Share

Chapter. 4

Author: yukidua
last update Last Updated: 2023-05-25 07:00:53

Pagi-pagi, Elisa sudah berada di Rainforest. Sebenarnya, ia tidak berniat untuk datang, tapi mengingat wajah Kiana kemarin, akhirnya ia pun di sini sekarang. Dia melihat sekeliling, tetapi tidak ada tanda-tanda Kiana. Tidak ada jejak sama sekali. Elisa pun duduk bersandar di pohon besar sambil terus menunggu.

"Kau sudah datang, maaf aku ada sedikit kegiatan tadi," kata Kiana sambil berlari menghampiri Elisa.

"Tidak masalah. Kau adalah tuan putri," Elisa berdiri dan membersihkan pakaian yang terkena tanah.

"Apa kau sudah siap?" tanya Kiana lagi.

Elisa bingung dan bertanya, "Untuk apa?"

"Hari ini kita akan mencari bahan-bahan untuk membuat ramuan. Ini aku sudah dapat apa saja yang dibutuhkan," Kiana menunjukkan secarik kertas dengan tulisan.

Elisa mengambil dan membacanya. Dia tahu benar jika isinya tentang bahan-bahan yang diperlukan. Hanya saja, ada satu bahan yang tidak diketahui olehnya.

"Daun Autumn, aku tidak pernah tahu tanaman ini," ujar Elisa sambil mengembalikan kertas kepada Kiana.

"Itu tanaman merambat. Cukup sulit mencarinya. Namun, kau tenang saja, semua bahan itu ada di dalam hutan ini," Kiana tersenyum ceria.

"Apa hanya kita berdua yang pergi?"

"Aku rasa Valeri dan yang lainnya sudah di dalam. Tadi aku melihat mereka ke arah hutan ini," jelas Kiana.

Itu artinya tidak hanya mereka berdua. Elisa bersyukur tentang itu. Jadi, jika bertemu dengan hewan buas atau para Rogue, setidaknya mereka berdua bisa meminta bantuan yang lain.

Meskipun sebenarnya ia bisa saja melumpuhkan para Rogue dengan kekuatannya, ia tidak berani mengambil risiko. Jika ada yang mengetahui bahwa ia seorang penyihir dan serigala, maka hidupnya akan terancam. Di Lotus Pack tidak boleh ada seorang penyihir, meskipun Elisa hanya memiliki darah setengah penyihir dan setengah serigala.

"Ayo, kita harus cepat. Jika malam hari, para Rogue akan berkeliaran di hutan ini. Aku tidak ingin kejadian lalu kembali terulang lagi padaku," kata Elisa.

Elisa ditarik oleh Kiana ke dalam hutan.

"Apa kau serius pergi ke dalam sini? Kenapa tidak mencarinya saja di toko?" tanya Elisa.

"Di sana tidak lengkap, dan kau harus tahu, tanaman Autumn tidak bisa dibawa keluar sembarangan dari hutan ini. Hanya dengan menggunakan tempat ini, daun tersebut tetap hidup. Jika tidak, daunnya akan kehilangan khasiatnya," jelas Kiana sambil mengeluarkan sebuah kotak transparan yang ditutupi oleh sihir.

"Dari mana kau mendapatkan benda itu?" tanya Elisa.

"Leluhur yang memberikannya," jawab Kiana.

Elisa jadi penasaran dengan pohon itu. Dari mana asal pohon itu sebenarnya dan apa saja khasiatnya. Mungkin dia bisa membawa dan menanamnya di dekat rumah pohonnya nanti. Mereka terus berjalan dan mencari. Mata keduanya selalu melihat ke arah semak-semak atau pohon.

Seharian mereka sudah mencari, tapi masih ada dua bahan yang belum ditemukan. Pohon Autumn dan juga bunga Mahameru. Elisa tahu bentuk bunga Youtan Poluo, berwarna putih. Namun, yang membuatnya susah dicari karena mereka berukuran sangat kecil, hanya satu milimeter. Aroma dari bunga ini begitu kuat, dan jika bermekaran akan bisa tercium sampai radius yang cukup jauh.

Sedangkan pohon Autumn sendiri, dia tidak mengetahuinya. Dia juga baru saja mendengar tentang pohon tersebut. "Apa kau pernah melihat pohon Autumn itu?" tanya Elisa yang masih mencari di semak-semak dan setiap pohon. Jika benar yang dikatakan Kiana, pohon Autumn menjalar, maka sudah dipastikan pohon tersebut hidup karena melekat pada sang inang.

"Aku pikir pernah melihatnya di buku herbal." Elisa berbalik menatap Kiana, "Jadi kau tak tahu bentuknya?"

Kiana hanya cengengesan, sedangkan Elisa menghembuskan napas kasar. Sejak tadi mereka mencari benda yang tahu bentuknya seperti apa. Pantas saja tidak bisa menemukannya.

"Tapi aku pernah membaca, jika daunnya melingkar berbentuk spiral. Jika kau sentuh, daunnya akan membuka dan menjadi lurus. Dan aromanya menenangkan." Kiana menjelaskan secara detail.

Tiba-tiba Elisa mencium aroma wangi. Dia tahu betul aroma tersebut dari bunga yang mereka cari-cari sejak tadi. Tanpa memikirkan Kiana, ia pun langsung mengikuti aroma tersebut.

Setelah beberapa meter berjalan, Elisa menemukan sebuah air terjun yang indah. Di bawahnya terdapat sungai kecil dengan air begitu jernihnya. Bunyi suara air yang jatuh dari ketinggian membuat dirinya tenang. Udaranya pun begitu segar, meskipun hari sudah menjelang sore.

"Elisa, kau di mana!" teriak Kiana dari kejauhan.

"Aku di sini!" jawab Elisa ikut berteriak.

"Wah, aku baru tahu jika di Rainforest ada tempat seindah ini." Kiana berlari mendekati Elisa, lalu berlari mencuci wajahnya di sungai kecil tersebut.

"Elisa, airnya sangat segar. Cobalah," ajak Kiana mulai menampung air di kedua tangannya. Tak lama setelah itu, air pun berpindah ke mulutnya.

Elisa mengikuti Kiana. Benar saja, saat air itu membasahi kerongkongannya, rasa segar pun hadir. Tubuhnya yang lelah pun terasa segar kembali.

Mereka berdua bermain air dan melupakan tujuan awal. Tertawa bersama-sama. Tanpa tahu jika seseorang sedang memperhatikan keduanya di balik sebuah batu besar di samping air terjun.

"Apa itu?" Kiana menunjuk ke atas air terjun. Elisa juga menajamkan penglihatannya untuk melihat apa yang dipikirkannya benar. Tampak seperti batu berkilau dan bergerak-gerak. Sekali lagi dia menajamkan matanya agar bisa lebih jelas. Benar saja, setelah itu dia bergegas mencari jalan menuju puncak air terjun.

Dengan cekatan, dia menaiki tanjakan berbatu tersebut. Kiana pun tak mau kalah, ia berlari kencang layaknya seorang wolf. Sampai akhirnya, keduanya pun tiba di atas.

"Elisa, itu bunga Youtan!" jerit Kiana senang, "kita mendapatkannya, Elisa."

Saking senangnya Kiana langsung memeluk Elisa erat, hingga tak sengaja membuat dirinya kesakitan dan susah bernapas.

"Kiana, lepaskan." Elisa berusaha melepaskan diri dari gadis itu.

"Oh, maafkan aku. Aku begitu senang karena sudah mendapatkan bunga itu." Kiana langsung menghampiri dan mencabut beberapa tangkai bunga. Begitu juga dengan Elisa. Dia menyimpan bunga tersebut ke dalam tas miliknya.

"Sttt." Elisa meletakkan jari telunjuknya di bibir.

Kiana mendekati Elisa dan berbisik, "Ada apa, Elisa?"

"Sepertinya ada seseorang di sini. Dan aku rasa ia sudah mengintai kita sejak tadi." Elisa menjelaskan situasi mereka saat ini.

Elisa segera mengambil batu di samping kakinya. Menggenggam erat batu tersebut. Setelahnya, dia langsung melempar ke semak-semak di samping Kiana.

"Aduh!" teriak seorang gadis.

Kepala gadis tersebut keluar, wajahnya terlihat begitu marah.

"Apa yang kau lakukan di sini, Rebecca?" tanya Kiana sedikit terkejut.

"Aku tertinggal dari kawanan, jadi aku mengikuti kalian berdua," jawabnya.

"Tapi kenapa harus bersembunyi?" tanya Kiana lagi.

Belum sempat Rebecca menjawab, suara geraman muncul dari balik pohon. Beberapa Rogue pun muncul dengan seringaian.

Elisa berhati-hati. Sedangkan Kiana dan Rebecca mendekati dirinya.

"Kalian bisa berkelahi, bukan?" tanya Elisa memastikan sesuatu.

"Ya, aku bisa membunuh salah satu dari mereka." Kiana mulai memasang kuda-kudanya.

"A-aku tak berani melawannya," jawab Rebecca, membuat Elisa mendesah kasar.

"Kalau begitu, kau lari saja. Aku dan Kiana akan mengalihkan mereka berempat. Setelah melihat Rebecca mengangguk paham, Elisa mengeluarkan pisau kecil miliknya. Belati yang terlihat seperti pisau biasa. Namun, siapa sangka benda itu terbuat dari perak dan hanya Elisa yang mengetahuinya. Dia telah memberikan sihir pada belati tersebut agar tak ada yang bisa tahu dari mana belati tersebut dibuat.

"Apa gadis ini yang membunuh teman-temanmu?" Salah satu dari Rogue tersebut bertanya pada kawanannya.

"Ya, benar."

"Kalian dikalahkan oleh satu wanita lemah ini? Tidak bisa dibayangkan."

Elisa sadar jika yang dibicarakan mereka adalah dirinya. Bahkan dengan berani, ia menatap kawanan tersebut dengan tatapan tajam.

"Apa yang kalian inginkan?" tanya Kiana tanpa rasa takut.

"Kami ingin makan malam, dan itu adalah kalian bertiga." Salah satu dari kawanan tersebut menjawab. Sepertinya ia adalah bos dari kaum tersebut.

"Kalian akan mendapatkan makan malam yang lezat, jika bisa membunuh kami. Tapi sepertinya itu akan susah sekali, jadi sebaiknya kalian pergilah dari sini. Kami sedang tak ingin membunuh kalian." Elisa dengan santainya berbicara.

"Sombong sekali dirimu. Jangan hanya karena sudah membunuh beberapa kawananku, kau bisa lolos begitu saja. Itu tidak akan pernah terjadi." Pimpinan mereka menjawab Elisa.

"Cih. Kalau begitu, ayo kita bertarung. Aku ingin lihat siapa yang akan menjadi pemenangnya," sarkas Elisa mengangkat dagunya angkuh.

Related chapters

  • Penyihir Serigala   Chapter. 5

    Seorang gadis berlari menjauhi perkelahian itu. Dia terlalu takut untuk membantu kedua gadis yang sedang membuat pertahanan diri. Tanpa menoleh lagi, dirinya berlari dan menghilang di antara semak-semak.Sementara itu, Elisa dan Kiana masih bertarung. Mereka mengeluarkan semua tenaga untuk melawan para Rogue. Satu Rogue sudah tewas di tangan Kiana. Entah sejak kapan gadis itu berganti shift dengan wolfnya.Sedangkan Elisa masih bertarung dengan salah satu Rogue menggunakan belatinya. Seandainya saja ia bisa berganti shift, sudah sejak tadi ia menggigit, memisahkan kepala dari badan para Rogue itu. Sayangnya, ia tidak bisa.Untung saja ia sudah melatih ilmu bela diri, jadi mudah baginya untuk menghindari gigitan para Rogue tersebut. Meskipun begitu, para Rogue tetap lebih kuat daripada dirinya."Mereka terlalu kuat, bagaimana ini?" wolf Kiana berbicara pada Elisa.Keduanya saling membantu satu sama lain. Jika Elisa tersudut, maka Kiana akan menerkam Rogue itu."Kau harus membunuh dua s

    Last Updated : 2023-06-07
  • Penyihir Serigala   Chapter. 6

    Seorang gadis cantik bersurai panjang memasuki sebuah ruangan. Ia memakai sebuah mahkota kecil di kepala, menandakan bahwa ia adalah seorang putri. Dengan langkah anggun, ia melangkah ke dalam ruangan di mana seseorang sedang tertidur.Ruangan itu luas dengan dominasi warna putih. Tidak banyak properti yang digunakan di dalamnya, hanya ada satu tempat tidur besar, dua lemari, meja, dan beberapa kursi. Meskipun begitu, ruangan tersebut terlihat elegan. Vas bunga menambah kecantikan ruangan tersebut, tetapi sang putri tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari ranjang di hadapannya. Salah satu tabib terkenal sudah berada di sana.Seorang gadis bersurai panjang dengan rambut coklat sedang tertidur. Tidak diketahui kapan ia akan bangun. Tubuhnya terlihat pucat, dan luka di pergelangan tangannya belum sembuh sama sekali. Meskipun telah ada beberapa tabib yang mencoba mengobatinya."Putri Kiana, Alpha Daren," sapa tabib tersebut.Kiana tersenyum membalas sapaan tabib itu, sementara Daren teta

    Last Updated : 2023-06-07
  • Penyihir Serigala   Chapter. 7

    Kiana tergesa-gesa di Lorong Istana. Dia sedikit berlari setelah mendengar berita hari ini. Elisa sudah bangun dari tidurnya. Itulah yang didengarnya dari tabib baru-baru ini. Padahal belum ada sejam dirinya meninggalkan gadis itu.Sebenarnya bukan hanya itu, ada yang lebih mengejutkan lagi. Maka dari itu ia ingin melihat dengan matanya sendiri. Ia tidak bisa mempercayai tabib itu tanpa adanya bukti."Tidak mungkin!" ucap Kiana saat sudah berada di sana. Kedua tangannya refleks menutup mulut setelah melihat apa yang ada di hadapannya sekarang. Ia benar-benar tidak bisa mempercayainya.Seorang gadis telah duduk dan tersenyum manis padanya. Padahal baru beberapa jam yang lalu, ia melihat Elisa masih terbaring lemah. Bahkan wajahnya begitu pucat. Namun, sekarang sepertinya berbalik arah. Wajah gadis itu sudah cerah kembali. Tak hanya itu, apa yang dikatakan tabib tadi benar adanya. Luka di tubuh Elisa telah hilang tak berbekas.Apa yang terjadi sebenarnya? Bagaimana mungkin luka sebesar

    Last Updated : 2023-06-07
  • Penyihir Serigala   Chapter. 8

    Di dalam sudah ada tiga orang yang menatap kedatangan Elisa dan juga Kiana. Dua orang tersenyum ramah pada dirinya. Sedangkan satu yang lain, menatapnya tajam. Seakan-akan Elisa hanyalah sampah baginya."Gadis ini yang menyelamatkanmu Kia?" tanya wanita yang duduk disebelah seorang pria. Wanita itu begitu cantik dan juga terlihat masih muda. Dia memakai gaun yang begitu indah. Ditambah sebuah mahkota cantik bertengger di kepala wanita tersebut. Siapa lagi kalau bukan sang ratu. Wajahnya hampir sama dengan Kiana."lya ratu," ucap Kiana memberi hormat padanya."Salam hormat raja dan ratu," sapa Elisa ketika sudah di depan mereka. Dia merasa begitu familiar dengan tempat itu. Tempat yang tidak pernah diubah sama sekali. Bahkan perabotan yang ada di dalam masih sama. Saat dirinya masih berada di dalam istana Ratusan tahun yang lalu."Kau sangat cantik El," puji wanita bergaun panjang turun dari singgasananya. Elisa hanya bisa tersenyum malu. Dia tidak menyangka akan bertemu dengan ratu se

    Last Updated : 2023-06-07
  • Penyihir Serigala   Chapter. 9

    "Aku Alpha Daren Gregson dari Lotus pack akan-.""Stop!" teriak ratu. Dirinya melepaskan pelukan raja dan tanpa basa-basi menarik pedang yang berada di pinggang suaminya, menempelkannya pada lehernya sendiri. Matanya menatap sang putra tajam."Ibu!" teriak Kiana melihat ratu yang begitu menakutkan. Gadis itu berlari mendekati sang ratu."Jangan ada yang mendekat!" Teriakan ratu membuat Kiana berhenti saat itu juga. Kepalanya menggeleng pelan, berharap ibunya tak melakukan hal aneh."Ibu, Kiana mohon jangan lakukan itu," pinta Kiana mulai terisak. Namun, ibunya tak menghiraukan Kiana. Bahkan kini, pedang itu semakin mendekat ke lehernya."Jika kau mengeluarkan kata itu, maka ibu akan memutuskan leher ini sekarang juga!" ancam ratu, membuat raja bergidik.Tidak hanya itu, putrinya juga merasa takut. Meskipun ia tahu ratu hanya mengancam, tapi tetap saja dirinya takut jika ibunya berbuat nekat."Daren, jika leher ibumu sedikit saja tergores, ayah akan membunuhmu!" geram raja pada putrany

    Last Updated : 2023-06-07
  • Penyihir Serigala   Chapter. 10

    "Lepaskan Ren!" teriak Valeri. Dia mengayunkan tangannya yang ditarik oleh pria yang menjadi kekasihnya sekaligus sang Alpha. Cekalan pria itu terlepas, tapi hanya sebentar saja. Ketika tangan itu terlepas, dengan cepat dirinya dibawa ke pelukan Daren. Pria itu berusaha menenangkan Valeri dalam pelukannya. Dia tidak ingin kekasihnya mengamuk di istana, karena bisa merusak barang-barang di sana. Terlebih lagi, Valeri adalah serigala yang kuat. Oleh karena itu, ia memilih gadis tersebut menjadi kekasihnya, berharap bisa menjadi luna pack ini kelak."Dengarkan aku, Val," ucap Daren masih berusaha menenangkan wanita itu.Plak. Sebuah tamparan mengenai wajah sang wanita. Valeri terdiam sambil menatap Daren, terkejut karena kekasihnya baru saja menamparnya."Maafkan aku, jika tidak begitu, kau tak akan tenang," ucap Daren menyesal. Dia tidak pernah memukul Valeri sedikit pun sebelumnya, bahkan ini adalah yang pertama kalinya. Dan itulah mengapa ia sangat menyesal. Valeri pasti akan sangat m

    Last Updated : 2023-06-07
  • Penyihir Serigala   Chapter. 11

    "Bukankah ini," ucap Elisa terputus. Dia tak menyangka jika bunga berwarna biru kehitaman itu ada di pack Daren. Setau dirinya, bunga itu hanya ada di dunia sihir dan tidak bisa tumbuh di tempat lain. Namun, hari ini dia melihat dengan matanya sendiri jika bunga itu bisa hidup dan tumbuh subur.Sementara itu, mereka sedang berada di dunia werewolf. Tidak mungkin bunga itu begitu saja tumbuh tanpa campur tangan sihir. Namun, Elisa tidak melihat ada sihir di sekitar bunga berdaun tunggal tersebut. Lalu, dari mana tanaman itu tumbuh?Dia harus menemukan jawabannya nanti. Sekarang, dirinya ingin menyentuh bunga tersebut. Sedikit lagi tangannya mengenai bunga itu, tapi tak bisa. Tiba-tiba saja Kiana menarik tangannya sedikit kasar."Maaf. Itu tidak boleh disentuh, Li. Kau hanya akan membuat tanaman itu mati," ujarnya."Kenapa?" tanya Elisa."Tanaman itu tidak bisa disentuh oleh makhluk lain. Hanya penyihir saja yang bisa menyentuhnya. Jika selain itu, maka bunga itu akan layu dan khasiatny

    Last Updated : 2023-06-07
  • Penyihir Serigala   Chapter. 12

    Seseorang masuk dengan tergesa-gesa bersama dua orang yang lain. Mereka bertiga bertingkah sombong, mengangkat dagu mereka tinggi-tinggi seakan menjadi penguasa pack."Apa yang kau lakukan di sini!" teriak salah satu dari mereka."Ada apa? Kau tak lihat kami sedang membuat ramuan untuk raja dan ratu," kesal Kiana.Kiana begitu kesal melihat wajah Valeri yang angkuh. Tatapan tak bersahabat pun diberikannya. Sedangkan Elisa mengambil beberapa botol untuk meletakkan ramuan yang sudah jadi. Dia mengisi botol-botol tersebut dengan penuh dan menyimpan beberapa botol di tas miliknya.Baru saja ingin mengisi kembali botol yang kosong, tangannya terhempas begitu saja. Wadah berisi ramuan yang berwarna merah itu tumpah seketika. Tidak hanya itu, botol-botol yang berada di tangan Elisa pun pecah karena jatuh ke lantai."Apa yang kau lakukan!" teriak Kiana sambil menggenggam tangan Valeri.Dia menarik paksa Valeri untuk keluar, namun Valeri tidak ingin. Malah gadis itu kembali berjalan menuju Eli

    Last Updated : 2023-06-07

Latest chapter

  • Penyihir Serigala   Chapter. 79

    Tentu, berikut paragraf yang lebih rapi:Aroma khas ikan bakar memenuhi udara, membuat perut keduanya bergemuruh lapar. Mereka sama-sama tak sabar untuk mencicipi hidangan itu.Elisa duduk di dekat perapian, matanya terus terpaku pada ikan yang tengah dipanggang. Air liur tak henti mengalir, dan matanya tak berkedip sejenak pun. Api- api perapian memanggilnya, mengeluarkan aroma khas ikan yang membuatnya semakin lapar.Melihat bahwa ikan-ikan tersebut telah matang, Daren segera mengambil satu dan menusukkannya dengan sebatang ranting pohon. "Silakan, cicipi," kata Daren saat menawarkan ikan tersebut kepada Elisa. Daren tahu Elisa tak bisa melepaskan pandangannya dari ikan yang telah matang. Aromanya yang menggoda membuatnya terus merasa haus.Setelah menawarkan ikan, Daren kembali ke tempat semula. Waktu sudah menjelang senja, dan udara menjadi semakin dingin setelah panas siang tadi. Angin pun semakin kencang, memaksa mereka untuk tetap berdekatan dengan api.Namun, Elisa masih belu

  • Penyihir Serigala   Chapter. 78

    "Wah ini indah sekali!" Elisa terlihat kagum dengan apa yang ada di depannya. Hingga dirinya tak tahu telah mendorong Daren sehingga pria itu menjauh darinya. Detik kemudian ia tersadar. Dirinya mulai melototkan matanya. Tersadar dengan apa yang telah dilakukan. Tidak hanya itu, ia juga memutarkan tubuhnya perlahan menghadap Daren. Pria itu menatapnya tak percaya. Matanya begitu tajam melihat gadis tersebut. Elisa hanya bisa cengengesan karena hal tersebut. Dia sebenarnya bingung dengan sikap pria itu. Apakah marah atau tidak?Sementara itu, Daren yang telah kembali pada tubuhnya kesal dengan Greg. Bisa-bisanya ingin berganti shift tanpa berbicara dengannya. Ia rasa wolfnya sedang marah saat ini."Kau marah?" tanya Elisa dengan polosnya. Daren terus menatap gadis itu. Dia sedikit bingung pada Elisa. Menurutnya gadis itu plin plan. Terkadang bersikap baik seolah-olah tak terjadi apa-apa. Terkadang bersikap layaknya seorang musuh. Saat memikirkannya, sebuah ide pun muncul dari pikiran D

  • Penyihir Serigala   Chapter. 77

    Seorang pria sedang berdiri diam sejak tadi tanpa ada pergerakan. Gelar alpha terkuat yang melekat padanya tidak mempengaruhi keadaannya. Pria itu terus menatap gadis yang sedang tersenyum pada pria lain. Tatapannya begitu menakutkan, bahkan beberapa warrior di sekitarnya merasa ketakutan karena aura yang dikeluarkannya. Daren melangkah mendekati gadis itu, tidak tahan dengan adegan yang menurutnya sangat tidak menyenangkan. Ia melangkah tanpa memperdulikan tatapan aneh orang-orang di sekitarnya. Ketika sudah sampai, ia dengan kasar menangkap leher rogue yang sedang terikat. Elisa yang berada di samping terkejut dan terhuyung beberapa langkah. "Apa yang kau lakukan!" teriak Elisa saat menyadari apa yang dilakukan oleh Daren. Pria itu dengan kasar mencekik rogue yang tidak bisa bergerak. Daren menahan pria itu dengan tangan di lehernya sambil mengangkatnya dari tanah. Wajah rogue itu sudah pucat, tanpa ada darah yang mengalir. Matanya melotot seolah-olah ingin keluar dari lubangnya. El

  • Penyihir Serigala   Chapter. 76

    Semua orang telah berkumpul di lapangan, termasuk Elisa dan anggota kerajaan. Mereka semua menantikan acara pengumuman kontes yang telah berlangsung selama satu minggu. Kinan juga sangat antusias pada acara ini. Semua peserta berkumpul dengan antusias untuk mengetahui siapa pemenangnya, termasuk Elisa dan Kiana yang berharap bisa menjadi yang terbaik.Elisa merasa bahwa hadiah yang dia dapatkan tidaklah penting. Yang dia inginkan adalah diakui kemampuannya oleh semua orang. Dia ingin mendapatkan penghormatan dan rasa takjub dari mereka. Meskipun dia telah menjadi Luna, tetapi masih ada rakyatnya yang belum sepenuhnya menerima keberadaannya sebagai pasangan pemimpin mereka."Hai, aku yakin kita akan menang, El," ujar Kiana mendekati Elisa dengan kebahagiaan yang terpancar di wajahnya. Kebahagiaan itu menular pada Elisa dan membuatnya tersenyum bahagia. Mereka berdua yakin bahwa mereka akan menjadi pemenang. Tidak banyak rogue yang bertahan sampai akhir kontes, hanya beberapa yang berha

  • Penyihir Serigala   Chapter. 75

    Warna air yang semula bening berubah menjadi sedikit kemerahan akibat darah yang menempel pada kain itu. Seorang gadis terlihat sangat telaten dalam membersihkan lukanya. Terkadang, raut wajahnya tampak lebih garang dari biasanya, dan mulutnya komat-kamit seperti seorang dukun yang sedang membaca mantra. Sesekali, tangannya menyeka kulit pria itu dengan kasar."Pria sialan! Seharusnya kau mati, bukan tertidur. Hanya membuatku terbebani saja," ujar Elisa sambil memasukkan kain ke dalam air yang telah tercampur dengan darah Daren.Sudah tiga puluh menit Elisa berada di ruangan itu, hanya mereka berdua. Tak ada yang menemaninya untuk berbincang, yang membuatnya merasa bosan.Elisa mengambil kain lain untuk menyeka sisa-sisa air yang menempel di tubuh pria itu. Tangannya dengan kasar mengelap di daerah bahu."Ivy, kenapa kau histeris begitu? Ya ampun!" ujar Elisa, merasakan sakit kepala."Kau sangat tidak peka, El! Kau tidak melihat itu? Ya ampun, begitu seksi. Aku ingin menyentuhnya, El!

  • Penyihir Serigala   Chapter. 74

    2 / 2Elisa masih menutup matanya, berpikir sejenak. Apa yang sedang terjadi? Mengapa ia tidak merasakan apa-apa? Apakah ia sudah mati? Setelah menghitung dalam hati, ia membuka matanya perlahan-lahan. Namun, alih-alih menemui keadaan yang diharapkan, ia merasakan kecupan di dahinya yang membuatnya terkejut. Ketika ia menatap, ia melihat Daren tersenyum padanya.Pedang yang tadi disentuh oleh Daren sudah jauh dari dirinya. Ia tidak mendengar suara benda itu jatuh atau tersingkir. Daren tiba-tiba saja terjatuh dan menabrak tubuh Elisa. Terkejut, Elisa langsung menangkap tubuh pria tersebut yang begitu berat. Namun, karena keterbatasan kekuatannya, Elisa tidak bisa menahannya dan akhirnya ikut terjatuh bersama Daren yang telah menutup matanya."Hei, jangan bermain-main!" bisik Elisa dengan suara bergetar di telinga Daren.Namun, pria itu tetap tak bergerak, semakin melemah. Elisa mencoba mengguncang-guncangkan tubuh Daren, tetapi ia tetap tidak bereaksi. Bahkan semakin melemah."Apa kau

  • Penyihir Serigala   Chapter. 73

    Teriakan dari para pejuang bergema di lapangan. Mereka terkejut dengan apa yang terjadi. Alpha mereka terluka.Sementara itu, Elisa semakin menarik pedangnya untuk membuat luka semakin dalam. Berbeda dengan Elisa, Daren tetap tenang. Ia bahkan tampak menikmati gesekan pedang tersebut. Ia tidak memperdulikan darah yang mengalir dari lehernya."El! Berhenti! Kau akan membuat Daren kehabisan darah!" teriak Kiana yang telah memperhatikan pertarungan mereka berdua.Namun, Elisa tidak menghiraukannya. Tanpa sadar, tubuhnya terhuyung ke samping. Kiana mendorong gadis itu dengan kekuatan serigalanya. Ia tidak menyadari tindakannya.Ketika menyadari apa yang telah dilakukannya, ia berlari mendekati Elisa untuk membantu gadis itu berdiri. Ia juga meminta maaf pada Elisa."El, apa yang terjadi padamu?" tanya Kiana ketika berada di depan gadis itu."Kia, kembalilah ke tempatmu. Aku akan menyelesaikan urusan dengan pria gila itu!" ejek Elisa sambil tetap menatap pria di hadapannya yang meremehkann

  • Penyihir Serigala   Chapter. 72

    Daren sangat marah. Elisa belum ditemukan selama lebih dari satu jam. Ia telah menebas beberapa kepala prajurit yang gagal menjalankan tugasnya, termasuk dua pengawal yang telah diperintahkannya satu atau dua hari yang lalu. Tanpa ragu, ia mengayunkan pedang yang masih berlumuran darah prajurit tak bersalah. Para pejuang yang berkumpul di sana merasa cemas melihat teman-teman seperjuangan mereka mati sia-sia. Mereka merasa seperti menunggu kematian yang menjemput mereka, semakin dekat dan dekat."Mengapa kalian membiarkannya pergi begitu saja? Aku sudah mengatakan agar tidak meninggalkan luna kalian sendiri, bukan!" teriak Daren sambil mengayunkan pedang ke arah pejuang lain yang menunggu giliran. Suara pedang menyambar, dua kepala terlepas dan darah mengalir dari sayatan di leher mereka seperti air yang deras.Daren menghentikan gerakan pedangnya setengah ayunan. Ia merasakan aroma yang dikenalnya dengan baik. Aroma vanilla dan kayu manis yang memikatnya. Daren menoleh ke arah sumber

  • Penyihir Serigala   Chapter. 71

    Greg sibuk bermain dengan para rogue yang semakin banyak menyerangnya, tetapi bukannya takut, ia malah menyeringai dengan senang hati. Meskipun begitu, ia bingung dari mana datangnya mereka semua. Sepertinya mereka tidak pernah habis. Mati satu, muncul lagi yang lain. Tubuhnya sudah dipenuhi dengan bekas cakaran dari para rogue, tetapi itu tidak mengurangi semangatnya untuk membunuh mereka. Meskipun sudah dua hari bertempur, ia tetap tidak kelelahan. Kemampuannya tidak diragukan lagi. Daren bahkan bisa bertempur selama seminggu hanya untuk mempertahankan wilayahnya.Tiba-tiba, suara sang beta mengganggu Greg. Seketika itu, dia tidak bisa berkonsentrasi. Beberapa rogue bahkan sempat melukainya. Greg mundur sedikit dan menggeram marah pada mereka. Main-mainnya telah hilang. Kali ini, dia akan menyelesaikan semuanya dalam sekejap. Dia bahkan mengaum keras sehingga terdengar oleh seluruh kaum werewolf yang ada di sana. Tanpa menunggu lagi, dia menerjang rogue-rogue di sana.Dia mencakar d

DMCA.com Protection Status