Kedatangan kakeknya ke kantor membuatnya terkena beban pikiran sekarang. Sekretarisnya dipecat seenaknya dan kakeknya malah menugaskan Benjamin menjadi sekretaris penggantinya sementara .
Memijat kepalanya sebentar untuk meredakan pusing nya , berkas-berkas di depannya kenapa lama sekali selesainya . Kurasa kakek memang niat menghukumku Ck, Batin Evander menjerit frustasi.
Mencoba bersandar di kursi kebesarannya sambil menghitung menit waktu istirahatnya. Dia harus menyelesaikan secepatnya semua berkas-berkas ini .
Melihat jam yang ada di dinding menunjukan waktu untuk makan siang , bahkan dia tidak menyadari kalau waktunya makan siang .
Bunyi pintu terbuka dengan sendirinya mengalihkan atensinya . Benjamin masuk dengan sendirinya membuat Evander berdecak tak suka, berapa kali dia harus bilang untuk tidak memasuki ruangannya tanpa persetujuannya. Sudah sampai tahap mana kekurang ajaran pengawalnya ini sampai bisa seenaknya seperti ini.
"Ck, Bukankah sudah kubilang jika masuk harus dengan persetujuanku ?" Kenapa sulit sekali untuk memperingatkan Benjamin.
"Aku hanya ingin memberitahukan waktunya makan siang bos," ujar Benjamin. Kakek Thomas selalu memperingatinya untuk selalu mengingatkan makan siang untuk Evander karena Evander memang selalu lupa waktu jika sudah bersangkutan dengan pekerjaan nya. Meskipun kali ini kakek Thomas yang membuatnya bekerja lebih keras lagi .
"Cih , Ya sudahlah keluar dari ruanganku " Berdecih dan melambaikan tangan mengisyaratkan Benjamin agar pergi dan ruangannya. Dia akan makan, jika pekerjaannya sudah selesai .
"Oh ya bos , tadi Nyonya Smith datang menanyakan tentang surat perceraiannya dia juga membawa pengacaranya tadi " ucapan Benjamin menghentikan kegiatannya , wanita ini ternyata bebal sekali yah .
"Dimana dia sekarang? " bertanya kepada Benjamin dengan seksama.
"Sudah pergi bos," ujar Benjamin . Wanita itu memang langsung pergi ketika bertanya padanya apa Evander ada di kantor atau tidak dan Benjamin menjawab Bosnya memang lagi sibuk karena pekerjaan tambahan dari kakeknya. Mungkin karena itu Florence pergi dan hanya menitip pesan kalau dia berkunjung tadi kepada Evander.
"Ya kemana? " Dia tidak puas dengan jawaban Benjamin. Dia ingin tahu kemana wanita itu , kenapa tidak langsung menemuinya saja kalau begitu . Malah pergi begitu saja dengan pengacaranya lagi.
"Saya tidak tahu bos , tapi sepertinya mereka sempat ke cafe depan perusahaan, Bos" Hah jawaban ini yang dia inginkan.
"Aku akan makan siang ," ujar Evander kemudian melayangkan telunjuknya kepada Benjamin "Dan kau selesaikan pekerjaanku , lagipula sedikit lagi selesai dan jangan mengeluh!"
Benjamin yang baru saja ingin membantah langsung mengunci mulutnya spontan. Huh dia lagi dia lagi , sebenarnya dia ingin menolak hanya saja jika mendengar nasihat kakek Thomas untuk memperingati Evander jika sudah waktunya makan siang membuatnya berpikir kembali .
"Baik bos " Hanya jawaban itu yang bisa dia berikan sekarang .
***
Evander berjalan ke arah lift tanpa memperdulikan banyak sepasang mata yang memandangnya terutama kaum wanita. Oh ayolah! Tidak akan ada wanita yang tidak menolak kharisma nya dari cara dia berjalan bahkan memandang sesuatu .
Dia juga tidak suka berhubungan dengan wanita yang ada di perusahaan . Itu merepotkan kecuali sekretarisnya . Berjalan tegas masuk ke dalam lift yang di dominasi oleh para wanita .
Memencet lantai bawah karena tujuannya sekarang yaitu cafe depan perusahaannya. Memasukan tangan ke dalam kantong celananya dengan pandangan ke depan , dia bahkan tidak menyadari wanita-wanita disekitarnya hanya bisa menggigit bibir mereka tak kuasa menahan pesona dari bos mereka . Auranya sangat memikat membuat orang-orang di sekitarnya pasti tidak akan mengalihkan pandangan mereka.
Rahang tegas dan bulu-bulu halus di wajahnya membuat kesan maskulin menempel padanya, bibirnya yang penuh menambah bahan untuk menjadi fantasi liar siapa saja.
Ting ...
Bunyi lift berbunyi membuat pintu lift artinya sudah terbuka . Melangkah dengan langkah panjang , tujuannya hanya satu yaitu menemui istrinya yang mungkin saja sedang bermesraan dengan pengacaranya .
***
Disisi lain Florence hari ini memang merencanakan akan datang ke kantor Evander dengan pengacaranya . Dia tidak ingin kecolongan lagi , laki-laki itu pemain handal jika dia tidak segera bertindak maka dia yang akan hancur perlahan-lahan oleh laki-laki itu .
Tapi kedatangannya seperti salah kali ini , laki-laki itu sedang sibuk . Entahlah dia tidak pernah tau urusan kantor akan bisa seberat itu apalagi di jam semua pegawai kantor akan sarapan siang .
Dari perkataan Benjamin , Evander memang lagi sibuk karena Kakek Thomas sedang memberikan dia pekerjaan penting , Jadi dari pada dia mengganggu laki-laki itu dan mengakibatkan kemarahan atau hal yang tidak terduga lainnya , jadi lebih baik dia menundanya dulu.
Dia tidak enak dengan pengacaranya maka dari itu dia menawarkan untuk makan siang bersama di cafe depan perusahaan Evander.
Masuk ke dalam cafe dengan suasana canggung , Pengacaranya memang masih usia muda mungkin seumuran dengannya tapi dia ingin menghargai orang yang punya jabatan tinggi darinya .
"Maaf Pak Arga merepotkan. Kurasa kali ini kita menundanya dulu untuk menemui Evander sebagai gantinya aku mengajak bapak makan siang. Apa tidak apa-apa , pak ?" Meringis tak enak hati .
"Tidak apa-apa Florence lagipula kita bisa menjadwalkan kembali pertemuan dengan Pak Evander , ngomong-ngomong jangan terlalu formal padaku . Kurasa kita seusia, bukan ? "
"Ah iya-iya pak Arga " kekeh Florence. Arga Aditormo , dia adalah pengacara yang Kakek Thomas andalkan lebih tepatnya semua andalkan . Laki-laki itu sudah menjadi pengacara hebat di usia yang baru 21 tahun sampai sekarang dan itu membuatnya mengaguminya . Sosok Arga terlihat seperti kriteria suami idamannya ,bertalenta, punya senyum ramah dan mempunyai tutur kata yang lembut .
Andai saja dia bisa bertemu dengannya lebih cepat dengan pak Arga , dia pasti sekarang sudah bahagia. Ah tidak !kau ini terlalu banyak membayangkan yang tidak-tidak lagipula dia masih orang asing mana tau dia sudah punya pacar atau bahkan istri? Batin Florence.
Dan mengenai kakek Thomas , dan Arga adalah pengacara andalannya itu memang bukan kebetulan . Entah dari mana kakek Thomas tahu kalau dia ingin bercerai dengan Evander. Sebenarnya dia tidak enak hati , pernikahan tidak sehat mereka harus diketahui kakek Thomas , kakek selalu menaruh harapan besar padanya tapi apa boleh buat cinta dan takdir tidak ada yang bisa menentang .
Kakek Thomas mengatakan akan selalu mendukungnya bahkan akan memberinya pekerjaan jika dia sudah tidak menyandang sebagai nyonya Smith dari cucunya . Kakek bahkan berkata akan selalu menganggap dia sebagai menantunya dan akan terus seperti begitu .
Mengingat itu dia hanya bisa meringis tak enak tapi dia sudah berjanji akan selalu mengunjungi kakek Thomas bahkan akan selalu bersedia jika Kakek mengajaknya piknik bersama. Dia tak ingin mengecewakan sosok yang pernah dia tolong itu bahkan orang yang berjasa menyelamatkannya dari masa sulitnya dulu.
Tbc...
Dua insan yang saling berbagi cerita itu tampak hangat dan serasi jika di lihat dari banyak sepasang mata , termasuk mata dengan beriris abu-abu yang sedang memperhatikan kedua nya.Florence saat itu sedang tertawa akan lelucon yang dilontarkan Arga namun, pandangannya tiba-tiba teralihkan oleh pemilik sepasang mata yang menatap tajam tanpa arti yang jelas . Mulutnya yang saat itu terbuka kerena tertawa kini menutup spontan, mempertanyakan kedatangan Evander ke tempat ini . Karena sedari yang dia tahu , Evander takkan pernah menggunakan kakinya untuk pergi ke tempat cafe apalagi ramai seperti ini. Jadi untuk apa Evander di disini ? Apa karena ingin bertemu dengannya ?Ah bukan kurasa , bisa saja dia ingin sarapan siang .Eh , tapi kenapa tatapannya mengarah kesini ? Batin Florence , tidak terlalu ambil pusing tetapi tetap saja curiga.Ketukan sepatunya dari pemilik nama Evander itu bahkan membuatnya merinding .Pada akhirnya tujuannya memang ke sini
Suasana dalam tempat yang bernuansa monokrom itu kini hanya di isi dengan keheningan dan yang pasti itu terjadi di antara dua orang yang saling bertatapan sengit dengan jarak dua meter itu dari tempat mereka berada, si wanita yang sedang melayangkan tatapan kesal dan geramnya kepada sosok laki-laki yang sedang berdiri dan bersandar di meja kayu berkualitas tinggi itu tangan terlipat di dada dengan kedua kaki yang disilangkan menunjukkan keangkuhan dari laki-laki di depannya ini . Mungkin mereka tidak akan selesai untuk saling bertatapan sinis jika salah satu tidak ada yang berinisiatif berbicara dahulu. Oke florence menyerah, "Mengapa kau membawaku ke kantormu? Kita akan menyelesaikan semuanya di sana tadi, " ujar Florence meski harus sedikit meringankan ekspresi kesalnya kepada Evander dan yang di tanya malah diam beberapa saat dengan alis terangkat. "Aku tidak ingin ada yang mencampuri urusanku , apalagi sampai masalah perceraianku. " jawab Evander dengan d
Mobil mewah yang kini di kendarai oleh sang Pria kini hanya di isi kebisingan roda yang bergesekan dengan aspal meski hanya menciptakan suara stabil dan lembut. Dua orang di dalam itu bahkan tidak ada yang membuka mulut setelah kejadian beberapa saat lalu. Florence yang kini menumpu kan satu tangannya ke jendela mobil sembari menatap pohon-pohon jeruk yang tumbuh subur ketika mereka melewati jalanan. Memikirkan perihal tadi , sungguh sebenarnya dia malu dan bahkan rasanya ingin menangis. Dia yatim piatu dan tidak di cintai suaminya tetapi bukan berarti dia seorang jalang atau mainan seseorang. Alih-alih untuk membuka mulut ingin sekali membantah perkataan mereka , namun yang dilakukannya hanya bisa menunduk melihat warna lantai marmer sembari menahan sesak di dada. Sikap menentang yang biasa di keluarkan untuk menghadapi Evander bahkan lenyap dalam sekejap karena banyaknya sepasang mata yang menghujam dirinya. Meski dia sempat tertegun sebentar karena pembelaan Evand
Fajar menyingsing ketika sang surya memunculkan atensi, suara gebrakan tanda ada sesuatu yang jatuh mewarnai suasana kamar yang di isi oleh dua insan meski salah satu sudah berakhir di lantai. "Akh, Mengapa kau menendang ku , hah? " "S-seharusnya aku yang bertanya, mengapa bisa kau di kamarku." Florence yang saat itu masih syok langsung balik menanyai laki-laki di depannya. Memeriksa seluruh pakaiannya apakah sudah terlempar kesana kemari atau malah bergeser dari tempat seharusnya. Huh, dan untungnya masih tetap utuh. Batin Florence lega. "Kamarmu? " Memandang sekeliling berpura-pura bodoh , "Mengapa aku ada di kamarmu? " Bahkan pandangan matanya yang selalu berpendar acak menjadi bukti kuat kalau dia memang terlihat sekali hanya berpura-pura. Anak kecilpun pasti akan tetap menyadarinya. Memicingkan matanya kepada laki-laki di depannya yang sudah berdiri meski masih meringis kesakitan sambil mengelus bokong seksinya itu. Apa Evander berpura-pura
Disaat semua orang memulai aktifitasnya dengan lenggang, dua insan yang selalu terlibat percekokan itu malah terlibat dalam nuansa gairah yang mereka ciptakan.Evander tak akan lupa sarat muka yang penuh kecemasan akan hawa nafsu di wajah wanita yang dia pandangi beberapa saat lalu ketika masuk ke perpustakaan pribadinya. Bahkan dia juga tak akan lupa ketika adanya sengatan listrik tak kasat mata ketika bibir seindah buah plum itu menggigiti jari dengan setitik peluh yang menjulur turun dari leher jenjang itu yang terbiarkan terbuka.Goshh apa-apaan yang ku lihat ini.. Batin Evander berteriak frustasi dalam hati.Oh c'mon ini bahkan masih siang hari tapi dia harus mendapat godaan ini. Maka dengan bahasa tubuhnya yang bergerak sendiri Evander melangkah ke arah wanita itu tanpa memutuskan pandangannya. Dia akan mendapatkan yang dia mau, dengan bibir yang langsung menulusiri leher jenjang itu, Isyarat frustasi yang wanita itu keluarkan tak akan dia ladeni dengan mudahnya, salah wanita it
Dikamar temaram sarat akan nuansa kelakian disitu Florance terjebak selama 3 jam dengan perut kelaparan dengan stamina yang terkuras habis."Kau jahat! ..," ujar Florance dengan suara serak dengan badan miring di atas tempat tidur.Dia kelelahan setelah 3 jam lamanya Evander mengurung dan menggempurnya habis-habisan. Evander yang mendengar itu hanya bisa mengangkat alis sambil terkekeh pelan tanpa suara di samping Florance, dengan tubuh topless masih di bawa gelungan selimut yang sama."Mana ada ck," Evander menjawab sembari melihat pundak putih bersih Florance di bawah selimut yang sama dengannya, sementara badannya dia rebahkan di bad tempat tidur sembari mengecek laporan dari tab yang dia pegang sekarang, puas dengan menyalurkan nafsunya tapi dia tidak akan melupakan pekerjaannya.Sementara Florance hanya bisa membatin pilu sekaligus jengkel dengan calon mantan suaminya itu,Lagi dan lagi aku harus terjebak disituasi ini, jika begini terus yang ada aku bisa hamil dan malah tidak a
Jalanan asri sejalan dengan mata memandang, melaju cepat seakan berkejaran menanti siapa yang akan ditinggalkan. Pandangan wanita itu berpencar luas merenungkan semua hal dan kejadian yang dia lewati untuk sampai di titik ini. Rambut lepek akibat keringat dan nafas ngos-ngosan menjadi saksi perjuangannya. Wanita cantik berdarah campuran itu adalah Florence Atasya Smith, ah tidak kini hanya Florence Atasya . Wanita sebatang kara itu terdiam termenung dengan semua kenangan yang pernah ia lalui saat masih menjabat marga Smith. “Sebenarnya apa yang kudapatkan dari semua ini? “ Gumamnya dengan rasa sakit yang menghimpit dadanya. Flashback “Apa yang kalian lakukan?” tanya Florence datar sarat akan kata-kata. “Kau bisa melihat sendiri tanpa perlu ku beritahu kan? “ Balasan bernada angkuh itu terdengar dari seorang pria yang dia tanyakan tadi. “Apa kalian tidak punya malu? Kalian bisa melakukan dimana saja semau kalian, tapi kenapa harus melakukannya di Kantor? Ck sungguh memalukan," Ka
Pramudya Evander Smith, lelaki bermata coklat seiras dengan darah asianya yang berasal dari sang ibu sedangkan perpaduan wajahnya lebih condong ke wajah rusia dan kulit putih menjadi ciri khasnya ,itu merupakan keturunan ayahnya. Ibunya hanya wanita Asia yang behasil memikat lelaki asing berkewarganegaraan Rusia itu hingga jatuh cinta. Mereka menikah dengan dasar saling mencintai dan perjuangan mewarnai kisah cinta kedua orang tuanya. Sayangnya di usia yang begitu muda Evander harus kehilangan kedua orang tuanya akibat kecelakaan pesawat yang dicurigai di sabotase oleh musuh bisnis kakeknya yang tak lain merupakan ayah dari ibunya. Seperti kebanyakan anak lainnya yang ditinggalkan orang tua, Evander terpuruk , mengubah temperamen jauh dari sifat aslinya. Sang kakek yang saat itu juga ikut terpuruk karena ditinggal putrinya tidak tega melihat anak itu ikut terjerumus ke arah yang tidak sehat apalagi perubahan karakternya. Membendung kesedihan bersama-sama mengajar
Dikamar temaram sarat akan nuansa kelakian disitu Florance terjebak selama 3 jam dengan perut kelaparan dengan stamina yang terkuras habis."Kau jahat! ..," ujar Florance dengan suara serak dengan badan miring di atas tempat tidur.Dia kelelahan setelah 3 jam lamanya Evander mengurung dan menggempurnya habis-habisan. Evander yang mendengar itu hanya bisa mengangkat alis sambil terkekeh pelan tanpa suara di samping Florance, dengan tubuh topless masih di bawa gelungan selimut yang sama."Mana ada ck," Evander menjawab sembari melihat pundak putih bersih Florance di bawah selimut yang sama dengannya, sementara badannya dia rebahkan di bad tempat tidur sembari mengecek laporan dari tab yang dia pegang sekarang, puas dengan menyalurkan nafsunya tapi dia tidak akan melupakan pekerjaannya.Sementara Florance hanya bisa membatin pilu sekaligus jengkel dengan calon mantan suaminya itu,Lagi dan lagi aku harus terjebak disituasi ini, jika begini terus yang ada aku bisa hamil dan malah tidak a
Disaat semua orang memulai aktifitasnya dengan lenggang, dua insan yang selalu terlibat percekokan itu malah terlibat dalam nuansa gairah yang mereka ciptakan.Evander tak akan lupa sarat muka yang penuh kecemasan akan hawa nafsu di wajah wanita yang dia pandangi beberapa saat lalu ketika masuk ke perpustakaan pribadinya. Bahkan dia juga tak akan lupa ketika adanya sengatan listrik tak kasat mata ketika bibir seindah buah plum itu menggigiti jari dengan setitik peluh yang menjulur turun dari leher jenjang itu yang terbiarkan terbuka.Goshh apa-apaan yang ku lihat ini.. Batin Evander berteriak frustasi dalam hati.Oh c'mon ini bahkan masih siang hari tapi dia harus mendapat godaan ini. Maka dengan bahasa tubuhnya yang bergerak sendiri Evander melangkah ke arah wanita itu tanpa memutuskan pandangannya. Dia akan mendapatkan yang dia mau, dengan bibir yang langsung menulusiri leher jenjang itu, Isyarat frustasi yang wanita itu keluarkan tak akan dia ladeni dengan mudahnya, salah wanita it
Fajar menyingsing ketika sang surya memunculkan atensi, suara gebrakan tanda ada sesuatu yang jatuh mewarnai suasana kamar yang di isi oleh dua insan meski salah satu sudah berakhir di lantai. "Akh, Mengapa kau menendang ku , hah? " "S-seharusnya aku yang bertanya, mengapa bisa kau di kamarku." Florence yang saat itu masih syok langsung balik menanyai laki-laki di depannya. Memeriksa seluruh pakaiannya apakah sudah terlempar kesana kemari atau malah bergeser dari tempat seharusnya. Huh, dan untungnya masih tetap utuh. Batin Florence lega. "Kamarmu? " Memandang sekeliling berpura-pura bodoh , "Mengapa aku ada di kamarmu? " Bahkan pandangan matanya yang selalu berpendar acak menjadi bukti kuat kalau dia memang terlihat sekali hanya berpura-pura. Anak kecilpun pasti akan tetap menyadarinya. Memicingkan matanya kepada laki-laki di depannya yang sudah berdiri meski masih meringis kesakitan sambil mengelus bokong seksinya itu. Apa Evander berpura-pura
Mobil mewah yang kini di kendarai oleh sang Pria kini hanya di isi kebisingan roda yang bergesekan dengan aspal meski hanya menciptakan suara stabil dan lembut. Dua orang di dalam itu bahkan tidak ada yang membuka mulut setelah kejadian beberapa saat lalu. Florence yang kini menumpu kan satu tangannya ke jendela mobil sembari menatap pohon-pohon jeruk yang tumbuh subur ketika mereka melewati jalanan. Memikirkan perihal tadi , sungguh sebenarnya dia malu dan bahkan rasanya ingin menangis. Dia yatim piatu dan tidak di cintai suaminya tetapi bukan berarti dia seorang jalang atau mainan seseorang. Alih-alih untuk membuka mulut ingin sekali membantah perkataan mereka , namun yang dilakukannya hanya bisa menunduk melihat warna lantai marmer sembari menahan sesak di dada. Sikap menentang yang biasa di keluarkan untuk menghadapi Evander bahkan lenyap dalam sekejap karena banyaknya sepasang mata yang menghujam dirinya. Meski dia sempat tertegun sebentar karena pembelaan Evand
Suasana dalam tempat yang bernuansa monokrom itu kini hanya di isi dengan keheningan dan yang pasti itu terjadi di antara dua orang yang saling bertatapan sengit dengan jarak dua meter itu dari tempat mereka berada, si wanita yang sedang melayangkan tatapan kesal dan geramnya kepada sosok laki-laki yang sedang berdiri dan bersandar di meja kayu berkualitas tinggi itu tangan terlipat di dada dengan kedua kaki yang disilangkan menunjukkan keangkuhan dari laki-laki di depannya ini . Mungkin mereka tidak akan selesai untuk saling bertatapan sinis jika salah satu tidak ada yang berinisiatif berbicara dahulu. Oke florence menyerah, "Mengapa kau membawaku ke kantormu? Kita akan menyelesaikan semuanya di sana tadi, " ujar Florence meski harus sedikit meringankan ekspresi kesalnya kepada Evander dan yang di tanya malah diam beberapa saat dengan alis terangkat. "Aku tidak ingin ada yang mencampuri urusanku , apalagi sampai masalah perceraianku. " jawab Evander dengan d
Dua insan yang saling berbagi cerita itu tampak hangat dan serasi jika di lihat dari banyak sepasang mata , termasuk mata dengan beriris abu-abu yang sedang memperhatikan kedua nya.Florence saat itu sedang tertawa akan lelucon yang dilontarkan Arga namun, pandangannya tiba-tiba teralihkan oleh pemilik sepasang mata yang menatap tajam tanpa arti yang jelas . Mulutnya yang saat itu terbuka kerena tertawa kini menutup spontan, mempertanyakan kedatangan Evander ke tempat ini . Karena sedari yang dia tahu , Evander takkan pernah menggunakan kakinya untuk pergi ke tempat cafe apalagi ramai seperti ini. Jadi untuk apa Evander di disini ? Apa karena ingin bertemu dengannya ?Ah bukan kurasa , bisa saja dia ingin sarapan siang .Eh , tapi kenapa tatapannya mengarah kesini ? Batin Florence , tidak terlalu ambil pusing tetapi tetap saja curiga.Ketukan sepatunya dari pemilik nama Evander itu bahkan membuatnya merinding .Pada akhirnya tujuannya memang ke sini
Kedatangan kakeknya ke kantor membuatnya terkena beban pikiran sekarang. Sekretarisnya dipecat seenaknya dan kakeknya malah menugaskan Benjamin menjadi sekretaris penggantinya sementara .Memijat kepalanya sebentar untuk meredakan pusing nya , berkas-berkas di depannya kenapa lama sekali selesainya . Kurasa kakek memang niat menghukumku Ck, Batin Evander menjerit frustasi.Mencoba bersandar di kursi kebesarannya sambil menghitung menit waktu istirahatnya. Dia harus menyelesaikan secepatnya semua berkas-berkas ini .Melihat jam yang ada di dinding menunjukan waktu untuk makan siang , bahkan dia tidak menyadari kalau waktunya makan siang .Bunyi pintu terbuka dengan sendirinya mengalihkan atensinya . Benjamin masuk dengan sendirinya membuat Evander berdecak tak su
Pagi itu tiba-tiba Kakek Thomas atau masih pemilik sah Dari P.M Smith datang ke kantor , entah apa tujuannya. Pasalnya selama setahun belakangan ini kantor sudah berpindah pemimpin meski belum sepenuhnya menjadi pemilik pemimpin sekarang .Tujuan kakek Thomas saat ini hanya untuk bertemu dengan cucunya karena ingin membicarakan sesuatu . Semalam asisten Evander yaitu Benjamin tiba-tiba melapor padanyaTentang insiden dan kedatangan Florence ke kantor Evander mungkin tidak secara rinci tapi Sepertinya dia tahu tujuan Florence ke kantor suaminya untuk pertama kali.Mungkin kakek Thomas terlalu berharap pada cucunya itu. Kedatangan Florens padanya dan menolongnya waktu itu membuatnya berfikir wanita itu akan cocok bersama cucunya dengan begitu sifat cucunya mungkin akan bisa dikendalikan oleh seseorang yang memiliki sifat baik dan suka menolong itu.Meski belum mengenal terlalu lama Florence, tapi Kakak Thomas tahu Florence bukanlah wanita sembarangan sepert
Matahari di ufuk timur kini menampakan diri , disaat semua orang berbondong-bondong mulai aktivitas paginya,Wanita yang bernama lengkap Florence Atasya Smith saat itu , bahkan baru memulai membuka matanya yang terasa berat . Menggeliatkan badan ketika merasa ada beban di beberapa bagian tubuhnya . Tenang beberapa saat sebelum menyadari apa yang terjadi semalam.Dia tersadar kalau saat ini dia berada dalam pelukan lelaki brengsek yang masih berstatus suami nya sampai saat ini. Melepas kasar tangan yang membelit pinggangnya itu dan pergi begitu saja ke kamar mandi dengan langkah tertatih . Badannya terasa remuk seperti di timpal batu ber ton-ton, Sial . Dia tak ingin berlama-lama melihat wajah bajingan ini.Merenungkan banyak hal apa yang terjadi semalaman hingga dia bisa berakhir diranjang dengan pria itu . Bukan mencela keharusan yang harus di lakukan suami istri , hanya jika saja lelaki itu bisa pengertian sedikit mungkin dia bisa mentorelil hal yang ter