Share

BAB 4: Kepedulian

Penulis: Asayake
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Tuan Muda,” sambut Piper membukakan pintu mobil untuk Alfred.

Dengan sigap Piper membawakan koper Alfred dan topi pilotnya.

“Saya senang Anda pulang ke rumah kali ini,” ucap Piper lagi dengan senyum sumringah.

“Ibu ada di rumah?” tanya Alfred melangkah cepat melewati beberapa anak tangga menuju teras.

Sementara itu, Piper terkopoh-kopoh mengangkat koper Alfred disetiap anak tangga yang akan dilewatinya.

“Nyonya menginap di hotel sejak kemarin, jika beliau tahu Anda pulang, saya yakin beliau juga pasti pulang,” jawab Piper dengan napas tersenggal kehabisan napas.

Alfred berbalik, sejenak dia menunggu Piper menyusul karena hal lain yang peril ditanyakan. “Apa ibu bertengkar lagi dengan ayah?”

Piper berusaha untuk tersenyum formal, menyembuyikan perasaan tidak enak hatinya saat ini. Alfred memiliki seorang ibu yang berkepribadian cukup unik, dia akan selalu pergi kabur setiap kali bertengkar, namun dengan satu bujukan dia akan kembali pulang dengan sendirinya.

“Ibu Anda hanya mengkhawatirkan masa depan Anda dan berharap jika Anda akan segera menikah dengan nona Melisa,” jawab Piper.

Tanpa bertanya dua kali, Alfred memutuskan masuk lebih dulu ke dalam rumah. Inilah salah satu alasan mengapa Alfred jarang pulang ke rumah setiap kali selesai menyelesaikan penerbangannya.

Beberapa bulan terakhir ini, kedua orang tua Alfred sering berdebat, mereka memiliki pandangan yang berbeda untuk masa depan Alfred.

Ayah Alfred menginginkan Alfred berhenti menjadi pilot agar bisa memulai meneruskan bisnis keluarga, sementara ibunya bersikukuh ingin Alfred segera menikah.

Alfred sudah dijodohkan dengan Melisa sejak mereka masih muda, perjodohan itu dilakukan untuk sebuah kepentingan bisnis yang saling menguatkan dan Alfred tidak memiliki alasan untuk menolaknya.

Tiga tahun berlalu setelah perjodohan berlangsung, ibu Alfred mulai menuntut Alfred untuk menikah dengan Melisa karena wanita itu putri dari sahabat ibunya.

Hubungan Alfred dan Melisa berjalan cukup sempurna seperti apa yang diharapkan semua orang. Melisa adalah perempuan cantik dilahirkan dari keluarga terhormat, dia cerdas dan berkelas, tidak ada kandidat yang lebih baik dari dia.

Namun, tidak ada hasrat untuk menikah dengan Melisa, Alfred bisa memberikan semua yang Melisa butuhkan, tapi tidak dengan cinta.

Sejak dihari mereka dipertemukan dan bertunangan, Alfred memandangnya tidak lebih dari sekadar rekan bisnis yang saling menguntungkan.

“Alfred.”

Langkah Alfred memelan, pandangannya langsung tertuju pada seorang anak perempuan berparas cantik dengan penampilan dan gesture tubuh yang menarik.

“Nara,” panggil Alfred dengan senyuman lebarnya.

Anak perempuan itu tertawa, dia berlari dan langsung melompat kedalam pelukan Alfred. “Alfred pulang.”

Pelukan Alfred mengurai, dengan berhati-hati dia menurunkan Nara agar adiknya tidak terjatuh. “Kenapa kau sendirian disini? Di mana perawatmu?” tanya Alfred sambil mengusap pipi Nara yang dihiasi oleh noda cokelat.

“Dia sudah dipecat,” jawab Nara.

“Beberapa hari yang lalu perawat itu dipecat nyonya, sekarang saya sedang mencari perawat baru lagi,” kata Piper yang baru sampai menyusul.

“Alfred, ayo main.” Nara tertawa riang sambil melompat-lompat meminta untuk untuk digendong kakaknya.

Dengan penuh perhatian, Alfred membungkuk menggendong adiknya dan membawanya pergi ke dalam kamar.

Nara Morgan, dia adalah adik kandung Alfred yang kini baru berusia 11 tahun.

Nara mengidap autism yang mengharuskan dia mendapatkan pendampingan khusus. Namun karena Nara sering mengalami tantrum dan sulit dikendalikan, terkadang beberapa perawat kehilangan kesabaran hingga memilih mengundurkan diri.

"Kuharap perawat baru nanti cantik, baik hati, dan pemberani," ucap Nara menatap Alfred permohonan, "seperti sailor moon!"

***

Betapa malangnya hidup Floryn sekarang.

Ibunya pasti ikut menangis bila melihat keadaannya seperti ini.

Tadi, kota dilanda hujan, sehingga pakaian Floryn basah kuyup.

Lapar membuatnya nekad memakan donat dari tong sampah.

Meski demikian, Floryn harus mengakui bahwa makanan itu jauh lebih enak dari makanannya saat di penjara.

Rasanya, dia semakin ingin membalas dendam untuk segala hal buruk yang dia terima lima tahun ini. Namun Floryn tidak tahu harus memulainya dari mana.

Teng! Teng! Teng!

Jam di menara ibukota berdenting menandakan jika kini tepat sudah pukul dua belas malam. Angin malam yang kencang berhasil membuat tubuhnya menggigil dan tenggorokannya mual. Sepertinya, donat tak cukup mengganjal perutnya.

“Sepertinya aku harus menahannya sampai besok,” bisik Floryn menekan-nekan kuat perutnya yang berbunyi kelaparan dan menciptakan sedikit perih.

Hanya saja, sebuah mobil polisi tiba-tiba berhenti di depan taman.

Beberapa gelandangan yang tengah beristirahat langsung berlari pergi untuk menyelamatkan diri tanpa Floryn ketahui alasannya. Polisi itu mulai memasuki taman dan menyesurinya, mau tidak mau akhirnya Floryn ikut berlari meninggalkan area taman sebelum diusir.

Gemerlap ibukota penuh dengan kemewahan, gedung-gedung pencakar langit hingga kendaraan mewah berlewatan dijalan.

Kemewahan yang ditampilkan berbanding balik dengan keadaan Floryn yang kini luntang-lantung tanpa arah, berjalan di belakang gang-gang gedung mencari emperan tempat berteduh di malam ini.

Untungnya, Floryn menemukan sebuah gedung kosong yang bisa dijadikan tempat berteduh.

Di sana, dia tertidur.

Namun jauh sebelum fajar menyingsing, Floryn sudah bangun dan berbenah diri meninggalkan gedung kosong itu.

Memperhatikan botol plastik dan kaleng minuman, Floryn menemukan sebuah ide.

Dia pun pergi ke dalam gang dan berhenti di belakang sebuah bar dan langsung menuju tempat pembuangan sampah campuran untuk mencari sampah yang bisa dia jual dari dalam tong sampah.

Satu per satu tempat pembuangan sampah dia singgahi sebelum petugas kebersihan datang dan membawanya ke truk pengangkut.

Satu-satunya hal yang bisa Floryn lakukan saat ini untuk bertahan adalah mengumpulkan uang dengan menukar sampah yang dia dapat.

Hari ini Floryn juga harus pergi ke kantor pemerintahan agar bisa mendapatkan kartu identitas.

Tak terasa, dua kantung hitam besar berisi botol yang telah dia bersihkan satu persatu berhasil Floryn kumpulkan, gadis itu menyeretnya dengan langkah terkopoh-kopoh menuju tempat penukaran sampah.

Satu per satu botol dimasukan ke dalam mesin, satiap satu sampah hanya dihargai sepuluh sen.

Atas sampah yang sudah Floryn kumpulkan, dia mendapatkan uang lima dollar yang bisa digunakan untuk membeli sarapan pagi karena nanti malam dia akan kembali memungut makanan sisa.

Tampaknya, mulai besok Floryn harus bangun lebih awal dan mengumpulkan lebih banyak botol untuk ditukarkan.

Jadi, Floryn memutuskan pergi dari tempat mesin penukaran sampah. Namun, langkah gadis itu terhenti tepat satu langkah dia keluar dari pintu.

Sebuah mobil mewah terparkir di depannya....?

Bab terkait

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 5: Pertemuan

    Melalui jendela yang terbuka, Floryn dapat melihat keberadaan Emier yang tengah duduk di kursi belakang.Deg!Gadis itu sontak menelan salivanya dengan kesulitan. Tangannya bahkan gemetar berkeringat dingin.Kesedihan, amarah, kebencian, dan kecewa bercampur menjadi satu melihat pria yang dulu pernah memberinya begitu banyak kasih sayang, dan pria yang sudah mengeluarkan Floryn dari daftar keluarga hingga berhasil mengurungnya dalam jeruji besi selama lima tahun lamanya.Rasanya seperti mimpi bisa kembali melihat sosok pria yang dulu sangat Floryn hormati dan dia banggakan, kini berubah menjadi orang yang sangat dibenci hingga tidak ada pintu maaf yang tersedia untuknya.“Tuan Emier ingin berbicara dengan Anda.”Tiba-tiba saja, seorang pria berpakaian sopir keluar dari mobil dan berlari menghampiri Floryn.Tangan Floryn sontak terkepal kuat. Untuk apa Emier ingin berbicara dengannya? Bukankah lima tahun yang lalu, saat Emier merobek kartu keluarga mereka, dia bilang dia tidak sudi

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 6: Membalas Hinaan

    “Ikuti saja perintahku.”“Memangnya kau siapa hingga berani mengaturku?” tanya Floryn dengan dagu terangkat menunjukan keangkuhan.Floryn sudah tidak peduli dengan kesopanan, Emier tidak layak mendapatkannya!“Jika kau masih memiliki rasa malu, setidaknya tunjukan sedikit rasa penyesalanmu dengan pergi dan menyingkir dari pandangan keluarga baruku. Kehadiranmu yang menunjukan diri didepan kami hanya membuka luka lama dan membuat kami malu.”Pupil mata Floryn bergetar menahan tangisan, kepalan tangannya kian menguat meremas permukaan pakaiannya. “Mengapa aku harus malu? Aku tidak memiliki kesalahan apapun.”“Setelah dipenjara lima tahun, kau masih tidak mau mengakui kesalahanmu, siapa akan percaya?”“Yang jelas bukan polisi bodoh sepertimu,” jawab Floryn balas menghina ucapan Emier yang kini membelalakan mata."Kau....!"Namun, Emier menahan diri. “Cukup! Dengarkan saja perintahku dan pergilah dari kota ini!” Emier mengambil sebuah amplop cokelat dari balik jassnya dan melemparkannya k

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 7: Sebuah Pertemuan

    Di sisi lain, Alfred memandang pemandangan di seberang jendela mobilnya, bingung.Ada keributan apa di depan restoran itu?“Kakak, aku mau permen kapas,” pinta Nara memukul-mukul jendela mobil dengan mata berbinar melihat toko yang menjajakan permen kapas kesukaannya. “Kakak, berhenti disini, aku mau permen kapas.”“Nanti kita akan membelinya Nara.”“Aku mau sekarang!” rengek Nara memukul lebih keras jendela mobil agar Alfred mengikuti keinginannya.Alfred memelankan laju mobilnya, sulit untuk mengalihkan perhatian Nara ketika dia menemukan sesuatu yang sangat disukainya, salah satunya permen kapas.Pagi ini, Alfred akan pergi ke hotel untuk menjemput ibunya agar pulang, kasihan Nara yang baru kehilangan perawat harus mengganggu aktifitas para pelayan di rumah.“Kakak,” rengekan Nara kian kuat, gadis kecil itu mulai menangis karena Alfred tidak kunjung menghentikan mobilnya dan pergi ke toko permen kapas yang dia inginkan.“Tunggu sebentar Nara, kakak harus putar balik dulu,” hibur Al

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 8: Melupakannya

    Refleks Alfred mendorong Nara agar bersembunyi di belakang tubuhnya. "Apa maumu?"Kerutan di kening Floyn kian jelas terlihat, gadis itu tidak memahami apa makna yang tersirat dari tatapan waspada dan pertanyaan aneh pria asing yang berdiri di hadapannya.Apakah pria itu tahu dia seorang mantan narapidana yang pernah menggemparkan seluruh negeri?Floryn berdeham tidak nyaman, dia mulai takut kebaikan yang dilakukan kepada Nara disalah artikan hanya karena dia mantan narapidana.“Apa tujuanmu?” tanya Alfred sekali mempertegas setiap kata yang diucap. “Apa maksudmu? Aku tidak mengerti mengapa kau berbicara seperti itu padaku, jaga saja adikmu dengan baik agar dia tidak terluka,” jawab Floryn enggan untuk memperpanjang percakapan.Bohong! Alfred tidak percaya, jika memang Floryn tidak memiliki tujuan apapun, tidak mungkin dia langsung bisa tahu bahwa Nara adiknya.“Urusanmu adalah denganku, jangan membawa adikku dalam hal ini,” tegas Alfred memperingatkan.Rahang Floryn mengetat menahan

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 9: Jatuh Cinta

    Alfred memasuki lift, dia harus pergi ke salah satu lantai hotel tempat dimana ibunya tengah menginap.Hari ini, Alfred harus menjemput ibunya secara langsung karena nanti malam dia memiliki jadwal penerbangan.Alfred berencana akan melakukan liburan beberapa hari, namun pertemuannya dengan Floryn satu hari yang lalu berhasil membuat Alfred gelisah.Alfred tidak dapat mengungkapkan, apakah kegelisahan yang menggelayuti hatinya didasari oleh ketakutan Floryn akan balas dendam, atau justru rasa khawatir akan perubahan Floryn yang tampak menyedihkan.Alfred menghela napasnya dengan berat, terbayang wajah Floryn yang pucat dan memiliki cekungan, sepasang matanya yang hijau safir terlihat linglung, suaranya yang lembut masih terdengar sama seperti terakhir kali mereka bertemu.Sampai detik ini, Alfred masih bertanya-tanya mengapa Floryn berpura-pura tidak mengenalinya?Mustahil jika Floryn lupa, karena sampai sekarang Alfred masih mengingat jelas pertemuan pertama mereka.Senyuman cerah

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 10: Benci

    “Aku sudah jatuh cinta pada seseorang, jauh sebelum bertemu denganmu."Bak petir disiang bolong, Melisa terkejut dan tidak menyangka bahwa jawaban menyakitkan inilah yang akan diucapkan oleh Alfred.Ada sepercik kecemburuan yang tidak bisa Melisa kendalikan didalam hatinya saat dia memikirkan Alfred yang selama ini berusaha dia menangkan hatinya ternyata sudah dimiliki oleh wanita lain.Rahang Melisa mengetat, beberapa kali dia mengatur napasnya agar bisa tetap terlihat tenang. “Seperti apa perempuan yang sudah berhasil membuatmu jatuh cinta? Apa pekerjaannya? Apa dia dari keluarga yang hebat?”Alfred mengalihkan perhatiannya, memandangi langit malam melalui jendela besar kamar hotel. “Dia tidak sempurna sepertimu, dia hidup dikelilingi masalah dan banyak orang yang membencinya.”“Jangan bercanda Alfred!” Melisa marah, harga dirinya terinjak, bagaimana bisa dia dikalahkan oleh sorang perempuan yang tidak jelas?Alfred beranjak dari duduknya, pria itu terlampau tenang seakan tidak pedu

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 11: Rahasia Kotor

    Floryn berdiri di depan sebuah rak makanan gratis, gadis itu tampak tersenyum dengan bibir yang pucat, matanya berbinar bahagia melihat deretan jenis makanan sehat yang bisa dia pilih.Tanpa membuang waktu Floryn memasukan kartu identitasnya dan memilih sepotong burrito dengan minuman susu kotak.Dengan harap-harap cemas Floryn menunggu makanannya keluar.“Ada apa ini? Apa mungkin mesinnya error?” tanya Floyn kebingungan karena makanan yang dipilihnya tidak keluar, sementara kartu identitasnya keluar sendiri.Floryn kembali mencoba dan berharap telah terjadi sebuah kesalahan, namun anehnya Floryn tetap tidak mendapatkan makanan di dalam rak kaca.“Permisi.”Floryn mundur memberi ruang pada seorang wanita paruh baya yang sama-sama akan mengambil makanan gratis di dalam rak.Diam-diam Floryn memperhatikan dan betapa terkejutnya dia begitu melihat wanita paruh baya itu mendapatkan makanan yang dia pilih tanpa mengalami kendala apapun.“Mengapa aku tidak bisa mendapatkannya?” bisik Floryn

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 12: Melawan Kejahatan

    Malam telah tiba, Floryn keluar dari tempat persembunyiannya, yaitu lorong tempat bermain taman kanak-kanak, disana dia menghabiskan waktunya untuk tidur karena malam ini Floryn akan pergi berkeliaran mencari makanan dan mengumpulkan sampah.Sepertinya dia bisa pergi mencari truk makanan gratis dan kali ini dia tidak boleh mengalah.Sempat dia membasuh wajah dan kembali minum beberapa teguk air keran untuk mengganjal perih diperut karena lapar.Seperti hari-hari sebelumnya, Floryn pergi ke belakang gang yang sepi dan minim cahaya. Floryn mempercepat langkahnya begitu sadar dia tidak melihat satu-pun gelandanganpun yang berkeliaran.Apakah mereka sudah lebih dulu mengantri untuk mendapatkan makanan gratis?“Sepertinya aku terlambat,” gerutu Floryn sambil berlari menuju tenda khusus pembagian makanan gratis.Langkah kaki Floryn memelan..Alih-alih mendekat, Floryn mengurungkan niatnya begitu menyadari bahwa tenda penyedia makanan gratis terlihat sepi dari biasanya, sampai-sampai Floryn

Bab terbaru

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   END

    Samantha menghisap cerutunya dalam-dalam, wanita itu segera duduk dikursinya menghadap Roan yang telah cukup lama menunggu diruangannya.“Ada apa? Tidak seperti biasanya kau datang ke rumah bordilku,” tanya Samantha dengan suara serak.“Bagaimana kabarmu Samantha?”“Seperti yang kau lihat, selalu berjalan biasa seperti ini.”Seperti apa yang Roan lakukan sebelumnya, dia mengeluarkan sebuah amplop dari jaketnya dan meletakannya di meja kerja Samantha. “Aku ingin menyampaikan titipan dari Flo.”Samantha sempat terdiam melihat amplop diatas mejanya, sampai akhirnya dia bertanya. “Titipan apa?”“Bukalah.”Samantha meninggalkan cerutunya di asbak dan mengambil amplop itu, mengeluarkan selembar cek berisi dua juta dollar.Samantha terperangah kaget sampai tangannya gemetar memegang uang sangat banyak. “Apa maksudnya ini? Jangan bermain-main denganku jika ini tentang uang,” bisik Samantha dengan suara bergetar.Tubuh Roan menegak. “Itu adalah uang hasil dari tuntutan Flo pada kepolisian. Fl

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 256: Hukuman Rachel

    Kabar kematian Floryn tersebar luas kepada banyak orang, kasus pembunuhan dan scenario pembohongan besar yang telah dilakukan Rachel memantik banyak berhatian public untuk ikut turun tangan menuntut keadilan untuknya. Public menuntut untuk hukuman berat kepada Rachel karena dia bertanggung jawab penuh atas kematian Abra dan juga penyebab kematian Floryn. Kabar kematian Floryn akhirnya sampai ditelinga Rachel, alih-alih merasa senang orang yang paling dibencinya telah tiada, justru Rachel mulai dibayangi oleh ketakutan akan hukuman yang semakin berat harus dia jalani didepan mata. Selama dua bulan di dalam penjara, keadaan Rachel terlihat semakin mengkhawatirkan karena dia dikurung dalam ruang isolasi sendirian, dia mengalami delusi parah hingga harus mendapatkan obat penenang. Beberapa kali dia kedapatan hendak melakukan percobaan bunuh diri karena tidak kuat menghadapi tekanan yang begitu menyiksanya. Kenekatan Rachel yang mulai parah membuat kedua tangannya dan kakinya perlu

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 255: Perpisahan

    Semua orang berjalan di hamparan rumput yang hijau dan subur, melangkah di bawah sinar matahari sore yang mulai kekuningan, suara hembusan angin terdengar dikesunyian yang mencekam, daun-daun yang berguguran ketanah seperti tengah bercerita tentang apa yang kini tengah terjadi pada segerombolan kecil orang yang membawa jenazah Floryn menuju tempat peristirahatan terakhirnya.Orang-orang berpakaian putih membawa bunga mawar merah tidak menunjukan tanda-tanda sedang berduka meski pada kenyataannya, ada hujan air mata yang tidak bisa dihentikan seiring dengan langkah yang kian dekat pada tempat dimana Floryn akan dimakamkan.Emier membekap mulutnya dengan kuat, melangkah tertatih kehilangan banyak tenaganya. Dia sudah tidak mampu lagi menampung kesedihannya hari ini, jauh lebih baik jika Emier sakit karena sekarat dibandingkan harus sakit karena penyesalan atas kepergian putrinya.Bahu Emier gemetar, lelaki paruh baya itu membungkuk tidak mampu melanjutkan perjalananya yang tinggal sedik

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 254: Terlambat

    Roan duduk sendirian di kamar tempat terakhir Floryn terbaring tadi malam, pria itu tengah menangis mengenakan pakaian putih yang beberapa jam lalu baru dibelinya. Suara rintihan pria itu terdengar, Roan tahu jika pada akhirnya ini semua akan terjadi, namun dia tidak pernah membayangkan jika rasa sakitnya sangat begitu menyiksa sampai membuatnya ingin berteriak sekencang mungkin.Roan tidak pernah menyangka jika perayaan kesembuhan yang telah Floryn ucapkan kepadanya beberapa jam lalu adalah sebuah perpisahan.Roan mengusap wajahnya yang sudah basah oleh air mata, dengan langka gontainya pria itu berjalan melewati pintu, melihat Floryn yang terbaring dalam keadaan cantik dan tenang.Roan mendekat dengan putus asa, sebanyak apapun dia menangis, hal itu tidak mampu meradakan kesedihan dan sakit yang tengah bersarang didalam dadanya.Roan tahu, ini adalah jalan terbaik untuk Floryn. Tapi tidak untuk orang-orang disekitarnya yang kini harus belajar mengkihlaskan kepergiannya.Tangan Roan

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 253: Cincin

    Air mata Julliet terus berjatuhan membasahi punggung tangannya yang bersarung tangan. Dia dan Samantha tengah membantu mengenakan baju Floryn, memengakan sebuah gaun cantik yang telah Floryn beli dari toko satu jam sebelum kematiannya. “Aku tidak bisa melakukan ini Bibi,” isak Julliet mengusap wajahnya dengan kasar, dia sudah bertahan sekuat tenaga, namun setiap kali dia melihat wajah Floryn, tangisannya selalu terpecah.Julliet masih tidak menyangka jika Floryn akan berakhir seperti ini.Baru beberapa jam yang lalu mereka berbicara sambil menunggu pagi datang, Julliet masih bisa melihat senyumannya yang cantik, suara tawanya yang lembut, bahkan Julliet sempat menggoda Floryn bahwa dia akan mempersiapkan gaun pernikahan sederhananya dengan Alfred.Julliet sama sekali tidak pernah berbikir bahwa gaun yang dibeli Floryn akan digunakan untuk hari terakhirnya.Apakah ini alasan Floryn meminta Julliet untuk tinggal dirumah neneknya? Apakah ini maksud dari Floryn yang telah mengatakan bah

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 252: Hari Berkabut

    Langit yang cerah berkabut terhalang oleh air mata. “Roan cepatlah!” teriak Alfred memeluk erat Floryn dengan gemetar, memaksa Roan untuk berkendara lebih cepat meninggalkan toko Luwis.Pikiran Alfred berubah kacau, jantuntungnya berdegup begitu kencang merenggut sebagian kekuatannya karena ketakutannya akan keadaan Floryn semakin tidak baik.“Kita harus membawanya ke rumah sakit sekarang juga, aku mohon cepatlah!” pinta Alfred penuh permohonan.“Aku sudah berusaha secepat mungkin! Flo bertahanlah, kau akan baik-baik saja,” ucap Roan terdengar getir.Bulu mata Floryn bergerak pelan, kesadarannya yang terenggut telah kembali. Samar-samar Floryn melihat wajah Alfred yang kini tengah menangis, memeluk dalam pangkuan.Ada sakit yang cukup kuat disetiap denyut urat nadinya, kepala Floryn diletupi oleh sesuatu yang tidak dia mengerti. Jika ditanya apakah sakit? Sangat sakit, ini adalah sesuatu yang paling sakit diterima tubuhnya, namun Floryn tidak ingin meringis ataaupun menangis, dia ha

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 251: Membeli Gaun

    Pagi ini matahari cukup cerah dan hangat, mengurangi cuaca dingin dari musim gugur yang masih berlangsung.Floryn duduk disisi ranjang tengah diperiksa oleh dokter untuk memastikan keadaannya sebelum pergi keluar rumah.Ditengah ketenangannya, Floryn diam-diam memperhatikan Alfred yang tengah bersiap-siap. Pagi ini Floryn bisa mendengar suara rengekan Alfred kepada Ali karena tidak terbiasa menggunakan kamar mandi kecil, mendengar rengekannya karena tidak memiliki sarapan yang bergizi.Suara rengekan itu cukup menghibur Floryn yang berada di kamar, pasalnya Alfred tidak mengeluhkan apapun saat berada dihadapan Floryn, dia bersikap sebagai lelaki gantleman. Lucunya saat bersama Ali, Alfred akan mengeong seperti kucing rumahan.“Bagaimana keadaannya?” tanya Roan.“Keadaannya membaik, beliau bisa pergi,” jawab Edith tersenyum lembut menyembunyikan ada kegetiran dimatanya. “jangan lupa membawa kursi roda untuk berjaga-jaga.”Roan tersenyum penuh kelegaan, pria itu sempat mendekati Floryn

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 250: Pikiran Alfred

    Malam yang dingin begitu sunyi, jam sudah menunjukan pukul dua malam dan semua orang tengah tertidur lelah mengistirahatkan diri ditenda-tenda yang sudah dibangun, tungku perapian dari arang dan kayu masih menyala menyebarkan kehangatan.Di dalam rumah, Floryn bergerak gelisah, seluruh tubuhnya kembali sakit dan sesak meski alat bantu pernapasan terpasang dihidungnya. Floryn diserang oleh mimpi aneh yang tidak jelas, sekuat tenaga dia berusaha untuk bangun dan sadar.Floryn tersentak membuka matanya seketika, bibirnya terbuka bernapas dengan kasar tidak beraturan, seluruh tubuhnya kembali tidak dapat digerakan, sekuat apapun Floryn berusaha, dia tidak dapat melakukannya bahkan sekadar untuk menggerakan jarinya.Semakin sering penyakit itu datang, semakin banyak kemampuan tubuh Floryn yang terenggut.Butuh waktu yang cukup lama untuk Floryn mendapatkan ketenangan, melihat keberadaan Alfred yang tengah tertidur duduk di kursi rotan. Sejak kemarin Alfred tidak mendapatkan waktu beristi

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 249: Gaun

    Roan berdiri di ambang pintu, memperhatikan Alfred yang masih tidak beranjak meninggalkan Floryn, pria itu tengah memijat tangan Floryn yang masih kesulitan untuk digerakan. Sejak kembali sadar, bahkan Floryn belum berbicara sepatah katapun.Tampaknya setelah ditinggalkan Floryn dimalam itu, Alfred mulai takut untuk meninggalkan Floryn dari jangkauan matanya.Roan mengetuk daun pintu sepelan mungkin. “Izinkan aku berbicara dengan Flo. Hanya berdua,” pinta Roan.Dengan berat hati Alfred beranjak pergi memberi ruang.Roan mendekat dengan penuh kehati-hatian, matanya bertemu dengan sepasang mata Floryn yang memandanginya dengan lekat tanpa berbicara sepatah katapun. Dokter bilang jika penyakit Floryn sudah mengganggu ingatannya, karena itulah kini Floryn pikiran Floryn sedang melayang tersesat.Roan tersenyum dan duduk bersimpuh di lantai agar bisa mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan Floryn.“Flo,” panggil Roan.Bola mata Floryn bergerak kesisi melihat Roan melalui sudut matanya.“Apa s

DMCA.com Protection Status