Share

BAB 9: Jatuh Cinta

Penulis: Asayake
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Alfred memasuki lift, dia harus pergi ke salah satu lantai hotel tempat dimana ibunya tengah menginap.

Hari ini, Alfred harus menjemput ibunya secara langsung karena nanti malam dia memiliki jadwal penerbangan.

Alfred berencana akan melakukan liburan beberapa hari, namun pertemuannya dengan Floryn satu hari yang lalu berhasil membuat Alfred gelisah.

Alfred tidak dapat mengungkapkan, apakah kegelisahan yang menggelayuti hatinya didasari oleh ketakutan Floryn akan balas dendam, atau justru rasa khawatir akan perubahan Floryn yang tampak menyedihkan.

Alfred menghela napasnya dengan berat, terbayang wajah Floryn yang pucat dan memiliki cekungan, sepasang matanya yang hijau safir terlihat linglung, suaranya yang lembut masih terdengar sama seperti terakhir kali mereka bertemu.

Sampai detik ini, Alfred masih bertanya-tanya mengapa Floryn berpura-pura tidak mengenalinya?

Mustahil jika Floryn lupa, karena sampai sekarang Alfred masih mengingat jelas pertemuan pertama mereka.

Senyuman cerah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 10: Benci

    “Aku sudah jatuh cinta pada seseorang, jauh sebelum bertemu denganmu."Bak petir disiang bolong, Melisa terkejut dan tidak menyangka bahwa jawaban menyakitkan inilah yang akan diucapkan oleh Alfred.Ada sepercik kecemburuan yang tidak bisa Melisa kendalikan didalam hatinya saat dia memikirkan Alfred yang selama ini berusaha dia menangkan hatinya ternyata sudah dimiliki oleh wanita lain.Rahang Melisa mengetat, beberapa kali dia mengatur napasnya agar bisa tetap terlihat tenang. “Seperti apa perempuan yang sudah berhasil membuatmu jatuh cinta? Apa pekerjaannya? Apa dia dari keluarga yang hebat?”Alfred mengalihkan perhatiannya, memandangi langit malam melalui jendela besar kamar hotel. “Dia tidak sempurna sepertimu, dia hidup dikelilingi masalah dan banyak orang yang membencinya.”“Jangan bercanda Alfred!” Melisa marah, harga dirinya terinjak, bagaimana bisa dia dikalahkan oleh sorang perempuan yang tidak jelas?Alfred beranjak dari duduknya, pria itu terlampau tenang seakan tidak pedu

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 11: Rahasia Kotor

    Floryn berdiri di depan sebuah rak makanan gratis, gadis itu tampak tersenyum dengan bibir yang pucat, matanya berbinar bahagia melihat deretan jenis makanan sehat yang bisa dia pilih.Tanpa membuang waktu Floryn memasukan kartu identitasnya dan memilih sepotong burrito dengan minuman susu kotak.Dengan harap-harap cemas Floryn menunggu makanannya keluar.“Ada apa ini? Apa mungkin mesinnya error?” tanya Floyn kebingungan karena makanan yang dipilihnya tidak keluar, sementara kartu identitasnya keluar sendiri.Floryn kembali mencoba dan berharap telah terjadi sebuah kesalahan, namun anehnya Floryn tetap tidak mendapatkan makanan di dalam rak kaca.“Permisi.”Floryn mundur memberi ruang pada seorang wanita paruh baya yang sama-sama akan mengambil makanan gratis di dalam rak.Diam-diam Floryn memperhatikan dan betapa terkejutnya dia begitu melihat wanita paruh baya itu mendapatkan makanan yang dia pilih tanpa mengalami kendala apapun.“Mengapa aku tidak bisa mendapatkannya?” bisik Floryn

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 12: Melawan Kejahatan

    Malam telah tiba, Floryn keluar dari tempat persembunyiannya, yaitu lorong tempat bermain taman kanak-kanak, disana dia menghabiskan waktunya untuk tidur karena malam ini Floryn akan pergi berkeliaran mencari makanan dan mengumpulkan sampah.Sepertinya dia bisa pergi mencari truk makanan gratis dan kali ini dia tidak boleh mengalah.Sempat dia membasuh wajah dan kembali minum beberapa teguk air keran untuk mengganjal perih diperut karena lapar.Seperti hari-hari sebelumnya, Floryn pergi ke belakang gang yang sepi dan minim cahaya. Floryn mempercepat langkahnya begitu sadar dia tidak melihat satu-pun gelandanganpun yang berkeliaran.Apakah mereka sudah lebih dulu mengantri untuk mendapatkan makanan gratis?“Sepertinya aku terlambat,” gerutu Floryn sambil berlari menuju tenda khusus pembagian makanan gratis.Langkah kaki Floryn memelan..Alih-alih mendekat, Floryn mengurungkan niatnya begitu menyadari bahwa tenda penyedia makanan gratis terlihat sepi dari biasanya, sampai-sampai Floryn

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 13: Melihatnya

    Sebuah dompet berada ditangan, dompet itu milik Dany yang sengaja dicuri.Didalam dompet terdapat beberapa lembar uang yang bisa Floryn gunakan untuk membeli pakaian bekas agar besok dia bisa mencari pekerjaan tanpa mendapatkan pengusiran, dia juga perlu menyamar agar tidak diseret dinas social.Floryn melempar dompet itu ke sungai bersama dengan handpone Dany untuk menghilangkan jejak.“Ampun! Lepaskan saya!” teriak seseorang dari suatu tempat.Refleks Floryn bersembunyi di sudut pagar, mengintip dua orang dinas social yang menyeret paksa seorang tunawisma menuju mobil yang mereka parkir jauh dari jalanan.“Saya tidak bersalah, saya tidak mengganggu siapapun, lepaskan saya!”“Tutup mulutmu!” Bugh!Tunawisma itu dipukuli dengan kasar hingga dia terkapar tindak berdaya dan digotong masuk ke dalam mobil. Tampaknya, pembersihan tunawisma diseluruh penjuru ibukota akan terus gencar dilakukan.Suasana menjadi mencekam dari biasanya, untuk orang-orang yang memiliki rumah dan pekerjaan mer

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 14: Diam-diam Perhatian

    Alfred melihatnya tengah menangis dibawah pohon, gadis itu membiarkan air hujan membasahi seluruh tubuhnya yang kurus kering.Lampu-lampu jalanan dan bayang lampu kereta yang lewat menyinarinya.Degup jantung Alfred berdetak memacu tidak beraturan.Apa yang dia lihat saat ini kembali mengingatkan Alfred pada kejadian lima tahun yang lalu, tepatnya sebelum mereka berpisah dan membuat janji untuk kembali bertemu.Alfred pernah melihatnya dibawah bawah cahaya, namun tidak dalam situasi yang seperti sekarang.Dulu, Floryn bersinar seperti dandeliaon yang dilukis matahari sore, dia meninggalkan jejak yang begitu kuat dalam ingatan. Suaranya yang lembut seperti lelehan madu, senyuman manisnya yang cantik, matanya yang berbinar, hingga kibaran ujung gaunnya yang bergerak disetiap langkah yang dia ambil.Alfred mendefinisikan bahwa dia adalah gadis yang menarik.Alfred tidak pernah menyangka jika kini semuanya telah berubah.Floryn kehilangan cahayanya, gadis itu menjadi suatu objek yang sang

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 15: Cahaya dikegelapan

    Bening air sungai berubah kemerahan saat Floryn membasuh kakinya yang terluka, gadis itu sedikit menegang merasakan perih yang menyengat di permukaan kulitnya.“Hiks..” Floryn merintih kesakitan.Air mata terus berderai tanpa henti, sakit yang dirasakan tubuhnya tidak sebanding dengan keadaan jiwanya yang kian rapuh.Rangkaian peristiwa yang telah terjadi hari ini membuat Floryn merasa sangat lelah dan putus asa hingga berpikir untuk menyerah dan melupakan tekadanya untuk balas dendam kepada semua orang, terutama Rachel.Floryn sangat kesulitan untuk bertahan hidup, dia tidak memiliki sandaran, tidak ada tempat untuknya bercerita, tidak ada tempat untuknya pulang.Dia benar-benar sendirian didunia ini.Lantas, bagaimana bisa Floryn menghadapi Emier, terutama Rachel? Mereka hidup semakin berkecukupan dan memiliki kekuasaaan? Mereka dapat membunuh Floryn semau mereka.Dunia sangat tidak adil untuk Floryn. Dengan kuat Floryn memukuli dadanya yang sakit dan sesak, gadis itu bergumul deng

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 16: Ketenangan

    Floryn tertidur diatas sebuah ranjang kecil tanpa bantal, beruntung hangat selimut yang lembut menutupi tubuhnya dalam keadaan perut kenyang. Setelah lima tahun terkurung dipenjara dan terbiasa dengan dinding beton yang dingin dan ranjang yang keras seperti papan, ini untuk pertama kalinya Floryn kembali tidur mewah dalam keadaan perut yag tidak kelaparan.Floryn telah menggunakan uang curiannya dari Dany untuk menyewa sebuah motel seharga sepuluh dollar dan membeli alat mandi hingga beberapa potong roti keras untuknya besok siang.Sangat sulit menemukan kontrakan murah, sekalipun itu ditempat kumuh dan pinggiran, Floryn harus mengeluarkan lima ratus dollar satu bulan jika dia ingin menyewa.Aroma wangi shampoo dan sabun masih tercium ditubuhnya. Beberapa kali Floryn sampai menyentuh rambutnya yag kembali lembut dan kulitnya terlihat bersih tidak kumal.Diantara senyuman bahagia, ada guratan kesedihan yang tersirat dimata indahnya. Sangat menyedihkan menghadapi fakta bahwa Floryn mera

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 17: Sepakat

    Alfred meletakan pet carrier dengan hati-hati di atas karpet berbulu, dia pulang terlalu larut hingga melupakan janjinya kepada Nara yang kini tengah ketiduran di lantai.Dengan mudahnya Alfred membopong Nara dan memindahkannya ke ranjang.Suara rengekan kecil terdengar dikesunyian, Nara mengeliat dibawah selimut yang menutupi tubuhnya. “Maafkan kakak, Nara,” bisik Alfred mengusap pipi kemerahan Nara. Alfred menghabiskan sisa malamnya untuk mencari Floryn hingga dia melupakan janjinya dengan Nara.‘Seperti apa keadaan Floryn sekarang?’Alfred menggeleng keras mengenyahkan segala pikiranya dari Floryn. Sepantasnya, dia melupakan Floryn mulai malam ini, apapun yang terjadi pada kehidupannya bukanlah urusan Alfred lagi.Alfred tidak boleh menodai kehidupannya oleh serangkaian kejadian lampau. Rasa bersalah kepada Floryn hanya akan menahan kakinya disetiap langkah yang dia ambil.“Selamat malam, Nara.” Alfred mengecup kening Nara sekilas.Alfred beranjak dari tempat duduknya tanpa memati

Bab terbaru

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   END

    Samantha menghisap cerutunya dalam-dalam, wanita itu segera duduk dikursinya menghadap Roan yang telah cukup lama menunggu diruangannya.“Ada apa? Tidak seperti biasanya kau datang ke rumah bordilku,” tanya Samantha dengan suara serak.“Bagaimana kabarmu Samantha?”“Seperti yang kau lihat, selalu berjalan biasa seperti ini.”Seperti apa yang Roan lakukan sebelumnya, dia mengeluarkan sebuah amplop dari jaketnya dan meletakannya di meja kerja Samantha. “Aku ingin menyampaikan titipan dari Flo.”Samantha sempat terdiam melihat amplop diatas mejanya, sampai akhirnya dia bertanya. “Titipan apa?”“Bukalah.”Samantha meninggalkan cerutunya di asbak dan mengambil amplop itu, mengeluarkan selembar cek berisi dua juta dollar.Samantha terperangah kaget sampai tangannya gemetar memegang uang sangat banyak. “Apa maksudnya ini? Jangan bermain-main denganku jika ini tentang uang,” bisik Samantha dengan suara bergetar.Tubuh Roan menegak. “Itu adalah uang hasil dari tuntutan Flo pada kepolisian. Fl

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 256: Hukuman Rachel

    Kabar kematian Floryn tersebar luas kepada banyak orang, kasus pembunuhan dan scenario pembohongan besar yang telah dilakukan Rachel memantik banyak berhatian public untuk ikut turun tangan menuntut keadilan untuknya. Public menuntut untuk hukuman berat kepada Rachel karena dia bertanggung jawab penuh atas kematian Abra dan juga penyebab kematian Floryn. Kabar kematian Floryn akhirnya sampai ditelinga Rachel, alih-alih merasa senang orang yang paling dibencinya telah tiada, justru Rachel mulai dibayangi oleh ketakutan akan hukuman yang semakin berat harus dia jalani didepan mata. Selama dua bulan di dalam penjara, keadaan Rachel terlihat semakin mengkhawatirkan karena dia dikurung dalam ruang isolasi sendirian, dia mengalami delusi parah hingga harus mendapatkan obat penenang. Beberapa kali dia kedapatan hendak melakukan percobaan bunuh diri karena tidak kuat menghadapi tekanan yang begitu menyiksanya. Kenekatan Rachel yang mulai parah membuat kedua tangannya dan kakinya perlu

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 255: Perpisahan

    Semua orang berjalan di hamparan rumput yang hijau dan subur, melangkah di bawah sinar matahari sore yang mulai kekuningan, suara hembusan angin terdengar dikesunyian yang mencekam, daun-daun yang berguguran ketanah seperti tengah bercerita tentang apa yang kini tengah terjadi pada segerombolan kecil orang yang membawa jenazah Floryn menuju tempat peristirahatan terakhirnya.Orang-orang berpakaian putih membawa bunga mawar merah tidak menunjukan tanda-tanda sedang berduka meski pada kenyataannya, ada hujan air mata yang tidak bisa dihentikan seiring dengan langkah yang kian dekat pada tempat dimana Floryn akan dimakamkan.Emier membekap mulutnya dengan kuat, melangkah tertatih kehilangan banyak tenaganya. Dia sudah tidak mampu lagi menampung kesedihannya hari ini, jauh lebih baik jika Emier sakit karena sekarat dibandingkan harus sakit karena penyesalan atas kepergian putrinya.Bahu Emier gemetar, lelaki paruh baya itu membungkuk tidak mampu melanjutkan perjalananya yang tinggal sedik

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 254: Terlambat

    Roan duduk sendirian di kamar tempat terakhir Floryn terbaring tadi malam, pria itu tengah menangis mengenakan pakaian putih yang beberapa jam lalu baru dibelinya. Suara rintihan pria itu terdengar, Roan tahu jika pada akhirnya ini semua akan terjadi, namun dia tidak pernah membayangkan jika rasa sakitnya sangat begitu menyiksa sampai membuatnya ingin berteriak sekencang mungkin.Roan tidak pernah menyangka jika perayaan kesembuhan yang telah Floryn ucapkan kepadanya beberapa jam lalu adalah sebuah perpisahan.Roan mengusap wajahnya yang sudah basah oleh air mata, dengan langka gontainya pria itu berjalan melewati pintu, melihat Floryn yang terbaring dalam keadaan cantik dan tenang.Roan mendekat dengan putus asa, sebanyak apapun dia menangis, hal itu tidak mampu meradakan kesedihan dan sakit yang tengah bersarang didalam dadanya.Roan tahu, ini adalah jalan terbaik untuk Floryn. Tapi tidak untuk orang-orang disekitarnya yang kini harus belajar mengkihlaskan kepergiannya.Tangan Roan

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 253: Cincin

    Air mata Julliet terus berjatuhan membasahi punggung tangannya yang bersarung tangan. Dia dan Samantha tengah membantu mengenakan baju Floryn, memengakan sebuah gaun cantik yang telah Floryn beli dari toko satu jam sebelum kematiannya. “Aku tidak bisa melakukan ini Bibi,” isak Julliet mengusap wajahnya dengan kasar, dia sudah bertahan sekuat tenaga, namun setiap kali dia melihat wajah Floryn, tangisannya selalu terpecah.Julliet masih tidak menyangka jika Floryn akan berakhir seperti ini.Baru beberapa jam yang lalu mereka berbicara sambil menunggu pagi datang, Julliet masih bisa melihat senyumannya yang cantik, suara tawanya yang lembut, bahkan Julliet sempat menggoda Floryn bahwa dia akan mempersiapkan gaun pernikahan sederhananya dengan Alfred.Julliet sama sekali tidak pernah berbikir bahwa gaun yang dibeli Floryn akan digunakan untuk hari terakhirnya.Apakah ini alasan Floryn meminta Julliet untuk tinggal dirumah neneknya? Apakah ini maksud dari Floryn yang telah mengatakan bah

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 252: Hari Berkabut

    Langit yang cerah berkabut terhalang oleh air mata. “Roan cepatlah!” teriak Alfred memeluk erat Floryn dengan gemetar, memaksa Roan untuk berkendara lebih cepat meninggalkan toko Luwis.Pikiran Alfred berubah kacau, jantuntungnya berdegup begitu kencang merenggut sebagian kekuatannya karena ketakutannya akan keadaan Floryn semakin tidak baik.“Kita harus membawanya ke rumah sakit sekarang juga, aku mohon cepatlah!” pinta Alfred penuh permohonan.“Aku sudah berusaha secepat mungkin! Flo bertahanlah, kau akan baik-baik saja,” ucap Roan terdengar getir.Bulu mata Floryn bergerak pelan, kesadarannya yang terenggut telah kembali. Samar-samar Floryn melihat wajah Alfred yang kini tengah menangis, memeluk dalam pangkuan.Ada sakit yang cukup kuat disetiap denyut urat nadinya, kepala Floryn diletupi oleh sesuatu yang tidak dia mengerti. Jika ditanya apakah sakit? Sangat sakit, ini adalah sesuatu yang paling sakit diterima tubuhnya, namun Floryn tidak ingin meringis ataaupun menangis, dia ha

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 251: Membeli Gaun

    Pagi ini matahari cukup cerah dan hangat, mengurangi cuaca dingin dari musim gugur yang masih berlangsung.Floryn duduk disisi ranjang tengah diperiksa oleh dokter untuk memastikan keadaannya sebelum pergi keluar rumah.Ditengah ketenangannya, Floryn diam-diam memperhatikan Alfred yang tengah bersiap-siap. Pagi ini Floryn bisa mendengar suara rengekan Alfred kepada Ali karena tidak terbiasa menggunakan kamar mandi kecil, mendengar rengekannya karena tidak memiliki sarapan yang bergizi.Suara rengekan itu cukup menghibur Floryn yang berada di kamar, pasalnya Alfred tidak mengeluhkan apapun saat berada dihadapan Floryn, dia bersikap sebagai lelaki gantleman. Lucunya saat bersama Ali, Alfred akan mengeong seperti kucing rumahan.“Bagaimana keadaannya?” tanya Roan.“Keadaannya membaik, beliau bisa pergi,” jawab Edith tersenyum lembut menyembunyikan ada kegetiran dimatanya. “jangan lupa membawa kursi roda untuk berjaga-jaga.”Roan tersenyum penuh kelegaan, pria itu sempat mendekati Floryn

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 250: Pikiran Alfred

    Malam yang dingin begitu sunyi, jam sudah menunjukan pukul dua malam dan semua orang tengah tertidur lelah mengistirahatkan diri ditenda-tenda yang sudah dibangun, tungku perapian dari arang dan kayu masih menyala menyebarkan kehangatan.Di dalam rumah, Floryn bergerak gelisah, seluruh tubuhnya kembali sakit dan sesak meski alat bantu pernapasan terpasang dihidungnya. Floryn diserang oleh mimpi aneh yang tidak jelas, sekuat tenaga dia berusaha untuk bangun dan sadar.Floryn tersentak membuka matanya seketika, bibirnya terbuka bernapas dengan kasar tidak beraturan, seluruh tubuhnya kembali tidak dapat digerakan, sekuat apapun Floryn berusaha, dia tidak dapat melakukannya bahkan sekadar untuk menggerakan jarinya.Semakin sering penyakit itu datang, semakin banyak kemampuan tubuh Floryn yang terenggut.Butuh waktu yang cukup lama untuk Floryn mendapatkan ketenangan, melihat keberadaan Alfred yang tengah tertidur duduk di kursi rotan. Sejak kemarin Alfred tidak mendapatkan waktu beristi

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 249: Gaun

    Roan berdiri di ambang pintu, memperhatikan Alfred yang masih tidak beranjak meninggalkan Floryn, pria itu tengah memijat tangan Floryn yang masih kesulitan untuk digerakan. Sejak kembali sadar, bahkan Floryn belum berbicara sepatah katapun.Tampaknya setelah ditinggalkan Floryn dimalam itu, Alfred mulai takut untuk meninggalkan Floryn dari jangkauan matanya.Roan mengetuk daun pintu sepelan mungkin. “Izinkan aku berbicara dengan Flo. Hanya berdua,” pinta Roan.Dengan berat hati Alfred beranjak pergi memberi ruang.Roan mendekat dengan penuh kehati-hatian, matanya bertemu dengan sepasang mata Floryn yang memandanginya dengan lekat tanpa berbicara sepatah katapun. Dokter bilang jika penyakit Floryn sudah mengganggu ingatannya, karena itulah kini Floryn pikiran Floryn sedang melayang tersesat.Roan tersenyum dan duduk bersimpuh di lantai agar bisa mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan Floryn.“Flo,” panggil Roan.Bola mata Floryn bergerak kesisi melihat Roan melalui sudut matanya.“Apa s

DMCA.com Protection Status