Share

BAB 87: Mengerjai Issabel

Penulis: Asayake
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-06 21:03:19

“Dasar bajingan!”

Teriakan memaki Floryn terdengar diantara suara letupan jantung Alfred yang berdebar kencang. Pipi Alfred merah bersemu, hangat dan lembut bibir Floryn masih menempel di bibirnya.

Respon marah Floryn berlawanan dengan Alfred yang kini bergerak tersipu malu akan tindakan yang dia perbuat sendiri.

Alfred sama sekali tidak bermaksud akan mencuri sebuah ciuman dari Floryn, namun saat dia melihat kilatan marah mata Floryn diantara topengnya, bibir mungilnya yang mencebik menahan kesal, Alfred terpanah, dia tergoda dengan marahnya.

Alfred tidak dapat mengontrol diri hingga akhirnya melakukan sesuatu yang selama ini ingin dia lakukan pada gadis itu.

Alfred mengusap bibirnya, dia menatap polos Floryn tanpa rasa bersalah. “Bisakah kita melakukannya lagi?” tanya Alfred dengan serius.

Floryn tercengang tidak menduga Alfred Morgan akan mengatakan sesuatu yang lebih tidak tahu malu setelah bertindak tidak bermoral kepadanya. “Enyahlah!” Floryn kembali memaki dan tidak lagi ber
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 88: Informasi Rahasia

    Samantha terlihat kebingungan ketika dia menginjakkan kakinya di depan kediaman Floryn dan Julliet. Empat hari yang lalu tidaklah seperti ini, semuanya serba gelap sedikit gersang sebagaimana biasanya perumahan kumuh yang tidak terawat.Kurun dari empat hari dia tidak memperhatikan, pemandangan rumah kumuh yang dia lihat belasan tahun itu telah hilang entah kemana.Tangga panjang yang terdiri dari ratusan blok itu kini diterangi banyak lampu, dinding tembok berlumut telah dibersihkan menjadi baru, tidak terlihat lagi pemabuk yang bersemunyi di kegelapan.Pandangan Samantha teralihkan pada puluhan pot bunga yang terpajang dengan atap baru dan kokoh, tangga menuju lantai dua telah berubah dan memiliki pegangan besi yang lebih besar, saluran keran air berada di beberapa sudut tempat.Semua perubahan ini pasti membutuhkan banyak biaya, tidak mungkin Julliet dan Floryn mampu melakukannya, mereka berdua sangat miskin.Lantas siapa yang melakukannya? “Bibi,” sapa Julliet mengeluarkan kepal

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-07
  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 89: Adu Domba

    Issabel keluar dengan tergesa, sekilas dia melihat kesekitar memastikan jika Emier belum pulang.Issabel sudah memeriksa kamera mobil, dia tidak menemukan petunjuk apapun selain sebuah tangan dengan pisau dapur. Dia terprovokasi oleh pesan anonym itu karena saat ini, hanya Rachel yang sedang terlibat masalah dengannya.Bukan suatu yang mustahil jika Rachel membayar seserang untuk membuntutinya dan mengganggu proses penjualan apartementnya.Ketukan langkah kaki heels terdengar tajam di lantai, Issabel langsung pergi menuju ke kamar Rachel yang berada di lantai dua. Tanpa mengetuk pintu, wanita itu langsung membukanya dan masuk ke dalam.Rachel yang tengah bersantai dengan buku majalahnya segera duduk. “Ibu, ada apa?” tanya Rachel dengan senyuman tidak nyamannya mendapatkan tatapan tajam tidak bersahabat dari Issabel.“Kau membayar seseorang untuk membuntutiku?” tanya Issabel dengan nada yang tajam.Kening Rachel mengerut tidak mengerti. “Apa maksud Ibu?”“Jangan berpura-pura tidak tah

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-07
  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 90: Mimpi

    “Kenapa kau belum tidur?” tegur Julliet melihat kedatangan Floryn ditengah malam hanya untuk mengembalikan laptop yang telah dia pinjam.“Aku tidak bisa tidur. Kau sendiri kenapa tidak bekerja?”Julliet menggeleng, menikmati sebatang rokok dengan segelas anggur. “Hari ini aku sedang datang bulan.”“Seharusnya kau berhenti merokok dan minum alcohol dulu, nanti perutmu keram,” nasihat Floryn.Julliet tertawa tidak terpengaruh oleh nasihat temannya.Floryn berdiri menyandarkan bahunya pada kusen jendela, malam akan segera berakhir kurang dari tiga jam lagi. Rumah bordil Samantha tampak masih beroperasi karena suara musiknya bisa sampai terdengar keluar.Melihat keterdiaman Floryn yang melamun untuk menghabiskan beberapa menit waktunya dengan memandangi malam dengan wajah yang pucat, Julliet akhirnya mematikan rokok di tangannya dan mendekat, berdiri di hadapan Floryn.“Flo, ada apa?” tanya Julliet menyentak keterdiaman Floryn.Floryn tertunduk menyembunyikan kesedihan yang sulit untuk

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-08
  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 91: Perintah Rahasia

    “Nona, maaf saya datang terlambat.”Nara terdiam berdiri besandar pada pagar balkon masih mengenakan gaun tidurnya, gadis kecil itu tengah melihat keramaian banyak orang asing yang terus berdatangan ke rumahnya. Orion, anjing peliharaannya terlihat asyik berlarian di sekitar kakinya.Floryn semakin mendekat, menyadari Nara yang selalu hyperaktif, kini terlihat tidak begitu bersemangat. “Nona, apa ada sesuatu yang mengganggu perasaan Anda?”Nara tetap diam, butuh waktu beberapa menit untuk Floryn menunggu Nara berkenan bicara.“Aku tidak suka bertemu para nona bangsawan,” ucap Nara menopang dagunya di kepalan tangan.“Mengapa?” tanya Floryn berhati-hati.“Mereka membosankan dan bermulut tajam,” jawab Nara terdengar menggerutu.Floryn tersenyum lembut, dia memahami betul perasaan Nara. Kalangan bangsawan selalu memiliki aturan etika dalam segala tindakan, Nara yang sudah berusia Sembilan tahun telah dianggap bukan anak-anak lagi, dia pasti dituntut berlaku anggun dan lebih bijaksana.Se

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-10
  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 92: Tergila-gila

    Hari ini, Nara menggunakan gaun selutut berwarna biru polos dengan topi besar yang berenda, rambut panjangnya terikat dihiasi oleh pita. Nara berjalan dengan tali pengekang di tangannya, membawa Orion untuk ikut serta karena para tamu juga membawa hewan peliharaan.Dibelakangnya, Floryn berjalan menjinjing sebuah keranjang rotan berisi maianan dan keperluan Nara.Pagi ini, mereka berdua akan pergi menuju villa keluarga Morgan yang terletak di pinggiran sungai. Villa itu berjarak hampir satu kilometer dari rumah utama. Jalan-jalan setapak dan berbatu khusus kuda berkelok dengan rumput-rumput liar yang tumbuh, sementara jalanan yang bisa dilalui mobil diteguhi oleh pohon-pohon bamboo melengkung ke jalan, pinggiran jalan terhalang oleh pagar kayu memungkinkan untuk hewan liar tidak bisa lewat sembarangan.Sepanjang jalan Floryn mengingatkan Nara tentang cara memberi salam pada beberapa tamu yang berasal dai negara berbeda. “Nona, Anda tidak lelah?” tanya Floryn.Nara menggeleng, sesek

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-11
  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 93: Sebuah Masalah

    Dua buah kapal yang membawa Nara dan anak-anak lainnya mulai kembali mendekat ke daratan, suara tawa mereka masih terdengar.Matahari yang bersinar cerah sudah mulai berada di puncaknya. Floryn memeriksa smartwatch, memastikan jika waktunya Nara pulang tidak terlambat, sudah waktuya Nara pergi tidur siang.Begitu Nara sudah kembali, dengan sigap Floryn merapikan pakaiannya yang sempat berantakan. “Anda menikmatinya Nona?” tanya Floryn.Nara mengangguk dengan senyuman cerahnya. Beberapa menit sebelum pergi ke tempat ini, Floryn mengumpulkan beberapa jenis makanan dari berbagai negara yang dibuat khusus Felix. Floryn menganjurkan Nara untuk membagikan permen cokelat, kue rumput laut dan kue cup keju.Anak-anak lebih suka makanan yang didominasi manis, asin dan gurih. Tampaknya rencana Floryn cukup berhasil membuat para tamu menyukai Nara. “Sudah waktunya Anda pulang, Nona. Anda harus beristirahat,” kata Floryn.“Aku rindu Alfred, ayo temui dia dulu,” ajak Nara melompat menuruni tangga

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-12
  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 94: Kegagalan Rencana

    Floryn menggigit bibirnya menahan ringisan sakitnya kala gigi Nara menusuk permukaan kulitnya dengan kencang sampai membuat tulang ibu jarinya linu sakit berada dalam cengkraman gigitan. Nara kalap, dia tidak tahu bagaimana meluapkan kesedihan dan amarahnya yang menjadi satu, dan kini dia menjadi menjadikan tangan Floryn sebagai pelampiasan begitu kedua tangannya yang ingin memukul kepalanya sendiri ditahan Floryn.Air mata tergenang di pelupuk, mata Nara yang basah berkilau menatap gemetar Floryn yang menahan sakit dalam diam. Floryn segan menghentikannya, dibandingkan membiarkan Nara melukai dirinya sendiri, lebih baik Floryn yang terluka. Dia sudah dewasa, dan dia sudah terbiasa dilukai.Dua pengawal saling melirik terjebak kebingungan, mereka tidak tega melihat Floryn yang kesakitan, disisi lain mereka tidak tahu bagaimana cara menenangkan Nara agar dia berhenti menggigit Floryn.Darah mengucur terjatuh, menodai dagu Nara. “Hentikan Nara!” teriak Alfred menahan lengan Floryn da

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-13
  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 95: Pertemuan Alfred dan Roan

    “Apa kau tidak berencana menjadikan dia pengganti ayahnya jika nanti pensiun menjadi kepala pelayan?” tanya Nathalia menengok ke belakang, ada sebuah mobil pribadi yang mengikuti rombongan mobil pengawal.Mobil itu ditumpangi Teresia Morgan, kakak dari ibu Steve Morrgan. Teresia tengah disetir secara pribadi oleh Roan, anak tunggal dari seorang kepala pelayan senior keluarga Morgan.“Aku sudah pernah membujuknya Bibi, aku juga membutuhkan dia memantau dermaga. Namun anak nakal itu lebih suka menjadi polisi,” jawab Axel Morgan.“Kau harus membujuknya, sepertinya dia anak yang baik seperti ayah dan ibunya.”“Sulit menemukan seseorang yang bisa kita percaya dalam berbagai hal. David sudah bekerja dengan puluhan tahun mendampingi keluarga kita dari generasi ke generasi, sementara Piper sudah bekerja denganku lebih dua puluh tahun lamanya, tidak ada orang yang bisa bekerja selama itu dengan keluarga kita dengan jujur dan setia,” puji Steve disambut senyuman Axel yang setuju akan pernyata

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-13

Bab terbaru

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   END

    Samantha menghisap cerutunya dalam-dalam, wanita itu segera duduk dikursinya menghadap Roan yang telah cukup lama menunggu diruangannya.“Ada apa? Tidak seperti biasanya kau datang ke rumah bordilku,” tanya Samantha dengan suara serak.“Bagaimana kabarmu Samantha?”“Seperti yang kau lihat, selalu berjalan biasa seperti ini.”Seperti apa yang Roan lakukan sebelumnya, dia mengeluarkan sebuah amplop dari jaketnya dan meletakannya di meja kerja Samantha. “Aku ingin menyampaikan titipan dari Flo.”Samantha sempat terdiam melihat amplop diatas mejanya, sampai akhirnya dia bertanya. “Titipan apa?”“Bukalah.”Samantha meninggalkan cerutunya di asbak dan mengambil amplop itu, mengeluarkan selembar cek berisi dua juta dollar.Samantha terperangah kaget sampai tangannya gemetar memegang uang sangat banyak. “Apa maksudnya ini? Jangan bermain-main denganku jika ini tentang uang,” bisik Samantha dengan suara bergetar.Tubuh Roan menegak. “Itu adalah uang hasil dari tuntutan Flo pada kepolisian. Fl

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 256: Hukuman Rachel

    Kabar kematian Floryn tersebar luas kepada banyak orang, kasus pembunuhan dan scenario pembohongan besar yang telah dilakukan Rachel memantik banyak berhatian public untuk ikut turun tangan menuntut keadilan untuknya. Public menuntut untuk hukuman berat kepada Rachel karena dia bertanggung jawab penuh atas kematian Abra dan juga penyebab kematian Floryn. Kabar kematian Floryn akhirnya sampai ditelinga Rachel, alih-alih merasa senang orang yang paling dibencinya telah tiada, justru Rachel mulai dibayangi oleh ketakutan akan hukuman yang semakin berat harus dia jalani didepan mata. Selama dua bulan di dalam penjara, keadaan Rachel terlihat semakin mengkhawatirkan karena dia dikurung dalam ruang isolasi sendirian, dia mengalami delusi parah hingga harus mendapatkan obat penenang. Beberapa kali dia kedapatan hendak melakukan percobaan bunuh diri karena tidak kuat menghadapi tekanan yang begitu menyiksanya. Kenekatan Rachel yang mulai parah membuat kedua tangannya dan kakinya perlu

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 255: Perpisahan

    Semua orang berjalan di hamparan rumput yang hijau dan subur, melangkah di bawah sinar matahari sore yang mulai kekuningan, suara hembusan angin terdengar dikesunyian yang mencekam, daun-daun yang berguguran ketanah seperti tengah bercerita tentang apa yang kini tengah terjadi pada segerombolan kecil orang yang membawa jenazah Floryn menuju tempat peristirahatan terakhirnya.Orang-orang berpakaian putih membawa bunga mawar merah tidak menunjukan tanda-tanda sedang berduka meski pada kenyataannya, ada hujan air mata yang tidak bisa dihentikan seiring dengan langkah yang kian dekat pada tempat dimana Floryn akan dimakamkan.Emier membekap mulutnya dengan kuat, melangkah tertatih kehilangan banyak tenaganya. Dia sudah tidak mampu lagi menampung kesedihannya hari ini, jauh lebih baik jika Emier sakit karena sekarat dibandingkan harus sakit karena penyesalan atas kepergian putrinya.Bahu Emier gemetar, lelaki paruh baya itu membungkuk tidak mampu melanjutkan perjalananya yang tinggal sedik

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 254: Terlambat

    Roan duduk sendirian di kamar tempat terakhir Floryn terbaring tadi malam, pria itu tengah menangis mengenakan pakaian putih yang beberapa jam lalu baru dibelinya. Suara rintihan pria itu terdengar, Roan tahu jika pada akhirnya ini semua akan terjadi, namun dia tidak pernah membayangkan jika rasa sakitnya sangat begitu menyiksa sampai membuatnya ingin berteriak sekencang mungkin.Roan tidak pernah menyangka jika perayaan kesembuhan yang telah Floryn ucapkan kepadanya beberapa jam lalu adalah sebuah perpisahan.Roan mengusap wajahnya yang sudah basah oleh air mata, dengan langka gontainya pria itu berjalan melewati pintu, melihat Floryn yang terbaring dalam keadaan cantik dan tenang.Roan mendekat dengan putus asa, sebanyak apapun dia menangis, hal itu tidak mampu meradakan kesedihan dan sakit yang tengah bersarang didalam dadanya.Roan tahu, ini adalah jalan terbaik untuk Floryn. Tapi tidak untuk orang-orang disekitarnya yang kini harus belajar mengkihlaskan kepergiannya.Tangan Roan

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 253: Cincin

    Air mata Julliet terus berjatuhan membasahi punggung tangannya yang bersarung tangan. Dia dan Samantha tengah membantu mengenakan baju Floryn, memengakan sebuah gaun cantik yang telah Floryn beli dari toko satu jam sebelum kematiannya. “Aku tidak bisa melakukan ini Bibi,” isak Julliet mengusap wajahnya dengan kasar, dia sudah bertahan sekuat tenaga, namun setiap kali dia melihat wajah Floryn, tangisannya selalu terpecah.Julliet masih tidak menyangka jika Floryn akan berakhir seperti ini.Baru beberapa jam yang lalu mereka berbicara sambil menunggu pagi datang, Julliet masih bisa melihat senyumannya yang cantik, suara tawanya yang lembut, bahkan Julliet sempat menggoda Floryn bahwa dia akan mempersiapkan gaun pernikahan sederhananya dengan Alfred.Julliet sama sekali tidak pernah berbikir bahwa gaun yang dibeli Floryn akan digunakan untuk hari terakhirnya.Apakah ini alasan Floryn meminta Julliet untuk tinggal dirumah neneknya? Apakah ini maksud dari Floryn yang telah mengatakan bah

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 252: Hari Berkabut

    Langit yang cerah berkabut terhalang oleh air mata. “Roan cepatlah!” teriak Alfred memeluk erat Floryn dengan gemetar, memaksa Roan untuk berkendara lebih cepat meninggalkan toko Luwis.Pikiran Alfred berubah kacau, jantuntungnya berdegup begitu kencang merenggut sebagian kekuatannya karena ketakutannya akan keadaan Floryn semakin tidak baik.“Kita harus membawanya ke rumah sakit sekarang juga, aku mohon cepatlah!” pinta Alfred penuh permohonan.“Aku sudah berusaha secepat mungkin! Flo bertahanlah, kau akan baik-baik saja,” ucap Roan terdengar getir.Bulu mata Floryn bergerak pelan, kesadarannya yang terenggut telah kembali. Samar-samar Floryn melihat wajah Alfred yang kini tengah menangis, memeluk dalam pangkuan.Ada sakit yang cukup kuat disetiap denyut urat nadinya, kepala Floryn diletupi oleh sesuatu yang tidak dia mengerti. Jika ditanya apakah sakit? Sangat sakit, ini adalah sesuatu yang paling sakit diterima tubuhnya, namun Floryn tidak ingin meringis ataaupun menangis, dia ha

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 251: Membeli Gaun

    Pagi ini matahari cukup cerah dan hangat, mengurangi cuaca dingin dari musim gugur yang masih berlangsung.Floryn duduk disisi ranjang tengah diperiksa oleh dokter untuk memastikan keadaannya sebelum pergi keluar rumah.Ditengah ketenangannya, Floryn diam-diam memperhatikan Alfred yang tengah bersiap-siap. Pagi ini Floryn bisa mendengar suara rengekan Alfred kepada Ali karena tidak terbiasa menggunakan kamar mandi kecil, mendengar rengekannya karena tidak memiliki sarapan yang bergizi.Suara rengekan itu cukup menghibur Floryn yang berada di kamar, pasalnya Alfred tidak mengeluhkan apapun saat berada dihadapan Floryn, dia bersikap sebagai lelaki gantleman. Lucunya saat bersama Ali, Alfred akan mengeong seperti kucing rumahan.“Bagaimana keadaannya?” tanya Roan.“Keadaannya membaik, beliau bisa pergi,” jawab Edith tersenyum lembut menyembunyikan ada kegetiran dimatanya. “jangan lupa membawa kursi roda untuk berjaga-jaga.”Roan tersenyum penuh kelegaan, pria itu sempat mendekati Floryn

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 250: Pikiran Alfred

    Malam yang dingin begitu sunyi, jam sudah menunjukan pukul dua malam dan semua orang tengah tertidur lelah mengistirahatkan diri ditenda-tenda yang sudah dibangun, tungku perapian dari arang dan kayu masih menyala menyebarkan kehangatan.Di dalam rumah, Floryn bergerak gelisah, seluruh tubuhnya kembali sakit dan sesak meski alat bantu pernapasan terpasang dihidungnya. Floryn diserang oleh mimpi aneh yang tidak jelas, sekuat tenaga dia berusaha untuk bangun dan sadar.Floryn tersentak membuka matanya seketika, bibirnya terbuka bernapas dengan kasar tidak beraturan, seluruh tubuhnya kembali tidak dapat digerakan, sekuat apapun Floryn berusaha, dia tidak dapat melakukannya bahkan sekadar untuk menggerakan jarinya.Semakin sering penyakit itu datang, semakin banyak kemampuan tubuh Floryn yang terenggut.Butuh waktu yang cukup lama untuk Floryn mendapatkan ketenangan, melihat keberadaan Alfred yang tengah tertidur duduk di kursi rotan. Sejak kemarin Alfred tidak mendapatkan waktu beristi

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 249: Gaun

    Roan berdiri di ambang pintu, memperhatikan Alfred yang masih tidak beranjak meninggalkan Floryn, pria itu tengah memijat tangan Floryn yang masih kesulitan untuk digerakan. Sejak kembali sadar, bahkan Floryn belum berbicara sepatah katapun.Tampaknya setelah ditinggalkan Floryn dimalam itu, Alfred mulai takut untuk meninggalkan Floryn dari jangkauan matanya.Roan mengetuk daun pintu sepelan mungkin. “Izinkan aku berbicara dengan Flo. Hanya berdua,” pinta Roan.Dengan berat hati Alfred beranjak pergi memberi ruang.Roan mendekat dengan penuh kehati-hatian, matanya bertemu dengan sepasang mata Floryn yang memandanginya dengan lekat tanpa berbicara sepatah katapun. Dokter bilang jika penyakit Floryn sudah mengganggu ingatannya, karena itulah kini Floryn pikiran Floryn sedang melayang tersesat.Roan tersenyum dan duduk bersimpuh di lantai agar bisa mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan Floryn.“Flo,” panggil Roan.Bola mata Floryn bergerak kesisi melihat Roan melalui sudut matanya.“Apa s

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status