Bunyi bel apartement berbunyi mengalihkan fokusnya, menggerutu sambil memakai bathrobe bertanya-tanya siapa yang mengganggu kedamaian kali ini . Ini waktunya semua orang beristirahat .
Berpikir itu adalah sahabatnya , Florence kedepan dengan santai untuk membuka pintu apartemen tanpa mengetahui siapa sebenarnya yang ada dibalik pintu apartemennya tersebut.
Saat membuka pintu, tangan dan matanya yang sedang terarah mengikat bathrobe itu teralihkan oleh sepatu pantofel yang dia lihat dari ujung lantai bawahnya yang berarti kali ini dia salah mengira, bukan sahabatnya yang datang namun seseorang yang ingin dia hindari setelah hari yang melelahkan ini .
"Apa yang kau lakukan disini? " Bertanya setelah menyelesaikan ikatan bathrobenya. Mencoba tidak gugub . Tampilan pria itu sepertinya baru pulang dari kantornya,tapi bukannya ke rumahnya sendiri , malah ke apartemennya?
"Apa yang kau tanyakan Florence, tentu saja aku di sini ini salah satu propertiku." Jawab Evander dengan tangan yang berada di saku jas nya.
"Tapi ini tempaku Tuan Evander, yang berarti kau tidak berhak masuk dan mengklaim ini milikmu seenaknya." Jawab Florence bernada tegas , Oh tentu saja ini milik Evander, Gedung P.M Star memang milik dia , tapi dia tidak bisa seenaknya mengklaim apartement seseorang sebagai miliknya .
"Aku punya hak Florence , jangan lupa kau itu adalah istriku dan aku berhak mengklaim tempat ini sebagai tempatku juga." Jawab santai Evander kembali dan melangkah ke dalam tanpa kendala sedikit pun. Membuka kancing jas dan melonggarkan dasinya sembari matanya berkeliaran melihat situasi atau tempat yang ditinggali oleh istrinya Florence setahun belakangan ini .
Sedangkan Florence terlihat heran dengan tingkah laki-laki depannya ini , Setelah sekian lama mereka menyandang status suami istri , dan untuk pertama kalinya suaminya sudi untuk ke tempatnya .
Dia bisa pulang ke rumah megahnya bukan? Bukan ke tempatnya yang tidak sebanding dengan milik Evander .
"Huh, Bisakah kau membawakanku secangkir teh? Aku haus." Sedangkan orang yang ditanyanya hanya bisa terpaku di belakang sofa yang ditempati oleh suaminya itu.
"Apakah kau tidak mendengarku Florence ? " Menengok ke belakang seraya memastikan Florence mendengar seruannya ."A-apa .. B-baiklah," Terbata-bata akan pertanyaan dari Evander,melangkah ke bagian tempat air minum berada di kitchen room dan membuatkan secangkir teh berharap agar Evander bisa pergi dari tempat ini secepatnya .
Sedangkan Evander yang bisa melihat keengganan dari istrinya itu hanya terkekeh geli . Apa kedatangannya kesini membuat istrinya itu kaget ?
Florence saat ini tengah berdiri termenung dengan tangan mengaduk gula hingga bisa menyatu dengan cairan panas teh itu , Berpikir apa saja hal yang bisa membuat Evander bisa sampai ke sini.
Ah apa Evander sudah menyetujui surat perceraiannya? Oh good itu sepertinya itu jawaban yang masuk akal. Syukurlah sepertinya dia tidak akan terlalu lama berurusan dengan seorang Pramudya Evander Smith .
Sementara lelaki yang ada di pikirannya saat ini juga Sedang menutup mata merileks kan badannya setelah seharian bekerja tapi bukannya pergi ke rumah megahnya dan beristirahat dia malah ke tempat istrinya. Hah sungguh tidak terduga .
"Minumlah! " Setelah menaruh cangkir ke meja di hadapan Evander . Duduk seraya memperbaiki bathrobenya yang seakan ingin menjalar ke mana-mana .
"Kurasa kau tidak perlu repot-repot untuk mengantarkan berkasnya kemari,Kau bisa menyuruh Sopirmu atau Kurir mengantarnya ke sini " Cerocos Florence percaya diri dengan spekulasi kedatangan suaminya itu untuk mengantarkan berkas perceraian mereka yang sudah ditandatangani oleh lelaki itu .
"Berkas apa yang kau maksud ? " Kening lelaki itu berkerut sambil bertanya dengan nada lembut , mempertanyakan hal yang sebenarnya sudah bisa dia tebak .
"Ya berkas perceraiannya . Kau kesini untuk itu kan? " Tanya Florence memastikan , lagipula mana mungkin suaminya kesini hanya untuk berbasa-basi. Sangat tidak mungkin!
"Tujuanku ke sini bukan untuk mengantarkan surat perceraian, tapi aku ingin membuat kesepakatan denganmu "
"Apa maksudmu Evander? Aku hanya ingin berpisah denganmu bukan membuat kesepakatan " Wajah wanita berubah memerah emosi , berharap kemarahannya kali ini jangan sampai menyembur membuat lelaki di depannya ini semakin menjadi-jadi .
Apalagi yang ingin dimainkan oleh Evander , yang dia inginkan hanya berpisah dari Evander dan setelah itu beban pikirannya akan terasa legah, hidupnya akan tenang begitu pula Evander.
Florence berdiri "Aku sedang tidak ingin bermain-main Evander, cukup tanda tangan, kita bercerai dan kamu bisa bebas berbuat apa saja di luar sana- " Lanjut wanita itu lagi tapi terpotong dengan kata spontan laki-laki di depannya .
"Tidur denganku " Wanita ini terlalu banyak bicara dan jawaban evander kali ini sukses membungkam mulut wanita itu, bahkan saat ini wajahnya terlihat kaget dengan mulut menganga dan mata melotot yang hampir keluar .
"W-what ?! Apa yang kau bicarakan HAH ?"
Kesal dengan jawaban dan pertanyaan berbelit-belit wanita ini Evander langsung saja menarik Florence hingga terduduk di pangkuan nya dengan tubuh kaku bahkan dengan nafas tertahan ."Apa yang aku bicarakan?! kuharap kau tidak lupa Florence kalau kita masih berstatus suami istri dan aku punya hak untuk itu " Peringati Evander .
"T-tapi .. " Flores bahkan tidak bisa melanjutkan ucapannya karena jari telunjuk yang menempel di bibirnya dengan wajah Evander yang hanya beberapa centi dari wajahnya yang mengharuskannya merasakan hembusan nafas hangat pria itu . Aroma citrus dari pria itu seakan ingin mengajak ke aufhoria bersama , terlalu sexy dan memikat.
"Ssst , itu adalah kesepakatannya. Kau bersedia dan aku akan mentandangani surat perceraian yang kau ajukan itu dan tidak ada penolakan."
Berdiri sambil membawa Florence yang ada di gendongannya dan masuk kedalam kamar wanita itu tanpa peduli pemberontakan kecil yang dilakukan wanita yang ada di gendongannya ini .
Dikamar ,Evander bahkan langsung melemparkannya di kasur meski empuk dan tubuhnya tetap memantul aman , hanya saja dia ingin memberontak . Ini bukan kemauannya .
Bathrobenya sudah acak sana-sini memperlihatkan sebagian pundak dan paha mulusnya dan itu membuat tatapan nafsu pria di depannya ini semakin menggila .
Bahkan Evander tak segan menjilati bibirnya dengan nafas memburu .
Membuka kancing bajunya satu persatu , membuat Florence ketakutan dan spontan mengundurkan badannya ke badan kasur ."Ev-van kita bisa membicarakan ini baik-baik b-bukan? Tidak perlu seperti ini "
"Tidak perlu seperti apa Flo , kau istriku dan aku ingin meminta salah satu hak ku padamu "
"T-tapi.. " Jawaban itu tak terselesaikan saat Evander dengan tubuh strihlest dengan otot-otot berbentuk itu mengarah padanya dan membungkuk membuatnya ikut tertanam ke dalam kasur .
Mata mereka memandang satu sama lain , tenggelam beberapa detik hingga mata Evander kemudian berfokus pada bibirnya ."Tidak perlu menolak , karena aku akan tetap melakukannya . Tenang saja kau hanya perlu mendesah di bawahku dan aku akan membawamu ke kenikmatan duniaku " Penyataan itu menjadi detik berlalu ketika bibir Evander meraup bibir Florence di depannya dengan buas .
Malam itu suaminya mengambil sesuatu yang tidak pernah dia kasih ke siapapun. Kesakitan,kenikmatan dan kepasrahan dia alami sepanjang malam itu .
Tbc...
Matahari di ufuk timur kini menampakan diri , disaat semua orang berbondong-bondong mulai aktivitas paginya,Wanita yang bernama lengkap Florence Atasya Smith saat itu , bahkan baru memulai membuka matanya yang terasa berat . Menggeliatkan badan ketika merasa ada beban di beberapa bagian tubuhnya . Tenang beberapa saat sebelum menyadari apa yang terjadi semalam.Dia tersadar kalau saat ini dia berada dalam pelukan lelaki brengsek yang masih berstatus suami nya sampai saat ini. Melepas kasar tangan yang membelit pinggangnya itu dan pergi begitu saja ke kamar mandi dengan langkah tertatih . Badannya terasa remuk seperti di timpal batu ber ton-ton, Sial . Dia tak ingin berlama-lama melihat wajah bajingan ini.Merenungkan banyak hal apa yang terjadi semalaman hingga dia bisa berakhir diranjang dengan pria itu . Bukan mencela keharusan yang harus di lakukan suami istri , hanya jika saja lelaki itu bisa pengertian sedikit mungkin dia bisa mentorelil hal yang ter
Pagi itu tiba-tiba Kakek Thomas atau masih pemilik sah Dari P.M Smith datang ke kantor , entah apa tujuannya. Pasalnya selama setahun belakangan ini kantor sudah berpindah pemimpin meski belum sepenuhnya menjadi pemilik pemimpin sekarang .Tujuan kakek Thomas saat ini hanya untuk bertemu dengan cucunya karena ingin membicarakan sesuatu . Semalam asisten Evander yaitu Benjamin tiba-tiba melapor padanyaTentang insiden dan kedatangan Florence ke kantor Evander mungkin tidak secara rinci tapi Sepertinya dia tahu tujuan Florence ke kantor suaminya untuk pertama kali.Mungkin kakek Thomas terlalu berharap pada cucunya itu. Kedatangan Florens padanya dan menolongnya waktu itu membuatnya berfikir wanita itu akan cocok bersama cucunya dengan begitu sifat cucunya mungkin akan bisa dikendalikan oleh seseorang yang memiliki sifat baik dan suka menolong itu.Meski belum mengenal terlalu lama Florence, tapi Kakak Thomas tahu Florence bukanlah wanita sembarangan sepert
Kedatangan kakeknya ke kantor membuatnya terkena beban pikiran sekarang. Sekretarisnya dipecat seenaknya dan kakeknya malah menugaskan Benjamin menjadi sekretaris penggantinya sementara .Memijat kepalanya sebentar untuk meredakan pusing nya , berkas-berkas di depannya kenapa lama sekali selesainya . Kurasa kakek memang niat menghukumku Ck, Batin Evander menjerit frustasi.Mencoba bersandar di kursi kebesarannya sambil menghitung menit waktu istirahatnya. Dia harus menyelesaikan secepatnya semua berkas-berkas ini .Melihat jam yang ada di dinding menunjukan waktu untuk makan siang , bahkan dia tidak menyadari kalau waktunya makan siang .Bunyi pintu terbuka dengan sendirinya mengalihkan atensinya . Benjamin masuk dengan sendirinya membuat Evander berdecak tak su
Dua insan yang saling berbagi cerita itu tampak hangat dan serasi jika di lihat dari banyak sepasang mata , termasuk mata dengan beriris abu-abu yang sedang memperhatikan kedua nya.Florence saat itu sedang tertawa akan lelucon yang dilontarkan Arga namun, pandangannya tiba-tiba teralihkan oleh pemilik sepasang mata yang menatap tajam tanpa arti yang jelas . Mulutnya yang saat itu terbuka kerena tertawa kini menutup spontan, mempertanyakan kedatangan Evander ke tempat ini . Karena sedari yang dia tahu , Evander takkan pernah menggunakan kakinya untuk pergi ke tempat cafe apalagi ramai seperti ini. Jadi untuk apa Evander di disini ? Apa karena ingin bertemu dengannya ?Ah bukan kurasa , bisa saja dia ingin sarapan siang .Eh , tapi kenapa tatapannya mengarah kesini ? Batin Florence , tidak terlalu ambil pusing tetapi tetap saja curiga.Ketukan sepatunya dari pemilik nama Evander itu bahkan membuatnya merinding .Pada akhirnya tujuannya memang ke sini
Suasana dalam tempat yang bernuansa monokrom itu kini hanya di isi dengan keheningan dan yang pasti itu terjadi di antara dua orang yang saling bertatapan sengit dengan jarak dua meter itu dari tempat mereka berada, si wanita yang sedang melayangkan tatapan kesal dan geramnya kepada sosok laki-laki yang sedang berdiri dan bersandar di meja kayu berkualitas tinggi itu tangan terlipat di dada dengan kedua kaki yang disilangkan menunjukkan keangkuhan dari laki-laki di depannya ini . Mungkin mereka tidak akan selesai untuk saling bertatapan sinis jika salah satu tidak ada yang berinisiatif berbicara dahulu. Oke florence menyerah, "Mengapa kau membawaku ke kantormu? Kita akan menyelesaikan semuanya di sana tadi, " ujar Florence meski harus sedikit meringankan ekspresi kesalnya kepada Evander dan yang di tanya malah diam beberapa saat dengan alis terangkat. "Aku tidak ingin ada yang mencampuri urusanku , apalagi sampai masalah perceraianku. " jawab Evander dengan d
Mobil mewah yang kini di kendarai oleh sang Pria kini hanya di isi kebisingan roda yang bergesekan dengan aspal meski hanya menciptakan suara stabil dan lembut. Dua orang di dalam itu bahkan tidak ada yang membuka mulut setelah kejadian beberapa saat lalu. Florence yang kini menumpu kan satu tangannya ke jendela mobil sembari menatap pohon-pohon jeruk yang tumbuh subur ketika mereka melewati jalanan. Memikirkan perihal tadi , sungguh sebenarnya dia malu dan bahkan rasanya ingin menangis. Dia yatim piatu dan tidak di cintai suaminya tetapi bukan berarti dia seorang jalang atau mainan seseorang. Alih-alih untuk membuka mulut ingin sekali membantah perkataan mereka , namun yang dilakukannya hanya bisa menunduk melihat warna lantai marmer sembari menahan sesak di dada. Sikap menentang yang biasa di keluarkan untuk menghadapi Evander bahkan lenyap dalam sekejap karena banyaknya sepasang mata yang menghujam dirinya. Meski dia sempat tertegun sebentar karena pembelaan Evand
Fajar menyingsing ketika sang surya memunculkan atensi, suara gebrakan tanda ada sesuatu yang jatuh mewarnai suasana kamar yang di isi oleh dua insan meski salah satu sudah berakhir di lantai. "Akh, Mengapa kau menendang ku , hah? " "S-seharusnya aku yang bertanya, mengapa bisa kau di kamarku." Florence yang saat itu masih syok langsung balik menanyai laki-laki di depannya. Memeriksa seluruh pakaiannya apakah sudah terlempar kesana kemari atau malah bergeser dari tempat seharusnya. Huh, dan untungnya masih tetap utuh. Batin Florence lega. "Kamarmu? " Memandang sekeliling berpura-pura bodoh , "Mengapa aku ada di kamarmu? " Bahkan pandangan matanya yang selalu berpendar acak menjadi bukti kuat kalau dia memang terlihat sekali hanya berpura-pura. Anak kecilpun pasti akan tetap menyadarinya. Memicingkan matanya kepada laki-laki di depannya yang sudah berdiri meski masih meringis kesakitan sambil mengelus bokong seksinya itu. Apa Evander berpura-pura
Disaat semua orang memulai aktifitasnya dengan lenggang, dua insan yang selalu terlibat percekokan itu malah terlibat dalam nuansa gairah yang mereka ciptakan.Evander tak akan lupa sarat muka yang penuh kecemasan akan hawa nafsu di wajah wanita yang dia pandangi beberapa saat lalu ketika masuk ke perpustakaan pribadinya. Bahkan dia juga tak akan lupa ketika adanya sengatan listrik tak kasat mata ketika bibir seindah buah plum itu menggigiti jari dengan setitik peluh yang menjulur turun dari leher jenjang itu yang terbiarkan terbuka.Goshh apa-apaan yang ku lihat ini.. Batin Evander berteriak frustasi dalam hati.Oh c'mon ini bahkan masih siang hari tapi dia harus mendapat godaan ini. Maka dengan bahasa tubuhnya yang bergerak sendiri Evander melangkah ke arah wanita itu tanpa memutuskan pandangannya. Dia akan mendapatkan yang dia mau, dengan bibir yang langsung menulusiri leher jenjang itu, Isyarat frustasi yang wanita itu keluarkan tak akan dia ladeni dengan mudahnya, salah wanita it
Dikamar temaram sarat akan nuansa kelakian disitu Florance terjebak selama 3 jam dengan perut kelaparan dengan stamina yang terkuras habis."Kau jahat! ..," ujar Florance dengan suara serak dengan badan miring di atas tempat tidur.Dia kelelahan setelah 3 jam lamanya Evander mengurung dan menggempurnya habis-habisan. Evander yang mendengar itu hanya bisa mengangkat alis sambil terkekeh pelan tanpa suara di samping Florance, dengan tubuh topless masih di bawa gelungan selimut yang sama."Mana ada ck," Evander menjawab sembari melihat pundak putih bersih Florance di bawah selimut yang sama dengannya, sementara badannya dia rebahkan di bad tempat tidur sembari mengecek laporan dari tab yang dia pegang sekarang, puas dengan menyalurkan nafsunya tapi dia tidak akan melupakan pekerjaannya.Sementara Florance hanya bisa membatin pilu sekaligus jengkel dengan calon mantan suaminya itu,Lagi dan lagi aku harus terjebak disituasi ini, jika begini terus yang ada aku bisa hamil dan malah tidak a
Disaat semua orang memulai aktifitasnya dengan lenggang, dua insan yang selalu terlibat percekokan itu malah terlibat dalam nuansa gairah yang mereka ciptakan.Evander tak akan lupa sarat muka yang penuh kecemasan akan hawa nafsu di wajah wanita yang dia pandangi beberapa saat lalu ketika masuk ke perpustakaan pribadinya. Bahkan dia juga tak akan lupa ketika adanya sengatan listrik tak kasat mata ketika bibir seindah buah plum itu menggigiti jari dengan setitik peluh yang menjulur turun dari leher jenjang itu yang terbiarkan terbuka.Goshh apa-apaan yang ku lihat ini.. Batin Evander berteriak frustasi dalam hati.Oh c'mon ini bahkan masih siang hari tapi dia harus mendapat godaan ini. Maka dengan bahasa tubuhnya yang bergerak sendiri Evander melangkah ke arah wanita itu tanpa memutuskan pandangannya. Dia akan mendapatkan yang dia mau, dengan bibir yang langsung menulusiri leher jenjang itu, Isyarat frustasi yang wanita itu keluarkan tak akan dia ladeni dengan mudahnya, salah wanita it
Fajar menyingsing ketika sang surya memunculkan atensi, suara gebrakan tanda ada sesuatu yang jatuh mewarnai suasana kamar yang di isi oleh dua insan meski salah satu sudah berakhir di lantai. "Akh, Mengapa kau menendang ku , hah? " "S-seharusnya aku yang bertanya, mengapa bisa kau di kamarku." Florence yang saat itu masih syok langsung balik menanyai laki-laki di depannya. Memeriksa seluruh pakaiannya apakah sudah terlempar kesana kemari atau malah bergeser dari tempat seharusnya. Huh, dan untungnya masih tetap utuh. Batin Florence lega. "Kamarmu? " Memandang sekeliling berpura-pura bodoh , "Mengapa aku ada di kamarmu? " Bahkan pandangan matanya yang selalu berpendar acak menjadi bukti kuat kalau dia memang terlihat sekali hanya berpura-pura. Anak kecilpun pasti akan tetap menyadarinya. Memicingkan matanya kepada laki-laki di depannya yang sudah berdiri meski masih meringis kesakitan sambil mengelus bokong seksinya itu. Apa Evander berpura-pura
Mobil mewah yang kini di kendarai oleh sang Pria kini hanya di isi kebisingan roda yang bergesekan dengan aspal meski hanya menciptakan suara stabil dan lembut. Dua orang di dalam itu bahkan tidak ada yang membuka mulut setelah kejadian beberapa saat lalu. Florence yang kini menumpu kan satu tangannya ke jendela mobil sembari menatap pohon-pohon jeruk yang tumbuh subur ketika mereka melewati jalanan. Memikirkan perihal tadi , sungguh sebenarnya dia malu dan bahkan rasanya ingin menangis. Dia yatim piatu dan tidak di cintai suaminya tetapi bukan berarti dia seorang jalang atau mainan seseorang. Alih-alih untuk membuka mulut ingin sekali membantah perkataan mereka , namun yang dilakukannya hanya bisa menunduk melihat warna lantai marmer sembari menahan sesak di dada. Sikap menentang yang biasa di keluarkan untuk menghadapi Evander bahkan lenyap dalam sekejap karena banyaknya sepasang mata yang menghujam dirinya. Meski dia sempat tertegun sebentar karena pembelaan Evand
Suasana dalam tempat yang bernuansa monokrom itu kini hanya di isi dengan keheningan dan yang pasti itu terjadi di antara dua orang yang saling bertatapan sengit dengan jarak dua meter itu dari tempat mereka berada, si wanita yang sedang melayangkan tatapan kesal dan geramnya kepada sosok laki-laki yang sedang berdiri dan bersandar di meja kayu berkualitas tinggi itu tangan terlipat di dada dengan kedua kaki yang disilangkan menunjukkan keangkuhan dari laki-laki di depannya ini . Mungkin mereka tidak akan selesai untuk saling bertatapan sinis jika salah satu tidak ada yang berinisiatif berbicara dahulu. Oke florence menyerah, "Mengapa kau membawaku ke kantormu? Kita akan menyelesaikan semuanya di sana tadi, " ujar Florence meski harus sedikit meringankan ekspresi kesalnya kepada Evander dan yang di tanya malah diam beberapa saat dengan alis terangkat. "Aku tidak ingin ada yang mencampuri urusanku , apalagi sampai masalah perceraianku. " jawab Evander dengan d
Dua insan yang saling berbagi cerita itu tampak hangat dan serasi jika di lihat dari banyak sepasang mata , termasuk mata dengan beriris abu-abu yang sedang memperhatikan kedua nya.Florence saat itu sedang tertawa akan lelucon yang dilontarkan Arga namun, pandangannya tiba-tiba teralihkan oleh pemilik sepasang mata yang menatap tajam tanpa arti yang jelas . Mulutnya yang saat itu terbuka kerena tertawa kini menutup spontan, mempertanyakan kedatangan Evander ke tempat ini . Karena sedari yang dia tahu , Evander takkan pernah menggunakan kakinya untuk pergi ke tempat cafe apalagi ramai seperti ini. Jadi untuk apa Evander di disini ? Apa karena ingin bertemu dengannya ?Ah bukan kurasa , bisa saja dia ingin sarapan siang .Eh , tapi kenapa tatapannya mengarah kesini ? Batin Florence , tidak terlalu ambil pusing tetapi tetap saja curiga.Ketukan sepatunya dari pemilik nama Evander itu bahkan membuatnya merinding .Pada akhirnya tujuannya memang ke sini
Kedatangan kakeknya ke kantor membuatnya terkena beban pikiran sekarang. Sekretarisnya dipecat seenaknya dan kakeknya malah menugaskan Benjamin menjadi sekretaris penggantinya sementara .Memijat kepalanya sebentar untuk meredakan pusing nya , berkas-berkas di depannya kenapa lama sekali selesainya . Kurasa kakek memang niat menghukumku Ck, Batin Evander menjerit frustasi.Mencoba bersandar di kursi kebesarannya sambil menghitung menit waktu istirahatnya. Dia harus menyelesaikan secepatnya semua berkas-berkas ini .Melihat jam yang ada di dinding menunjukan waktu untuk makan siang , bahkan dia tidak menyadari kalau waktunya makan siang .Bunyi pintu terbuka dengan sendirinya mengalihkan atensinya . Benjamin masuk dengan sendirinya membuat Evander berdecak tak su
Pagi itu tiba-tiba Kakek Thomas atau masih pemilik sah Dari P.M Smith datang ke kantor , entah apa tujuannya. Pasalnya selama setahun belakangan ini kantor sudah berpindah pemimpin meski belum sepenuhnya menjadi pemilik pemimpin sekarang .Tujuan kakek Thomas saat ini hanya untuk bertemu dengan cucunya karena ingin membicarakan sesuatu . Semalam asisten Evander yaitu Benjamin tiba-tiba melapor padanyaTentang insiden dan kedatangan Florence ke kantor Evander mungkin tidak secara rinci tapi Sepertinya dia tahu tujuan Florence ke kantor suaminya untuk pertama kali.Mungkin kakek Thomas terlalu berharap pada cucunya itu. Kedatangan Florens padanya dan menolongnya waktu itu membuatnya berfikir wanita itu akan cocok bersama cucunya dengan begitu sifat cucunya mungkin akan bisa dikendalikan oleh seseorang yang memiliki sifat baik dan suka menolong itu.Meski belum mengenal terlalu lama Florence, tapi Kakak Thomas tahu Florence bukanlah wanita sembarangan sepert
Matahari di ufuk timur kini menampakan diri , disaat semua orang berbondong-bondong mulai aktivitas paginya,Wanita yang bernama lengkap Florence Atasya Smith saat itu , bahkan baru memulai membuka matanya yang terasa berat . Menggeliatkan badan ketika merasa ada beban di beberapa bagian tubuhnya . Tenang beberapa saat sebelum menyadari apa yang terjadi semalam.Dia tersadar kalau saat ini dia berada dalam pelukan lelaki brengsek yang masih berstatus suami nya sampai saat ini. Melepas kasar tangan yang membelit pinggangnya itu dan pergi begitu saja ke kamar mandi dengan langkah tertatih . Badannya terasa remuk seperti di timpal batu ber ton-ton, Sial . Dia tak ingin berlama-lama melihat wajah bajingan ini.Merenungkan banyak hal apa yang terjadi semalaman hingga dia bisa berakhir diranjang dengan pria itu . Bukan mencela keharusan yang harus di lakukan suami istri , hanya jika saja lelaki itu bisa pengertian sedikit mungkin dia bisa mentorelil hal yang ter