Leona merasakan hawa dingin melintas di tengkuk lehernya dan dirinya tidak tahu apa yang membuatnya merasakan hal itu. Bukan, ini bukan perasaan seperti kamu kehilangan sesuatu, tapi lebih menjurus ke rasa merinding - batin Leona. Apakah ada yang terjadi saat Haidar pergi bersama para Emir lainnya? "Sayang, kamu kenapa?" tanya Lennah yang diijinkan masuk ke ruang ICU sementara Raul dan Ukail berdiskusi dengan dokter yang menangani Leona. "Tidak apa-apa Mom. Haidar pergi kemana ya Mom kira-kira?" tanya Leona penasaran. "Mommy kurang tahu. Tapi sepertinya serius." Lennah duduk di sebelah tempat tidur putrinya. "Bagaimana pernikahan kamu? Apakah kamu bahagia?" Leona tersenyum. "Alhamdulillah... Aku bahagia Mom." "Sayang, apa benar kamu menikah demi menyelamatkan Yordania dari Iran? Agar tidak ada pembangunan pangkalan militer disini? Haidar memanfaatkan kamu demi bisa berbesan dengan para sepupu Emir kamu?" cecar Lennah. Sejujurnya dia sebagai ibu, tidak rela putrinya h
Haidar segera melakukan rapat darurat dengan didampingi Gaston, Ghadi Al Jordan Schumacher sebagai Emir Dubai dan Aidan Al Sharif sebagai Emir Oman sementara tiga Emir lainnya memilih menuju rumah sakit karena memikirkan keselamatan Leona yang meskipun dikawal ketat tapi tetap saja kalau wanita itu belum bebas dari bahaya. Leona tersenyum saat melihat sepupunya sedangkan Melvin lebih mendekati Ukail yang sedang berbicara serius dengan Raul. "Bagaimana suamiku? Dimana dia?" Leona mencari-cari Haidar. "Haidar harus rapat darurat, Leona," jawab Sahran. "Apakah terjadi sesuatu?" tanya Leona ke Sahran dan Pasha. "Well... gimana ceritanya ya .. " jawab Pasha sambil menatap Sahran. "Jadi begini..." Sementara Sahran bercerita apa yang terjadi tadi, Ukail terdiam saat Melvin mengkonfrontir ayah Haidar itu dan membuat Raul terkejut. "Apa?" tanya Raul tidak percaya bahwa ada perang saudara di Yordania. "Kamu tidak tahu Ukail?" Ukail pun duduk di kursi penunggu pasien d
Raul akhirnya memilih untuk time out karena tahu Haidar sedang banyak masalah tapi dia masih tidak bisa tenang sampai benar-benar Leona aman. Meskipun Raul tahu Leona kuat seperti halnya khas gadis klan Pratomo tapi tetap saja, Leona adalah putri kecilnya. Raul adalah cinta pertama Leona jadi sudah pasti dia tidak ingin Princess nya terluka lagi. Raul dan Lennah seperti kehilangan separuh nyawa mereka saat mendengar Leona ditembak. "Untuk sementara, aku tidak meributkan soal ini tapi aku tetap akan disini sampai semuanya aman!" ucap Raul dingin dan terdengar tegas. Haidar hanya bisa mengangguk karena tahu Raul memiliki kemampuan untuk memisahkan dirinya dan Leona. Meskipun Haidar adalah penguasa Yordania dan suami Leona, tetap saja dia tidak ada keinginan melawan Raul karena bisa saja, akan membuat runyam sekutu dengan negara timur tengah yang merupakan bagian keluarga Leona. "Aku akan kembali ke hotel, kamu kembali ke istana atau...?" "No Daddy, aku akan menjaga Leona dis
Haidar tampak berjalan hilir mudik di kamar ruang rawat inap Leona dan wajahnya tampak gusar. Bagaimana tidak, dirinya mendapatkan kabar bahwa dua orang sniper yang dipenjara, tewas akibat sianida. Haidar yakin bahwa ada penyusup yang memang berniat membungkam mereka. Bagaimana bisa? Jika begitu, Leona masih dalam bahaya karena mereka saja berani masuk ke kantor polisi dan ke penjara demi membunuh dua orang saksi. Bukan tidak mungkin, mereka akan datang kemari untuk membunuh Leona. Aku sudah berjanji pada Daddy Raul untuk melindungi Leona! - batin Haidar sambil melihat wajah cantik istrinya yang sedang terlelap. Haidar membuka pintu kamar Leona dan melihat dua pengawalnya sedang duduk sambil menikmati kopi hitam. Keduanya berdiri saat melihat Haidar. "Ada yang bisa saya bantu, tuanku?" tanya salah satu pengawal. "Tidak, Tan. Aku hanya khawatir kalian kekurangan kopi." "Aman tuanku. Anda beristirahat saja, karena saya yakin anda juga sangat lelah..." jawab Tan. Haidar menga
Leona menatap wajah Haidar dengan tatapan bertanya karena suaminya berencana untuk menyembunyikan dirinya demi keamanan. Leona merasa tidak nyaman dia harus bersembunyi sementara suaminya berjuang untuk mengamankan negaranya. Bagi Leona, dia harus ada di sisi Haidar, apapun yang terjadi karena suaminya membutuhkan dukungan baik secara fisik maupun emosi. "Apa maksudmu Haidar?" tanya Leona. "Bagaimana bisa kamu hendak menyembunyikan aku?" "Situasi ini sangat pelik, sayang. Aku tidak mau kamu terluka." Haidar menghampiri Leona dan menggenggam tangannya. "Tidak bagus sayang." "Tapi ..." "Leona... please? Aku tidak sanggup jika aku melihat kamu terluka lagi." Leona menggelengkan kepalanya. "Kamu mendapatkan istri yang keras kepala, Haidar. Jangan remehkan wanita Pratomo. Kamu tidak tahu apa yang bisa kami lakukan!" Haidar mengacak rambutnya gemas dengan istri keras kepalanya. "Leona, sayang, cintaku..." "I'm fine, Haidar. Aku akan baik-baik saja. Oh, jika aku tahu siapa ota
Akhirnya pintu kamar pasangan itu pun terbuka dan Haidar disambut dengan wajah kesal Aidan serta Ghadi. Dua pria itu menatap judes ke Haidar yang hanya mengusap tengkuknya dengan wajah tidak enak. "Sorry but not so sorry," senyum Haidar membuat Aidan menggelengkan kepalanya. "Saudara perempuan aku habis kena tembak! Malah diajak ngadon! Suami macam apa kau!" amuk Aidan. "Leona juga mau kok.." Ghadi memilih masuk dan melihat rambut Leona masih agak basah. Cucu Gasendra itu hanya menatap dingin ke arah Leona. "Bisa nggak sih kalian tahan diri dulu? Itu dada masih diperban, Leona! Kamu juga Haidar! Ingat, istri kamu habis kena tembak!" omel Ghadi. "Demi keponakan, Ghadi," jawab Leona santai. Ghadi menyipitkan matanya. "Tunggu sampai kamu pulih dulu!" "Lho bercinta itu obat sembuh..." eyel Leona. "Toh aku berbuatnya dengan suamiku. Tidak ada larangan kan?" Dua saudara sepupunya memilih tidak mau memperpanjang masalah bercinta pasangan suami istri itu karena memang tidak ada laran
Haidar memutuskan untuk berbicara empat mata dengan ayahnya karena bagaimana pun ini masalah yang sangat pelik dan menyangkut rakyat Jordania. Haidar tidak mau terjadi kepanikan masal hingga mempengaruhi perekonomian negaranya. Jordania memang tidak sekaya Qatar atau UAE atau Arab Saudi tapi para rakyatnya hidup sejahtera. Sebelum Fatimah meninggal, Ukail adalah raja yang bijaksana dan adil. Kematian istrinya lah yang membuat Ukail seperti kehilangan arah dan Haidar lah yang menjalankan pemerintahan selama ini bersama Gaston dan jendral Angkatan Bersenjata. Pria tampan itu pun berjalan menuju ruang perpustakaan dimana ayahnya lebih suka merenung disana jika ada masalah. Tebakannya benar karena Haidar menemukan ayahnya sedang duduk di depan jendela dengan tatapan kosong meskipun ada buku yang dibukanya tapi hanya berada diatas pangkuannya. Ukail melihat putranya mendatangi dirinya yang sedang melamun, tersenyum saat Haidar duduk di sebelahnya. "Bagaimana Leona? Sama siapa dia s
Leona bergerak diatas tubuh Haidar yang memegang pinggang rampingnya. Leona harus menggigit bibir bawahnya karena dia tidak mau suara erangan nikmatnya terdengar para pengawal di luar. Haidar memajukan wajahnya dan mengisap serta memainkan dada istrinya membuat Leona semakin menggelinjang sementara Haidar terus menggerakkan pinggulnya. "Oh sayang ... Oh ..." desah Leona berusaha tidak berteriak sambil memejamkan matanya saat kilmaks itu datang. Haidar tersenyum saat tahu istrinya sudah mendapatkan orgasmenya yang pertama. Pria itu lalu membalikkan tubuh istrinya dan permainan inilah yang disukai Leona. Dia merasa milik Haidar memenuhi dalam tubuhnya dan itu membuatnya gila penuh nikmat. Haidar bergerak maju mundur. membuat Leona harus menggigit bantal sofa saat kenikmatan yang sekian kali datang hingga akhirnya keduanya mendapatkan klimaks bersamaan. Leona ambruk diatas sofa sedangkan Haidar perlahan menciumi punggung istrinya yang lembab oleh keringat. "Apakah bekas jahitannya t