya. Tumbuh bersama-sama membuat mereka saling tau karakter masing-masing , sebelum kepindahannya ke Inggris untuk melanjutkan sekolah dan mendapatkan sahabat-sahabat baru yang sama bajingannya dengan dia .
Lagipula bukan itu jawaban yang dia inginkan , wanita memang seperti sedang bermain-main dengannya , Lagipula dia bisa saja menceraikan evander di awal-awal pernikahan mereka meski tidak akan diketahui semua orang termasuk kakek thomas .
Sudah pasti ada yang tidak beres disini .
Baiklah jika kamu ingin bermain ,maka aku akan dengan senang hati mengikuti permainannya , bersenang-senang dahulu tidak apa-apakan ?. Batin Evander.
Tertawa geli akan pemikirannya , sedang sang sopir Benjamin alias sekretarisnya hanya bergedik bahu tidak bisa memprediksi apa saja yang ada dipikiran tuannya itu. Selain bajingan pemain wanita dan penyuka kehidupan yang liar Evander memang punya rasa percaya diri yang tinggi dan itu merupakan bentuk pertahanan dirinya.
Hidup didunia ini bentuk pertahanan seseorang berbeda-beda begitu pula Evander ,dengan benteng kepercayaan diri dia percaya segala hal yang dia lakukan benar dan tidak boleh salah dimata seseorang dengan begitu saingan bisnisnya atau masyarakat rendahan tidak akan memandang dirinya rendah. Dia menciptakan kriteria kesempurnaan nya sendiri.
Kita lihat apa saja yang akan tuannya perbuat nanti dan yang pasti hanya tuhan dan dia yang tahu.
Dan percayalah Evander Pramudya Smith adalah orang yang sangat menyukai tantangan , dan baru kali ini dia punya tantangan yang menarik yang berasal dari istrinya , jadi kenapa tidak digunakan saja kesempatan itu. Anggap saja kenang-kenangan selagi mereka masih menyandang sebagai pasangan suami istri.
Tbc...
Hal ini bermulai darinya, seperti kata pepatah ,apa yang kau tanam itulah yang kita tuai. Ketika seseorang ingin menikah atas dasar cinta, dia malah menikah karena ingin memperbaiki masa depan. Sebenarnya tidak ada yang salah , dia memikirkan nasib masa depannya ke depan. Itu haknya, sudah yatim piatu, ditinggal sama keluarga satu-satunya dan diberi beban berat di punggungnya membuatnya dengan spontan menerima hal yang menguntungkan dirinya. Tapi jika semakin kesini, kehidupannya malah menjadi gosip-gosip yang tidak sedap. Dia punya harga diri dan dia berhak membela dirinya ketika tertindas . Mempunyai suami pengusaha terkenal mengharuskannya sebagai nyonya Smith untuk berpenampilan mahal dan mewah , namun kesederhanaannya malah menjadi gunjing-gunjing yang tak baik. Dinilai tidak punya selera Fashion yang bagus hanya karena dia istri pengusaha dan bahkan mencela dirinya tidak bisa membuat suaminya berhenti akan kehidupan bebasnya. Memangn
Bunyi bel apartement berbunyi mengalihkan fokusnya, menggerutu sambil memakai bathrobe bertanya-tanya siapa yang mengganggu kedamaian kali ini . Ini waktunya semua orang beristirahat .Berpikir itu adalah sahabatnya , Florence kedepan dengan santai untuk membuka pintu apartemen tanpa mengetahui siapa sebenarnya yang ada dibalik pintu apartemennya tersebut.Saat membuka pintu, tangan dan matanya yang sedang terarah mengikat bathrobe itu teralihkan oleh sepatu pantofel yang dia lihat dari ujung lantai bawahnya yang berarti kali ini dia salah mengira, bukan sahabatnya yang datang namun seseorang yang ingin dia hindari setelah hari yang melelahkan ini ."Apa yang kau lakukan disini? " Bertanya setelah menyelesaikan ikatan bathrobenya. Mencoba tidak gugub . Tampilan pria itu sepertinya baru pulang dari kantornya,tapi bukannya ke rumahnya sendiri , malah ke apartemennya?"Apa yang kau tanyakan Florence, tentu saja aku di sini ini salah satu properti
Matahari di ufuk timur kini menampakan diri , disaat semua orang berbondong-bondong mulai aktivitas paginya,Wanita yang bernama lengkap Florence Atasya Smith saat itu , bahkan baru memulai membuka matanya yang terasa berat . Menggeliatkan badan ketika merasa ada beban di beberapa bagian tubuhnya . Tenang beberapa saat sebelum menyadari apa yang terjadi semalam.Dia tersadar kalau saat ini dia berada dalam pelukan lelaki brengsek yang masih berstatus suami nya sampai saat ini. Melepas kasar tangan yang membelit pinggangnya itu dan pergi begitu saja ke kamar mandi dengan langkah tertatih . Badannya terasa remuk seperti di timpal batu ber ton-ton, Sial . Dia tak ingin berlama-lama melihat wajah bajingan ini.Merenungkan banyak hal apa yang terjadi semalaman hingga dia bisa berakhir diranjang dengan pria itu . Bukan mencela keharusan yang harus di lakukan suami istri , hanya jika saja lelaki itu bisa pengertian sedikit mungkin dia bisa mentorelil hal yang ter
Pagi itu tiba-tiba Kakek Thomas atau masih pemilik sah Dari P.M Smith datang ke kantor , entah apa tujuannya. Pasalnya selama setahun belakangan ini kantor sudah berpindah pemimpin meski belum sepenuhnya menjadi pemilik pemimpin sekarang .Tujuan kakek Thomas saat ini hanya untuk bertemu dengan cucunya karena ingin membicarakan sesuatu . Semalam asisten Evander yaitu Benjamin tiba-tiba melapor padanyaTentang insiden dan kedatangan Florence ke kantor Evander mungkin tidak secara rinci tapi Sepertinya dia tahu tujuan Florence ke kantor suaminya untuk pertama kali.Mungkin kakek Thomas terlalu berharap pada cucunya itu. Kedatangan Florens padanya dan menolongnya waktu itu membuatnya berfikir wanita itu akan cocok bersama cucunya dengan begitu sifat cucunya mungkin akan bisa dikendalikan oleh seseorang yang memiliki sifat baik dan suka menolong itu.Meski belum mengenal terlalu lama Florence, tapi Kakak Thomas tahu Florence bukanlah wanita sembarangan sepert
Kedatangan kakeknya ke kantor membuatnya terkena beban pikiran sekarang. Sekretarisnya dipecat seenaknya dan kakeknya malah menugaskan Benjamin menjadi sekretaris penggantinya sementara .Memijat kepalanya sebentar untuk meredakan pusing nya , berkas-berkas di depannya kenapa lama sekali selesainya . Kurasa kakek memang niat menghukumku Ck, Batin Evander menjerit frustasi.Mencoba bersandar di kursi kebesarannya sambil menghitung menit waktu istirahatnya. Dia harus menyelesaikan secepatnya semua berkas-berkas ini .Melihat jam yang ada di dinding menunjukan waktu untuk makan siang , bahkan dia tidak menyadari kalau waktunya makan siang .Bunyi pintu terbuka dengan sendirinya mengalihkan atensinya . Benjamin masuk dengan sendirinya membuat Evander berdecak tak su
Dua insan yang saling berbagi cerita itu tampak hangat dan serasi jika di lihat dari banyak sepasang mata , termasuk mata dengan beriris abu-abu yang sedang memperhatikan kedua nya.Florence saat itu sedang tertawa akan lelucon yang dilontarkan Arga namun, pandangannya tiba-tiba teralihkan oleh pemilik sepasang mata yang menatap tajam tanpa arti yang jelas . Mulutnya yang saat itu terbuka kerena tertawa kini menutup spontan, mempertanyakan kedatangan Evander ke tempat ini . Karena sedari yang dia tahu , Evander takkan pernah menggunakan kakinya untuk pergi ke tempat cafe apalagi ramai seperti ini. Jadi untuk apa Evander di disini ? Apa karena ingin bertemu dengannya ?Ah bukan kurasa , bisa saja dia ingin sarapan siang .Eh , tapi kenapa tatapannya mengarah kesini ? Batin Florence , tidak terlalu ambil pusing tetapi tetap saja curiga.Ketukan sepatunya dari pemilik nama Evander itu bahkan membuatnya merinding .Pada akhirnya tujuannya memang ke sini
Suasana dalam tempat yang bernuansa monokrom itu kini hanya di isi dengan keheningan dan yang pasti itu terjadi di antara dua orang yang saling bertatapan sengit dengan jarak dua meter itu dari tempat mereka berada, si wanita yang sedang melayangkan tatapan kesal dan geramnya kepada sosok laki-laki yang sedang berdiri dan bersandar di meja kayu berkualitas tinggi itu tangan terlipat di dada dengan kedua kaki yang disilangkan menunjukkan keangkuhan dari laki-laki di depannya ini . Mungkin mereka tidak akan selesai untuk saling bertatapan sinis jika salah satu tidak ada yang berinisiatif berbicara dahulu. Oke florence menyerah, "Mengapa kau membawaku ke kantormu? Kita akan menyelesaikan semuanya di sana tadi, " ujar Florence meski harus sedikit meringankan ekspresi kesalnya kepada Evander dan yang di tanya malah diam beberapa saat dengan alis terangkat. "Aku tidak ingin ada yang mencampuri urusanku , apalagi sampai masalah perceraianku. " jawab Evander dengan d
Mobil mewah yang kini di kendarai oleh sang Pria kini hanya di isi kebisingan roda yang bergesekan dengan aspal meski hanya menciptakan suara stabil dan lembut. Dua orang di dalam itu bahkan tidak ada yang membuka mulut setelah kejadian beberapa saat lalu. Florence yang kini menumpu kan satu tangannya ke jendela mobil sembari menatap pohon-pohon jeruk yang tumbuh subur ketika mereka melewati jalanan. Memikirkan perihal tadi , sungguh sebenarnya dia malu dan bahkan rasanya ingin menangis. Dia yatim piatu dan tidak di cintai suaminya tetapi bukan berarti dia seorang jalang atau mainan seseorang. Alih-alih untuk membuka mulut ingin sekali membantah perkataan mereka , namun yang dilakukannya hanya bisa menunduk melihat warna lantai marmer sembari menahan sesak di dada. Sikap menentang yang biasa di keluarkan untuk menghadapi Evander bahkan lenyap dalam sekejap karena banyaknya sepasang mata yang menghujam dirinya. Meski dia sempat tertegun sebentar karena pembelaan Evand
Dikamar temaram sarat akan nuansa kelakian disitu Florance terjebak selama 3 jam dengan perut kelaparan dengan stamina yang terkuras habis."Kau jahat! ..," ujar Florance dengan suara serak dengan badan miring di atas tempat tidur.Dia kelelahan setelah 3 jam lamanya Evander mengurung dan menggempurnya habis-habisan. Evander yang mendengar itu hanya bisa mengangkat alis sambil terkekeh pelan tanpa suara di samping Florance, dengan tubuh topless masih di bawa gelungan selimut yang sama."Mana ada ck," Evander menjawab sembari melihat pundak putih bersih Florance di bawah selimut yang sama dengannya, sementara badannya dia rebahkan di bad tempat tidur sembari mengecek laporan dari tab yang dia pegang sekarang, puas dengan menyalurkan nafsunya tapi dia tidak akan melupakan pekerjaannya.Sementara Florance hanya bisa membatin pilu sekaligus jengkel dengan calon mantan suaminya itu,Lagi dan lagi aku harus terjebak disituasi ini, jika begini terus yang ada aku bisa hamil dan malah tidak a
Disaat semua orang memulai aktifitasnya dengan lenggang, dua insan yang selalu terlibat percekokan itu malah terlibat dalam nuansa gairah yang mereka ciptakan.Evander tak akan lupa sarat muka yang penuh kecemasan akan hawa nafsu di wajah wanita yang dia pandangi beberapa saat lalu ketika masuk ke perpustakaan pribadinya. Bahkan dia juga tak akan lupa ketika adanya sengatan listrik tak kasat mata ketika bibir seindah buah plum itu menggigiti jari dengan setitik peluh yang menjulur turun dari leher jenjang itu yang terbiarkan terbuka.Goshh apa-apaan yang ku lihat ini.. Batin Evander berteriak frustasi dalam hati.Oh c'mon ini bahkan masih siang hari tapi dia harus mendapat godaan ini. Maka dengan bahasa tubuhnya yang bergerak sendiri Evander melangkah ke arah wanita itu tanpa memutuskan pandangannya. Dia akan mendapatkan yang dia mau, dengan bibir yang langsung menulusiri leher jenjang itu, Isyarat frustasi yang wanita itu keluarkan tak akan dia ladeni dengan mudahnya, salah wanita it
Fajar menyingsing ketika sang surya memunculkan atensi, suara gebrakan tanda ada sesuatu yang jatuh mewarnai suasana kamar yang di isi oleh dua insan meski salah satu sudah berakhir di lantai. "Akh, Mengapa kau menendang ku , hah? " "S-seharusnya aku yang bertanya, mengapa bisa kau di kamarku." Florence yang saat itu masih syok langsung balik menanyai laki-laki di depannya. Memeriksa seluruh pakaiannya apakah sudah terlempar kesana kemari atau malah bergeser dari tempat seharusnya. Huh, dan untungnya masih tetap utuh. Batin Florence lega. "Kamarmu? " Memandang sekeliling berpura-pura bodoh , "Mengapa aku ada di kamarmu? " Bahkan pandangan matanya yang selalu berpendar acak menjadi bukti kuat kalau dia memang terlihat sekali hanya berpura-pura. Anak kecilpun pasti akan tetap menyadarinya. Memicingkan matanya kepada laki-laki di depannya yang sudah berdiri meski masih meringis kesakitan sambil mengelus bokong seksinya itu. Apa Evander berpura-pura
Mobil mewah yang kini di kendarai oleh sang Pria kini hanya di isi kebisingan roda yang bergesekan dengan aspal meski hanya menciptakan suara stabil dan lembut. Dua orang di dalam itu bahkan tidak ada yang membuka mulut setelah kejadian beberapa saat lalu. Florence yang kini menumpu kan satu tangannya ke jendela mobil sembari menatap pohon-pohon jeruk yang tumbuh subur ketika mereka melewati jalanan. Memikirkan perihal tadi , sungguh sebenarnya dia malu dan bahkan rasanya ingin menangis. Dia yatim piatu dan tidak di cintai suaminya tetapi bukan berarti dia seorang jalang atau mainan seseorang. Alih-alih untuk membuka mulut ingin sekali membantah perkataan mereka , namun yang dilakukannya hanya bisa menunduk melihat warna lantai marmer sembari menahan sesak di dada. Sikap menentang yang biasa di keluarkan untuk menghadapi Evander bahkan lenyap dalam sekejap karena banyaknya sepasang mata yang menghujam dirinya. Meski dia sempat tertegun sebentar karena pembelaan Evand
Suasana dalam tempat yang bernuansa monokrom itu kini hanya di isi dengan keheningan dan yang pasti itu terjadi di antara dua orang yang saling bertatapan sengit dengan jarak dua meter itu dari tempat mereka berada, si wanita yang sedang melayangkan tatapan kesal dan geramnya kepada sosok laki-laki yang sedang berdiri dan bersandar di meja kayu berkualitas tinggi itu tangan terlipat di dada dengan kedua kaki yang disilangkan menunjukkan keangkuhan dari laki-laki di depannya ini . Mungkin mereka tidak akan selesai untuk saling bertatapan sinis jika salah satu tidak ada yang berinisiatif berbicara dahulu. Oke florence menyerah, "Mengapa kau membawaku ke kantormu? Kita akan menyelesaikan semuanya di sana tadi, " ujar Florence meski harus sedikit meringankan ekspresi kesalnya kepada Evander dan yang di tanya malah diam beberapa saat dengan alis terangkat. "Aku tidak ingin ada yang mencampuri urusanku , apalagi sampai masalah perceraianku. " jawab Evander dengan d
Dua insan yang saling berbagi cerita itu tampak hangat dan serasi jika di lihat dari banyak sepasang mata , termasuk mata dengan beriris abu-abu yang sedang memperhatikan kedua nya.Florence saat itu sedang tertawa akan lelucon yang dilontarkan Arga namun, pandangannya tiba-tiba teralihkan oleh pemilik sepasang mata yang menatap tajam tanpa arti yang jelas . Mulutnya yang saat itu terbuka kerena tertawa kini menutup spontan, mempertanyakan kedatangan Evander ke tempat ini . Karena sedari yang dia tahu , Evander takkan pernah menggunakan kakinya untuk pergi ke tempat cafe apalagi ramai seperti ini. Jadi untuk apa Evander di disini ? Apa karena ingin bertemu dengannya ?Ah bukan kurasa , bisa saja dia ingin sarapan siang .Eh , tapi kenapa tatapannya mengarah kesini ? Batin Florence , tidak terlalu ambil pusing tetapi tetap saja curiga.Ketukan sepatunya dari pemilik nama Evander itu bahkan membuatnya merinding .Pada akhirnya tujuannya memang ke sini
Kedatangan kakeknya ke kantor membuatnya terkena beban pikiran sekarang. Sekretarisnya dipecat seenaknya dan kakeknya malah menugaskan Benjamin menjadi sekretaris penggantinya sementara .Memijat kepalanya sebentar untuk meredakan pusing nya , berkas-berkas di depannya kenapa lama sekali selesainya . Kurasa kakek memang niat menghukumku Ck, Batin Evander menjerit frustasi.Mencoba bersandar di kursi kebesarannya sambil menghitung menit waktu istirahatnya. Dia harus menyelesaikan secepatnya semua berkas-berkas ini .Melihat jam yang ada di dinding menunjukan waktu untuk makan siang , bahkan dia tidak menyadari kalau waktunya makan siang .Bunyi pintu terbuka dengan sendirinya mengalihkan atensinya . Benjamin masuk dengan sendirinya membuat Evander berdecak tak su
Pagi itu tiba-tiba Kakek Thomas atau masih pemilik sah Dari P.M Smith datang ke kantor , entah apa tujuannya. Pasalnya selama setahun belakangan ini kantor sudah berpindah pemimpin meski belum sepenuhnya menjadi pemilik pemimpin sekarang .Tujuan kakek Thomas saat ini hanya untuk bertemu dengan cucunya karena ingin membicarakan sesuatu . Semalam asisten Evander yaitu Benjamin tiba-tiba melapor padanyaTentang insiden dan kedatangan Florence ke kantor Evander mungkin tidak secara rinci tapi Sepertinya dia tahu tujuan Florence ke kantor suaminya untuk pertama kali.Mungkin kakek Thomas terlalu berharap pada cucunya itu. Kedatangan Florens padanya dan menolongnya waktu itu membuatnya berfikir wanita itu akan cocok bersama cucunya dengan begitu sifat cucunya mungkin akan bisa dikendalikan oleh seseorang yang memiliki sifat baik dan suka menolong itu.Meski belum mengenal terlalu lama Florence, tapi Kakak Thomas tahu Florence bukanlah wanita sembarangan sepert
Matahari di ufuk timur kini menampakan diri , disaat semua orang berbondong-bondong mulai aktivitas paginya,Wanita yang bernama lengkap Florence Atasya Smith saat itu , bahkan baru memulai membuka matanya yang terasa berat . Menggeliatkan badan ketika merasa ada beban di beberapa bagian tubuhnya . Tenang beberapa saat sebelum menyadari apa yang terjadi semalam.Dia tersadar kalau saat ini dia berada dalam pelukan lelaki brengsek yang masih berstatus suami nya sampai saat ini. Melepas kasar tangan yang membelit pinggangnya itu dan pergi begitu saja ke kamar mandi dengan langkah tertatih . Badannya terasa remuk seperti di timpal batu ber ton-ton, Sial . Dia tak ingin berlama-lama melihat wajah bajingan ini.Merenungkan banyak hal apa yang terjadi semalaman hingga dia bisa berakhir diranjang dengan pria itu . Bukan mencela keharusan yang harus di lakukan suami istri , hanya jika saja lelaki itu bisa pengertian sedikit mungkin dia bisa mentorelil hal yang ter