Alfred terbaring miring mengusap punggung telanjang Floryn yang membelakanginya, tertidur lelap menjadikan lengan Alfred bantalan.Ujung telunjuk Alfred menekan hati-hati sepanjang garis tulangnya yang semakin terlihat menandakan jika Floryn kembali kehilangan berat badannya lagi akhir-akhir ini.Aneh, seharusnya Floryn semakin pulih. Apakah karena dia terlalu banyak bekerja dan tidak memiliki waktu berisirahat sehingga tubuhnya kembali mengalami penurunan?Dengan hati-hati Alfred bergeser semakin mendekatikan diri pada Floryn. Ternyata tidak cukup buruk berdesakan di atas ranjang kecil yang kerassetelah menghabiskan detik demi detik waktu mereka dengan bercinta.Alfred membungkuk mengecup bahu Floryn, “Apa kau marah?” bisik Alfred bertanya.Setengah jam yang lalu, ditengah sisa-sisa puncak kenikmatan yang telah didaki, Floryn meminta untuk pergi ke rumah bordil karena dia harus menari. Tetapi Alfred tidak mengizinkannya, justru dia mengikat kedua tangan Floryn, Alfred tidak dapat m
Erika menyandarkan kepalanya di dada Nolan, anak itu terlihat kebingungan untuk menjawab ajakan Nolan untuk tinggal berdua bersamanya, disisi lain Erika takut dengan Rachel dan Emier yang tiba-tiba memusuhinya. Satu-satunya orang yang tidak berubah bersikap baik kepada Erika hanya Nolan.Erika sangat lelah, sejak pagi ini dia terus menerus melihat keributan yang menakutkan. Apa mungkin bisa, Erika tinggal bersama Nolan dan Issabel bersama dengan Rachel?“Erika, bisakah kau menunggu di luar sebentar? Paman ingin berbicara dengan ibumu, nanti kita makan malam bersama,” bujuk Nolan berbicara lembut seraya mengusap rambut Erika.“Paman jangan lama-lama, aku sangat lapar,” bisik Erika menatap dengan mata berkaca-kaca, sejak pagi ini Erika belum memakan apapun selain sekotak susu pemberian perawat.Issabel terus menerus berteriak dan menangis sepanjang waktu, dia tidak memiliki waktu untuk memperhatikan makan Erika. Sementara Emier datang sebentar, apalagi Rachel tidak muncul sekalipun di
Hujan gerimis turun dibawah kegelepan malam, hangat dekapan tangan Alfred membelit tubuh. Floryn terbangun dari tidurnya karena sesak, dengan penuh kehati-hatian gadis itu bergerak sedikit demi sedikit, melepaskan diri dari pelukan Alfred.Bibir Floryn menekan menahan ringisan, pinggangnya terasa cukup sakit dan pegal, beruntung saja tidak sesakit saat pertama kali melakukannya.Dilihatnya jam kecil atas meja, kini menunjukan pukul Sepuluh malam.Tanpa sadar, Floryn telah terlambat dua jam dari jadwal pertunjukannya.Dia terlalu lelah sampai tidak sadarkan diri hingga melewatkan jadwal menarinya lagi malam ini. Floryn harus menghubungi Samantha dan meminta maaf kepadanya, Floryn sudah terlalu sering membolos dari pekerjaannya.Perlahan Floryn bergerak turun dari ranjang, memungut pakaiannya yang berserakan dan mengenakannya kembali. Sekilas dia melihat Alfred yang masih tertidur lelap dibawah selimut tipis miliknya.Suatu pemandangan yang tidak masuk akal melihat Alfred Morgan tertid
Semangkuk solyanka dan sepiring sarmi berada di meja. Alfred duduk menempatkan kedua tangannya di atas meja, tersenyum geli melihat Floryn tengah menahan cemberutan kesalnya.Saat Floryn baru selesai menghidangkan masakan yang telah dibuatnya, Ali datang hanya untuk mengantar beberapa set peralatan makanan.Tanpa bisa Floryn hentikan, semua makanan yang telah dia buat dipindahkan pada semua alat makan yang telah dibawa, Ali juga membawa paksa semua alat makan Floryn untuk dibuang dan menggantinya dengan satu alasan, Alfred alergi.Floryn merasa cukup terhina, disisi lain dia tidak memiliki kemampuan untuk menghentikan apa yang telah terjadi.Asap makanan yang masih hangat mengepul tercium terbawa udara dari jendela dibiarkan terbuka, gorden tipis bergerak melambai terbawa angin, menyaksikan Alfed dan Floryn yang kini tengah menikmati makan malam bersama.“Kau pandai memasak,” puji Alfred tersenyum dengan mata berbinar menikmati setiap suapan makanan yang masuk ke dalam mulut.Alfred t
“Apa ini tidak salah?” tanya Julliet pada Ali yang telah mengantarnya pada sebuah hotel mewah.“Tidak, tuan Alfred memerintahkan Anda dibawa ke sini,” jawab Ali.Julliet menelan salivanya dengan kesulitan, wanita itu keluar dari mobil mengikuti langkah Ali yang membawanya masuk. Tangan Julliet terkepal, dia sedikit malu karena tidak sempat mengganti pakaian dan menghapus riasannya, penampilannya sebagai wanita penghibur di tempat kumuh begitu terlihat jelas dan kontras.Beruntungnya, karena malam yang mulai larut, suasana hotel terlihat lebih tenang tidak menunjukan ada orang berkeliaran sehingga kedatangan Julliet tidak menarik banyak perhatian.Malam ini Julliet mengambil sebuah keputusan yang mungkin lancang karena telah ikut campur dalam urusan Floryn hingga membagikan rahasia yang selalu ingin Floryn tutupi. Julliet juga sadar sepenuhnya jika kemungkinan Floryn akan sangat marah kepadanya jika Julliet memberitahukan rahasianya kepada orang lain.Julliet ingin memberitahu rahasia
“Jangan berbohong,” jawab Alfred tidak percaya.Julliet tersenyum meringis menahan kesedihan harus mengingat kembali masa-masa di penjara. Andai sakit Floryn sebuah kebohongan, Julliet akan sangat bersyukur, tapi kenyataannya tidaklah seperti itu.Julliet tertunduk mengusap sisi lengannya, dengan suara bergetar dia berbicara, “Flo pernah mengalami kekerasan yang cukup parah, ibu tirinya membayar seorang narapidana berbahaya untuk menyakiti Flo. Kejadian itu membuat Floryn terluka cukup parah dan harus diopname karena jantungnya terluka.”“Setelah kejadian itu, Flo mengalami trauma berat didalam penjara, disisi lain dia harus bertahan dari sakit dan ancaman yang tidak pernah berhenti datang. Setiap minggu, para narapidana dilepaskan di ke lapangan, disana selalu saja ada narapidana yang mengganggunya, mereka dibayar oleh ibu dan kakak tirinya Flo.” “Untuk bisa bertahan, Flo mendekati beberapa terpinada seumur hidup, beberapa dokter yang terlibat mallpraktik dan kelompok mafia. Akhirn
Derap suara langkah terdengar dikesunyian, mengganggu ketenangan Floryn yang tengah tertidur. Dengan berat gadis itu membuka matanya, melihat sekelebat bayangan hitam seseorang yang kini berdiri di ambang pintu kamarnya.Kening Floryn mengerut, dia ingat bahwa dia telah mengunci rumahnya, mustahil ada orang yang masuk.Apa ini hanya halusinasinya karena mengantuk berat? Atau ini sekadar mimpi saja?Derap langkah itu semakin terdengar, dengan mata setengah terbuka samar-samar Floryn melihat bayangan itu kian mendekat membawa aroma parmfume yang menyebar begitu familiar dalam ingatan memberitahu Floryn bahwa orang yang datang ke rumahnya adalah Alfred Morgan.Floryn kemabli memejamkan matanya, membiarkan bayangan itu semakin dekat dan mengungkungnya diantara remang cahaya malam.Sebuah pelukan menggerakan tubuh Floryn yang terbaring lelap dalam tidurnya, dengan berat sekali lagi gadis itu membuka mata, tangan kecilnya menjangkau wajah yang sangat dia kenali hanya dengan merasakan leku
“Jullie,” panggil Floryn tersenyum ceria tidak sengaja berpapasan dengan Julliet yang baru pulang. “aku sudah memasakkan sarapan pagi untukmu, pergilah makan lalu beristirahat. Kemarin aku sempat merayakan ulang tahun tanpamu, jadi aku membuatkan kue untukmu, aku sudah meletakannya di microwave.”Julliet berdecak pinggang menahan lelah, semalaman Julliet gelisah, dia takut cerita yang telah dibagikan kepada Alfred Morgan justru akan membuat Alfred menjauhi Floryn dan Floryn akan membecinya.Melihat Floryn yang tetap bisa tersenyum ceria, membahagiakan orang-orang disekitarnya dan berhasil mengelabui semua orang bahwa dia sehat kini membuat Julliet yakin bahwa semalam dia telah membuat keputusan yang tepat.Floryn pantas mendapatkan kebahagiaan dari orang-orang disekitarnya.Semangat Floryn dan tekadnya yang tidak pernah pudar terkadang membuat Julliet malu.Floryn sudah seperti setangkai bunga yang tetap mekar tanpa peduli langit sedang mendung, awan menurunkan badai yang akan menjatu