“Kenapa Ayah baru datang? Aku menunggu Ayah sejak tadi,” tangis Erika memanggil.Panggilan ‘ayah’ terasa sangat menyakitkan sampai menghunus dada, Emier sangat sakit memikirkan jika selama ini dia telah merawat dan mencintai anak dari Issabel dan sopir simpanannya.Sangat sakit memikirkan bahwa ternyata Emier tidak memiliki anak kandung.Kini sudah terjawab, mengapa selama ini Erika bisa begitu dekat dengan Nolan dan memiliki banyak kemiripin. Mereka berdua memiliki ikatan darah.Jika saja, Floryn tidak memberitahunya untuk melakukan tes DNA, mungkin Emier akan selamanya terus dibodohi sampai akhir hayatnya.Meskipun begitu, Emier akan pernah berterima kasih pada Floryn karena gadis itu sama saja dengan Issabel dan Rachel, suber aib dalam hidupnya.Emier memangku Erika yang kini tengah menangis, diam-diam Issabel bernapas dengan penuh kelegaan melihat sikap Emier yang masih lembut kepada Erika meski dia bukan putri kandungnya.Namun, tidak berselang lama setelah Erika berhenti menangi
Wajah Alfred memucat melihat kedatangan ayahnya yang kian mendekat tengah celingukan mencari sesuatu hingga membungkuk dengan mata memicing mengintip jendela mobilnya.Akan menjadi bencana besar jika Steve menyadari jika orang yang tengah berada di dalam mobil adalah Alfred bersama Floryn, apalagi kini posisi mereka berdua cukup intim. Akan sangat sulit memberi alasan mengelak jika nanti ketahuan.Tok tok tok!Steve mengetuk kaca jendela, berpikir jika seseorang yang berada di dalam mobil tersesat ataupun telah mengalami masalah.“Bagaimana ini? Bagaimana jika ketahuan?” bisik Floryn gemetar. “Kau hanya akan dipecat dan seluruh keturunan keluargamu akan diintimidasi,” jawab Alfred serius.Jawaban Alfred membuat Floryn semakin panik, refleks Floryn berguling ke sisi tidak mempedulikan ringisan sakitnya saat kepala dan siku tangannya terbentur sesuatu. Floryn bersembunyi meringkuk dibelakang kursi.Tok tok tok!Steve kembali mengetuk kaca mobil. Alfred bergerak gelagapan begitu Steve
Alfred terbaring miring mengusap punggung telanjang Floryn yang membelakanginya, tertidur lelap menjadikan lengan Alfred bantalan.Ujung telunjuk Alfred menekan hati-hati sepanjang garis tulangnya yang semakin terlihat menandakan jika Floryn kembali kehilangan berat badannya lagi akhir-akhir ini.Aneh, seharusnya Floryn semakin pulih. Apakah karena dia terlalu banyak bekerja dan tidak memiliki waktu berisirahat sehingga tubuhnya kembali mengalami penurunan?Dengan hati-hati Alfred bergeser semakin mendekatikan diri pada Floryn. Ternyata tidak cukup buruk berdesakan di atas ranjang kecil yang kerassetelah menghabiskan detik demi detik waktu mereka dengan bercinta.Alfred membungkuk mengecup bahu Floryn, “Apa kau marah?” bisik Alfred bertanya.Setengah jam yang lalu, ditengah sisa-sisa puncak kenikmatan yang telah didaki, Floryn meminta untuk pergi ke rumah bordil karena dia harus menari. Tetapi Alfred tidak mengizinkannya, justru dia mengikat kedua tangan Floryn, Alfred tidak dapat m
Erika menyandarkan kepalanya di dada Nolan, anak itu terlihat kebingungan untuk menjawab ajakan Nolan untuk tinggal berdua bersamanya, disisi lain Erika takut dengan Rachel dan Emier yang tiba-tiba memusuhinya. Satu-satunya orang yang tidak berubah bersikap baik kepada Erika hanya Nolan.Erika sangat lelah, sejak pagi ini dia terus menerus melihat keributan yang menakutkan. Apa mungkin bisa, Erika tinggal bersama Nolan dan Issabel bersama dengan Rachel?“Erika, bisakah kau menunggu di luar sebentar? Paman ingin berbicara dengan ibumu, nanti kita makan malam bersama,” bujuk Nolan berbicara lembut seraya mengusap rambut Erika.“Paman jangan lama-lama, aku sangat lapar,” bisik Erika menatap dengan mata berkaca-kaca, sejak pagi ini Erika belum memakan apapun selain sekotak susu pemberian perawat.Issabel terus menerus berteriak dan menangis sepanjang waktu, dia tidak memiliki waktu untuk memperhatikan makan Erika. Sementara Emier datang sebentar, apalagi Rachel tidak muncul sekalipun di
Hujan gerimis turun dibawah kegelepan malam, hangat dekapan tangan Alfred membelit tubuh. Floryn terbangun dari tidurnya karena sesak, dengan penuh kehati-hatian gadis itu bergerak sedikit demi sedikit, melepaskan diri dari pelukan Alfred.Bibir Floryn menekan menahan ringisan, pinggangnya terasa cukup sakit dan pegal, beruntung saja tidak sesakit saat pertama kali melakukannya.Dilihatnya jam kecil atas meja, kini menunjukan pukul Sepuluh malam.Tanpa sadar, Floryn telah terlambat dua jam dari jadwal pertunjukannya.Dia terlalu lelah sampai tidak sadarkan diri hingga melewatkan jadwal menarinya lagi malam ini. Floryn harus menghubungi Samantha dan meminta maaf kepadanya, Floryn sudah terlalu sering membolos dari pekerjaannya.Perlahan Floryn bergerak turun dari ranjang, memungut pakaiannya yang berserakan dan mengenakannya kembali. Sekilas dia melihat Alfred yang masih tertidur lelap dibawah selimut tipis miliknya.Suatu pemandangan yang tidak masuk akal melihat Alfred Morgan tertid
Semangkuk solyanka dan sepiring sarmi berada di meja. Alfred duduk menempatkan kedua tangannya di atas meja, tersenyum geli melihat Floryn tengah menahan cemberutan kesalnya.Saat Floryn baru selesai menghidangkan masakan yang telah dibuatnya, Ali datang hanya untuk mengantar beberapa set peralatan makanan.Tanpa bisa Floryn hentikan, semua makanan yang telah dia buat dipindahkan pada semua alat makan yang telah dibawa, Ali juga membawa paksa semua alat makan Floryn untuk dibuang dan menggantinya dengan satu alasan, Alfred alergi.Floryn merasa cukup terhina, disisi lain dia tidak memiliki kemampuan untuk menghentikan apa yang telah terjadi.Asap makanan yang masih hangat mengepul tercium terbawa udara dari jendela dibiarkan terbuka, gorden tipis bergerak melambai terbawa angin, menyaksikan Alfed dan Floryn yang kini tengah menikmati makan malam bersama.“Kau pandai memasak,” puji Alfred tersenyum dengan mata berbinar menikmati setiap suapan makanan yang masuk ke dalam mulut.Alfred t
“Apa ini tidak salah?” tanya Julliet pada Ali yang telah mengantarnya pada sebuah hotel mewah.“Tidak, tuan Alfred memerintahkan Anda dibawa ke sini,” jawab Ali.Julliet menelan salivanya dengan kesulitan, wanita itu keluar dari mobil mengikuti langkah Ali yang membawanya masuk. Tangan Julliet terkepal, dia sedikit malu karena tidak sempat mengganti pakaian dan menghapus riasannya, penampilannya sebagai wanita penghibur di tempat kumuh begitu terlihat jelas dan kontras.Beruntungnya, karena malam yang mulai larut, suasana hotel terlihat lebih tenang tidak menunjukan ada orang berkeliaran sehingga kedatangan Julliet tidak menarik banyak perhatian.Malam ini Julliet mengambil sebuah keputusan yang mungkin lancang karena telah ikut campur dalam urusan Floryn hingga membagikan rahasia yang selalu ingin Floryn tutupi. Julliet juga sadar sepenuhnya jika kemungkinan Floryn akan sangat marah kepadanya jika Julliet memberitahukan rahasianya kepada orang lain.Julliet ingin memberitahu rahasia
“Jangan berbohong,” jawab Alfred tidak percaya.Julliet tersenyum meringis menahan kesedihan harus mengingat kembali masa-masa di penjara. Andai sakit Floryn sebuah kebohongan, Julliet akan sangat bersyukur, tapi kenyataannya tidaklah seperti itu.Julliet tertunduk mengusap sisi lengannya, dengan suara bergetar dia berbicara, “Flo pernah mengalami kekerasan yang cukup parah, ibu tirinya membayar seorang narapidana berbahaya untuk menyakiti Flo. Kejadian itu membuat Floryn terluka cukup parah dan harus diopname karena jantungnya terluka.”“Setelah kejadian itu, Flo mengalami trauma berat didalam penjara, disisi lain dia harus bertahan dari sakit dan ancaman yang tidak pernah berhenti datang. Setiap minggu, para narapidana dilepaskan di ke lapangan, disana selalu saja ada narapidana yang mengganggunya, mereka dibayar oleh ibu dan kakak tirinya Flo.” “Untuk bisa bertahan, Flo mendekati beberapa terpinada seumur hidup, beberapa dokter yang terlibat mallpraktik dan kelompok mafia. Akhirn