Sepuluh menit telah berlalu, tidak ada tanda-tanda bahwa Floryn akan segera kembali.Kenapa dia pergi lama sekali?Apa jangan-jangan, Floryn sakit serius dan terjadi sesuatu padanya? Alfred melihat Nara yang tengah menunggu barang-barangnya dibungkus, dilihatnya lagi ke arah pintu, namun Floryn masih belum muncul.Kekhawatiran mendorong Alfred beranjak pergi, dia harus memastikan keadaan Floryn.Tidak membutuhkan waktu lama, begitu Alfred melihat pintu toilet berada di depannya, dia langsung menemukan keberadaan Floryn yang berjalan pergi menuruni tangga lantai satu dengan langkah tergesa seperti telah terjadi sesuatu kepadanya.“Mau kemana dia?” bisik Alfrd bertanya-tanya.Floryn terus berjalan melewati pintu keluar, gadis itu memutuskan berdiri menunggu di depan mobilnya.Gerak-gerik aneh Floryn sedikit membingungkan, dan kebingungan Alfred langsung terjawab begitu dia melihat Melisa menyusul keluar dari toilet dengan wajah yang suram.Alfred yakin, pasti telah terjadi sesuatu d
Floryn meringkuk tertidur lelap dibawah selimut, menghabiskan waktunya untuk mengistirahatkan tubuh dan pikirannya yang lelah.Sekujur tubuhnya terasa cukup sakit…Semenjak keluar dari penjara, Floryn tidak mendapatkan kesempatan untuk bisa menjalani kehidupan barunya dengan tenang. Siang dan malam dia harus bergerak mencari uang dan makanan agar bisa bertahan, bahkan setelah mendapatkan pekerjaan, hari-hari yang dia jalani masih penuh dengan rintanga hingga Floryn tidak sadar beban yang terus dia pikul hampir membuatnya tumbang.Ketika matahari sudah berada di puncak langit dan suhu panas sedikit meningkat, Floryn terbangun dengan keadaan tubuh yang lebih ringan dari biasanya.Floryn tidak bisa terus bersantai-santai, dia harus pergi keluar dan melakukan sesuatu untuk memulai balas dendamnya kepada keluarga baru Emier.“Julie,” panggil Floryn begitu melihat temannya keluar pintu, “kau mau pergi kemana?”Julliet tersenyum kaku, dia terkejut melihat Floryn telah kembali pulang lebih a
Suasana sore ibukota kian ramai, para pejalan kaki memadati terotoar, mereka pergi menuju stasiun kereta dan mengantri di halte bus. Beberapa restaurant mulai dipadati pengunjung mencari makan malam.Floryn berjalan meninggalkan keramaian.Suara tawa dan teriakan senang terdengar di sudut tempat.Bayangan tubuh Floryn terlihat bawah cahaya kuning matahari sore, gadis itu berdiri didepan sebuah pagar berkawat, memperhatikan sekelompok anak remaja yang tengah menghabiskan sisa sore mereka dengan bermain basket.Floryn termangu mengusap permukaan pagar, keramaian yang ada disekitarnya berubah menjadi kehampaan yang menyesakan.“Dulu, aku juga pernah sebahagia itu,” bisik Floryn dengan mata berkaca-kaca, tenggelam dalam sebuah kerinduan yang tidak akan pernah bisa terobati oleh siapapun, Floryn rindu bermain, dia rindu belajar, dan dia rindu kue ulang tahun buatan ibunya..Besok adalah hari ulang tahunnya, Floryn ingin merayakannya dengan sepotong kue setelah lima tahun lamanya tidak per
‘Putrimu membayarku untuk mencaritahu apakah kau memiliki pria idaman lain.’Serangkai kalimat dalam sebuah pesan dibaca Issabel, kalimat yang sederhana namun berhasil membuatnya langsung berdiri dari kursi dan bergerak kesana-kemari dengan gelisah.Issabel menggenggam erat handponenya. “Apa Dany memberitahu rahasiaku pada Rachel?” bisik Issabel bertanya-tanya. Tidak ada satu orangpun yang tahu tentang rahasianya selain Dany, namun jika memang Dany orang yang memberitahu Rachel, itu suatu perkara yang mustahil terjadi.Dibandingkan membagi rahasia Issabel pada Rachel, Dany yang mata duitan pasti akan terlebih dahulu memeras Issabel sampai uangnya terkuras habis.Namun, jika memang benar Rachel sedang mencaritahu hubungannya dengan Nolan, lantas darimana Rachel bisa tahu?Ataukah, Rachel sengaja membayar seseorang untuk mencari-cari keburukan Issabel untuk bisa mengancamnya agar Issabel tutup mulut mengenai kasus pembunuhan yang Rachel lakukan?Ini tidak begitu mustahil bila terjadi,
Aroma alkohol tercium begitu Floryn melangkah masuk ke dalam ruangan Samantha. Samantha tersenyum ramah melihat kedatangan Floryn yang sudah berpenampilan cantik mengenakan gaun yang dia kirimkan. Penampilan Floryn semalam mendapatkan respon baik dari pengunjung,. Samantha mengharapkan jika kedatangan Floryn akan membawa angin segar untuk bisnis rumah bordilnya. Floryn bisa dijadikan penari ekslusif yang bisa menarik rasa penasaran para pengunjung, dilihat dari penampilannya yang cantik gadis itu memiliki daya pikat yang kuat meski sedang tdiak melakukan apapun. “Ada apa?” sambut Samantha tengah yang menaburkan beberapa bubuk putih di atas tembakau, dengan berhati-hati dia melintingnya dengan selembar daun. Floryn melangkah ragu, semakin dia mendekat, tenggorokannya semakin gatal menahan batuk. Dilihat dari asbak yang sudah ditumpuki puntung rokok yang sama, sepertinya, Samantha adalah perokok berat, juga kecanduan obat-obatan. “Saya ingin berbicara dengan Anda,” jawab Flor
Begitu Issabel memasuki ruangan Samantha dan pintu ruangan tertutup, dengan terburu-buru Floryn melepaskan pelukannya dan mundur. Ini waktu yang tepat untuknya meminta maaf apalagi menjelaskan situasi yang terjadi, Floryn harus segera pergi sebelum Issabel menyadari keberadaannya.Diraihnya tangan Alfred, Floryn berlari menariknya pergi meninggalkan tempat itu.Sekilas Alfred melihat ke arah pintu, wajah wanita yang tengah Floryn hindari cukup familiar dalam ingatannya. Alfred sadar, wanita itu adalah ibu tiri Floryn dan dia adalah orang yang pernah mendatangi Kjanet dan menawarkan uang seratus ribu dollar agar Kjanet mundur menjadi pengacara Floryn.Beruntungnya, Kjanet yang sudah lebih dari kata berkecukupan tidak terpengaruh dengan tawaran Issabel.Lima tahun yang lalu, ada sebuah perdebatan yang sengit terjadi sebelum satu minggu persidangan keputusan hukuman untuk Floryn berlangsung. Tanpa Floryn ketahui, Issabel bersikukuh memperjuangkan agar Floryn dipenjara seumur hidup atau
“Dasar bajingan!”Teriakan memaki Floryn terdengar diantara suara letupan jantung Alfred yang berdebar kencang. Pipi Alfred merah bersemu, hangat dan lembut bibir Floryn masih menempel di bibirnya.Respon marah Floryn berlawanan dengan Alfred yang kini bergerak tersipu malu akan tindakan yang dia perbuat sendiri.Alfred sama sekali tidak bermaksud akan mencuri sebuah ciuman dari Floryn, namun saat dia melihat kilatan marah mata Floryn diantara topengnya, bibir mungilnya yang mencebik menahan kesal, Alfred terpanah, dia tergoda dengan marahnya. Alfred tidak dapat mengontrol diri hingga akhirnya melakukan sesuatu yang selama ini ingin dia lakukan pada gadis itu.Alfred mengusap bibirnya, dia menatap polos Floryn tanpa rasa bersalah. “Bisakah kita melakukannya lagi?” tanya Alfred dengan serius.Floryn tercengang tidak menduga Alfred Morgan akan mengatakan sesuatu yang lebih tidak tahu malu setelah bertindak tidak bermoral kepadanya. “Enyahlah!” Floryn kembali memaki dan tidak lagi ber
Samantha terlihat kebingungan ketika dia menginjakkan kakinya di depan kediaman Floryn dan Julliet. Empat hari yang lalu tidaklah seperti ini, semuanya serba gelap sedikit gersang sebagaimana biasanya perumahan kumuh yang tidak terawat.Kurun dari empat hari dia tidak memperhatikan, pemandangan rumah kumuh yang dia lihat belasan tahun itu telah hilang entah kemana.Tangga panjang yang terdiri dari ratusan blok itu kini diterangi banyak lampu, dinding tembok berlumut telah dibersihkan menjadi baru, tidak terlihat lagi pemabuk yang bersemunyi di kegelapan.Pandangan Samantha teralihkan pada puluhan pot bunga yang terpajang dengan atap baru dan kokoh, tangga menuju lantai dua telah berubah dan memiliki pegangan besi yang lebih besar, saluran keran air berada di beberapa sudut tempat.Semua perubahan ini pasti membutuhkan banyak biaya, tidak mungkin Julliet dan Floryn mampu melakukannya, mereka berdua sangat miskin.Lantas siapa yang melakukannya? “Bibi,” sapa Julliet mengeluarkan kepal
Samantha menghisap cerutunya dalam-dalam, wanita itu segera duduk dikursinya menghadap Roan yang telah cukup lama menunggu diruangannya.“Ada apa? Tidak seperti biasanya kau datang ke rumah bordilku,” tanya Samantha dengan suara serak.“Bagaimana kabarmu Samantha?”“Seperti yang kau lihat, selalu berjalan biasa seperti ini.”Seperti apa yang Roan lakukan sebelumnya, dia mengeluarkan sebuah amplop dari jaketnya dan meletakannya di meja kerja Samantha. “Aku ingin menyampaikan titipan dari Flo.”Samantha sempat terdiam melihat amplop diatas mejanya, sampai akhirnya dia bertanya. “Titipan apa?”“Bukalah.”Samantha meninggalkan cerutunya di asbak dan mengambil amplop itu, mengeluarkan selembar cek berisi dua juta dollar.Samantha terperangah kaget sampai tangannya gemetar memegang uang sangat banyak. “Apa maksudnya ini? Jangan bermain-main denganku jika ini tentang uang,” bisik Samantha dengan suara bergetar.Tubuh Roan menegak. “Itu adalah uang hasil dari tuntutan Flo pada kepolisian. Fl
Kabar kematian Floryn tersebar luas kepada banyak orang, kasus pembunuhan dan scenario pembohongan besar yang telah dilakukan Rachel memantik banyak berhatian public untuk ikut turun tangan menuntut keadilan untuknya. Public menuntut untuk hukuman berat kepada Rachel karena dia bertanggung jawab penuh atas kematian Abra dan juga penyebab kematian Floryn. Kabar kematian Floryn akhirnya sampai ditelinga Rachel, alih-alih merasa senang orang yang paling dibencinya telah tiada, justru Rachel mulai dibayangi oleh ketakutan akan hukuman yang semakin berat harus dia jalani didepan mata. Selama dua bulan di dalam penjara, keadaan Rachel terlihat semakin mengkhawatirkan karena dia dikurung dalam ruang isolasi sendirian, dia mengalami delusi parah hingga harus mendapatkan obat penenang. Beberapa kali dia kedapatan hendak melakukan percobaan bunuh diri karena tidak kuat menghadapi tekanan yang begitu menyiksanya. Kenekatan Rachel yang mulai parah membuat kedua tangannya dan kakinya perlu
Semua orang berjalan di hamparan rumput yang hijau dan subur, melangkah di bawah sinar matahari sore yang mulai kekuningan, suara hembusan angin terdengar dikesunyian yang mencekam, daun-daun yang berguguran ketanah seperti tengah bercerita tentang apa yang kini tengah terjadi pada segerombolan kecil orang yang membawa jenazah Floryn menuju tempat peristirahatan terakhirnya.Orang-orang berpakaian putih membawa bunga mawar merah tidak menunjukan tanda-tanda sedang berduka meski pada kenyataannya, ada hujan air mata yang tidak bisa dihentikan seiring dengan langkah yang kian dekat pada tempat dimana Floryn akan dimakamkan.Emier membekap mulutnya dengan kuat, melangkah tertatih kehilangan banyak tenaganya. Dia sudah tidak mampu lagi menampung kesedihannya hari ini, jauh lebih baik jika Emier sakit karena sekarat dibandingkan harus sakit karena penyesalan atas kepergian putrinya.Bahu Emier gemetar, lelaki paruh baya itu membungkuk tidak mampu melanjutkan perjalananya yang tinggal sedik
Roan duduk sendirian di kamar tempat terakhir Floryn terbaring tadi malam, pria itu tengah menangis mengenakan pakaian putih yang beberapa jam lalu baru dibelinya. Suara rintihan pria itu terdengar, Roan tahu jika pada akhirnya ini semua akan terjadi, namun dia tidak pernah membayangkan jika rasa sakitnya sangat begitu menyiksa sampai membuatnya ingin berteriak sekencang mungkin.Roan tidak pernah menyangka jika perayaan kesembuhan yang telah Floryn ucapkan kepadanya beberapa jam lalu adalah sebuah perpisahan.Roan mengusap wajahnya yang sudah basah oleh air mata, dengan langka gontainya pria itu berjalan melewati pintu, melihat Floryn yang terbaring dalam keadaan cantik dan tenang.Roan mendekat dengan putus asa, sebanyak apapun dia menangis, hal itu tidak mampu meradakan kesedihan dan sakit yang tengah bersarang didalam dadanya.Roan tahu, ini adalah jalan terbaik untuk Floryn. Tapi tidak untuk orang-orang disekitarnya yang kini harus belajar mengkihlaskan kepergiannya.Tangan Roan
Air mata Julliet terus berjatuhan membasahi punggung tangannya yang bersarung tangan. Dia dan Samantha tengah membantu mengenakan baju Floryn, memengakan sebuah gaun cantik yang telah Floryn beli dari toko satu jam sebelum kematiannya. “Aku tidak bisa melakukan ini Bibi,” isak Julliet mengusap wajahnya dengan kasar, dia sudah bertahan sekuat tenaga, namun setiap kali dia melihat wajah Floryn, tangisannya selalu terpecah.Julliet masih tidak menyangka jika Floryn akan berakhir seperti ini.Baru beberapa jam yang lalu mereka berbicara sambil menunggu pagi datang, Julliet masih bisa melihat senyumannya yang cantik, suara tawanya yang lembut, bahkan Julliet sempat menggoda Floryn bahwa dia akan mempersiapkan gaun pernikahan sederhananya dengan Alfred.Julliet sama sekali tidak pernah berbikir bahwa gaun yang dibeli Floryn akan digunakan untuk hari terakhirnya.Apakah ini alasan Floryn meminta Julliet untuk tinggal dirumah neneknya? Apakah ini maksud dari Floryn yang telah mengatakan bah
Langit yang cerah berkabut terhalang oleh air mata. “Roan cepatlah!” teriak Alfred memeluk erat Floryn dengan gemetar, memaksa Roan untuk berkendara lebih cepat meninggalkan toko Luwis.Pikiran Alfred berubah kacau, jantuntungnya berdegup begitu kencang merenggut sebagian kekuatannya karena ketakutannya akan keadaan Floryn semakin tidak baik.“Kita harus membawanya ke rumah sakit sekarang juga, aku mohon cepatlah!” pinta Alfred penuh permohonan.“Aku sudah berusaha secepat mungkin! Flo bertahanlah, kau akan baik-baik saja,” ucap Roan terdengar getir.Bulu mata Floryn bergerak pelan, kesadarannya yang terenggut telah kembali. Samar-samar Floryn melihat wajah Alfred yang kini tengah menangis, memeluk dalam pangkuan.Ada sakit yang cukup kuat disetiap denyut urat nadinya, kepala Floryn diletupi oleh sesuatu yang tidak dia mengerti. Jika ditanya apakah sakit? Sangat sakit, ini adalah sesuatu yang paling sakit diterima tubuhnya, namun Floryn tidak ingin meringis ataaupun menangis, dia ha
Pagi ini matahari cukup cerah dan hangat, mengurangi cuaca dingin dari musim gugur yang masih berlangsung.Floryn duduk disisi ranjang tengah diperiksa oleh dokter untuk memastikan keadaannya sebelum pergi keluar rumah.Ditengah ketenangannya, Floryn diam-diam memperhatikan Alfred yang tengah bersiap-siap. Pagi ini Floryn bisa mendengar suara rengekan Alfred kepada Ali karena tidak terbiasa menggunakan kamar mandi kecil, mendengar rengekannya karena tidak memiliki sarapan yang bergizi.Suara rengekan itu cukup menghibur Floryn yang berada di kamar, pasalnya Alfred tidak mengeluhkan apapun saat berada dihadapan Floryn, dia bersikap sebagai lelaki gantleman. Lucunya saat bersama Ali, Alfred akan mengeong seperti kucing rumahan.“Bagaimana keadaannya?” tanya Roan.“Keadaannya membaik, beliau bisa pergi,” jawab Edith tersenyum lembut menyembunyikan ada kegetiran dimatanya. “jangan lupa membawa kursi roda untuk berjaga-jaga.”Roan tersenyum penuh kelegaan, pria itu sempat mendekati Floryn
Malam yang dingin begitu sunyi, jam sudah menunjukan pukul dua malam dan semua orang tengah tertidur lelah mengistirahatkan diri ditenda-tenda yang sudah dibangun, tungku perapian dari arang dan kayu masih menyala menyebarkan kehangatan.Di dalam rumah, Floryn bergerak gelisah, seluruh tubuhnya kembali sakit dan sesak meski alat bantu pernapasan terpasang dihidungnya. Floryn diserang oleh mimpi aneh yang tidak jelas, sekuat tenaga dia berusaha untuk bangun dan sadar.Floryn tersentak membuka matanya seketika, bibirnya terbuka bernapas dengan kasar tidak beraturan, seluruh tubuhnya kembali tidak dapat digerakan, sekuat apapun Floryn berusaha, dia tidak dapat melakukannya bahkan sekadar untuk menggerakan jarinya.Semakin sering penyakit itu datang, semakin banyak kemampuan tubuh Floryn yang terenggut.Butuh waktu yang cukup lama untuk Floryn mendapatkan ketenangan, melihat keberadaan Alfred yang tengah tertidur duduk di kursi rotan. Sejak kemarin Alfred tidak mendapatkan waktu beristi
Roan berdiri di ambang pintu, memperhatikan Alfred yang masih tidak beranjak meninggalkan Floryn, pria itu tengah memijat tangan Floryn yang masih kesulitan untuk digerakan. Sejak kembali sadar, bahkan Floryn belum berbicara sepatah katapun.Tampaknya setelah ditinggalkan Floryn dimalam itu, Alfred mulai takut untuk meninggalkan Floryn dari jangkauan matanya.Roan mengetuk daun pintu sepelan mungkin. “Izinkan aku berbicara dengan Flo. Hanya berdua,” pinta Roan.Dengan berat hati Alfred beranjak pergi memberi ruang.Roan mendekat dengan penuh kehati-hatian, matanya bertemu dengan sepasang mata Floryn yang memandanginya dengan lekat tanpa berbicara sepatah katapun. Dokter bilang jika penyakit Floryn sudah mengganggu ingatannya, karena itulah kini Floryn pikiran Floryn sedang melayang tersesat.Roan tersenyum dan duduk bersimpuh di lantai agar bisa mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan Floryn.“Flo,” panggil Roan.Bola mata Floryn bergerak kesisi melihat Roan melalui sudut matanya.“Apa s